• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Dan Kadar Air Pada Minyak CPO Dari Storage Tank PTP. Nusantara IV Dolok Ilir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Dan Kadar Air Pada Minyak CPO Dari Storage Tank PTP. Nusantara IV Dolok Ilir"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palem

yang termasuk tanaman tahunan. Berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada

yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih

banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada

kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya seperti Malaysia,

Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per

hektar yang lebih tinggi. Bagi pembangunan perkebunan Nasional. Indonesia merupakan

salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh perintah colonial Belanda

pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius

dan Amsterdam dan ditanam dikebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan

dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit

di Indonesia adalah Ardien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa

sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya

perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mulai

berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi dipantai Timur Sumatera (Deli)

dan Aceh.

Pada masa pendudukan Belanda, kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun kemajuan

pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan perkembangan perekonomian Nasional.

(2)

termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit

mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia pada tahun 1957, pemerintah

mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan

perwira-perwira militer disetiap jenjang managemen perkebunan yang bertujuan

mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL (buruh militer) yang

merupakan wadah kerja sama antara perkebunan dengan militer. Perubahan managemen

dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negri yang tidak kondusif,

menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi

Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam

rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai

sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk

perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 dengan produksi CPO

sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang

pesat terutama perkebunan rakyat (Yan,F. 2002).

2.2. Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir dan berkiprah

di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik (perkebunannya dapat ditemukan antara

lain di Sumatera Utara dan D.I. Aceh) dan produk olahannya minyak sawit menjadi salah satu

komoditas perkebunan yang handal. Konsumsi minyak sawit dunia yang amat besar tidak

(3)

Kelapa sawit harus melewati rentang waktu yang cukup panjang.Didatangkan ke Indonesia

pada tahun 1848 dan baru dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan pada

tahun 1911.Jadi,kelahiran perkebunannya membutuhkan waktu sekitar 63 tahun.

Mulai tahun 1911, barulah kelapa sawit dibudidayakan secara komersial. Orang yang

merintis usaha ini adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang

kelapa sawit di Afrika. Ia mengusahakan perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput (Aceh)

dan di Pulu Radja (Asahan).

Rintisan Hallet ini kemudiann diikuti oleh K.Schadt, seorang Jerman, yang

mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah Itan Ulu di Deli. Kemungkinan bibit kelapa

sawit yang digunakannya adalah kelapa sawit Deli jenis yang waktu itu banyak menghiasi

jalanan di Deli (asumsi ini timbul karena perkebunan milik K. Schadt diselenggarakan di

Deli). Perihal kelapa sawit Deli ini, Hallet punya pendapat yang amat menarik : kelapa sawit

Deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya juga lebih baik dibandingkan dengan kelapa

sawit yang diusahakan secara komersial oleh A. Hallet, kemudian diikuti oleh K. Schadt,

menandai lahirnya kebunan sawit di Indonesia (Tim Penulis PS, 1997).

2.3. Klasifikasi Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi

secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus

Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

(4)

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq.

2. E. oleifera (H.B.K.) Cortes

3. E. odora (Pahan, 2006).

2.4. Tipe-Tipe Buah Kelapa Sawit

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (epikarp),kelapa sawit dibedakan menjadi lima

varietas utama yaitu :

1. Varietas Dura

Tempurung cukup tebal (2-8mm), daging buah tipis,persentase daging buah

terhadap buah 35%-50%, inti buah (kernel) besar , tetapi kandungan minyaknya

rendah.

2. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis ,bahkan hamper tidak ada . Daging buah tebal,inti buah

sangat kecil.Kandungan minyak pada buah cukup tinggi karena sabutnya (daging)

tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil.

3. Varietas Tenera

Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan varietas Psifera (P)

sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (D×P) merupakan

perpaduan antara kedua sifat induknya , yaitu Dura sebagai ibu dan Psifera

sebagai bapak. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5 – 4,0 mm persentase

daging buah terhadap buah 60–90% , kandungan minyak daging buah 18-23%,

dan kandungan minyak inti 5%.

4. Varietas Macro Carya

(5)

5. Varietas Dwikka Wakka

Dwikka wakka mempunyai cirri yang khas, yaitu daging buahnya (sabut) berlapis

dua . Oleh karena itu ia disebut Dwikka.

Berdasarkan warna kulit buahnya, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :

1. Nigrescens

Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga

kemerahan jika sudah tua/masak.

2. Virescens

Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika

sudah tua / masak , namun masih meninggalkan sisa-sisa wrna hijau.

3. Albescens

Warna kulit keputih-putihan pada saat masih muda dan berubah menjadi

kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

Di antara ketiga varietas diatas , Nigrescens paling banyak di budidayakan .Virescens dan

Albescens jarang dijumpai dilapangan ,umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian

oleh lembaga-lembaga penelitian.(Hadi, 2004)

2.5. Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit telah luas digunakan sebagai bahan baku produk pangan dan non pangan.

Untuk aplikasi menjadi beberapa produk minyak sawit harus memiliki mutu yang baik dan

disesuaikan dengan karakteristiknya. Produk pangan lebih dititik beratkan pada titik leleh dan

kandungan lemak padat sedangkan produk non pangan pada komposisi asam lemak.

(6)

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak

inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit

(palm kernel mealatau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah

mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah

dicetak kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. Setelah itu

bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. (Ketaren, 1986)

Crude Palm Oil yang diekstrak secara komersial dari TBS walaupun dalam jumlah

kecil mengandung komponen dan pengotor yang tidak diinginkan. Komponen ini termasuk

serat mesokrap, kelembaban, bahan-bahan tidak larut, asam lemak bebas, phospholipida,

logam, produk oksidasi, dan bahan-bahan yang memiliki bauyang kuat. Sehingga diperlukan

proses pemurnian sebelum digunakan. Pemurnian CPO dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu pemurnian fisik dan pemurnian kimiawi. Perbedaan utama dua jenis pemurnian ini ada

pada cara menghilangkan asam lemak bebas. Akan tetapi kedua metode dapat menghasilkan

Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang memiliki kualitas dan stabilitas yang

diinginkan. (Ayustaningwarno, 2012)

Minyak kelapa sawit diekstraksi dari mesocarp buah kelapa mengandung sekitar 50%

lemak dan 40% lemak tak jenuh. Kelapa sawit terdiri dari 16 karbon asam lemak jenuh, asam

palmitat, asam oleat tak jenuh tunggal dan 10% asam linoleat, yang merupakan asam lemak

omega-6 tak jenuh. Asam linoleat adalah salah satu dari dua asam lemak esensial yang

manusia memerlukannya. Ada beberapa perbedaan kecil antara metode ekstraksi minyak

yang digunakan oleh petani kecil dan proses yang berlaku di pabrik minyak industri. Setelah

dipanen, TBS diperbolehkan untuk fermentasi untuk waktu (1-6 hari) pada suhu kamar,

sehingga memungkinkan mudah pemisahan buah dari kelompok itu. Buah kemudian direbus

selama beberapa jam. Dalam metode tradisional, buah direbus ditumbuk menjadi bubur

(7)

dan menekan off. Dalam banyak metode modern, menekan sekrup manual atau bermotor

yang digunakan untuk memeras minyak dari buah direbus. Minyak akhirnya dipanaskan

untuk menghilangkan air sisa. (Frank et al, 2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak bebas,

bilangan peroksida dan adanya pemucatan. Faktor-faktor lainnya adalah titik cair, kandungan

trigliserida padat, refining loss, plasticitydan spreadability, sifat transparan, kandungan logam

berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu

minyak inti kelapa sawit. (Ketaren, 1986)

2.6. Sifat-Sifat Fisik Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak meskipun serupa dalam struktur kimianya menunjukkan

keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisiknya :

1. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh

adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar.

2. Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan bertambahnya panjang

rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu, dan berkurang dengan tidak jenuhnya

rantai karbon.

3. Berat jenisnya lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat molekul rendah dan

trigliserida yang tidak jenuh. Berat jenis menurun dengan bertambahnya suhu.

4. Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase

padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dan dengan tekanan memisah yang

cocok, dapat bergerak sendiri lepas dari kristal lain. Jadi lemak mempunyai struktur

seperti benda padat plastik. Sifat-sifat plastik dari lemak menyebabkan lemak

(8)

5. Oleh karna minyak dan lemak adalah campuran trigliserida, titik cairnya tidak tepat.

Makin pendek rantai asam lemak makin rendah titik cair trigliserida itu. Cara-cara

penyebaran asam-asam lemak dalam suatu lemak juga mempengaruhi titik cairnya.

6. Titik cair kristal-kristal suatu lemak dapat berbeda-beda berdasarkan dua mekanisme

utama. Pertama karena heterogenitas kristal-kristal. Karena minyak dan lemak

merupakan campuran trigliserida kristal lemak juga dapat berbeda-beda. Pada

umumnya pendingin lemak cair secara cepat akan menghasilkan kristal yang terdiri

dari campuran trigliserida. Kedua, oleh karena bentuk kristal yang berbeda-beda.

Trigliserida murni dapat mempunyai beberapa bentuk kristal, yaitu menunjukkan

polimorfisme. Masing-masing bentuk ditandai titik cair, berat jenis dan stabilitas

masing-masing dan juga bentuk lain. (Buckle, 1987)

2.7. Sifat Kimia dari Minyak dan Lemak

1. Dapat dihidrolisis oleh pemanasan yang tinggi, atau oleh asam atau basa serta oleh

enzim lipase.

2. Radincidity (sifat tengik)

Adalah suatu sifat minyak dan lemak dimana bila dibiarkan berhubungan dengan

udara akan timbul bau tengik. Hal ini disebabkan karena hidrolisis, terbentuk asam

lemak, lemak yang rantai atom C nya pendek yang berbau sangat keras, atau bisa juga

karena teroksidasinya ikatan rangkap. Bila ikatan rangkap teroksidasi maka akan

pecah membentuk keton, aldehida atau asam karboksilat rantai pendek yang berbau

(9)

3. Hidrogenasi dari minyak

Karena minyak mengandung ikatan rangkap, maka bila dihidrogenasi akan menjadi

padat. Sifat ini digunakan dalam pembuatan mentega tiruan dari minyak nabati.

Demikian pula pembuatan sabun untuk menghilangkan bau tengik bisa digunakan

hidrogenasi.

4. Auto Oksidasi

Karena adanya ikatan rangkap pada lemak dan minyak, maka bila terdapat oksidator

akan terjadi oksidasi pada ikatan rangkap tersebut.

5. Trans Esterifikasi

Seperti pada ester, yang tersusun dari alcohol dan asam karboksilat, maka lemak dapat

juga mengalami trans esterifikasi. (Ismail, 1982)

2.8. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang

berasal dari daging buah, sedangkan inti sawit untuk memperoleh inti dari biji (Nut). Proses

pengolahan minyak kelapa sawit terdiri dari beberapa proses antara lain :

2.8.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Station)

Penerimaan Tandan Buah Sawit (TBS) yang diangkut dari kebun sebelum diterima,

ditimbang terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :

• Truk berisi TBS ditimbang dan dinyatakan sebagai bruto.

• Setelah ditimbang TBS dibongkar di Loading Ramp dan truk kosong

(10)

• Selisih antara bruto dan tara adalah netto dan merupakan berat TBS yang

diterima di pabrik.

TBS yang diterima dimasukan ke dalam Loading Ramp yang sebelumnya diadakan

peyortiran terhadap mutu dan buah kelapa sawit yang dilakukan sesuai criteria panen yang

diterapkan.

Dengan menggunakan rebusan vertical sterilizer maka untuk menerima tandan buah

segar dan mengirimkannya ke rebusan cukup dengan menggunakan scrapper bar conveyor

yang di gerakkan oleh Hydraulic motor. Cages (lori) tidak di gunakan lagi seperti pada

system Horizontal sehingga kebutuhan bangunan juga tidak terlalu luas

2.8.2. Stasiun Rebusan (Sterilizing Station)

Terpasang 3 buah unit Vertical Sterilizer kapasitas masing-masing 25 ton yang di kontrol

secara interlock melalui Cylinder Hydraulic dan valve menggunakan control Pneumatic.

Control system menggunakan unit PLC dan untuk berkomunikasi (menginput variable yang

di perlukan) antara mesin dengan operator terdapat piranti HMI yang terpasang panel panel

kontrol. Untuk merebus buah digunakan uap air dengan tekanan 2,6 -3,0 Kg/cm2 . Lama

waktu proses perebusan berkisar 74 – 80 menit.

Tujuan Perebusan TBS :

• Menghilangkan enzim penghasil asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid

(FFA)

• Mempermudah proses pelepasan inti sawit (kernel) dari cangkangnya.

• Melunakkan buah agar brondolan mudah terlepas dari tandannya

• Menurunkan kadar air dalam buah

(11)

• Mengurangi kadar air dalam inti

2.8.3. Stasiun Bantingan (Threshing Station)

Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara

membanting tandan buah segar (TBS) kedalam drum thresher. Thresher ini berupa drum

silinder panjang yang berputar secara horizontal dengan kecepatan putar 21 rpm.Drum

dirancang dengan kisi–kisi yang berfungsi untuk meloloskan berondolan. Thresher ini

berkapasitas 30 ton/jam.

Stasiun Threshing terdiri dari beberapa bagian alat atau mesin dan dalam proses

pengoperasiannya sangat berkaitan satu sama lain. Maksud dan tujuan desain dari pada

stasiun ini adalah sebagai berikut :

• Untuk melepaskan buah (tandan buah segar yang sudah direbus) dengan tandannya

dengan sistem bantingan.

• Untuk menjaga kestabilan/pemerataan secara kontinu agar kapasitas pengolahan

Tandan Buah Segar dapat tercapai sesuai desain pabrik dengan pengoperasian hoist

cycle, rpm auto feeder maupun supervisi yang benar.

Hasil proses pada stasiun ini adalah memisahkan brondolan (cook fruitless) dari

tandannya dengan cara beberapa kali bantingan pada drum thresher. Brondolan (cook

fruitless) dibawa ke stasiun press dengan fruit elevator maupun conveyor untuk diekstraksi,

kemudian tandan kosongnya (janjangan kosong/jjk) tidak langsung di buang tetapi melewati

mesin pencacah dan pemeras untuk mengutip sisa minyak yang ada sehingga hasil akhir dari

proses ini janjang kosong sudah berubah menjadi fiber.

(12)

Digester merupakan satu mesin pengadukan brondolan untuk memisahkan fibre dari nut

dan melepaskan minyak dari “oil bearing cells”. Screw Press merupakan pengepresan

brondolan untuk mendapatkan rendemen yang maksimal dan kernel pecah yang

minimal. Digester atau bejana pengaduk dilengkapi dengan lengan pengaduk (long and short

arms) yang berfungsi untuk merajang buah, sehingga terjadi pelepasan pericarp dan biji

sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Disamping itu dilengkapi pula dengan pemanas

untuk mempersiapkan massa brondolan agar lebih mudah dipress oleh screw press. Volume

digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak. Digester yang terlalu penuh akan

memperlama proses pengadukan, sehingga perajangan akan menjadi sempurna, karena

ketinggian buah dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi

dan tahanan lawan terhadap pisausemakin tinggi dan pemecahan kantong minyak

danpemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna.

2.8.5. Stasiun Presan (Pressing Station)

Kempa (Pressan) adalah alat untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari serat-serat

dalam daging buah. Alat ini dilengkapi sebuah silinder (press cylinder) yang

berlubang-lubang (±22.000 buah) dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berpitar

berlawanan arah.Tekanan kempa di atur oleh 2 buah konus (cones) berada pada bagian ujung

pengempa, yang dapat di gerakkan maju mundur secara hidraulik. Massa yang keluar dari

ketel adukan masuk ke main screw untuk di kempa lebih lanjut. Minyak yang keluar dari

lobang silinder press di tamping dalam talng minyak (Oil gutter). Untuk mempermudah

pemisahan dan pengaliran minyak pada Oil gutter dilakukan penambahan/pengenceran air

panas dari hot water tank dengan temperatur ≥95℃.

Putaran main screw distel 10-11 per-menit sehingga berkapasitas 10-11 ton

TBS/jam. Pada pemasangan baru, jarak antara screw dan bagian dalam silinder press adalah 2

(13)

di anggap aus dan perlu diganti. Semakin aus kondisi main screw, semakin turun kapasitas

pressan. Keausan main screw dimulai dari ujung menuju ke pangkal

2.8.6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dari kotoran dan unsur–

unsur yang dapat mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan kehilangan minyak

seminimal mungkin. Proses pemisahan minyak, air, dan kotoran dalakukan dengan system

pengendapan, sentrifuge, dan penguapan. Beberapa peralatan permurnian minyak yang

digunakan pada stasiun klarifikasi adalah sebagai berikut :

a. Talang Minyak (Oil Gutter).

Talang minyak berfungsi untuk menampung minyak hasil ekstraksi dari mesin press

selanjutnya dilakukan pengenceran. Pengenceran bertujuan untuk memudahkan pemisahan

minyak dengan pasir dan serat yang terdapat didalam minyak, suhu air pengenceran 80 –

90oC.

b. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank).

Tangki Pemisah Pasir berfungsi untuk mengurangi jumlah pasirdalam minyak yang

akan dialirkan ke ayakan (saringan), dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir

kasar yang dapat menyebabakan kehausan ayakan.

c. Ayakan Getar (Vibrator Screen).

Merupakan ayakan getar yang berfungsi untuk menyaring material-material yang

terbawa oleh minyak kasar. Massa padatan yang berupa ampas yang di saring dikembalikan

ke timba buah untuk dip roses kembali. Sedangkan cairan minyaknya ditampung dalam

tangki minyak kasar.

(14)

Bak RO atau Crude oil tank (tangki minyak mentah) adalah penampung minyak

mentah yang telah disaring untuk dipompakan ketangki pemisah. Fungsi utama dari Bak RO

adalah untuk meningkatkan temperature sebelum minyak kasar di pompakan ke CST. Cairan

yang mempunyai berat jenis yang lebih ringan akan naik ke permukaan yang selanjutnya

akan mengalir ke continous settling tank melalui Balance Tank terlebih dahulu . Untuk

menjaga suhu tetap konstan pada 90 – 95℃ maka perlu diberikan penambahan panas dengan

cara menginjeksiakan uap kedalam tangki.

e. Balance Tank (BT)

Balance tank adalah tangki penampung minyak yang dipompakan dari Bak RO

sebelum dimasukkan kedalan CST.Fungsi dari tangki ini adalah untuk mengurangi tekanan

cairan yang dipompakan langsung ke CST sehingga caira di CST tetap dalam kondisi yang

stabil.

f. Continous Settling Tank (CST).

Continous Settling Tank berfungsi untuk mengendapkan sludge (lumpur) yang

terkandung dalam minyak kasar, untuk mempermudah pemisahan, suhu harus dipertahankan

antara ±95℃ dengan sistem injeksi uap. Didalam CST minyak dibagi menjadi tiga bagian,

bagian atas adalah minyak yang diambil dengan bantuan skimer untuk dialirkan kedalam oil

tank, bagian tengah merupakan sludge yang masih mengandung minyak yang akan dialirkan

ke sludge tank, dan bagian bawah merupakan air untuk menaikan level minyak.

Cairan minyak dari CST dialirkan ke Oil Tank sebagai penampung sementara untuk

dapat di proses lebih lanjut di Oil purifier dan Vacum Drier.

g. Sludge Tank dan Oil Tank (OT)

(15)

Oil tank adalah tangki penampung minyak sementara hasil pemisahan di CST.

Sebelum dip roses di Oil purifier dan Vacum Drier. Pada tangki ini minyak dipanasi sebelum

diolah lebih lanjut pada sentrifugasi minyak atau Oil Purufier.Diusahakan Tangki tetap berisi

untuk menjaga Temperatur pemanasan ± 90℃. Sistem pemansan dilakukan dengan pipa

spiral yang uap. (steam Coil). Oil Tank berbentuk silinder dengan bagian dasar berbentuk

kerucut yang dilengkapi dengan kran untuk Spui endapan/kotoran.

Sludge tank adalah tangki penampung sementara Sludge dari hasil pemisahan CST

sebelum diolah ke Sludge Separator. Sludge tank ini berbentuk silinder yang bagian

bawahnya berbentuk kerucut yang dilengkapi kran untuk Spui endapan/kotoran. Pemanasan

ini dilakukan dengan sistem Steam Coil dan Temperatur cairan dalam tangki 95 - 100℃.

h. Selft Cleaning Strainer

Selft Cleaning Strainer adalah alat yang digunakan untuk mengolah sludge dari sludge

tank, berfungsi untuk memisahkan serabut yang masih ada dalam sludge sebelum diolah

dalam sludge separator.Alat ini terdiri dari tabung silinder yang berlubang lubang halus dan

sikat sikat yang berputar bersama poros ditengah tengah silinder tersebut.Cairan yang telah

tersaring keluar dari bagian atas menuju kedalam Desanding Cyclone, Sedangkan serabut

atau sampah dibuang dari bagian bawah.

i. Desanding Cyclone

Desanding Cyclone atau Sand Cyclone adalah alat untuk memisahkan pasir halus

yang masih terbawa oleh sludge. Bila alat ini bekerja dengan baik maka sangat bermanfaat

(16)

j. Sludge Separator

Cairan Sludge dari sludge tank dipompakan ke Self Cleaning Strainer dan Desanding

Cyclone.Selanjutnya dipompakan ke Buffer Tank yang terletak ± 7 m diatas Sludge

separator.Pada buffer tank dibuat pipa overflow kembali ke sludge tank.

Sludge Separator adalah alat untuk memisahkan minyak dari sludge dengan gaya

sentrifugal yang ditimbulkan dari putaran 5000 rpm. Minyak yang berat jenis nya lebih kecil

akan bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudu sudu disc Jumlah Sludge

Separator yang harus disediakan di PKS tergantung pada besarnya kapsitas olah. Pada PKS

berkapasitas 30 ton TBS/ Jam, di perlukan 4 Unit Sludge Separator dengan rincian 3 Unit

dioperasikan dan 1 Unit cadangan siap operasi.

k. Oil Purifier.

Oil purifier berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran – kotoran

halus yang masih ada dalam minyak, pemisahan minyak dilakukan dengan cara perbedaan

berat jenis yang dimiliki minyak dan air. Minyak dip roses dengan sistem sentrifuge dengan

kecepatan ± 7.500 rpm. Akibat gaya sentrifuga yang terjadi, maka minyak yang mempunyai

berat jenis lebih ringan bergerak kearah poros dan terdorong keluar dan sudu sudu disc.

Jumlah Oil purifier yang harus disediakan di PKS tergantung pada besarnya kapsitas olah.

Pada PKS berkapasitas 30 ton TBS/ Jam, di perlukan 3 Unit Oil purifier berkapasitas @4.500

Liter/jam dengan rincian 2 Unit dioperasikan dan 1 Unit cadangan siap operasi.

l. Vacum Dryer

Vakum dryer digunakan untuk memisahkan air dengan minyak dengan cara

penguapan hampa. Uap air yang terkandung dalam minyak akan terhisap pada tekanan

(17)

0,25-0,30 % , dibawah pelampung terdapat Toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan

kedalam bejana vacum dryer sehingga kehampaan dalam vakum dryer tetap 76 cmHg.

Kemudian melalui nozzel, minyak akan disemburkan kedalam bejana sehingga penguapan air

akan lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana

digunakan float valve dibagian bawah bejana. Pada proses ini bertujuan untuk mendapatkan

Referensi

Dokumen terkait

1) Mendidik masyarakat miskin untuk terus mene- rus menemukenali potensi diri yang dimiliki baik individu, keluarga, maupun lingkungan (keteram- pilan, material, dan

Perbincangan cara hidup lama orang Sunda dengan cara baru (cara Belanda) juga didasarkan atas wacana kemajuan. Wacana kemajuan dalam proses ini menjadi legitimasi

Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, International Catholic Migration Commission (ICMC) dan American Center for International Labor Solidarity (ACILS)..

Data Kualitatif Uji Debu Erupsi Gunung Sinabung Dengan Alat XRD.. Kode Rumus Kimia

Sehingga harapan dari adanya administrasi penjualan yang sudah teratur dengan sistem komputer dapat dengan mudah untuk menganalisa perkembangan yang dicapai Toko Roti Saint Marie

[r]

Biografi Kehidupan Cheguevara merupakan sebuah aplikasi multimedia yang berisi informasi mengenai Riwayat Hidup Cheguevara, yang dikemas kedalam bentuk yang menarik dan

[r]