• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kesuburan Tanah Pada Lahan Agroforestri Karet di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kesuburan Tanah Pada Lahan Agroforestri Karet di Desa Marjanji Asih, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Agroforestri Karet

Agroforestri berhubungan dengan sistem penggunaan lahan di mana pohon ditanam bersama – sama dengan tanaman pertanian dan tanaman penghasil makanan ternak. Asosiasi ini meliputi dimensi waktu dan ruang, dimana komponen – komponen ini tumbuh bersama-sama pada lahan yang sama. Dalam sistem ini akan mempertimbangkan nilai – nilai ekologi dan ekonomi dalam interaksi antar pohondan komponen lainnya. Di sisi lain agroforestri merupakan bentuk pengelolaan lahan dengan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem berkelanjutan secara ekologi, sosial maupun ekonomi. Sistem agroforestri dapat dikelompokkan menurut struktur dan fungsinya, dan merupakan kombinasi antara pepohonan, tanaman, padang rumput/makanan ternak dan komponen lainnya (Hairiah, 2003).

(2)

dikelola dengan teknik budidaya sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan petani.

Lebih spesifik lagi pola pencampuran atau kombinasi karet dengan tanaman lainnya menurut Budiman dkk (1994) disebut sebagai suatu Sistem Agroforestri Karet atau Rubber Agroforestry System (RAS) yaitu suatu pola agroforestri pada karet yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil panen, termasuk karet itu sendiri sebagai hasil utama dan juga hasil sampingan seperti 3 buah-buahan, kayu, rotan, dan lain-lain dengan suatu sistem intensifikasi dan untuk kepentingan kelestarian karet tersebut.

Agroforestri memliki 2 tipe bentuk lahan, yakni tipe agroforestri sederhana dan tipe agroforestri kompleks. Pada Sistem agroforestri sederhana adalah menanam pepohonan contoh karet, secara tumpang-sari dengan satu atau beberapa jenis tanaman semusim contoh kakao, kacang-kacangan dan lain-lain. Agroforestri kompleks merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam. Di dalam sistem ini tercakup beraneka jenis komponen seperti pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder (ICRAF, 2013).

(3)

termasuk hewan,tanaman dan jasad renik; (2) tercipta iklim mikro yang cocok bagi organisme lain; (3) sebagai sumber penghasilan tambahan bagi keluarga; (4) mobilisasi unsur hara dalam ekosistem; (5) mengendalikan populasi hama, penyakit dan gulma jauh dibawah ambang ekonomis; (6) mengkonservasi air dan mengoptimalkan pemakaiannya; (7) mengkonservasi berbagai keragaman genetik dengan fungsi yang berbeda dalam menstabilkan ekosistem tersebut (Hairiah dan Sunaryo,1999).

Potensi Tanaman Karet

Indonesia memiliki luas lahan perkebunan karet terbesar di dunia, dengan luas areal mencapai 3,4 juta ha, mengungguli areal karet Thailand (2,67 juta ha) dan Malaysia (1,02 juta ha). Menurut data Ditjenbun (2012), penerimaan devisa negara dari perkebunan karet dapat mencapai 5,27 miliar dolar AS. Selain berperan besar dalam perekonomian, perkebunan karet juga berkontribusi penting dalam peningkatan cadangan karbon. Jumlah penyerapan karbon di perkebunan karet dapat mencapai 4,65 ton CO2/ha tiap tahunnya. Artinya, jumlah karbon yang

diserap dalam areal perkebunan karet selama satu siklus penanaman (±21 tahun) dapat mencapai 97,65 ton CO2/ha. Penyerapan tersebut bersumber dari serasah

tanaman karet (64,99 ton CO2/ha) dan biomassa tanaman (32,59 ton CO2

Sumatra dan Kalimantan adalah daerah penghasil karet terbesar di Indonesia dengan sentra produksi tersebar di Sumatra Selatan (668 ribu hektar), Sumatra Utara (465 ribu hektar), Jambi (444 ribu hektar), Riau (390 ribu hektar), dan Kalimantan Barat (388 ribu hektar). Sementara Sulawesi Selatan adalah

(4)

Provinsi yang memiliki luas perkebunan karet terbesar di Sulawesi yaitu sekitar 19 ribu hektar (Janudianto dkk, 2013).

Tanaman karet juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin memprihatinkan. Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan biomassa dapat digunakan untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah. Daur hidup tanaman karet yang demikian akan terus berputar dan berulang selama satu siklus tanaman karet paling tidak selama 30 tahun. Oleh karena itu, keberadaan pertanaman karet sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan, karena mampu berperan sebagai penyimpan dan sumber energi (Indraty, 2005).

(5)

Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya dan mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yaitu suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi dapat dilakukan dengan sampling, bagian dari metodologi berhubungan dengan pengambilan sebagian dari tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak, cara peletakkan petak dan teknik analis vegetasi yang digunakan (Loveless, 1983).

(6)

Dalam analisis vegetasi juga bertujuan untuk menghitung kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP) pada suatu tegakan. Kerapatan adalah jumlah individu per satuan luas atau per unit volume, Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah plot yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya spesies dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Indeks Nilai Penting (INP) atau important value index merupakan indeks kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi dalam ekosistemnya. Apabila nilai INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis itu sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut (Irwanto, 2007).

Sifat Kimia Tanah

(7)

direncanakan, sehingga produksi hasil usaha akan lebih maksimal dan mampu meningkatkan kesuburan tanah serta penambahan unsur hara bagi tanaman yang diusahakan baik secara kualitas maupun kuantitas (Yamani, 2010).

Sifat kimia tanah merupakan salah satu komponen yang dapat dijelaskan untuk menentukan kesuburan. Komponen kimia tanah tersebut meliputi pH tanah, N, P, C-organik, dan KTK. Adanya perbedaan sifat kimia ini, dapat diketahui dari tanah lapisan atas bumi yang merupakan campuran dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk, akibat pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian membentuk tanah yang subur (Saridevi, 2013).

(8)

Fenomena yang menarik juga menunjukan bahwa kandungan C-organik pada lapisan ≤ 30 cm lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan 30 -60 cm. Kandungan C-organik yang rendah merupakan indikator rendahnya jumlah bahan organik tanah yang tersedia dalam tanah (Gerson, 2008). Hal ini di sebabkan karena lapisan tanah bagian atas merupakan tempat akumulasi bahan-bahan organik. Jatuhnya dedaunan, ranting dan batang dari vegetasi di atasnya sebagai sumber bahan organik utama. Menurut Wasis (2012), pembukaan lahan dengan perambahan hutan juga berdampak menurunkan jumlah kandungan bahan organik tanah terutama C-organik, N-total dan P.

Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak. N

diserap tanaman dalam bentuk ion NO3- (Nitrat) atau NH4+

(9)

nitrogen organik yang di dekomposisi oleh mikroorganisme tanah menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman (Izzudin, 2012).

Fosfor (P) merupakan unsur hara kedua setelah nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan baik dan normal. Kertersediaan unsur P dalam tanah sangat ditentukan oleh sifat dan jenis tanah. Unsur P berperan dalam pembentukkan biji dan buah. Adrinal (2012) mengemukakan bahwa semakin baiknya kondisi hara tanah tanah terutama P-tersedia ini diduga karena meningkatnya pH tanahnya. Tingginya P-tersedia pada hutan primer kemungkinan disebabkan oleh pengaruh pH tanah yang netral yaitu pH 6,59. Ketersediaan unsur P ditentukan oleh pH dan konsentrasi P itu sendiri. Pada tanah bereaksi masam (pH rendah), P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe, dan Mn, yang mengubah P menjadi tidak larut dan juga tidak tersedia bagi tumbuhan tanaman.

(10)

Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan suatu koloid untuk mengadsorpsi kation dan mempertukarkannya. Besarnya KTK suatu tanah ditentukan oleh faktor-faktor berikut antara lain tekstur tanah, tanah bertekstur liat akan memilki nilai KTK lebih besar dibandingkan tanah yang bertekstur pasir. Hal ini karena liat merupakan koloid tanah, kadar bahan organik, oleh karena sebagian bahan organik merupakan humus yang berperan sebagai koloid tanah, maka semakin banyak bahan organik akan semakin besar KTK tanah, jenis mineral liat yang terkandung di tanah, jenis mineral liat sangat menentukan besarnya KTK tanah (Mukhlis dkk, 2011).

Kandungan unsur hara tanah memiliki berbagai kriteria. Kriteria status hara tanah untuk tanaman karet dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria status hara tanah untuk tanaman karet (Adiwiganda, 1994).

Unsur Hara Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

C (%) < 1.00 1- 2 2.01- 3.00 3.01- 4.00 > 4.00

N (%) < 0.10 0.10- 0.20 0.21- 0.50 0.51- 0.80 > 0.80

P (ppm) < 5 5- 15 16- 25 26-35 > 35

K (me/100g) < 0.10 0.10- 0.30 0.31- 0.50 0.51- 0.70 > 0.70

Ca (me/100g) < 0.25 0.25- 1.00 1.01- 1.75 1.76- 2.50 > 2.50

Mg

(me/100g) < 0.20 0.20- 0.50 0.51- 0.80 0.81- 1.10 > 1.10

KTK

(me/100g) < 5 5- 16 17- 28 29-40 > 40

Sangat

Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis

(11)

Tanah

Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan

batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam

tanah terdapat pula udara danair yang berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman (Fauzi, 2008).

Darmawijaya (1990) menjelaskan bahwa sifat tanah sangat menentukan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, baik sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Sifat fisik tanah antara lain tekstur, struktur dan permeabilitas tanah. Sifat kimia tanah antara lain pH tanah dan kandungan unsur hara. Kandungan hara, terdiri dari kandungan nitrogen, fospor, kalium dan bahan organik. Sifat biologi tanah antara lain mikroorganisme pengurai bahan organik di dalam tanah.

(12)

pada waktu yang bersamaan memungkinkan aerasi yang cukup pada akar, maka tanah itu dinilai mempunyai hubungan air dan udara yang cocok. Banyaknya unsur hara di dalam tanah tidak menjamin tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tetapi tergantung juga dari hubungan air dan udara yang memungkinkan tanaman dapat mempergunakan unsur hara tersedia secara efisien, perkembangan akar lebih intensif dan proses biologi dan kimia berlangsung baik pada kondisi optimum (Hasibuan, 1981).

Keragaman sifat tanah secara alamiah adalah akibat dari faktor dan proses pembentukannya mulai dari bahan induk berkembang menjadi tanah pada berbagai kondisi lahan. Sehubungan dengan tingginya keragaman tanah tersebut, maka informasi yang lebih objektif tentang kesuburan tanah sangat diperlukan untuk lebih mengarahkan pengelolaan tanahnya. Tanah yang subur akan memiliki nilai status kesuburan yang tinggi, sehingga upaya pemeliharaannya akan dapat dilakukan secara mudah, sedangkan pada tanah kurus nilai kesuburannya yang rendah akan memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif (Adiwiganda, 1998).

Kadar hara tanah di kebun wilayah Sumatera menunjukkan bahwa secara umum kesuburan tanahnya tergolong rendah hingga agak rendah. Kemasaman

(pH) tanah berkisar 4,7–5,5 yang tergolong agak rendah. Kadar karbon (C-organik) tanah lapisan atas berkisar 1–4,4 yang tergolong rendah hingga

(13)

dan Mg juga tergolong rendah, Secara umum tingkat kesuburan tanah kebun wilayah Sumatera sedikit lebih baik dibanding tanah kebun wilayah Kalimantan (Koedadiri dkk. 1999).

Uji Tanah

Uji Tanah adalah pengukuran sifat kimia dan fisika yang diperlakukan terhadap tanah dan dapat memberikan informasi kepada kebutuhan hara tertentu. (Nelson and Anderson,1977 dalam Mukhlis, 2007) mengemukakan bahwa uji tanah adalah pengukuran terhadap tanah untuk hara tertentu yang memberikan informasi tertentu kepada kebutuhan pupuk. Kesuburan Tanah menghendaki bentuk hara yang tersedia, yaitu bentuk unsur yang dapat diserap oleh akar tanaman, maka hasil analisis tanah lebih diarahkan untuk menggambarkan jumlah unsur yang tersedia tersebut. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara yang benar (Hardjowigeno, 1987).

(14)

pupuk dari hasil uji tanah serta pengambilan contoh tanah (Melsted and Peck, 1972 dalam Mukhlis, 2007). Dengan demikian program uji

tanah dapat dirangkum dalam empat komponen pokok yaitu, pengambilan contoh tanah, analisis tanah, interpretasi, evaluasi dan rekomendasi.

Gambar

Tabel 1. Kriteria status hara tanah untuk tanaman karet (Adiwiganda, 1994).

Referensi

Dokumen terkait

2.1 Semua murid terlibat dan mengambil bahagian dalam pertandingan membuat kad ucapan Hari Raya Aidilfitri yang mengandungi nilai-nilai Pendidikan Moral.. Hadiah disediakan untuk

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Direktur, pemilik, tim member dan manajer proyek dapat melakukan pengontrolan proyek terhadap ruang lingkup, waktu, biaya, kualitas, dan sumber daya manusia dengan

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kepadatan kultur Daphnia carinata King dan fotoperiode yang berbeda terhadap produksi efipium.. Hasil

Prosedur ini bertujuan memberi latihan SEMUA guru-guru dan staf sekurang-kurangnya 7 hari dalam tahun semasa untuk meningkatkan kompetensi bagi melaksanakan P &amp; P yang

Pelayanan yang diterapkan PT Serasi Transportasi Nusantara (Orenztaxi) yaitu dengan memberikan standard grooming senyum, salam, sapa (3S) kepada setiap pelanggan

juga akan menghasilkan anak yang baik karena sering. orang tua memberikan perhatian berlebihan,