3
II. TELAAH PUSTAKA
Anggrek adalah salah satu kelompok tumbuhan berbunga yang mempunyai keanekaragaman jenis tertinggi di seluruh bagian dunia, kecuali daerah yang ekstrim. Akan tetapi keberadaan vegetasi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi persebaran jenis-jenis anggrek tersebut. Setiap jenis angrek memiliki tingkat sebaran yang berbeda-beda, sehingga setiap wilayah memiliki keanekaragaman jenis anggreknya berbeda-beda (Febriliani, 2013). Penyebaran anggrek mulai dari dataran rendah pantai sampai dataran tinggi pegunungan. Sebagai salah satu dari keanekaragaman hayati terutama sumber plasma nutfah, maka keberadaan anggrek alam di habitatnya merupakan aset yang sangat bernilai (Soetopo, 2009).
Menurut para ahli botani, di dunia terdapat lebih dari 43.000 jenis anggrek yang mencakup 800 genera dengan 75.000 hibrida terdaftar. Keanekaragaman jenis anggrek yang tinggi memberikan kemungkinan bagi pengembangan aneka jenis anggrek, baik sebagai bunga potong maupun sebagai tanaman hias berbunga. Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang memiliki lebih dari 4.000 jenis anggrek yang tersebar hampir di semua pulau. Kalimantan, Papua, Sumatera, Jawa termasuk pulau-pulau yang terkenal di dunia karena kekayaan anggreknya. Anggrek yang paling terkenal dari Indonesia adalah “anggrek bulan” (Phalaenopsis amabilis) yang diangkat sebagai “Bunga Nasional” dan dijuluki “Puspa Pesona”, dan “Anggrek Kantung” (Paphiopedilum javanicum) (Iswanto, 2002).
Klasifikasi anggrek menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Subclassis : Liliidae Ordo : Orchidales Familia : Orchidaceae
Morfologi tanaman anggrek terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Akar anggrek memliki fungsi untuk mengambil, menyerap, dan mengantarkan zat hara ke seluruh bagian tanaman, serta berfungsi untuk menempelkan diri pada tempat atau media tumbuh. Batang anggrek dapat dibedakan menjadi dua macam tipe
4
pertumbuhan, yaitu monopodial dan simpodial. Daun anggrek memiliki tulang daun
yang sejajar dengan helaian daun, tipe daun berbeda sesuai habitatnya. Bunga anggrek memiliki 3 sepal luar, 3 petal dalam, dan satu dari petal bunga anggrek
termodifikasi menjadi labellum (bibir bunga), serta gynostemium yang merupakan tempat bersatunya benang sari dan putik sebagai alat reproduksi (Sutiyoso, 2006).
Bentuk dan warna bunga anggrek khas dan unik, hal tersebut membuat anggrek menjadi salah satu tumbuhan bunga populer yang banyak berasal dari Indonesia (Paramitha, 2011). Tanaman anggrek ada yang tumbuh di pot, dan hanya menggunakan media arang atau pakis, ada yang tumbuh digantung tanpa media sama sekali, tapi dapat berbunga sangat indah, ada yang tumbuh di tanah bercampur humus, bahkan ada yang tumbuh di bebatuan. Bentuk bunga anggrek dapat sangat berbeda satu sama lain tergantung jenisnya. Anggrek ada yang berbunga sangat kecil hanya beberapa millimeter, sampai anggrek yang berbunga besar sampai mencapai belasan sentimeter. Bunga-bunga anggrek yang beragam itu ada yang tidak berbau adapula yang sangat harum. Begitupun warnanya, bukan hanya ungu namun sangat beragam, yakni mencakup semua warna (Kartohadiprodjo, 2009).
Bentuk dan warna bunga anggrek serta karakteristik lainnya yang unik menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak orang tertarik untuk mengoleksi anggrek sebagai tanaman hias. Hal tersebut menjadikan tanaman anggrek sebagai
tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Kolektor-kolektor dan pebisnis tanaman hias banyak yang melakukan pengambilan anggrek alam langsung dari
habitat aslinya. Hal ini menyebabkan keberadaannya di alam terancam. Selain itu kerusakan habitat karena pembakaran hutan, penebangan liar, bencana alam dan alih fungsi hutan menjadi pemukiman juga mendorong kepunahan anggrek alam (Febriliani, 2013).
Berdasarkan tempat tumbuhnya, anggrek digolongkan ke dalam lima macam habitat (Kartohadiprodjo, 2009),yaitu :
1. Anggrek epifit, yaitu tanaman yang tumbuh menumpang pada tanaman lain, berpegangan atau menempel untuk memperoleh air hujan atau mengambil zat makanan dari udara, debu, dan bagian batang yang lapuk, dan bukan sebagai benalu yang menghisap zat makanan dari batang pohon. Contoh :Dendrobium, Phalaenopsis, Cattleya.
2. Anggrek terrestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di permukaan tanah. Anggrek ini tumbu di atas tanah dan akarnya merambat di sekitarnya dan
5
tumbuh dalam humus atau kompos yang ada di sekitarnya tetapi
perakarannya tidak tembus ke dalam tanah. Contoh :Phaius, Spathoglottis. 3. Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh di tempat-tempat berhumus.
Tanaman anggrek yang tumbuh di bawah pohon-pohon dalam hutan yang berhumus umumnya tergolong tumbuhan saprofit. Contoh : Didymoplexis, Galeola.
4. Anggrek lytofit, yaitu anggrek yang tumbuh dengan akar-akarnya berpegang pada batu-batuan. Anggrek ini hidup di antara bebatuan yang berhumus. Contoh : Spathoglottis , Dendrobium dan Eria.
5. Anggrek amoebofit, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah. Pada periode tertentu hanya tampak daun saja dan pada periode berbunga hanya berupa bunga tanpa daun. Antara periode daun dan periode bunga terdapat masa dorman. Anggrek ini biasanya memiliki umbi. Seperti halnya anggrek saprofit, jenis ini juga belum dibudidayakan sebagai tanaman hias. Contoh : Nervillia
Intensitas cahaya yang diperlukan tanaman anggrek berbeda menurut habitatnya.Secara umum, anggrek epifit memerlukan intensitas cahaya lebih rendah dibandingkan anggrek teresterial (Susanto, 2006).
Anggrek memiliki dua manfaat yaitu, secara ekologi dan ekonomi, seperti
yang dijelaskan oleh Yahman (2009), manfaat secara ekologi anggrek epifit menyediakan habitat utama bagi hewan tertentu seperti semut dan rayap, sedangkan
anggrek terestial yaitu sebagai salah satu tumbuhan penutup lantai hutan yang menjaga kelembaban tanah. Secara ekonomi, anggrek dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman hias karena bentuk bunganya yang memikat.