• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai) Chapter III VI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan daerah sesuai dengan tujuan penelitian yakni Desa Sei Bamban yang merupakan daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. Hal ini

Serdang Bedagai 75.427 408.381 5,611

Sumber :Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai,

(2)

28

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sei Bamban pada tahun 2015 merupakan kecamatan dengan luas panen padi sawah seluas 10.694 Ha, produksi sebesar 57.726 ton dan rata-rata produksi sebanyak 5,604 Ton/Ha.

Kecamatan Sei Bamban terdiri dari sepuluh desa, dan salah satu diantaranya adalah desa Sei Bamban. Desa Sei Bamban merupakan daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani di Desa Sei Bamban. Penggolongan untuk petani yang melakukan usahatani ini terdiri sistem tanam jajar legowo 2:1 dan sietem tanam jajar legowo 4:1 serta petani yang menggunakan sistem tanam tegel.

Metode penentuan sampel petani di Desa Sei Bamban dilakukan secara

Disproporsionate random sampling yaitu metode untuk menentukan jumlah sampel apabila popolasinya kurang proporsional, yakni salah satu strata lebih besar dibanding strata yang lain. dimana pembagiannya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 6. Populasi dan Sampel Padi Sawah Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1, Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 dan Sistem Tanam Tegel.

No Sistem Tanam Populasi Sampel

1 Jajar Legowo 2:1 10 10

2 Jajar Legowo 4:1 632 10

3 Tegel 1.263 17

Total 1.905 37

(3)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa populasi petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 hanya 10 petani maka seluruhnya akan dijadikan sampel. Hal ini menyebabkan hanya sampel dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang diambil secara proporsional. Jumlah sampel untuk sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah sebanyak 10 petani. Jumlah sampel untuk petani padi sawah sistem tegel adalah sebanyak 17 petani.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan para petani dan PPL Pertanian di Desa Sei Bamban, baik melalui survei ataupun melalui daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui lembaga, instansi, atau dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (BPTP Sumut).

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi, lalu dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.

Hernanto (1993) menyatakan bahwa satuan tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas:

(4)

30

 Hari kerja mesin (HKM) = 25 HKP

Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, umur ekonomis, dan jumlah barang tersebut (Zaki Baridwan, 2001).

NPA = Harga awal – Harga akhir x Jumlah Alat Umur Ekonomis

Seluruh hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA yang merupakan pengembangan dari uji-t 2-sampel. Perbedaannya, uji t hanya mampu mengakomodasi pengujian kesamaan 2 rata-rata populasi, sedangkan uji Anova digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata untuk 3 atau lebih populasi. Tujuannya sama dengan uji-t, yaitu menguji kesamaan rata-rata dari 3 atau lebih populasi.

Kriteria Uji:

H0 diterima jika sig > α0,05 artinya tidak ada perbedaan

(5)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Defenisi

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai penelitian tentang istilah-istilah yang terdapat didalam proposal ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Petani padi sawah adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman padi, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

2. Usahatani padi merupakan suatu proses produksi yang dijalankan sebagai suatu usaha komersial yang memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu produksi.

3. Sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih optimal, cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong.

(6)

32

cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih optimal, cara tanam berselang seling 4 baris dan 1 baris kosong.

5. Sistem tanam tegel adalah penanaman padi dimana antara barisan tanaman padi diberi jarak yang sama dan tidak terdapat lorong kosong yang lebih lebar.

6. Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu produksi seperti lahan, modal (bibit, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja. 7. Lahan sawah umumnya merupakan berpetak-petak dan dibatasi oleh

pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air.

8. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lainnya menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian

9. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja dan potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa.

10. Produksi adalah hasil dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani. 10. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang

lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

11. Penerimaan adalah hasil penjualan padi sawah yang dikalikan dengan harga jual oleh petani.

11. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, yang terdiri dari: biaya sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida), biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya.

(7)

13. Kelayakan adalah suatu kegiatan analisis untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usahatani.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan Pada tahun Bulan Januari Tahun 2017 di Desa Sei Bamban, Kecamatan sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel adalah petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel.

(8)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Geografis Desa

4.1.1. Batas Administrasi dan Aksesbilitas Desa

Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yang dipimpin oleh Kepala Desa baru hasil pemilihan kepala desa 2013 yang bernama Alferius Sihotang, SH. Luas wilayah desa Sei Bamban ialah sebesar 1.862,16 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Pon

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Suka Damai Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Bakaran Batu

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Tanjung Beringin dan Tebing Tinggi. Jarak tempuh dari ibukota kecamatan ke Desa Sei Bamban ialah 1 km dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak dari ibukota kabupaten 8 km dengan waktu tempuh 15 menit serta jarak dari ibukota provinsi adalah 66 km dengan waktu tempuh 1,5-2 jam dengan menggunakan sepeda motor.

4.1.2 Topografi

(9)

0,16 Ha. Struktur penggunaan yang diatur sedemikian rupa, sehingga tampak kawasan yang indah dan asri.

4.1.3 Agroklimat

Desa Sei Bamban memiliki suhu sekitar 330 Celcius, dengan curah hujan rata - rata di Desa Sei Bamban adalah 120,9 mm/tahun.

4.2 Kependudukan dan SDM

4.2.1 Jumlah Penduduk

Tabel 7. Komposisi Penduduk di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

No Golongan Penduduk Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Laki-laki 5.324

2 Perempuan 5.800

Jumlah 11.124

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Sei Bamban tahun 2016 mencapai 11.124 orang yang terdiri dari 5.324 orang laki-laki dan 5.800 orang perempuan.

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 0-5 1.487

2 6-12 1.990

3 13-16 2.395

4 17-59 4.046

5 >60 1.206

Jumlah 11.124

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.

(10)

36

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

No Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Wiraswasta 308

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di Desa Sei Bamban bekerja sebagai petani.

4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tabel 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

No Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 TK 285

2 SD/Sederajat 2.445

3 SLTP/Sederajat 1.805

4 SLTA/Sederajat 2.008

5 D.1 71

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.

(11)

4.3 Pola Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban

Pola penggunaan lahan di Desa Sei Bamban dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Pola Penggunaan Lahan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penggunaan lahan adalah lahan sawah seluas 1.600 Ha.

4.4 Sarana Umum

(12)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai dan satu-satunya desa yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1. Hal ini disebabkan penyuluh pertanian terbaik se-Serdang Bedagai berasal dari Desa Sei Bamban sehingga penyuluh tersebut menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang masih tergolong sistem tanam baru di wilayah beliau bertugas. Sistem tanam jajar legowo 4:1dan sistem tanam tegel sudah lama diterapkan di desa ini.

Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu cara tanam padi sawah dengan beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari dua baris kemudian diselingi satu baris kosong, sistem tanam jajar legowo 4:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari empat baris kemudian diselingi satu baris kosong dan sistem tanam tegel merupakan sistem tanam dengan jarak tanam yang sama.

Adapun gambaran dari ketiga sistem tanam diatas dapat dilihat dari gambar berikut.

20 cm 40 cm

20 cm X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

(13)

20 cm 20 cm 20 cm 40 cm

12,5cm X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

Gambar 4. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1

25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm25 cm

25cm X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

Gambar 5. Pola Sistem Tanam Tegel

Sistem tanam jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang leih baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, upaya pegendalian gulma serta pemupukan dapat dilakukan dengan mudah dikarenakan adanya larik atau barisan kosong yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sitem tanam tegel.

Dalam budidaya padi sawah terdapat beberapa tahapan seperti: a. Persemaian

(14)

40

dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam keluarga. Benih yang telah disiapkan kemudian di rendam dalam air selama 24 jam. Setelah itu disimpan didalam karung selama 24 jam hingga kecambah benih padi muncul. Setelah kecambah padi muncul, benih disemai ke lahan semai yang telah di siapkan terlebih dahulu. Untuk luas lahan 1 Ha diperlukan luas lahan persemaian sebesar 1 rante (400 m2).

b. Persiapan Lahan

Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau pengolahan tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah jenis/tekstur tanah. Umumnya petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan sistem upah borongan. Besarnya tenaga kerja mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani padi sawah.

c. Penanaman

(15)

bersal dari luar keluarga (TKLK). Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah Rp. 70.000, upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah Rp. 60.000 dan upah tenaga kerja pada sistem tanam tegel adalah Rp. 60.000. Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan tegel disebabkan sistem tanam ini masih tergolong baru penerapannya sehingga para buruh tani masih mengalami kesulitan dan belum terbiasa dalam hal penanaman. d. Penyulaman

Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Penyulaman dilakukan tergantung pada kondisi tanaman di lahan persawahan baik untuk padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel.

e. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman padi sawah. Proses penyiangan di lakukan secara berkala sesuai dengan kondisi gulma di lahan persawahan. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani sehingga tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. f. Pemupukan dan Pengendalian Hama

(16)

42

h. Pengairan

Umumnya pengairan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengairan padi sawah untuk ketiga sistem tanam tersebut bersumber dari jaringan irigasi yang tersedia. Pengairan ini dilakukan saat ingin melakukan pengolahan lahan, dua minggu setelah tanam hingga sebelum padi mengeluarkan malai.

i. Panen

Umumnya panen dilakukan dengan cara sistem upah borongan. Panen dilakukan saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Cara memanen padi menggunakan arit, dengan panjang 30-40 cm di atas permukaan tanah. Kemudian gabah yang telah diarit ditumpuk menggunakan alas tikar plastik sebelum dirontok. Perontokan gabah menggunakan power tresher atau pedal tresher.

5.1 Curahan Tenaga Kerja

(17)

Adapun besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Per Petani Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Tahapan

Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1

TKDK TKLK Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

Tabel 14. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Tahapan

Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1

TKDK TKLK

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

(18)

44

yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan. Tabel 15. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah

Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Per Petani Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Tahapan

Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1

TKDK TKLK

HKP HKW HKM HKP HKW HKM

Persemaian 0,525 0 0 0 0 0

Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 14,643

Penanaman 0 0 0 0 5,520 0

Penyulaman 0,070 0 0 0 0 0

Penyiangan 1,089 0 0 0 0 0

Pemupukan dan

Pengendalian Hama 0,225 0 0 0 0 0

Pengairan 0,138 0 0 0 0 0

Pemanenan 0 0 0 7,375 0 0

Jumlah 2,047 0 0 7,375 5,520 14,643

(19)

Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Tahapan

Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1

TKDK TKLK

HKP HKW HKM HKP HKW HKM

Persemaian 0,742 0 0 0 0 0

Pengolahan Lahan 0 0 0 0 0 17,857

Penanaman 0 0 0 0 8,067 0

Penyulaman 0,078 0 0 0 0 0

Penyiangan 1,715 0 0 0 0 0

Pemupukan dan

Pengendalian Hama 0,367 0 0 0 0 0

Pengairan 0,293 0 0 0 0 0

Pemanenan 0 0 0 10,208 0 0

Jumlah 3,195 0 0 10,208 8,067 17,857 Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

(20)

46

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

Tabel 18. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

(21)

wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman dan penyiangan dikerjakan oleh tenaga kerja pria dan wanita yang berasal dari dalam keluarga, pemupukan dan pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh total curahan tenaga kerja per tahapan dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut: Tabel 19. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi

Sawah Per Petani Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Tahapan

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel

HKP HKP HKP

Persemaian 0,588 0,525 0,621

Pengolahan Lahan 21,071 14,643 16,205

Penanaman 7,16 5,52 6,556

Penyulaman 0,225 0,07 0,408

Penyiangan 0,288 1,089 0,919

Pemupukan dan

Pengendalian Hama 0,55 0,225 0,81

Pengairan 0,263 0,138 0,122

Pemanenan 10,301 7,375 9,102

Jumlah 40,446 29,585 34,390

(22)

48

Tabel 20. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Tahapan

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel

HKP HKP HKP

Persemaian 0,543 0,742 0,809

Pengolahan Lahan 17,857 17,857 17,857

Penanaman 7,023 8,067 8,193

Penyulaman 0,291 0,078 0,272

Penyiangan 0,320 1,715 1,186

Pemupukan dan

Pengendalian Hama 0,509 0,367 0,498

Pengairan 0,320 0,293 0,262

Pemanenan 9,739 10,208 9,735

Jumlah 36,602 39,327 38,812

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1

(23)

dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan saat penanaman jumlah bibit yang ditanam hanya 1-2/lubang tanam. Pada tahap penyiangan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah tanaman yang lebih sedikit sehingga curahan tenaga kerja lebih rendah karena pertumbuhan gulma terkendali dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah tanaman yang lebih banyak mengakibatkan banyaknya gulma yang tumbuh. Pada tahap pemupukan dan pengendalian hama curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan adanya jumlah baris kosong membuat petani lebih detail untuk memupuk tanaman dan pengendalian hama melalui baris kosong dan waktu yang digunakan juga lebih lama sehingga curahan tenaga kerja lebih tinggi. Pada tahap pengairan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel. Pada tahap pemanenan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun yang lebih sedikit sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan lebih tinggi dari sistem tanam tegel dikarenakan jumlah rumpun lebih banyak sehingga waktu yang digunakan lebih lama dan curahan tenaga kerja yang tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun tanaman yang lebih banyak.

(24)

50

Tabel 21. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

No Sistem Tanam

Sumber:Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1.Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut:

Tabel 22. Hasil Analisis Uji ANOVA Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun 2017.

Dari hasil uji analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,512 >

α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolakyang

artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.

(25)

sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut: Tabel 23. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Curahan Tenaga Kerja Dalam

Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

(I) grup (J) grup Sig.

Tukey HSD

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 ,535

Tegel ,594

Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1 ,535

Tegel ,972

Tegel Jajar Legowo 2:1 ,594

Jajar Legowo 4:1 ,972

Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun 2017.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,535 > α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,594 > α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,972 > α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

(26)

52

5.2 Biaya Produksi

Biaya produksi usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dari awal hingga akhir dalam proses produksi selama satu kali musim tanam. Biaya produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya penyusutan. Adapun rincian biaya produksi tersebut adalah sebagai berikut:

Biaya benih merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan benih. Harga benih adalah Rp. 10.000/Kg. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:

Tabel 24. Penggunaan Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Biaya

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Per

Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

(27)

Tabel 25. Biaya Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Biaya

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Per

Benih 295.000 250.000 207.000 2.533.333 237.059 282.953

Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya benih pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam tegel.

Biaya pupuk merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel

(Kg) (Kg) (Kg)

Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

(28)

54

Tabel 27. Biaya Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Biaya

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Per

Pupuk 1.382.300 1.238.373 897.925 1.097.700 851.597 944.288

Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pupuk sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk sistem tanam jajar legowo lebih tinggi.

Pada tahap pengendalian hama jumlah dosis yang digunakan juga berbeda. Umumnya pengendalian hama dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani menggunakan pestisida dengan cara disemprot, adapun pestisida yang digunakan untuk lahan padi sawah per hektar adalah sebagai berikut :

Tabel 28. Penggunaan Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Pupuk

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Tanam Jajar 4:1 Tegel

(29)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida pada sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah Spontaan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex, Welcot, dan Emerge begitu juga dengan sistem tanam tegel sedangkan sistem tanam jajar legowo 4:1 menggunakan pestisida Spontan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex, Emerge, Inotan, Sekribid dan Diten 45.

Biaya pestisida merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pestisida. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Per

Pestisida 554.400 480.167 726.700 1.059.375 545.588 630.915

Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pestisida sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pestisida sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih sedikit jenis nya dan biaya pestisida tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah jenis pestisida yang digunakan lebih banyak.

(30)

56

bila dikonversikan ke satuan luas lahan yaitu hektar adalah Rp. 1.250.000. Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah sebagai berikut: Tabel 30. Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Per

Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Biaya

Sistem Tanam

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 Tegel Per

Lahan 1.475.000 1.250.000 1.025.000 1.250.000 1.097.059 1.250.000

Penanaman 501.200 491.633 331.200 484.000 381.529 491.595

Penyulaman 15.750 20.343 4.900 5.440 28.618 19.018

Penyiangan 20.125 22.385 76.230 120.035 64.297 83.062 Pemupukan &

P.Hama 38.500 35.656 15.750 25.667 26.147 34.878

Pengairan 18.375 22.385 9.625 20.490 8.544 18.362

Pemanenan 721.070 681.713 516.250 714.583 615.074 681.434 Jumlah 2.831.145 2.562.105 2.015.705 2.672.132

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

(31)

jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah gulma yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan untuk penyiangan juga tinggi. Biaya pemupukan dan pengendalian hama sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk dan pestisida lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tegel. Biaya pengairan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo lebih tinggi. Biaya pemanenan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan curahan tenaga kerja tinggi.

(32)

58

Tabel 31. Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Pupuk Hand Tractor 424.932 413.726 88.462 442.308 164.069 121.720

Mesin Babat 8.625 8.625 0 0 1.961 654

Jumlah 486.589 486.152 167.189 618.819 248.089 300.426

Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

Tabel 32. Total Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

No Sistem Tanam

Biaya Penyusutan

Per Petani Per Hektar

(Rp) (Rp)

1 Jajar Legowo 2:1 486.589 486.152

2 Jajar Legowo 4:1 167.189 618.818

3 Tegel 248.089 300.426

Sumber: Lampiran 4 Data (Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan biaya awal peralatan pada sistem tanam jajar legowo 4:1 lebih mahal dan umur ekonomis peralatan rendah dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam tegel dikarenakan umur ekonomisnya lebih lama.

(33)

Tabel 33. Total Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim

Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah), Tahun 2017.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan lebih tinggi bila dibandingkan sistem tanam tegel. Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut:

Tabel 34. Hasil Analisis Uji ANOVA Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 5282176605963,90 2 2641088302981,95 2,957 ,065 Within Groups 30372481816912,35 34 893308288732,71

Total 35654658422876,26 36

Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah , Tahun 2017.

Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,065 > α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tanam tegel.

(34)

60

Tabel 35. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

(I) grup (J) grup Sig.

Tukey HSD

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 ,251

Tegel ,825

Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1 ,251

Tegel ,055

Tegel Jajar Legowo 2:1 ,825

Jajar Legowo 4:1 ,055

Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah) , Tahun 2017.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar

0,251 > α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,825 > α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,055 > α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang

(35)

5.3 Produktivitas

Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan luas lahan yang digunakan selama musim tanam.

Secara fisik terlihat ada perbedaan produktivitas antara ketiga sistem tanam tersebut. Perbedaan ini dikarenakan Luas lahan sawah yang dimiliki dan input yang digunakan seperti varietas benih, pupuk dan pestisida tiap petani berbeda-beda antara ketiga sistem sehingga mempengaruhi produktivitas Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 36. Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

No Sistem Tanam

Produktivitas

Per Petani Per Hektar

(Ton) (Ton)

1 Jajar Legowo 2:1 8,77 7,48

2 Jajar Legowo 4:1 5,33 6,45

3 Tegel 4,65 5,03

Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017.

Tabel 37. Persentase Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

No Sistem Tanam

Persentase Produktivitas

Per Petani Per Hektar

(%) (%)

1 Jajar Legowo 2:1 46,77 39,45

2 Jajar Legowo 4:1 28,43 34,02

3 Tegel 24,80 26,53

Total 100 100

Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017.

(36)

62

tanam jajar legowo 2:1 tergolong tinggi bahkan ada yang mencapai 9 ton/ha. Oleh karena produktivitas padi sawah sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel maka sebaiknya usahatani yang diterapkan didaerah penelitian adalah sistem tanam jajar legowo 2:1.

Perbedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut:

Tabel 38. Hasil Analisis Uji ANOVA Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 39,599 2 19,800 35,940 ,000

Within Groups 18,731 34 ,551

Total 58,330 36

Sumber: Lampiran 9 (Data Diolah), Tahun 2017.

Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak H1 diterimayang artinya

ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tegel.

(37)

Tabel 39. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

(I) grup (J) grup Sig.

Tukey HSD

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 ,011

Tegel ,000

Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1 ,011

Tegel ,000

Tegel Jajar Legowo 2:1 ,000

Jajar Legowo 4:1 ,000

Sumber: Lampiran 9 (Data Diolah), Tahun 2017.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,011 < α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima yang artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang

artinya ada perbedaan produktivitas yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang

(38)

64

5.4 Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih seluruh biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diterima oleh petani selama satu musim tanam.

Secara fisik terlihat ada perbedaan pendapatan antara ketiga sistem tanam tersebut. Perbedaan ini dikarenakan biaya produksi, dan produksi antara ketiga sistem tanam berbeda sehingga penerimaan usahatani yang merupakan hasil kali antara produksi dengan harga yang berbeda mengakibatkan adanya perbedaan jumlah pendapatan. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

Tabel 40. Pendapatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim

8.765 4.800 42.072.000 5.549.434 36.522.566

2 Jajar Legowo 4:1

5.333 4.800 25.596.000 4.014.519 21.581.481

3 Tegel 4.654 4.800 22.339.765 4.146.589 18.193.176

Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017.

Tabel 41. Pendapatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim

7.475 4.800 35.880.000 5.016.797 30.863.203

2 Jajar Legowo 4:1

6.451 4.800 30.964.000 5.701.357 25.262.643

3 Tegel 5.029 4.800 24.141.176 4.793.534 19.347.642

(39)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pendapatan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan produksi sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut:

Tabel 42. Hasil Analisis Uji ANOVA Pendapatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 854806467909866 2 427403233954933 31,880 ,000 Within Groups 455824289139971 34 13406596739411

Total 1310630757049837 36

Sumber: Lampiran 10 (Data Diolah), Tahun 2017.

Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang

artinya ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tegel.

(40)

66

Tabel 43. Hasil Analisis Uji Post Hoc Tests Pendapatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

(I) grup (J) grup Sig.

Tukey HSD

Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1 ,005

Tegel ,000

Jajar Legowo 4:1 Jajar Legowo 2:1 ,005

Tegel ,001

Tegel Jajar Legowo 2:1 ,000

Jajar Legowo 4:1 ,001

Sumber: Lampiran 10 (Data Diolah , Tahun 2017.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar 0,005 < α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima yang artinya ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,000 < α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang

artinya ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel.

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara

sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,001 < α0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang

(41)

5.5 Profitabilitas

Analisis profitabilitas atau dikenal dengan analisis kelayakan usahatani adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan demikian suatu usaha dikatakan layak apabila keuntungan yang diperoleh dapat menutup seluruh biaya produksi yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung maupun yang tidak langsung.

Kelayakan usahatani padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 /hektar/musim tanam dapat dilihat dari perhitungan berikut:

a = TR/TC

a = 35.880.000/5.016.797 a = 7,2

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh hasil perhitungan a (7,2) > 1 maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 layak untuk diusahakan dan dilanjutkan.

Kelayakan usahatani padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 4:1/hektar/musim tanam dapat dilihat dari perhitungan berikut:

a = TR/TC

a = 30.964.000/5.701.357 a = 5,4

(42)

68

Kelayakan usahatani padi sawah dengan sistem tanam tegel/hektar/musim tanam dapat dilihat dari perhitungan berikut:

a = TR/TC

a = 24.141.176/4.793.534 a = 5,0

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh hasil perhitungan a (5,0) > 1 maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah dengan sistem tanam tegel layak untuk diusahakan dan dilanjutkan.

Tabel 44. Profitabilitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

No Sistem Tanam Profitabilitas

1 Jajar Legowo 2:1 7,2

2 Jajar Legowo 4:1 5,4

3 Tegel 5,0

Sumber: Data Diolah, Tahun 2017.

(43)

5.6 Rangkuman

Berdasarkan uraian diatas, antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tegel memiliki perbedaan yang signifikan. Adapun perbedaan tersebut diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 45. Ringkasan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Satuan Curahan Tenaga Kerja HKP 40,446 29,585 34,743 Biaya Produksi Rp 5.549.434 4.014.519 4.146.589

Produktivitas Ton 8,77 5,33 4,65

Penerimaan Rp 42.072.000 25.596.000 22.339.765 Pendapatan Rp 36.522.566 21.581.481 18.193.176

Sumber:Data Diolah, Tahun 2017.

Tabel 46. Ringkasan Dalam Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.

Jenis Satuan

Curahan Tenaga Kerja HKP 36,602 39,327 38,812 Biaya Produksi Rp 5.016.797 5.701.357 4.793.534

Produktivitas Ton 7,48 6,45 5,03

Penerimaan Rp 35.880.000 30.964.000 24.141.176 Pendapatan Rp 30.863.203 25.262.643 19.347.642

Profitabilitas 7,2 5,4 5,0

(44)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.

2. Tidak ada perbedaan biaya produksi antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.

3. Ada perbedaan produktivitas antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel serta produktivitas tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 2:1.

4. Ada perbedaan pendapatan antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel serta pendapatan tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 2:1.

6.2 Saran

1. Saran Untuk Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah agar lebih meningkatkan bantuan berupa input benih, pupuk dan teknologi tepat waktu dan tepat guna agar dapat meningkatkan produksi usahatani.

2. Saran Untuk Petani

(45)

3. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

Gambar

Tabel 6.  Populasi dan Sampel Padi Sawah Dengan Sistem Tanam Jajar
Tabel 9.  Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sei Bamban,
Tabel 11.  Pola Penggunaan Lahan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei
gambar berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

satu keuntungan dari sistem tanam jajar legowo ini adalah pada cara tanam Jajar. Universitas

Menurut Sekarmadjapahit (2012) tipe sistem tanam jajar legowo (4:1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi

Cara Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo.. Gerbang Pertanian

Dari hasil penelitian aplikasi sistem tanam jajar legowo di Desa Cigadog, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang tampak bahwa sistem tanam jajar legowo 2 : 1 memberikan

Hasil penelitian diperoleh (1) pelaksanaan sistem tanam legowo 4:1 berjalan dengan sesuai dengan anjuran PPL, (2) tingkat pendapatan usahatani padi sawah sistem tanam

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani di daerah penelitian,

Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.. Soekartawi, A., Soeharjo,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani di daerah penelitian,