• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Diri Wanita Batak Toba (Studi Etnografi tentang Wanita Batak Toba di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perawatan Diri Wanita Batak Toba (Studi Etnografi tentang Wanita Batak Toba di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya, tidak ada manusia yang tidak ingin memiliki tubuh dengan kondisi kesehatan1

yang baik.Untuk mendapatkan tubuh yang sehat, manusia mulai melakukan berbagai upaya pada diri atau tubuhnya. Upaya- upaya tersebut disebut perawatan diri. Perawatan yang dilakukan pada umumnya yaitu mengonsumsi makanan dan minuman yang dianggap sehat, mandi dua kali sehari setiap hari, berolahraga dengan rutin, menggunakan bahan- bahan herbal, dan ramuan tradisional yang dianggap dapat memberikan dan mempertahankan kesehatan tubuh, usaha tersebut juga dilakukan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Seiring berkembangnya zaman, perawatan diri yang dilakukan wanita pun tidak hanya untuk kesehatan, tapi juga untuk kecantikan. Kesadaran untuk menjadi cantik berawal ketika manusia ingin terlihat menarik.

Di zaman yang sudah pesat seperti sekarang ini, dimana orang- orang semakin dimanjakan dengan tersedianya hal- hal yang sifatnya serba instan atau tidak membutuhkan waktu yang lama, proses dalam perawatan diri menjadi masalah yang penting. Cepat atau lambatnya hasil yang diperoleh saat perawatan mempengaruhi jenis perawatan yang dipilih. Semakin cepat tampak hasil dari perawatan yang dilakukan, maka perawatan itu semakin berpeluang untuk menarik perhatian banyak orang. Dan sebaliknya, semakin lama tampak hasilnya, maka semakin sedikit peminatnya. Perawatan tradisional yang membutuhkan

1

(2)

waktu lama untuk memdapatkan hasilnya, walaupun sebenarnya lebih terjamin tidak memiliki efek samping sudah dipandang sebelah mata. Ramuan- ramuan tradisional atau herbal pun perlahan- lahan seperti ditinggalkan dan diabaikan, sehingga tidak banyak lagi yang menggunakan ramuan herbal sebagai perawatan.

Para wanita lebih memilih produk- produk perawatan modern yang dianggap lebih menjanjikan, tanpa perlu menunggu lama, tidak repot, dengan hasil yang terasa lebih memuaskan, walaupun banyak yang beresiko. Produk- produk seperti untuk memutihkan kulit, meninggikan badan, mengecilkan perut, menurunkan berat badan, membentuk otot, dan sebagainya semakin diinginkan karena harganya juga terjangkau bahkan relatif murah. Tapi produk- produk perawatan juga tidak sedikit yang dibuat dengan bahan- bahan yang tidak baik untuk kesehatan seperti bahan- bahan kimia, bahkan penggunaannya yang berlebihan tanpa memperdulikan para konsumennya. Perawatan diri yang hakikatnya dilakukan untuk memelihara kesehatan, malah menganggu kesehatan, atau dampak yang ditimbulkan bisa lebih dari itu jika penggunaannya berlebihan atau dalam jangka waktu yang panjang.

(3)

kecantikan. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup dan tuntutan lingkungan pergaulan. Umumnya masyarakat menyukai kecantikan dengan berbagai macam alasan yaitu antara lain sebagai tuntutan profesi, keinginan untuk merawat diri, dan karena pengaruh lingkungan pergaulan.

Tidak sedikit juga wanita yang merawat dirinya karena takut dan tidak suka jika kelihatan tua, tidak mau dikatakan tampak tua dan lebih tua dari umurnya. Untuk itulah sudah sangat mudah ditemui produk- produk perawatan yang mencegah penuaan dini atau memperlambat proses penuaan agar para wanita dapat awet muda. Sementara dampak buruk yang mungkin timbul, seperti gatal- gatal karena alergi, kulit terbakar, merah- merah, dan efek lainnya yang disebabkan oleh pemakaian produk- produk perawatan tersebut, menjadi hal yang tampak disepelekan atau tidak perlu diambil pusing. Bahkan, jika itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi, tidak sedikit juga wanita yang tetap berusaha untuk itu.

Padahal ramuan herbal lebih aman penggunaannya karena tidak menggunakan bahan kimia dan bentuk perawatannya pun bermacam- macam. Berbagai suku yang ada di Indonesia memiliki ramuan tradisional untuk merawat diri. Seperti suku Jawa yang menggunakan Boreh2. Dimana dalam penggunaannya boreh

memiliki istilah-istilah menurut bagian yang dirawat, misalnya istilah masker

2 Kata boreh berasal dari bahasa Jawa yang memiliki sinonim konyoh yang berarti ramuan dari

(4)

khusus digunakan untuk perawatan kulit wajah. Lulur atau mangir untuk perawatan kulit pada seluruh tubuh. Perawatan terhadap kulit tersebut bertujuan untuk menjaga keawetan kulit dan untuk kecantikan sebab bahan-bahan ramuan tersebut antara lain memiliki kandungan vitamin yang berguna bagi kesehatan kulit. Selain itu ada juga perawatan dengan beras kencur dan bubuk bengkuang yang kegunaannya sama yaitu untuk kecantikan kulit.

Wanita- wanita suku Bugis yang merawat kulit mereka dengan menggunakan bedak dengan berbagai macam, yang diolah dari tumbuh-tumbuhan seperti sirih, daun pandan, gingseng, bahkan jeruk nipis. Begitu juga dengan suku batak dengan perawatan spa. Tiga konsep besar spa Batak, yakni pertama Tange (Tapanuli Utara dan Tengah, serta Sibolga). Tange berarti pengasapan menggunakan api unggun, kayu-kayu kecil, kemenyan, bawang putih, dan tanaman lainnya. Kedua, Tup (Karo dan Dairi) dan Martup (Simalungun), yang berarti pengulosan atau penyelimutan bersifat penguapan dengan menggunakan sejumlah uap air dari rebusan bahan tumbuhan. Lalu yang ketiga adalah Oukup (Tapanuli Utara dan Nias) yang bersifat penutupan atau pengasapan dengan api unggun dan

kayu-kayu kecil, kemenyan, bawang putih, dan tanaman lain. (“Spa asli Tanah Batak:

Martup dan Oukup”,

https://m.tempo.co/read/news/2015/01/28/110638361/spa-asli-tanah-batak-martup dan-oukup, 25 April 2017, Pkl. 09.05 wib).

(5)

pilis dioleskan langsung pada dahi setiap pagi sehabis mandi, mulai hari pertama

hingga hari ke 40 setelah melahirkan. Ada juga Param (campuran jahe, kencur, klabet dan sereh) pada suku Batak Karo. Param bermanfaat untuk membantu meredakan pegal- pegal dan memperlancar peredaran darah. Biasanya param dioleskan langsung pada bagian tubuh yang terasa pegal sambil dipijat. Wanita suku Batak3 khususnya suku Batak Toba dan yang berada di Kota

Medan yang juga menjadi bagian dari wanita- wanita modern zaman sekarang, tidak tertutup kemungkinan bisa terkena pengaruh akan penggunaan produk- produk perawatan yang mengandung bahan- bahan kimia, dan kemudian mengesampingkan pengggunaan ramuan- ramuan tradisional. Dimana setiap orang harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya untuk bertahan hidup, begitu juga dengan wanita khususnya wanita di zaman sekarang yang menganggap bahwa menjadi cantik dan berpenampilan baik adalah salah satu cara untuk bisa memiliki tempat di antara wanita modern, dan usahanya yaitu dengan mengonsumsi produk- produk kecantikan seperti kosmetik. Di Kelurahan Padang Bulan, Medan Baru, yang mayoritas penduduknya adalah suku Batak Karo juga dapat memberikan pengaruh pada pola perilaku dari suku lain yang penduduknya lebih sedikit atau minoritas, dalam hal ini perawatan diri para wanita Batak Toba.

Penelitian ini akan melihat bagaimana perawatan diri wanita Batak Toba di tengah gencarnya perawatan modern di zaman sekarang. Apakah perawatan diri orang Batak Toba dengan cara- cara tradisional masih ada, seperti Mararang (pemakaian arang yang dipanaskan), memakan sayur bangun- bangun ketika masa

3

(6)
(7)

1.2. Tinjauan Pustaka 1.2.1. Perawatan diri

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya yaitu kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, seseorang dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (“Defisit Perawatan

Diri”, diakses dari https://kangwahiid.wordpress.com/, 05 Juli 2017 Pkl 18. 18

(8)

https://yansri.wordpress.com/materi/kebersihan-diri-dan-lingkungan/part2,05 Juli 2017 Pkl 18.05 wib)

Menurut Depkes (2000: 59), faktor – faktor yang mempengaruhi perawatan diri personal hygiene atau kebersihan diri (“Defisit Perawatan Diri”, diakses dari

https://kangwahiid.wordpress.com/, 05 Juli 2017 Pkl 18. 18 wib) adalah: 1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya terjadi perubahan fisik yang membuat individu tidak peduli terhadap kebersihan dirinya.

2. Status Sosial Ekonomi

Perawatan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo. Peralatan tersebut memerlukan uang untuk mendapatkannya.

3. Pengetahuan

Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting bagi seseorang karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

4. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

5. Kondisi phisik atau psikis

(9)

Tujuan dari perawatan diri (“Materi Kebersihan Diri dan Lingkungan”, diakses dari https://yansri.wordpress.com/materi/kebersihan-diri-dan-lingkungan/part2,05 Juli 2017 Pkl 18.05 wib) adalah:

a. Meningkatkan derajat kesehatan. b. Memelihara kebersihan diri. c. Meningkatkan percaya diri. d. Pencegahan penyakit.

e. Memperbaiki personal hygiene. f. Menciptakan keindahan

Dorothe E. Orem (Teori Orem)

Dalam konsep keperawatan, Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care (Muhlisin Abi, Irdawati. “Teori Self Care dari Orem dan dan Pendekatan dalam

Praktek Keperawatan”, Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 2. No. 2. Juni 2010)

(10)

untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

Menurut R. Sartono ( 1997 : 41) dalam bukunya yang berjudul “Perawatan

Tubuh dan Pengobatan Tradisional”, bagian demi bagian tubuh manusia itu perlu

dirawat dan diperindah, agar dapat menikmati kehidupan itu sendiri yang juga merupakan anugerah. Dengan perawatan terhadap masing- masing anggota tubuh sebagai karunia tersebut, membuat hidup menjadi lebih harmonis dengan sesama dan membuat hidup lebih bahagia. Dan perawatan perawatan bagian tubuh ini- mata- wajah- pipi, rambut, leher, tubuh, dan sebagainya.

1.2.2. Macam- macam Perawatan Diri Tradisional di Berbagai Daerah 1. Pupur Dingin dan Pupur Bangkal

(11)

Terbuat dari bahan alami, yaitu dari beras dan bengkoang. Pembuatan bedak ini biasanya dilakukan di rumah- rumah. Cara pembuatannya yaitu dengan cara merendam beras selama seminggu dengan air bersih. Selama seminggu itu, air rendaman beras harus setiap hari diganti agar tidak berbau asam. Setelah seminggu, beras tersebut lalu dicampur dengan berbagai bahan lainnya seperti daun pandan untuk membuat bedak menjadi wangi, daun rambai atau kunyit yang dipercaya dapat menghaluskan kulit, tergantung jenis pupur yang akan dibuat, Kalau pupur dingin kuning dicampur dengan buah bengkoang dan tanah kuning. Cara membuatnya sama saja, hanya saja ditambahi bengkoang yang sudah dihaluskan. Sedangkan pupur bangkal berbahan kayu pohon bangkal. Kayunya dikerik lalu ditumbuk, dibentuk bulat-bulat kecil dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Cara pemakaiannya sama dengan pupur dingin.

(12)

2. Spa Tradisional4

a. Oukup/ Martup dari Sumatera Utara

Oukup adalah jenis sauna yang biasa dilakukan masyarakat Batak Toba dan Karo, Spa ini dikenal juga dengan nama lain martup, sauna tradisional dari Sumatera Utara ini telah lama diterapkan di beberapa daerah seperti Tapanuli Tengah, Sibolga, Simalungun, bahkan di Nias. Bagi wanita asli Batak, Oukup dilakukan untuk membersihkan tubuh pasca melahirkan. Selain membersihkan tubuh, Oukup berguna untuk melancarkan peredaran darah serta menghilangkan lemak dan bau badan serta dapat menjaga stamina. Oukup ini dilakukan dalam kondisi duduk, tubuh dibungkus dengan kain ulos yang menjadi ikon suku Batak dan akan diuap seperti halnya di sauna. Uapnya ini berasal dari rebusan air dan rempah-rempah seperti sereh, akar-akaran, dan banyak rempah lainnya. Di bawah bangku terdapat panci berisi rempah dan air mendidih.

b. Tangas dari Betawi

Masyarakat Betawi sejak lama menggunakan spa tradisional untuk menyempurnakan diri saat hari pernikahan. Spa tradisional Jakarta ini dikenal dengan nama Tangas. Spa Tangas Betawi menurut budayanya diawali dengan

Sembe Ta‟zim atau pelenturan otot-otot tubuh. Kemudian mandi uap dengan

menggunakan rempah-rempah yang awalnya bertujuan untuk membersihkan sisa lulur pada tubuh. Rempah-rempah akan memberikan efek wangi eksotik yang akan menempel pada badan karena prosesi mandi uap. Tangas ini juga berfungsi untuk mengencangkan otot-otot di derah kewanitaan.

4

(13)

c. Batangeh dari Minangkabau

Tak jauh berbeda dengan Spa Tangas ala budaya Betawi. Daerah Minangkabau juga memiliki spa yang hamir serupa yang dikenal dengan nama Batangeh. Uap batangeh mengandung rebusan bunga, dan rempah-rempah yang

berasal dari Sumatera Barat. Seperti, kulit kayu, akar atau rimpang, serta biji-bijian yang mengandung minyak atsiri, yaitu sereh wangi, pandan, sirih, gambelu, usa harum, dan bunga kenanga. Dengan batangeh, tubuh calon pengantin akan makin segar dan memesona dengan aroma tubuh yang harum.

d. So’oso dari Madura

Orang Madura sangat senang merawat kesehatan. Spa So’oso Madura ini berfungsi untuk menghilangkan bau badan dan menghaluskan kulit. Salah satu yang menarik dari Spa So’oso ini adalah dengan meminum adalah jamu yang berasal dari Madura yang mempunyai fungsi mengencangkan organ dalam kewanitaan.

e. Bakera dari Minahasa

Bakera adalah spa tradisional asal Minahasa yang memiliki keunggulan

(14)

dalam keadaan tanpa busana dan ditutup kain mulai kepala sampai kaki. Berikutnya panci rebusan diletakan di bawah tempat duduk dimana batu diletakan di depan kursi dan mulai disiram air rebusan hingga mengeluarkan asap dan aroma panas.

f. Batimung dari Banjar

Perawatan sauna tradisional yang berasal dari tradisi masyarakat Banjar ini umumnya digunakan sebagai perawatan bagi calon pengantin, pria maupun wanita. Prosesnya dimulai ketika seluruh tubuh dibedaki dengan bedak dingin dari campuran ketan hitam, kemudian bungkus kain tebal. Selanjutnya adalah penguapan dengan ramuan yang terdiri dari campuran minyak serai, akar wangi, daun jeruk purut, temu giring, kenanga, pandan, dan melati. Ramuan itu dijerang dengan air di dalam panci tertutup dan hanya dibuka saat siap digunakan. Tubuh calon pengantin dalam keadaan terbungkus, didudukkan di atas bangku kecil. Di bawah bangku disisipkan panci ramuan yang uapnya mengepul. Penguapan ini untuk menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat.

3. Lulur Kuning

(15)

wangi alami. Campur bahan dasar dan rempah-rempah, seperti tepung beras, kunyit, temugiring, pandan, hingga halus. Setelah itu, balurkan ke seluruh bagian tubuh sambil digosok-gosokkan. Diamkan selama 30 menit hingga lulur kuning meresap ke seluruh kulit, lalu bilas menggunakan air hangat.

4. Bedda Lotong

Bedda Lotong berasal dari kata Bugis yang berarti lulur hitam atau bedak hitam. Bedda lotong biasa digunakan oleh para wanita Bugis sebelum memasuki jenjang

pernikahan. Dibuat dari beras yang disangrai hingga hangus, lalu ditumbuk dan dicampur rempah-rempah seperti ginseng dan kayu manis. Bedda Lotong digunakan seperti layaknya lulur yang dibalurkan ke seluruh bagian tubuh dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, bilas menggunakan air hangat. Lulur hitam ini adalah rahasia dari pesona kehalusan kulit perempuan yang juga bermanfaat menjaga elastisitas tubuh sekaligus mencerahkannya.

5. Boreh

Boreh yang berasal dari Bali ini mirip dengan lulur di Jawa. Akan tetapi boreh

(16)

dilap dengan kain basah hingga bersih. Efeknya, tubuh langsung hangat dan pegal-pegal hilang seketika.

5. Jamu

Jamu adalah sebuah ramuan yang bisa dipakai sebagai obat dan diolah secara tradisional. Jamu bisa terbuat dari berbagai jenis bahan tertentu dan bersih dari berbagai jenis zat berbahaya. Masyarakat Indonesia telah memakai jamu sejak jaman dahulu kala. Jamu dibuat berdasarkan resep dari nenek moyang atau orang terdahulu yang sudah pernah membuatnya. Jamu dibuat secara tradisional dimana pemakaiannya tidak perlu membutuhkan bukti hanya khasiatnya yang dipercaya secara tradisional. Berikut adalah jenis- jenis jamu dan manfaatnya (https://www.brilio.net/news/inilah-10-jenis-jamu-tradisional-dan manfaatnya-kamu-harus-coba-1601075.html, 11 Juli 2017, pkl. 21.18 wib).

Tabel 1.1. Jenis- jenis Jamu No. Nama Jamu Bahan Pembuatan Manfaat 1. Beras Kencur ekstrak kencur, beras,

(17)

No. Nama Jamu Bahan Pembuatan Manfaat

(18)

a. Beras Kencur

Jamu beras kencur terdiri dari ekstrak kencur, beras, ekstrak jahe, dan ekstrak asam. Rasanya, manis dan segar. Cocok untuk anak-anak sampai dewasa. Manfaatnya antara lain : menambah nafsu makan, menghilangkan pegal linu dan meningkatkan stamina.

b. Pahitan

Bahan baku jamu pahitan adalah daun sambiloto. Tambahan lainnya dalam jamu ini cukup bervariasi ada yang sambiloto saja dan ada yang ditambahkan dengan bahan pahit lainnya seperti brotowali dan lainnya. Seperti namanya jamu pahitan ini dianggap sebagai jamu paling pahit. Tapi, meskipun rasanya paling pahit justru jamu pahitan ini banyak manfaatnya mulai dari mengatasi pegal-pegal, menambah nafsu makan, mencegah risiko diabetes sampai sebagai terapi "cuci darah".

c. Cabe Puyang

Jamu cabe puyang atau jamu pegal linu ini khasiat utamanya adalah menghilangkan pegal-pegal karena kecapekan, maupun sakit pinggang. Selain itu juga bermanfaat untuk menghilangkan kesemutan. Jamu cabe puyang ini terdiri dari cabe jamu dan puyang, ditambahkan rempah dan bahan lainnya.

d. Kunyit asam

(19)

asam jawa, namun diberi beberapa tambahan bahan seperti gula merah, temulawak dan rempah lain. Biasanya setiap penjual memiliki "ramuan khusus" yang membuat rasa kunyit asam menjadi segar. Selain mengatasi masalah haid, kunyit asam juga cocok bagi kamu yang sedang diet dan juga bisa mencerahkan kulit karena kunyit banyak mengandung antioksidan yang membantu meremajakan sel-sel tubuh.

e. Kudu laos

Bahan baku jamu kudu laos ini adalah laos yang ditumbuk dengan aneka bahan lain kemudian direbus. Rasanya segar dan bisa memberikan efek hangat dalam tubuh. Kudu laos ini bisa mengatasi kembung dan meredakan demam, baik bagi anak-anak maupun orang tua.

f. Uyup- uyup

Jamu uyup-uyup alias jamu gepyokan ini sangat baik bagi ibu-ibu yang dalam masa menyusui. Bahan pembuatan jamu uyup-uyup ini dari empon-empon yang terdiri dari kencur, jahe, bengle, laos, kunir, temulawak, puyang, dan temugiring. Selain berkhasiat meningkatkan produksi ASI, jamu gepyokan ini juga dipercaya menghilangkan bau badan yang kurang sedap baik pada ibu maupun bayinya dan juga bisa mengatasi kembung. g. Temulawak

(20)

tua karena bisa menyembuhkan keluhan pusing, mual, dan menghilangkan gejala masuk angin.

h. Kunci Sirih

Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih. Namun penjual biasanya juga menambahkan dengan buah asam dan aneka empon-empon. Kunci Sirih ini sangat baik bagi wanita karena bisa menghilangkan masalah keputihan, menghilangkan bau badan, merapatkan bagian kewanitaan dan bisa memperkuat gigi.

i. Galian Singset

Jamu galian singset ini terdiri dari kencur, temu lawak, kunyit, asam jawa, kayu manis, merica, laos, serai, kunyit, cengkeh, kapulaga, ketumbar, dan beberapa rempah tradisional lainnya. Jamu galian singset ini dipercaya bisa menjaga kesehatan organ kewanitaan serta mengencangkan badan dan "miss V".

j. Sinom

(21)

1.2.3. Perawatan Diri Tradisional Batak Toba

Perawatan tradisional merupakan perawatan yang dilakukan dengan cara- cara tradisional. Perawatan tradisional juga menggunakan bahan- bahan alami atau ramuan herbal yang dipercaya baik untuk kesehatan. Perawatan diri bagi masyarakat Batak Toba pada dasarnya tidak identik dengan kecantikan, tapi identik dengan kesehatan. Perawatan diri di Batak Toba lebih mengutamakan kesehatan daripada kecantikan atau dengan kata lain, menjadi sehat lebih penting daripada menjadi cantik tetapi tidak sehat. Jadi, walaupun perawatan diri yang dilakukan membuat berat badan bertambah atau tubuh menjadi gemuk, maka itu tidak dijadikan masalah.

(22)

Di dalam kehidupan Siraja Batak5 dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak dari dalam kandungan sampai melahirkan. Dalam pengobatan tradisional batak tidak selamanya menggunakan tumbuhan. Ada juga menggunakan makanan dan budaya ritual dalam pengobatan batak, suku batak selalu menggunakan anggir dan daun sirih dari seluruh kegiatan pengobatan dan budaya ritual.

a. Perawatan pada Masa Hamil atau Mengandung Siraja Batak berpesan:

Sebelum si Ibu melahirkan, orangtua dari si Ibu sebaiknya memberikan makanan adat batak berupa ikan batak beserta perangkatnya dengan tujuan agar si Ibu sehat-sehat pada waktu melahirkan dan anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa serta pada sanak saudara. Jika waktu untuk melahirkan sudah tiba sanak saudara

memanggil “Sibaso” (dukun beranak). Dukun beranak akan memberikan

obat agar si Ibu tidak susah untuk melahirkan yang disebut Salusu6”.

b. Perawatan pada Masa Setelah Melahirkan (Masa Nifas) 1. Memakan Dugu- dugu

Dugu-dugu adalah sebuah makanan ciri khas batak yang di resep dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa. Dugu-dugu bertujuan untuk mengembalikan peredaran urat bagi si Ibu yang baru melahirkan,

5

Siraja Batak dipercaya sebagai nenek moyang orang Batak, yang menempati Pusuk Buhit dan kawasan Danau Toba sekitarnya. (dalam Antonius, Bungaran, , Karakter Batak Masa Lalu, Ki i da Masa Depa ,Jakarta: Yayasa Pustaka Obor Indonesia, hal. 177)

6

(23)

membersihkan darah kotor bagi Ibu yang melahirkan, menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus memberikan kekuatan melalui asi kepada anaknya.

2. Mararang atau Marapi

Mararang atau Marapi yaitu perawatan yang dilakukan dengan cara tidur di atas dipan7 yang dibawahnya dibakar kayu arang. Perawatan ini bisa

membuat badan terasa rileks dan hangat.

3. Menyantap sop ayam kampung, kuning telur ayam kampung, dan minum rebusan air sirih.

4. Mandi air hangat setiap pagi dan mengencangkan perut dengan memakai gurita.

1.2.4. Perawatan Diri Modern

1. Perawatan untuk wajah seperti menggunakan Make- Up dan Facial.

2. Skin lotion untuk kulit normal hingga kering, dan untuk kulit normal hingga berminyak gunakan milky lotion. Lotion ini merupakan moisturizer(pelembab ringan) untuk menjaga kehalusan dan kelembutan kulit. Dapat digunakan sepanjang hari dan sebagai fondation.

3. Hand cream yaitu krim pelembab khusus untuk tangan dan jari-jari tangan yang berfungsi untuk melembabkan, melemaskan dan melindungi tangan

7

(24)

terutama dari bahan-bahan atau obat pencuci yang bisa menyebabkan tangan menjadi kasar.

4. Perawatan untuk rambut seperti Creambath yang biasanya dilakukan di salon,Penggunaan Tonic, Shampoo, Conditioner, Hair Spray, dan sebagainya.

Gambar 1.1. Produk untuk Creambath

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 1.2. Creambath di Salon

(25)

5. Perawatan tubuh seperti Spa dan memakai lulur.

6. Thread Lifts, yang juga dikenal sebagai tanam benang. Metode ini merupakan sebuah proses merangsang pembentukan kolagen pada wajah atau bagian tubuh lain dengan cara menanamkan benang ke dalam jaringan di sekitar kulit. Dipercaya dapat menghilangkan kerutan, mengencangkan kulit wajah yang kendur, menghilangkan kantung mata, meniruskan pipi bahkan memancungkan hidung.

7. Sulam alis, untuk menghasilkan gambar garis-garis bulu (hairline stroke) yang memperindah bentuk alis agar tampak lebih rapi dan natural.

8. Perawatan dengan Laser atau Laser Treatment, terapi laser mempunyai banyak kegunaan, seperti menyamarkan tanda-tanda penuaan, mengurangi keriput, mengencangkan kulit wajah, mengatasi jerawat, pemancungan hidung, pelebaran mata, menghilangkan tahi lalat, tanda lahir hingga menghilangkan bulu-bulu yang nggak diinginkan.

Gambar 1.3. Terapi Laser

(26)

Contoh Laser Treatment seperti :

a. Laser Peel , merupakan laser paling efektif untuk mengecilkan pori-pori besar dan mengurangi minyak yang berlebihan pada wajah. b. Laser Hair Removal, berfungsi menghilangkan rambut halus yang

tidak diinginkan secara permanen. Dengan parameter yang tepat dan telah disesuaikan, laser ini bekerja merusak struktur rambut tanpa merusak lapisan dermis dan epidermis sekitarnya.

9. Minyak zaitun dari buah zaitun yang berisi zat pelemas kulit. khasiatnya dapat melemaskan kulit dan meremajakan kulit terutama kulit kering dan kasar. Dapat juga digunakan untuk merawat kaki, tangan dan untuk pemijatan.

10. Face cream/Day cream/Face sun block cream (moisturizer) yaitu krim pelembab yang berfungsi untuk menjaga kelembaban, kehalusan, kelenturan dan kelembutan kulit wajah. Fleksibilitas lapisan kulit luar sangat tergantung pada moisturizer. Krim ini dapat digunakan sepanjang hari sebagai fondation untuk melindungi dan mencegah kulit kering dan berkerut karena sengatan matahari. Krim ini juga dapat mencegah menguapnya air dari permukaan kulit.

(27)

12.Feet cream/Fancy feet action cream, yang berfungsi untuk melembutkan dan menghaluskan bagian kaki yang kasar, seperti tumit, telapak kaki dan sela jari- jari kaki.

13.Lip gloss/Lip sheener, yaitu pelembab yang berfungsi untuk menjaga kelembutan bibir dan memberi kesan menyegarkan.

14.Lip balm yaitu pelembab yang berfungsi untuk mencegah pecah-pecah dan terkelupasnya kulit bibir.

15.Minyak cendana mengandung minyak sulingan kulit cendana. Minyak ini berkhasiat menghangatkan badan untuk merangsang peredaran darah, merawat kulit dan membuat badan harum, lembut serta untuk mencegah kulit kering. Minyak ini dapat juga digunakan dalam pemijatan badan, punggung, tangan dan kaki.

1.2.5. Wanita dan Kecantikan

(28)

mengalami lelah, stress, obesitas, mengalami penuaan dini, kulit kusam, dehidrasi dan emosional. Disamping kesehatan tubuh,tak dapat dipungkiri bila penampilan cukup penting untuk menunjang karir. Wajah yang berseri, kulit yang halus dan sehat serta pikiran yang jernih menjadi dambaan setiap wanita.8

Antara yang muda dan yang tua tak ada bedanya, walaupun ketakutannya berbeda. Yang muda cemas pada perubahan- perubahan bentuk fisik menjadi kurang/ tidak langsing, kurang menarik secara seksual di hadapan pasangan, dan lain- lain. Sedangkan yang tua cemas akan terlihat lebih tua dan semakin tua, sehingga takut pasangannya akan tertarik dengan perempuan lain yang lebih muda, dan lain- lain. Lalu perempuan pun berusaha membayar mahal untuk memudarkan kerutan- kerutan dan mengembalikan kekencangan kulit. Hal ini sebenarnya wajar- wajar saja untuk membuat penampilan terlihat lebih cantik,lebih muda dan segar, tapi hal ini juga harus disikapi secara bijak dan tidak berlebihan.

Menurut Naomi Wolf (Beauty Myth, 1991), kecantikan adalah benteng pertahanan perempuan yang sekarang diserang oleh produsen kecantikan, setelah perempuan mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara yang setara dengan mitra laki-laki. Sejak zaman dahulu, wanita sudah dikonstruksikan sebagai makhluk yang cantik, identik dengan keindahan. Oleh karenanya kecantikan selalu melekat pada unsur feminitas bukan maskulinitas. Konstruksi ini telah berlaku sepanjang sejarah perempuan sehingga kecantikan dipandang sebagai sesuatu yang objektif dan universal yang inheren dalam diri perempuan.

(29)

Kecantikan merupakan salah satu kontrol sosial terhadap perempuan.9 Kecantikan bagi perempuan adalah napas, seperti oksigen yang harus dihirup untuk membuat jantung tetap berdenyut dan sel- sel tubuh tumbuh. Kecantikan bagi perempuan adalah keharusan. (Nyoman Adi Sedana,”Konsep Dasar Antropologi Kesehatan”, diakses dari http://adisedana.blogspot.co.id/2012/03/konsep-dasar-antropologi-kesehatan_11.html, 14 April 2017 Pkl. 21.07 wib.)

Definisi Kecantikan dari Zaman ke Zaman10 :

1. Renaissance (1400-an sampai awal abad ke-16)

Tipe tubuh: Perempuan Renaissance itu disebut-sebut jauh lebih menggairahkan. Lukisan dari era ini menggambarkan wanita yang kemungkinan kalau di zaman ini dianggap kelebihan berat badan. Tapi pada saat itu wanita-wanita yang bertubuh seperti ini adalah lambang keseksian.

Kecantikan: Rambut pirang berkembang dari era ini. Karena mereka percaya bahwa warna rambut yang lebih terang itu lebih baik. Sedangkan untuk make-up, kulit pucat itu yang dianggap seksi dan vermillion (semacam batu mineral) digunakan untuk mewarnai bibir warna merah tua.

2. Era Victoria (1837-1901)

Tipe tubuh: Tidak seperti wanita Renaissance, perempuan era Victoria sangat sadar sangat tentang pentingnya tubuh. Seksi berarti memiliki pinggang sekecil

9 Ku oro, “a ie, , Garis Pere pua , Yogyakarta: PT. Be ta g Pustaka, hal.

(30)

mungkin. Untuk mencapai tampilan seperti foto di atas, para wanita mengenakan korset. Bahkan beberapa wanita yang terikat begitu ketat sampai tidak bisa bernapas. Mereka juga tidak bisa duduk saat mengenakan korset. Banyak wanita bahkan mematahkan tulang rusuk mencoba untuk mendapatkan lingkar pinggang mereka turun ke 30 sentimeter.

Kecantikan: "Sederhana" itu kata kuncinya. Wanita yang punya status sosial tinggi menggunakan sedikit make-up. Warna-warna yang berani dianggap kasar dan digunakan oleh kaum pelacur. Selain itu, beberapa agama juga memproklamirkan penggunaan make-up sebagai penampilan setan.

3. The Roaring 20s (Era yang memberikan kita Coco Chanel, baju lengan pendek dan flappers)

Tipe tubuh: Tahun 1920 adalah masa di mana perempuan menyembunyikan lekuk tubuh mereka. Bahkan, ada yang mengikat dada mereka dengan kain untuk mencapai tampilan "cowok". Gaun longgar sepanjang lutut (flappers) dengan menggunakan korset dari era Victoria.

Kecantikan: Rambut bob menjadi tren di masa ini. Make-up berani yang pernah dianggap "setan", kini dianggap seksi. Bedak digunakan untuk membuat kulit terlihat sepucat mungkin. Lalu, alis dicabut dan digambar dengan pensil alis 4. Tahun 1930-an dan 1940-an (Hollywood Golden Age)

(31)

Kecantikan: Gaya rambut menjadi lebih feminin dan warnanya bervariasi. Jean Harlow saat itu membuat warna pirang platinum tren, sementara Rita Hayworth (di foto) membuat rambut merah populer. Sedangkan makeup lebih mengarah ke arah natural dengan warna pucat.

5. 1950-an (Pertengahan Abad Konservatif)

Tipe tubuh: Bentuk yang diinginkan pada pertengahan abad adalah gadis bertubuh seperti jam pasir yang dipopulerkan oleh bintang film seperti Marilyn Monroe dan Grace Kelly. Perempuan diajarkan untuk memiliki daya tarik tinggi melalui fashion, tanpa banyak menunjukkan kulit.

Kecantikan: Rambut biasanya pendek, sedikit di bawah bahu dengan gaya atau bergelombang. Rambut lurus dianggap kurang "cantik". Perempuan juga mulai lebih fokus pada memiliki kulit mulus.

6. 1960-an (Era hippies dan Twiggy)

Tipe tubuh: Perempuan mulai meniru model seperti Twiggy (di atas). Mereka menjadi terobsesi dengan tubuh kurus. Sedang dalam hal fashion dan kecantikan, dua kutub yang berlawanan muncul: anak hippie dan wanita modern tahun 60-an. Hippies menekankan pada pakaian kasual, sedangkan supermodel Twiggy menekankan penampilan seperti high heels, rok mini dan gaun mini.

Kecantikan: Kaum Hippies tidak melakukan perawatan rambut dan menghindari make-up. Sedang perempuan modern, memilih potongan rambut pixie pendek dan

makeup mata yang dramatis. Bulu mata palsu juga harus dipakai dengan maskara

(32)

7. 1970-an (Era disko)

Tipe tubuh: Semakin parah, fenomena memiliki tubuh kurus semakin melejit di masa ini. Pakaian seksi, seperti gaun disko, dengan banyak gaya, kacamata hitam kebesaran, dan celana jeans high-waist.

Kecantikan: Di sini, wanita mulai mengandalkan pemerah pipi dan kulit kecoklatan, tidak lagi pucat.

8. Tahun 1980-an (Dekade rambut dan bahu besar)

Tipe tubuh: Perempuan diharapkan memiliki tubuh "kencang", sehingga banyak dari mereka yang mulai berolahraga namun tidak terlalu berotot. Kecantikan: Hanya ada satu kata untuk menggambarkan era 80-an: besar. Perempuan memilih make-up warna cerah, seperti biru atau merah muda mengkilap.

9. 1990-an

Tipe tubuh: Model seperti Kate Moss menetapkan kembali standar tubuh "tipis". Masa ini juga saat munculnya tren pusar ditindik dan perut yang kencang. Kecantikan: Salah satu yang paling populer di tahun 90-an adalah gaya rambut lurus. Selain itu juga rambut bob dan berponi.

10. Millennium Baru (2000 sampai sekarang)

(33)

Kecantikan: Bervariasi. Rambut panjang menjadi tren, sedang potongan pixie pun telah kembali menjadi populer lagi.

1.2.6. Kesehatan

Brian J. (2003: 36) mengatakan bahwa kesehatan adalah kemerdekaan yang utama.11

Apa yang disebut beberapa orang dengan kesehatan dan kesejahteraan yang optimal mengimplikasikan vitalitas dan gairah hidup tanpa adanya penyakit. Definisi akan kesehatan juga mencakup kesehatan mental, emosi, atau psikologi. Dengan demikian, orang yang sehat bebas dari penyakit, rasa gelisah, dan depresi; kondisi fisik mereka, nutrisi, dan emosi memungkinkan mereka untuk menjalankan tugas harian dengan semangat dan waspada, tanpa kelelahan yang tidak beralasan, dan dengan energi untuk mengejar waktu bersenang- senang dan menghadapi hal- hal yang tidak terduga.

Definisi Sehat Menurut WHO dan DEPKES RI (“Medan Baru, Medan”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Medan_Baru,_Medan, 03 Mei 2017, Pkl. 07.30 wib:

Sehat Menurut WHO itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif :

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

(34)

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Kesehatan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :

“Kesehatan Adalah suatu kondisi Sejahtera Jasmani Rohani serta Sosial

Ekonomi”.

1. Sehat Menurut DEPKES RI

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

(35)

terhadap kondisi kesehatan fisik dan mental/spiritual.” Jadi, kesejahteraan mendefinisikan gerakan ke arah kemajuan kesehatan, yang juga disebut kesehatan optimal atau tingkat tinggi.

1.3. Rumusan Masalah

1.1.1. Bagaimana perawatan diri wanita Batak Toba di tengah gencarnya perawatan diri modern? Apakah perawatan diri dengan cara tradisional masih digunakan?

1.1.2. Perawatan diri yang dilakukan oleh wanita zaman sekarang sudah lebih mengutamakan kecantikan dan penampilan daripada kesehatan. Lalu bagaimana dengan wanita Batak Toba, apakah tujuan perawatan diri bagi wanita Batak Toba?

1.1.3. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi perawatan diri wanita Batak Toba?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian, yaitu:

1. Untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana wanita Batak Toba merawat diri.

(36)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi para wanita, diharapkan dapat menjadi suatu referensi dalam merawat diri.

2. Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah bahan bacaan mahasiswa antropologi maupun mahasiswa jurusan lain tentang wanita khususnya tentang wanita Batak Toba.

3. Diharapkan dapat menjadi bahan acuan di bidang penelitian sejenis atau sebagai bahan pengembangan apabila akan dilakukan penelitian lanjutan.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan. Alasan pemilihan lokasi adalah karena penulis juga ingin melihat apakah perawatan diri dari suku lain, yaitu suku Batak Karo sebagai suku mayoritas di daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian tersebut memberikan pengaruh pada perawatan yang dilakukan oleh wanita Batak Toba. Lokasi penelitian juga mudah dijangkau untuk melancarkan proses dari penelitian yang akan dilaksanakan. Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

(37)

6.766,44jiwa/km². Kelurahan Padang Bulan adalah salah satu kelurahan dari enam kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Baru, kelurahan lainnya yaitu Babura, Darata, Merdeka, Petisah Hulu, Titi Rante. Sebagaian besar penduduk di Kecamatan Medan Baru adalah para pendatang dari berbagai suku yakni; Batak, Tionghoa, Jawa, sedangkan penduduk asli Suku Melayu Deli hanya 20% saja. Sedangkan di Kelurahan Padang Bulan, mayoritas penduduknya beretnis Karo.

Gambar 1.4. Peta Wilayah Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara

Sumber: Gambar Google (Online)

Gambar 1.5. Peta Kelurahan/Desa Padang Bulan, Medan Baru, Kota Medan

(38)

1.7. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif12. Dengan metode kualitatif, hubungan antara peneliti dan

informan penelitian tentang perawatan diri wanita Batak Toba yang akan dilakukakan ini akan lebih dekat, sehingga dapat diperoleh data langsung yang lebih mendalam. Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan secara terperinci bagaimana wanita Batak Toba dalam melakukan perawatan diri di tengah gencarnya perawatan modern di zaman sekarang ini, apakah perawatan dengan cara tradisional masih digunakan, apakah wanita Batak Toba di desa Padang Bulan mengadopsi perawatan diri dari Batak Karo karena keberadaannya yang minoritas, dan apa tujuan dari perawatan diri wanita Batak Toba di masa kini di saat kebanyakan dari wanita- wanita modern sekarang dimanjakan dengan perawatan- perawatan modern yang bertujuan untuk kecantikan dan penampilan.

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu teknik pengumpulan data primer, data sekunder dan dokumentasi.

a) Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lapangan melalui informan atau pengamatan.

12

(39)

1. Observasi atau pengamatan13

Observasi akan dilakukan kepada semua yang berhubungan dengan perawatan diri dan wanita Batak Toba, apa- apa saja yang menjadi perawatan dari informan, seperti bahan atau produk apa yang digunakan, bagaimana penggunaannya, bagaimana cara memperoleh atau mendapatkan bahan atau produk tersebut, makanan dan minuman apa yang dikonsumsi, bagaimana penampilan dari para wanita Batak Toba, khususnya yang akan menjadi informan dalam penelitian yang akan dilaksanakan, dan hal- hal lain yang masih memiliki kaitan dengan topik penelitian. Pengamatan terhadap sikap dan reaksi para informan juga akan dilakukan. Apakah informan bersifat terbuka akan informasi yang diberikan atau bersikap tertutup.

2. Wawancara14

Wawancara menjadi teknik pengumpulan data selanjutnya. Wawancara yang dilakukan secara mendalam atau wawancara tak terstruktur15

akan dilakukan secara langsung kepada para informan penelitian tentang

13 Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti terjun ke lapangan mengamati hal- hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, perilaku, kegiatan, benda- benda, waktu, tujuan dan perasaan.

14 Me urut “ugio o 9: , Wa a ara adalah perte ua dua ora g u tuk ertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin

isa dite uka elalui o ser asi . 15

(40)

perawatan diri wanita Batak Toba. Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin data tentang bagaimana wanita Batak Toba melakukan perawatan diri. Wawancara akan dilakukan pada wanita- wanita Batak Toba yang ada di Kelurahan Padang Bulan, Medan Baru. Wawancara juga akan dilakukan kepada Kepala Desa Kelurahan Padang Bulan.

Tukang salon yang bersuku Batak Toba yang berpotensi untuk memberikan data tentang bagaimana wanita Batak Toba merawat diri juga akan diwawancarai. Dalam proses wawancara, penulis akan menyiapkan alat untuk merekam wawancara, di samping menulis. Hal tersebut perlu dilakukan agar data yang didapatkan bisa lebih lengkap. Wawancara akan dilakukan beberapa kali sampai penulis merasa data yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian tentang perawatan diri wanita Batak Toba sudah diperoleh dari informan dan wawancara akan dihentikan saat informasi yang didapat sudah berulang- ulang.

b) Teknik Pengumpulan data Sekunder

(41)

c) Dokumentasi16

Dokuntasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan di lapangan, saya menggunakan buku tulis, pena, dan handphone untuk mengambil foto dan merekam pembicaraan selama proses wawancara.

1.2.Pengalaman Lapangan

Melakukan penelitian bukanlah hal yang mudah buat saya, karena dalam melakukan penelitian, pastinya kita harus bertemu dengan orang- orang dengan sifat yang berbeda- beda, latar belakang yang berbeda-beda juga. Apalagi yang akan kita temui adalah orang- orang baru atau masih asing bagi kita, pasti akan terasa lebih canggung. Tapi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan informasi yang nyata dan sebenarnya, maka penelitian ke lapangan adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Menjadi peneliti berarti menjadi seseorang yang mau tidak mau harus bersifat ramah dan berperilaku santun untuk dapat memulai komunikasi yang baik dengan calon informan.

Selain itu, penampilan juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan penelitian. Penampilan yang tampak rapi, bersih dan menggunakan pakaian yang sopan dapat menjadi salah satu faktor penentu kita bisa diterima dengan baik atau tidak oleh calon informan penelitian kita. Pada saat saya melakukan penelitian, yang pertama saya lakukan adalah berjalan- jalan di daerah penelitian untuk melihat dan mengamati lebih jelas lagi bagaimana

16

(42)

sebenarnya lingkungan penelitian saya tersebut. Saat melakukan perjalanan, saya juga sekaligus melihat- lihat orang- orang yang bisa dijadikan informan.

Dalam mencari dan menentukan informan, hal pertama yang saya lakukan adalah memperhatikan orang yang kira- kira dapat dijadikan sebagai informan, melihat si calon informan sedang sibuk atau ada pekerjaan pada saat itu atau sedang dalam keadaan santai dan bisa diajak mengobrol. Jika mereka tampak sibuk, maka saya akan memilih untuk meninggalkan mereka karena takut akan mengganggu aktivitas mereka dan membuat mereka marah atau kesal. Tidak sedikit yang sedang dalam keadaan sibuk.

Kemudian saya kembali mencari calon informan dengan cara yang sama. Panas matahari yang menggosongkan kulit menjadi salah satu kendala saya di lapangan. Bahkan panas terik menjadi salah satu alasan saya menunda waktu penelitian saya, seperti menunda dari pukul 13.00 wib ke pukul 15.00 wib, atau tidak jadi melakukan penelitian dan ditunda ke keesokan harinya. Pakaian yang sedikit bau pun menjadi salah satu masalah di lapangan. Panas matahari yang membuat tubuh berkeringat menjadi sumber bau yang tidak bisa saya hindarkan. Tubuh saya yang mudah berkeringat dan juga didukung dengan bahan pakaian (kemeja) yang saya gunakan (kurang menyerap keringat) membuat bau badan yang tidak enak semakin terasa.

(43)

juga membuat tubuh membutuhkan cairan. Yang membuat saya disini berpikir adalah bagaimana nanti jika saya ingin buang air kecil, kemana saya harus buang air kecil. Sebenarnya bisa saja jika menumpang di rumah warga, tapi saya merasa tidak nyaman jika di tempat orang yang memang tidak saya kenal.

Kalau untuk mendapatkan minuman, tidak jadi masalah, karena di Kelurahan Padang Bulan tidak sedikit masyarakat yang berjualan. Hanya saja saya berprinsip untuk tidak minum agar tidak buang air kecil nantinya. Dengan terpaksa saya pun harus menahan rasa haus yang pastinya semakin terasa ketika perjalanan yang saya lakukan semakin jauh. Pikiran dalam hal ini menjadi kurang fokus, tapi penelitian harus tetap dilanjutkan.

Di depan, saya melihat ada tempat untuk melaundry pakaian, di sebelah kiri. Ukuran tempatnya kira- kira 2x3 meter. Seorang ibu yang sepertinya sudah berkepala lima sedang duduk di sebuah kursi, bersampingan dengan meja sepanjang satu setengah meter. Saya hanya melihat ibu tersebut di tempat laundry itu. Saya pun mendatanginya karena tidak ada tanda- tanda kesibukan dari si ibu, sebut saja ibu Yuni. Ketika saya mulai berbicara dan mengeluarkan pertanyaan, ibu Yuni menyambut saya dengan keramahan, tapi pada awalnya sedikit membingungkan. Ibu Yuni kurang mendengar pertanyaan- pertanyaan saya, tapi menjawabnya. Jadi jawaban yang diberikan ibu Yuni tidak sesuai dengan pertanyaan yang saya berikan, sehingga saya harus mengulanginya.

(44)

yang membutuhkan informasi dari wanita Batak Toba mengenai perawatan diri. Ibu Yuni membalas penjelasan saya dengan berkata kalau informasi tentang perawatan diri bisa saya peroleh dari salon. Saya kemudian tersenyum tanda setuju dengan pendapat beliau. Lalu saya bertanya lagi kepada ibu Yuni apakah beliau tahu dimana ada wanita Batak Toba di sekitar lingkungan itu atau di Kelurahan Padang Bulan.

Menurut ibu Yuni, kalau di sekitaran tempat laundrynya itu tidak banyak warga yang bersuku Batak Toba atau hanya beberapa saja. Tapi ibu Yuni memberitahu saya supaya berjalan ke depan dan mengatakan ada sebuah salon yang pemiliknya wanita Batak Toba, dan beliau menambahkan ucapan “Kalau

tidak salah”. Salon tersebut berada di sebelah kanan, lanjut bu Yuni. Saya pun

berterimakasih kepada bu Yuni karena sudah meluangkan waktu untuk saya dan memberikan informasi kepada saya. Setelah itu saya tidak membuang- buang waktu dan langsung melangkahkan kaki untuk mencari salon yang disarankan oleh bu Yuni.

(45)

yang mendekati saya. Tanpa berbasa- basi, beliau langsung bertanya pada saya apa tujuan kedatangan saya.

Dengan nada suara yang sedikit pelan, saya pun bertanya apa suku kakak itu. “Aku bukan Batak Toba, dek. Tapi yang punya salon ini Batak Toba,” jelas

kakak tersebut. Awalnya saya kecewa dengan jawaban pertama, tapi setelah kakak tersebut melanjutkan jawabannya, ada sedikit perasaan lega. Ternyata pemilik salon itu sedang pergi keluar. Menurut kakak itu, pemiliknya hanya pergi sebentar dan akan kembali kira- kira 15 menit kemudian. Kakak tersebut dengan ramah mempersilahkan saya duduk dulu sebelum pemilik salon kembali. Saya pun dengan pelan masuk ke ruangan salon itu.

Tampak ruangan yang diterangi lampu dari atas. Di depan kaca, ada dua orang wanita yang sedang duduk manis di kursi dengan handuk putih yang melilit di kepala. Di awal mereka memandangi saya, mungkin karena tujuan saya ke salon sedikit berbeda dengan orang pada umumnya. Tapi saya berusaha untuk bersikap biasa saja dengan mereka. Tempat duduk yang tampak kurang nyaman di depan mata saya pun mau tidak harus saya duduk dengan posisi kursi yang juga kurang tertata. Ketika saya mulai menyamankan diri dengan tempat duduk saya tersebut, angin mulai terasa berhembus kencang ke arah saya. Ternyata ada kipas angin di tembok bagian atas yang berukuran sedang.

(46)

melihat- lihat sekitar ruangan. Di sudut sebelah kiri, tampak sebuah benda seperti sebuah lemari yang cukup besar. Di dalamnya terdapat banyak benda- benda yang mungkin digunakan untuk salon, misalnya seperti orang yang ingin mencuci rambut, mewarnai rambut, memotong rambut, lulur, dan sebagainya.

Ada juga produk- produk perawatan yang juga disusun di tempat yang sama dengan benda- benda tersebut. Dekat dengan itu, ada dua buah benda berwarna hitam mirip tempat untuk tiduran. Itu saja deskripsi dari ruangan yang bisa saya jelaskan. Rasanya bosan mulai menghampiri, karena saya menunggu sudah setengah jam lebih. Di luar pintu, tampak sebuah motor berhenti tepat di depan pintu. Dua wanita yang menaiki motor tersebut turun dan berjalan masuk ke salon. Saya kira salah satu dari mereka adalah pemilik salon itu, ternyata mereka adalah pelanggan yang juga mau bertemu dengan pemilik salon. Mereka dipersilahkan duduk oleh kakak berkacamata yang saya bicarakan tadi. Kami pun sama- sama menunggu.

Di tengah kebosanan, sebuah motor kembali berhenti di depan pintu. Seorang wanita dan seorang anak gadis di belakangnya turun dari motor yang berukuran sedang itu. Wanita itu tidak bisa dikatakan gemuk, tapi tidak juga kurus. Ia memakai jaket yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Langkahnya untuk masuk ke salon kelihatan sangat ringan dan seperti sudah sangat kenal dengan salon itu. Kakak berkacamata yang tadinya sibuk memainkan handphone-nya, langsung bergegas dari tempat duduknya. “Ini kakak itu datang”, ucapnya. Saya

(47)

adalah si pemilik salon, dan memang benar kakak berjaket itu adalah pemilik salon.

Beliau masuk sambil tertawa dan membawa belanjaannya. Di awal, kakak berkacamata memang berkata kalau pemilik salonnya sedang berbelanja sesuatu. Tidak banyak, hanya satu plastik kresek berwarna hitam yang berukuran sedang di tangan kanannya. Melihat wajah beliau, kesan pertama saya bahwa beliau adalah orang yang baik dan terbuka, karena ia juga pada saat itu sedang tertawa, jadi seperti tanda hal yang positif. Seketika, keadaan pun berubah menjadi ramai. Saya tidak mau langsung berbicara tentang tujuan kedatangan saya ke salon tersebut. Kedua kakak yang menunggu bersama saya tadi, saya biarkan berbicara terlebih dahulu dengan kakak pemilik salon itu. Sementara saya menunggu lagi sejenak, sekitar 5 menit.

Lalu kakak berkacamata itu angkat bicara. Saya tersentak saat yang ia bicarakan adalah tentang tujuan kedatangan saya ke salon tersebut. Tidak mau hanya diam saja, saya pun langsung menyambung ucapan kakak itu. Saya menjelaskan kepada beliau (pemilik salon) bahwa kedatangan saya ingin meminta tolong untuk mau memberikan informasi tentang perawatan diri dan bersedia melakukan wawancara. Tapi dengan cepat beliau mengeluarkan suara dengan nada cukup tegas yang tidak saya duga sebelumnya, membuat saya berpikir bahwa saya telah melakukan melakukan kesalahan dan bertanya- tanya di dalam hati. Beliau mengatakan bahwa ia tidak bisa pada hari itu. Waktu kedatangan saya

tidak tepat. “Ini jam kerja, dek. Lagi sibuk- sibuknya kalau jam segini” lanjut

(48)

Saya merasa kecewa dengan sikap beliau yang membuat penantian saya seperti sia- sia. Beliau lalu berkata, “Kalau mau, besok aja, jam 10 pagi. Jam segitu masih sepi orang yang datang bersalon.” Saya kemudian menyetujui

perkataan beliau. Takut mengganggu lebih lama lagi, saya pun meminta izin untuk pulang dan tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk saya. Dengan langkah yang masih diikuti rasa kecewa, saya keluar dan berlalu dari salon tersebut untuk melanjutkan lagi pencarian informan. Tidak jauh dari salon itu, saya berhenti sebentar untuk mencatat jadwal pertemuan dengan pemilik salon itu, jam 10 pagi esok hari.

Saya melihat ada seorang ibu yang sedang duduk di sebuah warung makan yang berada di pinggir jalan sendirian. Warung makan yang sederhana dengan kursi- kursi kayu panjang yang tersusun rapi lengkap dengan meja di sampingnya. Saya berasumsi bahwa ibu yang duduk tersebut adalah pemilik dari warung yang berada tepat di depan sebuah bengkel motor itu. Saya mulai mendekati ibu yang sedang asik memainkan hanphone yang ada di genggamannya itu dengan tenang. Tapi saya mulai gugup ketika ibu itu tampak kurang bersahabat dengan kedatangan saya. Mungkin awalnya ibu itu mengira saya akan membeli makanan di warungnya, tapi saya malah bertanya ibu itu bersuku apa.

(49)

perawatan diri sebelum saya menjelaskan perawatan diri yang saya maksud itu seperti apa. Awalnya beliau mengatakan bahwa ia kurang mengerti dengan apa yang saya jelaskan, jadi saya harus menjelaskan ulang kepada beliau dan dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Setelah saya ulang, beliau pun mengerti dengan penjelasan saya.

Memang beliau tidak mengatakan dengan lugas bahwa ia bersedia untuk memberikan informasi. “Oh, yaudah apa?” Begitulah tanda persetujuan dari

beliau, singkat dan langsung ke intinya. Tidak mau membuat beliau menunggu lama, saya langsung membuka tas saya dan mengambil peralatan untuk keperluan penelitian. Di tangan saya sudah ada buku tulis tanpa sampul yang berukuran agak besar. Sebelum melakukan penelitian, saya sudah terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan. Agar proses penelitian lebih mudah, kesiapan daftar pertanyaan merupakan hal yang dapat dikatakan penting. Daftar pertanyaan juga dapat menjadi pengingat akan batasan- batasan jawaban dari informan penelitian kita, apakah jawabannya sudah cukup atau melebar kemana- mana.

(50)

sedang. Motor itu mengeluarkan suara yang bising, memekakkan telinga kami. Andai saja pengendara itu mau tahu kalau itu membuat saya menjadi canggung di depan ibu itu. Karena pada saat itu saya baru saja akan bertanya. Kami hanya bisa diam sampai motor dan suaranya itu berlalu.

Beberapa menit kemudian, ada seseorang yang mengalihkan perhatian beliau. “Bentar ya, dek.” ucap beliau. Saya sedikit terkejut karena ternyata suara

yang asalnya beberapa meter dari kami itu adalah suara dari orang yang punya kepentingan dengan beliau. Saya melihat kemana arah ibu itu melangkahkan kaki. Beliau pergi ke sebuah ruko yang cukup besar, saya berpikir bahwa itu juga adalah milik beliau. Saya menunggu beliau kira- kira lima menit. Sejenak saya melihat kembali daftar pertanyaan saya, dan ibu itu pun kembali. “Karena ga ada itu orang di rumah”, kata beliau. Sepertinya beliau ingin menyampaikan alasan

Gambar

Tabel 1.1. Jenis- jenis Jamu
Gambar 1.1. Produk untuk Creambath
Gambar 1.3. Terapi Laser
Gambar 1.4. Peta Wilayah Medan Baru, Kota Medan, Sumatera

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dengan yang akan dilakukan peneliti bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara,

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang