• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Prior Experience Dan Advertising Terhadap Ketidakpuasan Konsumen Melakukan Brand Switching Dalam Pembelian Produk Krim Pelembab Wajah (Studi Kasus Perumahan Pertama Hijau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Prior Experience Dan Advertising Terhadap Ketidakpuasan Konsumen Melakukan Brand Switching Dalam Pembelian Produk Krim Pelembab Wajah (Studi Kasus Perumahan Pertama Hijau)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Perpindahan Merek (Brand Switching)

2.1.1 Definisi Merek (Brand)

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda

yang berupa gambar, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Berdasarkan Undang-undang Merek

Dagang, penjual diberi hak khusus untuk menggunakan merek selama-lamanya.

Merek dapat didefinisikan sebagai sebuah “nama, istilah, tanda, lambang

atau desain yang di maksudkan untuk membedakan barang atau jasa dari suatu

penjual atau kelompok penjual tertentu (Kotler dan Keller, 2009:258).

2.1.2 Difinisi Perpindahan Merek (Brand Switching)

Perpindahan merek (brand switching) adalah perpindahan loyalitas dari satu merek ke merek lain dalam kategori produk sejenis, untuk berbagai macam

alasan tertentu (Petter dan Olson, 2003:408). Kotler dan Armstrong (2001:223)

menjelaskan bahwa pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari

variasi (variety seeking buying behavior) dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti sehingga

(2)

Perpindahan merek dapat terjadi karena beragamnya produk yang di

pasarkan sehingga menyebabkan adanya perilaku memilih produk yang sesuai

dengan kebutuhan atau terjadi masalah dengan produk sebelumnya. Beberapa

situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan kosumen yang rendah pada suatu

produk, namun berbagai merek yang ada memiliki perbedaan yang signifikasi satu

sama lainnya. Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan perpindahan merek

(Morissa, 2010:117).

Tingkat perpindahan merek dapat menunjukkan sejauh mana sebuah

merek memiliki pelanggan yang loyal. Semakin tinggi tingkat perpindahan merek

yang dilakukan pelanggan, maka semakin tidak loyal pelanggan kita. Perpindahan

merek dapat disebabkan oleh faktor beragamnya produk di pasar sehingga muncul

keinginan konsumen untuk mencoba sesuatu yang baru.Perilaku perpindahan

merek(brands witching behaviour) dapat disebabkan oleh ketidakpuasan

konsumen, iklan pesaing dan perilaku mencari variasi.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perpindahan Merek (Brand Switching)

Konsumen melakukan perpindahan merektentu karena adanya

pertimbangan yang telah dilewati. Loprang (2015), munculnya perilaku berpindah

merek dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Faktor Ketidakpuasan terhadap Produk

Ketidakpuasan terhadap Produk merupakan faktor yang dipertimbangkan

(3)

ada tidaknya resiko ketika mencoba produk lain, ada tidaknya keluhan

dalam pemakaian produk, perpindahan merek yang disebabkan adanya

keluhan, kesesuaian produk dengan harapan, perpindahan merek yang

disebabkan kualias yang tidak sesuai, dan kepuasan/ketidakpuasan

bergantung pada kualitas produk.

2. Faktor Kualitas Produk

Kualitas Produk merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam

melakukan perpindahan merek, dengan indikator kualitas produk,

kelebihan/keistimewaan produk, higienisitas produk, variasi produk dan

kualitas bahan baku produk. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk

menjadi pertimbangan seorang pembeli untuk melakukan pembelian ulang,

karena selama dan setelah pemakaian produk atau jasa, konsumen

mengembangkan rasa puas atau tidak puas yang umumnya dinilai dari

kualitas produk yang mereka gunakan.

3. Faktor Mencari Variasi (Variety Seeking)

Variety Seeking merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam

melakukan perpindahan merek, dengan indikator mencari variasi produk,

keinginan mencoba merek lain, senang mencoba produk baru, mengatasi

kejenuhan dengan mencoba variasi yang berbeda. Hal ini menunjukkan

kebutuhan mencari variasi merupakan bentuk keinginan konsumen untuk

mencoba hal-hal yang baru yang jarang atau yang tidak pernah

(4)

4. Faktor Iklan

Iklan merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam

melakukan perpindahan merek, dengan indikator iklan yang tepat sasaran,

iklan yang menarik, tagline yang persuasif, waktu iklan yang sesuai. Hal

ini menunjukkan bahwa iklan menjadi faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam keputusan berpindah merek. Tanpa iklan keberadaan

produk kurang mendapat perhatian dari konsumen atau bahkan pelanggan

tidak tahu sama sekali mengenai produk tersebut. Adanya iklan dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya keputusan perpindahan merek.

5. Faktor Harga yang Lebih Murah

Harga yang lebih murah merupakan faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam melakukan perpindahan merek. Dalam faktor kelima ini,

indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah adalah produk yang lebih

murah dari merek lain, kemudian diikuti harga mempengaruhi keputusan

pembelian, kesesuaian harga dengan kualitas produk, dan keterjangkauan

harga mie instan yang saat ini dikonsumsi. Hal tersebut menunjukkan

bahwa harga murah menjadi salah satu indikator penting konsumen untuk

memilih suatu produk.

6. Faktor Perubahan Harga

Perubahan Harga merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen

dalam melakukan perpindahan merek. Faktor ini terdiri dari empat

indikator yaitu kenaikan harga, kesesuaian harga geografis, variasi alat

(5)

menunjukkan perubahan harga menjadi faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam keputusan berpindah merek. Konsumen yang memiliki

rasa sensitif terhadap harga jual dapat mendorong mereka untuk berpindah

ke merek lain yang harganya lebih rendah namun kualitasnya tidak jauh

berbeda dengan produk sebelumnya.

2.2 Ketidakpuasaan Konsumen

2.2.1 Definisi Ketidakpuasan Konsumen

Kepuasan atau ketidakpuasaan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja (hasil) yang dipersepsikan

produk terhadap ekspektasi konsumen. Apabila hasil melebihi harapan konsumen

maka konsumen akan merasa sangat puas dan senang. Jika hasil sesuai dengan

harapan konsumen maka pelanggan akan puas. Jika hasil gagal memenuhi

harapan konsumen, konsumen tidak akan puas. (Kotler dan Keller, 2009:138).

Sedangkan menurut Sangadji dan Sopiah (2013:180) kepuasan atau

ketidakpuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari

perbandingan antara kinerja produk yang nyata dengan kinerja produk yang

diharapkan setelah melakukan pembelian suatu produk.

Kinerja (hasil) produk yang tidak mempuaskan akan mendorong

konsumen untuk bersikap negatif terhadap produk bersangkutan, selain akan

mengurangi kemungkinan produk untuk dibeli kembali atau bahkan tidak menjadi

(6)

2.2.2 Teori Kepuasaan dan Ketidakpuasaan Konsumen

Beberapa teori-teori kepuasaan konsumen menurut Sangadji dan Sopiah,

(2013:183) adalah:

1. Teori Perasaan Afektif Eksperiental.

Dipengaruhi oleh perasaan positif atau negatif yang dari pengalaman

konsumen dengan produk atau pelayanan yang sudah dibeli atau

dikonsumsi sebelumnya.

2. Teori Kepuasaan

Kepuasaan atau ketidakpuasaan konsumen merupakan dampak dari

perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian produk

dengan kineja yang di hasilkan setelah menggunakan atau mengkonsumsi

suatu produk.

3. Teori Keadilan

Teori keadilan berpendapat bahwa masyarakat akan menganalisis rasio

hasil (outcomes) dan masukan (input) mereka terhadap hasil atau masukan

rekan mereka dalam suatu pertukaran, dan bila mereka meihat rasionya

lebih tinggi, maka mereka akan mengalami perasaan tidak adil.

4. Teori Atribusi, Kegagalan Produk dan Kepuasaan Konsumen

Teori atribusi merupakan cara untuk mengidentifikasi penyebab suatu

tindakan. Atribusi yang dibuat konsumen dapat sangat memengaruhi

(7)

5. Kinerja produk aktual

Kinerja produk memiliki pegaruh terhadap kepuasan konsumen secara

independen dari harapan, kelayakan dan atribusi. Jadi, meski konsumen

mengarapkan suatu produk berhasil, mereka akan merasa tidakpuas jika

produk tersebut gagal.

2.2.3 Keluhan Konsumen

Keluahan konsumen mengidentifikasi dua tujuan utama mengeluh.

Pertama, konsumen mengeluh untuk menutupi kerugian ekonomi dan menukar

produk yang bermasalah dengan produk lainnya. Yang kedua, konsumen

mengeluh untuk mengembalikan citra diri mereka. Sering kali pembeliaan suatu

produk terlibat dengan citra diri, sehingga bila produk tidak memuaskan maka

citra diri konsumen akan menurun (Sangadji dan Sopiah, 2013:244)

Nitisusanto (2013:218) membedakan keluhan konsumen yang tidak puas

dalam tiga model, yaitu:

1. Voice complaint adalah keluhan yang desampaikan langsung oleh pembeli

yang tidak puas atas barang atau jasa yang telah dibeli kepada penjual.

2. Private complaint merupakan keluhan yang disampaikan langsung oleh

pembeli yang tidak puas atas barang atau jasa yang telah dibeli kepada

orang lain.

3. Third partycompalaint merupakan tingkat yang paling buruk, yakni

keluhan yang desampaikan langsung oleh pembeli yang tidak puas atas

(8)

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dan KetidakpuasaanKonsumen

Lupiyoadi (2001:158) menyebutkan lima faktor utama yang perlu

diperhatikan dalam kaitannya dengan kepuasan dan ketidakpuasaan konsumen,

antara lain:

1. Kualitas Produk

Konsumen akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa

produk yang mereka gunakan berkualitas dan konsumen akan merasa

kecewa bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa produk yang mereka

gunakan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Kualitas Pelayanan

Konsumen akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang baik atau

yang sesuai dengan harapan dan konsumen akan merasa tidak puas karena

tidak mendapatkan pelayanan yang baik dan tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

3. Emosional

Konsumen merasa puas ketika orang memuji dia karena menggunakan

merek yang mahal.

4. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi dan konsumen

akan merasa kecewa bila harga produk tidak sesuai dengan kualitas

(9)

5. Biaya

Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

puas terhadap produk atau jasa tersebut.

2.2.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Konsumen

Sejumlah faktor yang mempengaruhi apakah konsumen mengeluh atau

tidak telah diidentifikasikan. Mowen dan Minor (2002:103) menyatakan bahwa

kemungkinan perilaku keluhan meningkat bila: 1) Tingkat ketidakpuasaan

konsumen meningkat; 2) Sikap konsumen untuk mengeluh meningkat; 3) Jumlah

manfaat yang diperoleh dari sikap mengeluh meningkat; 4) Perusahaan disalahkan

atas suatu masalah; 5) Produk tersebut penting bagi konsumen; dan 6)

Sumber-sumber yang tersedia bagi konsumen untuk mengeluh meningkat.

Menurut Tjiptono (2001: 101), “ada enam konsep inti yang memiliki

kesamaan diantara beragamnya cara mengukur kepuasan pelanggan”, yaitu :

1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Customer Satisfction)

Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah

langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan

produk atau jasa spesifik yang ditawarkan. Biasanya, ada dua bagian

dalam proses pengukurannya yaitu mengukur tingkat kepuasan konsumen

terhadap produk yang bersangkutan, menilai dan membandingkannya

dengan tingkatkepuasan konsumen keseluruhan terhadap produk dan atau

(10)

2. Dimensi Kepuasan Pelanggan

Berbagai penelitian memilah kepuasan konsumen atau pelanggan kedalam

komponen-komponennya. Umumnya proses semacam itu terdiri atas

empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci

kepuasan konsumen atau pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai

produk atau jasa berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan

atau keramahan staf layanan pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan

menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang

sama. Dan keempat, meminta para pelanggan atau konsumen untuk

menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka paling penting dalam

menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3. Konfirmasi Harapan (Confirmation of Expectations)

Yaitu kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan konsumen dengan

pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini akan lebih ditekankan pada

service quality yang memiliki komponen berupa harapan pelanggan akan

pelayanan yang diberikan (seperti : kebersihan lokasi, kecepatan

pelayanan, keramahan/ kesopanan karyawan).

4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent)

Yaitu kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan

menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan

kembali jasa yang telah diberikan. Pelayanan yang berkualitas dapat

menciptakan kepuasan konsumen dimana mutu pelayanan tersebut akan

(11)

5. Kesediaan Untuk Merekomendasi (Willingness to Recommend)

Yaitu kesedian untuk merekomendasi produk kepada teman atau

keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis dan

ditindaklanjuti. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai

dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan

memuaskan, sehingga melalui kepuasan itu konsumen akan melakukan

pembelian jasa atau memutuskan untuk menggunakan jasa dan pada

akhirnya akan merekomendasikan hal itu kepada orang lain.

6. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer Dissatisfaction)

Yaitu menelaah aspek-asek yang digunakan untuk mengetahui

ketidakpuasan pelanggan, meliputi: Complain, retur atau pengembalian produk, biaya garansi, tidak mengunakan, word of mouth negatif dan

beralih.

2.3Iklan (Advertising)

2.3.1 Definisi Iklan (Advertising)

Iklan dan promosi merupakan hal yang tak terpisahkan dalam sistem

ekonomi dan sosial masyarakat. Iklan berkembang menjadi sistem komunikasi

yang sangat penting bagi para produsen barang dan jasa juga para konsumen.

Kemampuan iklan dan metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan

kepada konsumen menjadikan peran penting dalam keberhasilan perusahaan. Pada

(12)

iklan dan bentuk promosi lainnya untuk mendapatakan informasi untuk membuat

keputusan apakah akan membeli suatu produk atau tidak (Morissa, 2010:1).

Menurut Kotler dan Keller (2009:202) iklan adalah segala bentuk

perjanjian bukan pribadi dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh

sponsor tertentu. Iklan bisa menjadi bentuk yang efektif dari segi biaya dalam

menyampaikan pesan, baik dengan tujuan membangun preferensi merek atau

mendidik orang.

Sedangkan menurut Sangadji dan Sopiah (2013:225) periklanan adalah

salah satu dari empat jenis promosi yang digunakan pemasaran untuk

mengarahkan komunikasi yang meyakinkan kepada konsumen yang berbebntuk

presentasi dan promosi tentang ide, barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor

tertentu.

Setiap hari perusahaan-perusahaan semakin gencarnya memasarkan

produk yang dihasilkannya melalui iklan di berbagai media massa. Iklan

dipandang sebagai media hiburan dan komunikasi yang efektif terutama jika

ditayangkan di televisi.

Periklanan dan promosi memiliki peran penting dalam proses pertukaran,

yaitu dengan mengimformasikan konsumen mengenai barang atau jasa serta

meyakinkan konsumen mengenai kemampuan barang atau jasa serta meyakinkan

konsumen mengenai kemampuan barang dan jasa dalam memuaskan kebutuhan

(13)

2.3.2 Tujuan Iklan

Tujuan iklan / sasaran iklan adalah tugas komunikasi khusus dan tingkat

pencapaian yang perlu dicapai dengan permisa dalam waktu tertentu. Tujuan iklan

dapat diklasifikasikan menurut tujuannya, baik untuk mengimformasikan,

meyakinkan, meningingatkan atau memperkuat. Adapun tujuan iklan menurut

Kotler dan Keller (2009:203) ialah:

1. Iklan Informatif

Iklan informatif bertujuan untuk menciptakan kesadaran merek dan

pengetahuan mengenai produk atau fitur baru produk yang sudah ada.

2. Iklan Persuasif

Iklan persuasif bertujuan untuk menciptakan kesukaan, preferensi,

keyakinan dan pembelian produk atau jasa. Iklan persuasif

menggunakan iklan komperatif yang membuat perbandingan antara

dua atribut merek atau lebih.

3. Iklan Pengingat

Iklan pengingat bertujuan untuk menstimulasikan pembelian berulang

produk atau jasa.

4. Iklan Penguat

Iklan penguat bertujuan untuk meyakinkan pembeli saat ini bahwa

(14)

2.3.3 Media Iklan

Morissan (2010:235) mengemukakan beberapa media iklan yaitu meliputi

iklan media penyiaran yaitu iklan televisi dan iklan radio, iklan media cetak yaitu

iklan majalah dan iklan surat kabar, serta iklan media internet.

1. Iklan Media Penyiaran

Iklan media penyiaran terdiri dari iklan televisi dan iklan radio yang

merupakan media penting dalam periklanan, promosi dan menjadi media

penting bagi pemasangan iklan. Media ini menjadi sumber informasi dan

hiburan utama masyarakat.

a. Iklan Televisi

Iklan melalui televisi merupakan iklan yang mengandung unsur suara,

gambar, dan gerak. Oleh karena itu pesan yang disampaikan lewat

televisi sangat menarik perhatian para konsumen.

Iklan televisi berkembang dengan berbagai kategori di samping karena

telivisi perlu kreatifitas dan selalu menghasilkan produk-produk iklan

baru, namun juga karena daya beli masyarakat terhadap sebuah iklan

televisi yang selalu bervariasi. Iklan televisi terdiri dari iklan

sponsorship, iklan layanan masyarakat, iklan spot, promo ad dan iklan

(15)

b. Iklan Sponsorship (iklan konsumen)

Merupakan dominasi utama dalam iklan televisi. Iklan ini

perkembangannya lebih pesat karena memiliki dukungan dana dan

kreativitas.

c. Iklan Masyarakat

Iklan ini dimaksudkan untuk meberi informasi tentang sesuatu yang

penting bagi masyarakat luas, misalnya iklan bahaya merokok dan iklan

anti kekerasan.

d. Iklan Spot (iklan kecil)

Iklan televisi yang hanya menampilkan gambar-gambar yang tidak

bergerak dengan latar suara tertentu sebagai dukungan utama terhadap

gambar.

e. Iklan Ad

Iklan yang digunakan untuk mendukung acara tertentu yang diharapkan

meraih banyak permisa, iklan ini bukan menjual sebuah produk atau

jasa namun menarik perhatian permisa yang menonton. Misalnya

sebuah film yang didukung oleh sebuah produk makanan.

f. Iklan Politik

Iklan yang digunakan untuk kepentingan sebuah partai politik, iklan

politik tidak menjual barang namun menjual program partai

mengarahkan perilaku permisa untuk menerima sebuah partai dan

(16)

g. Iklan Radio

Iklan melalui media penyiaran radio memiliki sifat yang sangat lokal

sehingga menjadi salah satu media yang dapat digunakan perusahaan

lokal untuk mempromosikan produknya.

2. Iklan Media Cetak

Iklan media cetak terdiri dari majalah dan surat kabar yang merupakan

media iklan tertua. Seiring dengan pertumbuhan media penyiaran

khususnya televisi kebiasaan membaca media cetak menurun, namun

majalah dan surat kabar memiliki peran penting bagi pembaca dan

pemasang iklan. Majalah dan surat kabar merupakan media penting untuk

menjangkau konsumen tertentu atau khusus.

3. Iklan Media Internet

Iklan melalui media internet menjadi media yang diperhitungkan untuk

iklan dan promosi. Sebagian besar perusahaan memilih situs web atau web

site sebagai media promosi dan komunikasi dengan konsumen. Internet

dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang mendunia untuk saling

bertukar informasi dan berkomunikasi melalui komputer yang saling

(17)

2.3.4 Ragam iklan

Iklan dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yang berbeda, namun tetap

didasari oleh dua tipe subyeknya yaitu produk dan service. Berdasarkan penjualan

barang dan jasa (Suhandang, 2010:45)

Iklan tipe produk memiliki tiga bentuk yaitu pionnering (perintisan),

competitive (persaingan) dan reminder (pengingatan kembali).

1. Iklan Pionnering (perintisan)

Digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan menjelaskan

tentnag produknya, dari apa produknya terbuat dan bagaimana

memperolehnya. Iklan ini bersifat informatif, menarik perhatian

pelanggan dan meyakinkan pelanggan.

2. Iklan Competitive (persaingan)

Digunakan untuk mempromosikan ciri-ciri khusus dan keuntungan

penggunaan dari barang yang ditawarkan. Iklan ini mengajak atau

membujuk konsumen agar memilih jenis barang suatu perusahaan

tertentu ketimbang perusahaan pesaing.

3. Iklan Reminder (pengingat kembali)

Digunakan untuk memperkuat pengetahuan sebelumnya mengenai

suatu produk. Iklan ini menawarkan produk-produk yang telah

(18)

2.3.5 Bentuk-bentuk Iklan

Secara garis besar bentuk-bentuk iklan terdiri dari beberapa jenis yang

digolongkan menjadi tujuh kategori utama (Bungi, 2008:109), yaitu:

1. Iklan Konsumen

Iklan yang digunakan untuk menawarkan barang dan jasa ke konsumen

secara luas dengan menggunakan jasa media massa. Iklan ini lebih dikenal

dengan iklan niaga.

2. Iklan Antarbisnis

Iklan antarbisnis merupakan iklan yang hanya mempromosikan

barang-barang non-konsumen. Produk yang diiklankan adalah barang-barang baku yang

harus diolah kembali atau menjadi unsur produksi.

3. Iklan Perdagangan.

Iklan yang ditujukan ke kalangan distributor, kalangan pembisnis, para

agen, eksportir maupun importir dan perdagangan umumnya.

Barang-barang yang diiklankan adalah Barang-barang-Barang-barang untuk dijual kembali.

4. Iklan Eceran

Iklan yang dibuat oleh perusahaan pemilik produk atau pemasok produk

(19)

5. Iklan Keuangan

Iklan yang dikhususkan untuk bank, jasa tabungan, asuransi, investasi dan

berbagai penjelasan yang memperkuat iklan, maka iklan tersebut

merupakan iklan keuangan.

6. Iklan Rekrutmen

Iklan yang ditujukan untuk merekrut tenaga kerja. Walaupun iklan ini

terbatas, namun jenis rekrutmen sering dijumpai di berbagai media massa.

7. Iklan Politik

Iklan ini tidak dikategorikan ke dalam iklan layanan masyarakat dan juga

tidak termasuk kedalam iklan komersial karena tidak menjual produk atau

jasa, namun iklan ini meminta dukungan kepada masyarakat saat

pemilihan umum.

2.4 Pengalaman Sebelumnya (Prior Experience)

2.4.1 Defenisi Pengalaman Sebelumnya (Prior Experience)

Istilah "pengalaman” dapat ditempatkan ke dalam dua kategori:

diantaranya mengacu pada masa lalu (pengetahuan dan akumulasi pengalaman

dari waktu ke waktu) dan lainnya mengacu pada persepsi yang sedang

berlangsung, perasaan dan pengamatan langsung. Pengalaman pelanggan berasal

dari interaksi antara pelanggan dan produk, perusahaan, atau bagian dari

(20)

keterlibatan pelanggan pada tingkat yang berbeda (rasional, emosional, sensorik,

fisik dan spiritual). (Schmitt 2011 :60). Pengalaman konsumen dibentuk oleh

harapan konsumen yang merefleksikan pengalaman sebelumnya (prior experience) Meyer and Schwager, 2007.

Sedangkan menuru Meyer and Schwager, 2007 pengalaman adalah

tanggapan pelanggan secara internal dan subjektif sebagai akibat dari interaksi

secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.

Pengalaman sebelumnya (prior experience), terjadi ketika para konsumen telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan barang atau jasa dan tingkat

keterlibatan biasanya menurun. Setelah mengulangi percobaan, para konsumen

mempelajari cara untuk membuat pilihan yang tepat. Karena para konsumen telah

mengetahui produk dan bagaimana produk itu akan memuaskan kebutuhan

mereka, maka keterlibatan di dalam keputusan pembelian mereka menjadi

berkurang, sehingga konsumen mudah dapat berpindah dari satu merek ke merek

yang lain (Lamb dan McDaniel, 2001:197).

Sejumlah pengalaman konsumen di masa lalu dapat menggambarkan

banyaknya merek produk yang pernah dikonsumsi. Semakin banyak merek

produk yang pernah dibeli dan dikonsumsi dimasa lalu dapat menunjukkan bahwa

konsumen sudah berpengalaman dengan merek-merek tersebut.

Pengalaman sebelumnya (prior experience) tidak hanya diperoleh dari

pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi suatu merek produk, tetapi juga

dari pengalaman masa lalu teman-temannya, dimana mereka akan menceritakan

(21)

merek produk yang akan dibeli oleh calon kosumen. Hal tersebut akan

mempengaruhi persepsi calon konsumen terhadap merek produk yang memiliki

resiko tinggi sehingga kosumen akan berpindah ke produk merek yang tidak

memiliki resiko tinggi.

Misalnya orang yang sudah pernah membeli produk bedak wajah di suatu

Toko untuk kedua kalinya atau lebih, maka orang tersebut memahami produk

bedak wajah, karena ada proses mempelajari yang dilakukan oleh konsumen

melalui iklan baik media iklan elektronik ataupun iklan media cetak, dan ketika

berlangsungnya proses penyampaian informasi produk yang dilakukan oleh

penjual, sehingga ada proses belajar secara terus menerus yang dilakukan setiap

melakukan pembelian.

2.4.2 Pembelajaran Konsumen

Pembelajaran konsumen merupakan suatu proses perubahan perilaku

konsumen yang diakibatkan oleh pengetahuan dan pengalaman konsumen

sebelumnya atas pembelian suatu barang atau jasa yang dikonsumsinya yang akan

diterapkan di masa mendatang (Sangadji dan Sopiah, 2013:136). Seseorang yang

memiliki sejumlah pengalaman tidak mudah percaya begitu saja dengan apa yang

ada disekitarnya, atau apa yang dikatakan orang lain. Untuk membuat seseorang

menjadi percaya dibutuhkan upaya untuk meyakinkan (Nitisusanto, 2013:74).

Pengaruh unsur pembelajaran konsumen terhadap produk biasanya terjadi

pada periose pascabeli, terutama pada konsumen yang kritis. Evaluasi pascabeli

memberikan pengaruh yang sangat luas. Hasil evaluasi menghasilkan perasaan

(22)

puas biasanya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan cara tidak

membeli kembali produk dengan merek yang sama (Nitisusanto, 2013:75)

sehingga konsumen akan beralih ke merek lain dengan produk yang sama.

2.4.3 Pengalaman Konsumsi (Consumption Experience)

Pengalaman konsumsi (consumption experience) adalah kesadaran dan

perasaan yang dialami konsumen selama pemakaian merek produk atau jasa.

Terdapat tiga unsur pengalaman konsumsi (Mowen dan Minor, 2002:84), yaitu:

1. Pemakaian Produk (Product Use)

Tindakan dan pengalaman yang terjadi pada waktu dimana seorang

konsumen secara langsung menggunakan barang dan jasa. Perusahaan

harus merancang produk sedemikian rupa sehingga aman untuk dipakai

dengan tujuan yang dimaksudkan.

2. Konsumsi kinerja

Kinerja konsumen adalah suatu peristiwa dimana konsumen dan pemasar

bertindak sebagai pelaku dan atau penonton dalam situasi dimana ada

kewajiban dan hak. Terdapat tiga kinerja konsumen, yaitu.

a. Kinerja yang telah dikontrakkan

Konsumen dan pemasar hanya memainkan peran minimal, terjadi pada

produk dengan keterlibatan rendah.

b. Kinerja yang dimainkan

Konsumen maupun pemasar mempunyai kebebasan yang cukup untuk

melakukan transaksi, terjadi pada produk dengan keterlibatan tinggi.

(23)

Konsumen maupun pemasar mengetahui pertunjukan yang terjadi.

Setiap pihak akan berkaitan dengan motif pihak yang lainnya dan hal

ini sering terjadi pada situasi dengan keterlibatan tinggi.

3. Keadaan suasana hati dan pengalaman konsumsi

Suasana hati merupakan keadaan yang positif atau negatif. Suasana hati

seringkali mempunyai dampak yang kuat terhadap apa yang diingat

konsumen dan merek apa yang mereka pilih. Keadaan suasana hati dapat

dipengaruhi oleh apa yang terjadi selama konsumsi produk, dan keadaan

suasana hati yang tercipta selama proses konsumsi.

2.4.4 Jenis Pengalaman (Experience)

Menurut Nitisusanto (2013:242) pengalaman terbagi atas dua jenis, yang

berdasarkan pengalaman konsumen yang mempengaruhi proses pembelian dimasa

mendatang.

1. Pengalaman Buruk (Bad Experiences)

Pengalaman buruk terjadi ketika konsumen merasa tidakpuas setelah

memkonsumsi suatu produk yang bentuknya bisa beragam tergantung

pada produk atau jasa yang dibelinya. Beberapa diantaranya yaitu kualitas

barang yang diterima tidak sesuai dengan harapan dan kualitas barang

(24)

2. Pengalaman Baik (Good Experiences)

Pengalaman baik terjadi ketika konsumen merasapuas karena sesuai

dengan harapannya setelah meggunakan suatu produk, sehingga konsumen

akan konsisten untuk menggunakan produk kembali

2.4.5 Dimensi Consumer Experience

Dimensi variabel customer experience menurut Robinette dan Brand

(2008):

1. Experience in product,

Pengalaman pelanggan dalam penggunaan produk / jasa yang ditawarkan

oleh perusahaan, bertujuan untuk memastikan bahwa produk tersebut

mudah digunakan dan membuat pelanggan nyaman menggunakannya.

Konsumen yang merasa kenyang dan puas dengan rasa sajian makanan

dan minuman yang nikmat, maka akan membuat konsumen melakukan

pembelian berulang.

2. Experience in environment

Merupakan pengalaman pelanggan melalui lingkungan / tempat untuk

memperkenalkan konsumen kepada keseluruhan pengalaman yang akan

mereka rasakan. Konsumen yang nyaman dengan lingkungan restoran The House of Raminten yang unik akan datang kembali.

3. Experience in loyalty communication

Pengalaman melalui perhatian yang diberikan secara terus-menerus untuk

membentuk hubungan jangka panjang antara perusahaan

(25)

keinginan dan pertanyaan konsumenakan menimbulkan kepuasan dan

menjadi loyalitas dalam jangka panjang.

4. Experience in customer service and social exchange

Merupakan pengalaman melalui interaksi yang dilakukan oleh

orang-orang penting yang mewakili perusahaan dalam memberikan informasi

yang dibutuhkan pelanggan, dan meningkatkan hubungan dengan

pelanggan. Waitress yang menggunakan pakaian khas Jawa merupakan

sebuah nilai tambah yang tidak dapat dijumpai konsumen di restoran

selain The House of Raminten. Keunikan budaya membuat konsumen

tertarik untuk berkunjung lagi dan akan menjadikan konsumen loyal.

5. Experience in events

Pengalaman yang dibentuk dengan mengadakan acara-acara yang khusus

dirancang untuk pelanggan. Event khusus diselenggarakan oleh restoran

The House of Raminten adalah opera kabaret yang membuat konsumen

terpukau.

2.5Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa penelitian

terdahulu sebagai bahan acuan yang dipilih karena memiliki kesamaan dalam

beberapa variabel yang digunakan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

(26)

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian perpindahan merek mie instan yakni

ketidakpuasan pelanggan, kualitas produk, iklan, variety seeking, harga yang lebih murah dan perubahan harga. 2 Sarah Chalida

Sinaga (2015)

Pengaruh Prior Experience, dan

Advertising vertising dan

Brand Switching.

Secara simultan prior experience dan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen melakukan brand switching. Hasil uji signifikan t (uji-t) menyatakan bahwa semua variabel

independen yang terdiri dari prior experience (X1) dan iklan (X2), memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen melakukan brand switching (Y).

3 dua faktor dan tiga faktor yang ditujukan untuk menunjukkan koeksistensi kepuasaan dan ketidakpuasaan dan menyelidikan

(27)

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian ion Industry: An Empirical Study.

Penelitian ini berfokus pada faktor konsumen di industri telekomunikasi, penelitian

mengungkapkan bahwa dengan menyediakan layanan nilai tambah dan strategi harga yang efektif, penyedia layanan telekomunikasi dapat mengontrol perilaku konsumen berpindah merek dan dapat mempertahankan

Iklan, Variety seeking,

(28)

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

(11.615) > ftabel (2.311) dengan nilai signifikan

< 0.05 yaitu 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis

pertama yang menduga terdapat pengaruh secara simultan antara variabel iklan (X1),

variety seeking (X2), harga (X3), tingkat keterlibatan (X4) dan kepuasan (X5) terhadap keputusan perpindahan dari 27 variabel yang dianalisa dengan model analisis faktor ada 8 faktor yang terbentuk, faktor yang

mempengaruhi konsumen dalam perpindahan merek telepon seluler lain ke Merek Samsung, yaitufaktor 1

(29)

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

promosi (nilai eigen value 1.296), faktor 7 kemampuan produk untuk diperbaiki (nilai eigen value 1.136), dan faktor 8 lokasi (nilai eigen value 1.095). 7 Mega Usvita (1) Iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen cream

wajah Pond’s; (2) Iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian cream wajah Pond’s; (3) Sikap konsumen berpengaruh signifikan tarhadap keputusan pembelian

cream wajah Pond’s. 8 Hanny

(30)

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil penelitian ini memunjukkan dari 103 pelanggan memberikan nilai bahwa mencari variasi, tingkat ketidakpuasaan konsumen, pembelian produk dan tingkat keterlibatan konsumen menggunakan produk menjadi faktor dalam melakukan perpindahan merek.

2.6 Kerangka Konseptual

Konsumen dapat memutuskan untuk melakukan perpindahan merek

(brand switching) karena adanya faktor pengalaman sebelumnya (prior

experinece) ketika menggunakan suatu produk. Perilaku berpindah merek yang dilakukan oleh konsumen merupakan perilaku lanjutan sebagai hasil dari evaluasi

konsumen setelah menggunakan suatu produk yang di konsumsi sebelumnya. Para

konsumen yang memiliki banyak alteratif pilihan merek akan sangat mudah untuk

melakukan perpindahan merek.

Iklan memiliki peran penting dalam pemilihan merek, iklan dan promosi

dapat menarik perhatian para konsumen dalam mengubah probabilitas seorang

konsumen dalam sebuah merek pada suatu kategori yang sama di masa yang akan

datang. Iklan dapat mengubah persepsi konsumen terhadap suatu produk yang

akan dibelinya. Melalui iklan, perusahaan memperkenalkan produk terbaru

kepada para konsumen dan calon konsumen untuk memberikan informasi

(31)

Iklan yang menarik membuat para konsumen dan calon konsumen tertarik

untuk membeli dan mencobanya. Ini yang merupakan dasar para konsumen

maupun calon konsumen melakukan perpindahan merek (brand switching) untuk mencari variasi dan juga mencari produk mana yang paling sesuai dengan

kebutuhan para konsumen.

Berdasarkan teori tersebut maka dapat dibuat skema sistematis kerangka

konseptual sebagai berikut:

Sumber: Lamb, Hair, McDaniel (2001), Loprang (2015).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian 2.9 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka hipotesis dari penelitian

ini sebagai berikut:

1. Pengalaman sebelumnya (prior experience) dan iklan (advertising)

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ketidakpuasan

konsumen dalam pembelian produk krim pelembab wajah (studi kasus

Perumahan Permata Hijau Jln. Orde Baru KM 12,5 Binjai – Medan).

Prior Experience

X1

Advertising

X2

Brand Switching

Y2 Ketidakpuasaan

(32)

2. Pengalaman sebelumnya (prior experience), iklan (advertising) dan ketidakpuasaan konsumenberpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap perpindahan merek (brand switching) dalam pembelian produk krim pelembab wajah (studi kasus Perumahan Permata Hijau Jln. Orde

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah benda dapat dikatakan jatuh bebas jika benda tersebut bergerak lurus dalam arah v ertikal ke bawah yang tidak memiliki kecepatan awal atau v 0 =

olahraga voli Universitas „Aisyiyah Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada pengaruh circuit weight training terhadap peningkatan daya ledak lengan pada atlet cabang

JUDUL : WASPADAI GIGITAN NYAMUK CULEX MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 20

Metode TGT dalam penerapannya membutuhkan kreativitas pengajar, hal ini dikarenakan games seperti apa yang akan diterapkan kepada peserta didiknya. Permainan atau

2 Tahun Kedua, Jakarta : Yayasan Penelitian dan Pengembangan Hukum ( Law Center ), 1975, Hlm.. Sistem Kewarisan Mayorat, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa harta

Penelitian Hidayatin (2002) menyatakan bahwa dibutuhkan 50% spermatozoa yang hidup dan motil untuk dipakai dalam IB maka Semen Beku untuk sapi perah di Kecamatan Selupu

Sedangkan untuk membuat daging sapi tumis langkah pertama dengan minyak wijen , tambahkan gula, kecap asin dan gula hingga matang, angkat lalu sisihkan.. Sedangkan untuk penyajian

Ramon Menik Siregar, Skripsi , Fungsi Hibah dalam Perlindungan Bagi Anak pada Pembagian Harta ditinjau dari Hukum Perdata, 2008, Hlm.. bapak dan kerabatnya baik sdikit atau