• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE (2)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMPASI KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA TAHUN 2011

Rinajumita No. BP. 0910335128

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

(2)

Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang komplek bagi lanjut usia sendiri, bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses penuaan mengakibatkan perubahan fisik dan mental, yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan Aktivitas Hidup Sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan crossectional study. Menggunakan sampel 90 orang lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Lampasi yang diambil secara Multi stage random sampling. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square, dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian, faktor usia diperoleh nilai p=0,076 (p>0,05), faktor jenis kelamin diperoleh nilai p=0,522 (p>0,05), faktor pendidikan diperoleh nilai p=0,166 (p>0,05), faktor kondisi kesehatan diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), faktor kehidupan beragama diperoleh nilai p=0,003 (p<0,05), faktor kondisi ekonomi nilai p=0,019 (p<0,05), faktor aktifitas sosial dengan nilai p=0,089 (p>0,05), faktor dukungan keluarga dengan nilai p=0,000 (p<0,05), faktor olah raga, nilai p = 0,515 (p>0,05). Kesimpulan penelitian, terdapat hubungan antara kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, kehidupan beragama dan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia. Disarankan kepada lansia agar dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan teratur, melaksanakan senam lansia. Petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang peran keluarga terhadap lansia, dan diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan lansia yang berada dalam kemiskinan. Daftar Pustaka: 30 (1999-2010)

(3)

PENDAHULUAN

Masalah kependudukan dan kesehatan dapat timbul karena terjadinya penuaan penduduk (ageing population). Ageing population ditandai dengan terus meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia yaitu 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025. Dengan demikian peningkatan jumlah penduduk lansia juga terus terjadi. Pada tahun 2004 jumlah penduduk lansia sekitar 16,52 juta orang meningkat lagi menjadi sekitar 19,50 juta orang pada tahun 2008. Angka ini adalah sekitar 8,55 persen dari seluruh penduduk Indonesia.

Salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency ratio). Setiap usia produktif semakin banyak menanggung penduduk lansia. Pada saat ini, Indonesia telah masuk dalam jendela peluang kependudukan sejak tahun 2005 sampai 2050 (menurut UN ESCAP). Pada masa itu masih banyak penduduk muda yang dapat mendukung penduduk tua. Pada saat ini, rasio ketergantungan lanjut usia telah meningkat dari 12,12 tahun 2005 menjadi 13,52 tahun 2007 dan 13,57 pada tahun 2009 (SUSENAS 2009). Hal ini berarti tahun 2005, 12 lanjut usia didukung oleh 100 orang usia muda (15-44 tahun) sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 13 lanjut usia yang didukung oleh 100 orang usia muda.

Ini berarti peningkatan rasio ketergantungan pada lansia akan mengakibatkan meningkatnya beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Peningkatan yang terjadi terutama yang berhubungan dengan kebutuhan layanan khusus seperti kesehatan dan nutrisi yang nantinya juga akan menimbulkan beban sosial yang tinggi karena pertumbuhan lanjut usia akan terus meningkat.

(4)
(5)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamia, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional. WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam kematian.

(6)

dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan memgalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.

Proses menua merupakan proses terus - menurus atau berkelanjutan secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya, terjadinya kehilangan pada otak, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh ‖mati‖ sedikit demi sedikti. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilan masih sehat, segar bugar, dan badan tegak. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin banyak penyakit degenerative (misalnya: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis, misanya: stroke, inframiokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progesif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan di kemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.

2.1.2 Klasifikasi lansia

1. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas

(7)

3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium

2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat criteria berikut ini:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun

2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun 3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

3. Menurut pasal 1 Undang-Undang no. 4 tahun 1965:

Seseorang dikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain‖ (Santoso, 2009).

2.1.3 Karakteristik lansia

Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)

2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

(8)

3) Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan 4) Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan 5) Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut 6) Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik

7) Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung, Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut (Santoso, 2009):

a. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun; penglihatan (76,24%); daya ingat (69,3%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23% ); gigi dan mulut (51,12%)

b. Masalah kesehatan yang sering muncul: sakit tulang atau sendi (69,39%); sakit kepala (51,5%); daya ingat menurun (38,51%); selera makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%); sulit tidur (24,88%); dan sesak napas (21,28%)

c. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis (11,34%); dan penyakit jantung (6,45%).

2.1.4 Teori-teori proses penuaan

Teori-teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain: teori biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan genetik, dan teori penuaan akibat metabolisme (Santoso, 2009).

1. Teori Biologis

Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.

1) Teori Genetik Clock

(9)

mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan menghitung mitosis. Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.

2) Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)

Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga mengurangi fungsional sel.

3) Teori Autoimun (Auto Immune Theory)

Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

4) Teori Radikal Bebas

Menurut teori ini penuaan disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh.

5) Teori Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).

6) Teori Virus

Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh (Immunology Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.

(10)

Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan oleh tubuh.

8) Teori Rantai Silang

Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi kimia sel-sel yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. 9) Teori Program

Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori Kejiwaan Sosial

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Menurut Havigusrst dan Albrecht (1953) berpendapat bahwa sangat penting bagi lansia untuk tetap beraktifitas dan mencapai kepuasan.

2) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki.

3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.

3. Teori Psikologi

(11)

memberikan persaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan pendapatan, respon penerimaan adanya kematian pasangan, serta mempertahankan kehidupan yang memuaskan.

4. Teori Kesalahan Genetik

Proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua. 5. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga mengakibatkan kelainan pada sel karena dianggap sel asing yang membuat hancurnya kekebalan tubuh.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering terjadi pada lansia di antaranya hereditas, atau keturunan genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Santoso, 2009).

2.1.6 Perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009): 1. Perubahan kondisi fisik

(12)

sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing.

2. Perubahan kondisi mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.

3. Perubahan psikososial

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkuatan.

4. Perubahan kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila tidak ada penyakit yang menyertai.

(13)

Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

2.2 Konsep Insomnia 2.2.1 Definisi Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur, biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam). Keluhan insomnia mencakup ―ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari‖. Insomnia terdiri dari 3 jenis:

1. Insomnia primer Ditandai dengan:

1) Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.

2) Meyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.

3) Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.

4) Gangguan tidur tidak terjadi secra eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.

5) Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung, kondisi medik umum atau zat.

(14)

dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan tidur sebelumnya dan mengobati sendiri dengan obat sedatif-hipnotik atau alkhohol.

2. Insomnia kronik

Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh kecemasan, selain itu dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau pembelajaran atau perilaku maladaptifn ditempat tidur. Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi semakin tidak bisa tidur. Ketidak mampuan menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat menyebabkan insomnia psikofisiologik. Selain itu, ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur. Insomnia ini juga disebut insomnia terkondisi. Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi. Diagnosa ditegakkan apabila seseorang mengeluh tidak bisa masuk atau mempertahankan tidur tetapi tidak ada obyektif adanya gangguan tidur. Misalnya: pasien mengeluh susah masuk tidur (lebih dari satu jam), terbangun lebih lama (lebih dari 30 menit), dan durasi tidur kurang dari lima jam. Tetapi dari hasil polismonografi terlihat bahwa onset tidurnya kurang dari 15 menit, efisiensi tidur 90 %, dan waktu tidurnya lebih lama. Pasien dengan gangguan seperti ini dikatakan mengalami mispersepsi terhadap tidur.

3. Insomnia idiopatik

(15)

rasa malas. Kualitas hidup berkurang dan dapat meyebabkan lansia tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan.

2.2.2 Faktor-faktor penyebab insomnia

Faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia diantaranya adalah: 1. Stres dan kecemasan yang berlebihan

Biasanya ini terjadi karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi 2. Depresi

Tekanan yang terjadi pada seseorang akibat permasalahan yang tidak kunjung selesai atau tidak ada pemecahannya sering menimbulkan depresi. 3. Penyakit

Adanya suatu penyakit yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya salah satu sistem tubuh, seperti dabetes millitus, sakit ginjal, arthritis, juga penyakit-penyakit yang datang secara tiba-tiba mengakibatkan seseorang tidak dapat atau mengalami kesulitan tidur.

4. Kurang olahraga

Dalam tidur secra higienis, olahraga sanagt berpengaruh terhadap pola tidur yang berkualitas. Kurangnya olahraga merupakan salah satu faktor sulitnya tidur yang cukup signifikan.

5. Pola makan yang buruk

Pola makan yang buruk dapat mempengaruhi seperti salah satu faktor tidur yang higienis. Pada saat akan tidur dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang berat. Karena dengan mengkonsumsi makanan yang berat, secra otomatis akan menyulitkan untuk tidur. Karena pencernaan harus bekerja ekstra selama makanan berat ada diperut.

(16)

Kafein dan nikotin merupakan zat stimulant. Alkohol selain dapat mengacaukan pola tidur, juga memberikan efek negatif pada tubuh (Amrita, 2009).

Selain faktor-faktor diatas yang menjadi penyebab insomnia adalah 1) Keadaan ramai

2) Perbedaan suhu

3) Perubahan lingkungan sekitar

4) Efek samping pengobatan (Rafknowladge, 2004). 2.2.3 Gejala insomnia

Insomnia biasanya dimulai dengan munculnya beberapa gejala diantaranya: 1. Kualitas tidur tidak baik

Ketika sedang tidur, kualitas yang didapatkan tidak baik atau tidak tercapainya tidur yang nyenyak. Kadaan ini sangat mengesalkna karena bisa berlangsung sepanjang malam dan bisa dalam waktu berhari-hari, berminggu-minggu bahakan lebih.

2. Ketika bangun tidur tidak merasa segar

Ketika bangun tidur, tidak merasakan kesegaran atau masih merasa lelah. Penderita insomnia seringkali merasa tidak pernah tidur sama sekali walaupun kita melihat penderita insomnia ini sedang memejamkan mata. 3. Merasa sakit kepala dipagi hari

(17)

4. Penderita insomnia secara umum akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mudah marah, mata memerah, dan mengantuk disiang hari (Amrita, 2009).

2.2.4 Dampak insomnia

Beberapa dampak yang akan ditimbulkan antara lain: 1. Biologi/fisik

a. Penurunan kadar melatonin darah

b. Kurang cukup tidur REMS akan terjadi hiperaktif dan makan lebih banyak c. Kurang NREM, maka keesokan harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit

2. Psikologi

a. Bingung, diorientasi dan gangguan memori (pelupa) b. Rasa kantuk yang berlebihan

c. Penurunan motivasi 3. Sosial

a. Kurang dapat menjalin hubungan interpersonal dengan baik b. Sering salah dalam hal berkomunikasi (konsentrasi kurang) c. Marah yang tidak diketahui penyebabnya

d. Kurang dapat bekerja dengan baik e. Produktivitas menurun (Haryanto, 2009) 2.2.5 Alat ukur insomnia

(18)

secara terperinci, misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya tidur, kualitas tidur, serta kualitas setelah bangin. Berikut merupakan butir-butir dari KSPBJ Insomnia Rating Scale dan nilai skoring dari tiap item yang dipilih oleh subyek adalah sebagai berikut :

1. Lamanya tidur.

Butir ini untuk mengevaluasi jumlah jam tidur total, nilai butir ini tergantung dari lamanya subyek tertidur dalam satu hari. Untuk subyek normal lamanya tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita insomnia memiliki lama tidur yang lebih sedikit. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah 1 Nilai 0 untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam. Nilai l untuk jawaban tidur antara 5,5 - 6,5 jam. Nilai 2 untuk jawaban tidur antara 4,5 — 5,5 jam. Nilai 3 untukjawaban tidur kurang dari 4,5 jam.

2. Mimpi.

Subyek normal biasanya tidak bermimpi atau tidak mengingat bila ia mimpi atau kadang-kadang mimpi yang dapat diterimanya. Penderita insomnia mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu berrnimpi dan kadang-kadang mimpi buruk. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban tidak ada mimpi. Nilai l untuk jawaban terkadang mimpi yang menyenangkan atau mimpi biasa saja. Nilai 2 untuk jawaban selalu bennimpi. Nilai 3 untuk jawaban mimpi buruk atau mimpi yang tidak menyenangkan.

3. Kualitas tidur.

Kebanyakan subyek normal tidumya dalam, penderita insonmia biasanya tidurnya dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O untuk jawaban dalam, sulit untuk terbangun. Nilai 1 untuk jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi sulit untuk terbangun. Nilai 2 untuk j awaban terhitung tidur yang baik, tetapi mudah untuk terbangun. Nilai 3 untuk jawaban tidur yang dangkal.

(19)

Masuk tidur. Subyek normal biasanya dapat jatuh tertidur dalam waktu 5-15 menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama dari 15 menit. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O untuk jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1 untuk jawaban antara 6 - 15 menit. Nilai 2 untuk jawaban antara 16 - 29 menit. Nilai 3 untuk jawaban antara 30 — 44 menit. Nilai 4 untuk jawaban antara 45 — 60 menit. Nilai 5 untuk jawaban lebih dari l jam. 5. Terbangun malam hari.

Subyek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang malam, kadang-kadang terbangun 1-2 kali, tetapi penderita insomnia terbangun lebih dari 3 kali. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban tidak terbangun sama sekali. Nilai 1 untuk jawaban sekali atau dua kali terbangun. Nilai 2 untuk jawaban tiga sampai empat kali terbangun. Nilai 3 untuk jawaban lebih dari empat kali terbangun. 6. Waktu untuk tidur kembali.

Subyek normal mudah sekali untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat tefiidur kembali. Penderita insomnia memerlukan waktu yang panjang untuk tidur kembali. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O untuk jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1 untuk jawaban antara 6 — 15 menit. Nilai 2 untuk jawaban antara 16 — 60 menit. Nilai 3 untuk jawaban lebih dari 60 menit. 7. Terbangun dini hari.

(20)

Subyek normal merasa segar setelah tidur di malam hari. Akan tetapi penderita insomnia biasanya bangun dengan tidak segar atau lesu. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O untuk jawaban merasa segar. Nilai l untuk jawaban tidak terlalu baik. Nilai 2 untuk jawaban sangat buruk. 1) tidak insomnia: < 8

2) insomnia ringan: 8-13 3) insomnia sedang 13-18 4) insomnia berat: >18

2.3 KONSEP TERAPI BEKAM

2.3.1 Definisi terapi bekam

Bekam (Hijamah)merupakan gelas yang digunakan untuk menampung darah yang dikeluarkan dari kulit pasien, atau gelas untuk menghimpun darah bekam. Yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah didaerah sana kemudian darah dikeluarkan (Halimi, 2005)

Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.

2.3.2 Fisiologi bekam

(21)

1. sistem kekebalan tubuh 2. Pengeluaran Enkefalin, 3. Pelepasan neurotransmitter,

4. Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah

5. the gates for pain‖ pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensasi rasa nyeri.

Apabila dilakukan pembekaman pada titik bekam, maka akan terjadi kerusakan mast cell dan lain-lain pada kulit, jaringan bawah kulit ( sub kutis), fascia dan ototnya. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa mediator seperti serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikro sirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel (El said, 2010).

(22)

migraine, vertigo, anxietas (kecemasan) serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental.

Darah yang keluar pada waktu bekam ternyata banyak mengandung sisa metabolisme, toksin dan endapan. Selain itu darah bekam juga terdiri dari sel darah merah yang rusak dan sedikit sel darah putih. Sehingga bekam merupakan salah satu detoksifikasi (pembersihan) darah yang baik. Efek lain dari darah yang keluar adalah merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah yang baru, sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat. Bekam sangat baik bagi orang yang sehat untuk menjaga kesehatan dan sebaiknya dilakukan sebulan sekali.

2.3.3 Jenis- jenis bekam

1. Bekam Kering atau bekam angin (hijamah jaaffah)

yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan untuk meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik, juga penyakit-penyakit penyebab kenyerian punggung. Bekam kering baik bagi orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari (Rasidi, 2005).

2. Bekam Basah (Hijamah Rothbah)

Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit, lalu dibuang darah kotornya. Penghisapan tidak lebih dari 7 kali hisapan. Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih. Dan selama 3 jam setelah di-bekam, kulit yang lebam itu tidak boleh disiram air. Jarak waktu pengulangan bekam pada tempat yang sama adalah 3 minggu (Rasidi, 2005).

(23)

a. Manfaat bekam kering

1. Mengatasi masalah masuk angin

2. Menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis 3. Menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan

4. Meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukkan darah 5. Melenturkan otot-otot yang tegang

6. Radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang 7. Pembengkakan liver

8. Radang ginjal dan wasir b. Manfaat bekam basah

1. Memberikan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang (vertebra)

2. Mengatasi tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran pada pembuluh darah (arteriosklerosis)

3. Menghilangkan pusing-pusing, memar dibagian kepala, wajah, migrain, dan sakit gigi

4. Menghilangkan kejang-kejang dan kram pada otot 5. Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah

6. Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pnemonia, dan angina pectoris 7. Menajamkan penglihatan dan membantu dalam pengobatan mata

8. Bagi wanita dapat mengobati gangguan rahim dan gangguan haid

9. Melancarkan peredaran darah, meringankan badan, menghilangkan sakit bahu, dada, dan punggung

(24)

11. Mengatasi insoomnia, stress, mimpi buruk, trauma, rasa takut yang berlebihan, narkoba, dan kurang gairah

12. Mengeluarkan angin, toksid, dan kolesterol yang membahayakan bagi tubuh

13. Menyembuhkan encok dan rematik

14. Mengatasi gangguan kulit, alergi jerawat, dan gatal-gatal 15. Memulihkan fungsi tubuh

16. Mengatasi radang selaput jantung dan radang ginjal 17. Mengatasi keracunan

18. Dapat menyembuhkan luka bernanah dan bisul

19. Mengobati masuk angin, darah tinggi, kolesterol, stroke, jantung dan asam urat

20. Mengobati sakit pinggang, liver, sakit kepala, sakit mata, impotensi, sinusitis, wasir, dan maag

2.3.5 Prinsip terapi bekam

Prinsip ilmiah pengobatan dengan bekam tidak jauh berbeda dengan prinsip pengobatan dengan jarum cina, yang keduanya mengacu pada usaha membangkitkan kulit di titik-titik tertentu, yang berhubungan dengan syaraf dalam kulit,sehingga dapat meringankan rasa sakit. Adapun darah bekam yang dikeluarkan dari tubuh pasien yaitu :

1. Darah bekam menghimpun sepersepuluh kadar sel darah putih yang ada dalam darah alami. Itu terjadi dalam setiap kondisi tanpa ada pengecualian. Hal ini menunjukan bahwa bekam dapat menjaga unsure organ immunity dan bekerja untuk menguatkanya.

(25)

diinginkan keberadaanya, sehingga yang tersisa di tubuh adalh sel-sel darh putih.

3. Volume pengikat zat besi yang ada dalam darah bekam mampu menyiksakan zat besi didalam tubuh, tanpa keluar bersama darah yang dikeluarkan karena pengobatan dengan bekam.

4. Dua macam sel darah di dalam bekam masih tinggi. Ini menunjukan bahwa proses bekam dapat menyedot seluruh sel darah dan darah kotor, yang membuat setiap organ semakin baik dalam memerankan tugasnya.

2.3.6 Waktu untuk bekam

Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak gejolak). Anas bin Malik radhiallaahu ‗anhu menceritakan bahwa : ―Rasulullah SAW biasa melakukan hijamah pada pelipis dan pundaknya. Ia melakukannya pada hari ketujuhbelas, kesembilanbelas atau keduapuluhsatu.‖ (Diriwayatkan oleh Ahmad). Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini Imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa saja ketika diperlukan. Imam asy-Syuyuthi menukil pendapat Ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka disarankan bagi yang hendak berbekam untuk tidak makan-makanan berat 2-3 jam sebelumnya (Halimi, 2005).

(26)

tindakan penjagaan dan kewaspadaan kita terhadap penyakit, maka sangat baik bekam dilakukan sebulan sekali.

2.3.7 Beberapa titik-titik bekam dan keajaibannya

1. Ala Ro‘sun ( puncak kepala) : melancarlkan sirkulasi darah dibagian kepala. Bagi anda yang sering sakit kepala menahun, Vertigo, serangan sihir,stroke.

2. Al- akhdain ( dua urat leher) : melancarkan darah ke bagian kepala. Bagi anda yang sering sakit kepala, p using, migrain, vertigo, daya ingat menurun

3. Al- kaahil ( punduk ) : memperbaiki penglihatan. Bagi anda yang penglihatannya kabur dan mata sering lelah. Titik ini juga yang dimaksud Nabi sebagai titik ampuh untuk penyembuhan 72 penyakit.

4. Al-katifain pundak ( bahu) : menormalkan tekanan darah , kadar asam, dan kolestrol. Bagi anda yang m,engidap penyakit hipertensi, asam urat, kolestrol dan sulit menahan emosi.

5. Daerah Belikat : menormalkan kerja jantung dan pernapasan. Bagi anda yang mempunyai gejala berdebar-debar, mudah kaget, nafas pendek, mudah mengantuk, sulit tidur, dada kiri sakit bila di tekan.

6. Ala Warik ( di bawah tulang rusuk iga ) : menormalkan fungsi ginjal. Biasanya sering sakit pinggang dan ruas pangkal jari tangan terlihat gemuk.

7. ‗Ala dzohril qodami ( kaki sebelah atas betis ) : melancarkan sirkulasi darah dibagian kaki. Gejala yang sering timbul adalah pegal, asam urat tinggi, stroke, kaki gajah. Indikasinya bisa dilihat dari kuku bergelombang , telapak tangan keras, biasanya telapak tangan ada bintik-bintik putih

(27)

permukaan kulit. pembekaman akan merangsang syaraf di permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta dan C, serta traktusspinothalamicus kearah thalamus yang akan menghasilkanendorphin. Dengan menggunakan tindakan bekam akan menurunkan tingkat insomnia.

Referensi

Dokumen terkait

• A student takes a group of Papua students and a group of Java students and test whether they have a same consumption behavior two samples from different population. to

[r]

Tujuan dari studi ini, yaitu untuk mengevaluasi korelasi antara tingkat pengetahuan masyarakat dan kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat perubahan bangunan kuno

Cc Mengganti 1 baris kalimat yang telah ditulis di sebelah kanan posisi kursor dengan kalimat lain. ^ Pergi ke

Desa wisata merupakan suatu wilayah perdesaan yang dapat dimanfaatkan berdasarkan kemampuan unsur-unsur yang memiliki atribut produk wisata secara terpadu, dimana desa

It is an important political or 'philosophical' point to make to remind us that human labour was involved, but is it strictly a necessary one, essential to grasp- ing the

Yang dimaksud dengan model persediaan dependen adalah model penentuan jumlah pembelian atau penyediaan bahan/barang yang sangat tergantung kepada jumlah produk

/* IS: A terdefinisi tidak kosong, belum tentu urut PS: sort secara Bubble. FS: A tersortir