• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pembangunan Ekonomi Untuk Ketahan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Pembangunan Ekonomi Untuk Ketahan (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH

DALAM UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN

DAN ENERGI DI KABUPATEN ACEH BARAT

ABSTRAK

Ketika sebagian penduduk pada suatu wilayah masih kekurangan pangan dan energi, sebagian penduduk di wilayah lain yang lebih maju justru membuang makanan dan melakukan pemborosan energi. Penduduk pada wilayah yang lebih maju secara ekonomi memanfaatkan pangan dan energi secara berlebihan diluar kebutuhan mereka yang sebenarnya. Sedangkan penduduk pada wilayah yang lebih tertinggal secara ekonomi justru begitu tergantung pada pasokan pangan dan energi dari luar wilayah mereka. Ketimpangan ekonomi antar wilayah yang tidak diselesaikan secara serius oleh pemerintah pada akhirnya akan menyebabkan berbagai permasalahan ketahanan pangan dan energi secara nasional.

Kata kunci: Ketahanan pangan, dan kelangkaan energi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketimpangan ekonomi yang cukup jauh antara penduduk di wilayah Pulau Jawa dengan penduduk di

wilayah di luar Pulau Jawa memiliki dampak yang serius pada masalah ketahanan pangan dan energi.

Penduduk di wilayah Pulau Jawa cenderung memiliki tingkat pendapatan ekonomi yang lebih lebih

baik daripada penduduk di luar Pulau Jawa. Mereka sebagai bagian dari populasi penduduk terbesar di

Indonesia berperan sebagai konsumen utama hasil pangan dan menjadi magnet pemasaran hasil

produksi pangan dari luar Jawa. Kebutuhan pangan yang besar tersebut dibarengi pula dengan

tingginya tingkat konsumsi pangan penduduk, sehingga distributor pangan di daerah lebih berorientasi

menjual produk pangannya ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Penjualan produk pangan ke luar jawa

tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi lokal menyebabkan terjadinya kekurangan pangan di

sebagian wilayah produksi pangan.

Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah yang apabila dikelola

dengan baik akan menghasilkan komoditi-komoditi pangan terbaik dan sumber daya energi. Salah

satu wilayah yang memiliki potensi tersebut adalah Kabupaten Aceh Barat. Sebagai salah satu

wilayah termaju di pesisir barat Provinsi Aceh, dimana Kota Meulaboh sebagai ibukota kabupatennya

memiliki komoditi pangan unggulan berupa padi sawah dan cadangan sumber daya energi berlimpah

berupa deposit batubara. Namun kenyataannya Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi krisis pangan

yang mengkhawatirkan dimana produksi padi semakin menurun dari tahun ke tahunnya. Disisi lain

(2)

meningkat seiring dengan berkembangnya Kota Meulaboh dan perkotaan lainnya di Kabupaten Aceh

Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Terkait dengan permasalahan yang dilatar belakangi oleh adanya krisis pangan dan energi maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana peran pengembangan ekonomi wilayah dapat mengatasi permasalahan ketahanan

pangan dan kelangkaan energi di Kabupaten Aceh Barat?

2. PEMBAHASAN

2. 1. Landasan Teori

A. Pengendalian Pangan Menurut Islam

Syariah Islam juga menjamin terlaksananya mekanisme pasar yang baik. Negara wajib

menghilangkan dan memberantas berbagai distorsi pasar, seperti penimbunan, kanzul mal (QS

at-Tawbah [9]: 34), riba, monopoli, dan penipuan. Negara juga harus menyediakan informasi ekonomi

dan pasar serta membuka akses informasi itu untuk semua orang sehingga akan meminimalkan

terjadinya informasi asimetris yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar mengambil keuntungan

secara tidak benar.

Dari aspek manajemen rantai pasok pangan, kita dapat belajar dari Rasul saw yang pada saat itu sudah

sangat konsen terhadap persoalan akurasi data produksi. Beliau mengangkat Hudzaifah ibn al-Yaman

sebagai katib untuk mencatat hasil produksi Khaybar dan hasil produksi pertanian. Sementara itu,

kebijakan pengendalian harga dilakukan melalui mekanisme pasar dengan mengendalikan supply dan

demand bukan dengan kebijakan pematokan harga. Anas ra. menceritakan:

Harga meroket pada masa Rasulullah saw lalu mereka (para sahabat) berkata: “ya Rasulullah patoklah harga untuk kami”. Maka Beliau bersabda: “sesungguhnya Allahlah yang Maha Menentukan Harga, Maha Menggenggam, Maha Melapangkan dan Maha Pemberi Rezki dan aku sungguh ingin

menjumpai Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezaliman dalam hal

darah dan harta (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad).

Praktek pengendalian supply seperti itu pernah dicontohkan oleh Umar bin al-Khaththab ra. Pada

(3)

Demikianlah konsep dan nilai-nilai syariah Islam memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah

pangan. Konsep tersebut tentu baru dapat dirasakan kemaslahatannya dan menjadi rahmatan lil

alamin bila ada institusi negara yang melaksanakannya. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk

mengingatkan pemerintah akan kewajiban mereka dalam melayani urusan umat, termasuk persoalan

pangan dengan menerapkan syariah yang bersumber dari Allah SWT, pencipta manusia dan seluruh

alam raya.

(Cahyadi, Eko.R, 2014)

B. Peraturan Perundangan Terkait Pangan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan memberi amanat kepada

pemerintah untuk mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang

cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga

perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang

waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Secara umum

perundangan tersebut memberikan penjelasan mengenai pangan, sebagaimana di atur dalam pasal 1

yang isinya antara lain sebagai berikut

a. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan,kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun

tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

b. Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan

pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi

masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

c. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan

yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan

yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam,

manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

d. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan.

e. Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan

cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi

(4)

f. Cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi masalah kekurangan

Pangan, gangguan pasokan dan harga, serta keadaan darurat.

2.2. Kasus Ketahanan Pangan Di kabupaten Aceh Barat

Pada kasus wilayah Kabupaten Aceh Barat ditemukan beberapa permasalahan menyangkut ketahanan

pangan dan energi. Permasalahan yang paling menonjol adalah penggunaan lahan pertanian dan

kehutanan untuk perkebunan sawit. Penggunaan lahan Kabupaten Aceh Barat untuk komoditi

perkebunan sawit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pemanfaatan lahan untuk kebun sawit

tersebut mendegradasi kawasan pertanian yang ada. Di sisi lain perkembangan perkotaan menuntut

kebutuhan lahan bagi permukiman dan aktifitas perkotaan lainnya, sehingga kawasan pertanian

menjadi berkurang sedikit demi sedikit. Lebih jelasnya penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Barat

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.

(5)

Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang mencakup tanaman

padi (padi sawah dan padi ladang) dan palawija (jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau,

ubi kayu dan ubi jalar). Luas panen padi di Kabupaten Aceh Barat sepanjang tahun 2012 mencapai

14.719 hektar yang terdiri dari padi sawah sebesar 13.737 hektar dan padi ladang seluas 982 hektar.

Jumlah ini berkurang dibanding tahun sebelumnya. Dengan luas panen tersebut dihasilkan produksi

padi sebesar 49.767 ton yang berasal dari 49.007 ton padi sawah dan 760 ton padi ladang. Jumlah ini

juga menurun dibanding tahun 2011. Kecamatan Pante Ceureumen, Woyla dan Kaway XVI

merupakan daerah penghasil padi sawah terbesar di Aceh Barat. Sedangkan untuk padi ladang,

Kecamatan Sungai Mas adalah pusatnya. Dari sisi produktivitas juga terjadi penurunan dibanding

tahun sebelumnya. Belum selesainya irigasi sehingga masyarakat sangat tergantung dengan kondisi

alam dituding menjadi penyebabnya. Lebih jelasnya mengenai luas dan jumlah produksi padi di

Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Luas Dan Jumlah Produksi Tanaman Padi Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

(6)

Untuk komoditi palawija terdapat produksi terbesar di kabupaten ini yaitu kacang tanah dan ubi kayu.

Produksi kedua komoditi ini di tahun 2012 masing-masing sebesar 954,62 ton dan 1.249,61 ton.

Produksi kacang tanah ini mengalami penurunan, sebaliknya produksi ubi kayu mengalami

peningkatan yang berarti. Sedangkan produktivitas kedua komoditi ini tidak mengalami perubahan.

Jumlah produksi tanaman pangan Kabupaten Aceh Barat secara keseluruhan pada periode 10

(sepuluh) tahun terakhir mengalami pasang surut produksi. Penyusutan terbesar produksi tanaman

pangan pada periode 2 (dua) tahun terakhir terjadi pada komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

dan kacang hijau. Bahkan komoditi padi mengalami penyusutan pada 3 (tiga) tahun terakhir. Kondisi

tersebut diperkirakan selain infrastruktur pertanian seperti saluran irigasi yang mengalami masalah

teknis, diperkirakan juga terjadi alih fungsi lahan pertanian padi sawah ataupun padi ladang menjadi

fungsi lahan lainnya, seperti lahan palawija dan perkebunan . Lebih jelasnya mengenai perkembangan

jumlah produksi tanaman pangan di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2

Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2001 - 2012

(7)

Selama beberapa tahun terakhir ini perekonomian Aceh Barat sangat ditopang oleh sub sektor

perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain dua komoditi tersebut, kabupaten ini

juga menghasilkan banyak tanaman perkebunan yang lain. Melonjaknya harga karet dan kelapa sawit

membuat banyak masyarakat yang mengusahakan tanaman ini sehingga luas arealnya terus bertambah

setiap tahunnya. Pada tahun 2012 luas kebun karet dan kelapa sawit yang diusahakan rakyat mencapai

24.096 dan 6.481 hektar. Dengan luas lahan tersebut dihasilkan produksi karet dan kelapa sawit

sebesar 17.270 dan 60.965 ton. Lahan karet terbesar berada di kecamatan Woyla Barat, Kaway XVI

dan Arongan Lambalek. Sedangkan lahan pekerbunan sawit rakyat terluas terdapat di Kecamatan

Kaway XVI, Meureubo dan Arongan Lambalek.

Berdasarkan data-data produksi tanaman pangan tersebut dapat diketahui bahwa kondisi ketahanan

pangan Kabupaten Aceh Barat sedang mengalami krisis, dimana terdapat kecenderungan penurunan

produksi pangan khususnya komoditi padi dan jenis palawija tertentu. Kecenderungan penurunan

tersebut antara lain disebabkan sebagai berikut:

 Tanaman padi sangat tergantung ketersediaan irigasi, sehingga kendala teknis sistem irigasi dan terbatasnya pengembangan infrastruktur irigasi menjadi faktor teknis berkurangnya produksi

padi.

 Nilai jual komoditi tanaman pangan lokal lebih tinggi daripada tanaman pangan impor atau dari luar wilayah sehingga tidak ada motivasi bagi petani untuk mendapatkan keuntungan lebih

apabila menanam padi.

 Kebanyakan masyarakat mengusahakan lahan pertanian untuk komoditi tanaman yang berproduksi secara terus menerus dalam kurun waktu lama dengan keuntungan yang lebih besar

daripada tanaman pangan, seperti mengusahakan tanaman karet dan sawit.

 Proses perawatan tanaman pangan lebih rumit dibandingkan dengan tanaman perkebunan karet ataupun sawit sehingga petani lebih tertarik mengusahakan tanaman perkebunan tersebut.

2.2. Kasus Kelangkaan Energi Di Kabupaten Aceh Barat

Kelangkaan energi khususnya energi listrik di Kabupaten Aceh Barat terjadi hampir sama dengan

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Kapasitas energi listrik yang

terdistribusi di wilayah Sumatera Bagian Utara hingga Aceh (Sumbagut-Aceh) sebagian besar

mengalami krisis, dimana kebutuhan penggunaan listrik jauh dari kapasitas produksi listrik.

Akibatnya masyarakat di wilayah tersebut sudah terbiasa mengalami pemadaman listrik bergilir

(8)

Saat ini di Kabupaten Aceh Barat terdapat 43.060 pelanggan listrik PLN. Jalur distribusi listrik di

Kabupaten Aceh Barat masuk dalam pelayanan PT. PLN Wilayah I Cabang Meulaboh yang juga

melayani beberapa kabupaten lain disekitarnya. Lebih jelasnya mengenai jumlah pelanggan pada

pelayanan PT. PLN Wilayah I Cabang Meulaboh dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3

Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Pada PT. PLN Wilayah I Cabang Meulaboh Tahun 2012

Sumber: Aceh Barat Dalam Angka 2013

Berdasarkan data Aceh Barat Dalam Angka 2012 yang terkait dengan permasalahan kelangkaan

energi khususnya energi listri maka diketahui sebagai berikut:

 jumlah kepala keluarga di Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 sebanyak 45.268 KK dan jumlah pelanggan listrik PLN sebanyak 43.000 pelanggan, sehingga dapat dikatakan bahwa

seluruh rumah di Kabupaten Aceh Barat telah terlayani jaringan listrik. Namun pelayanan

listrik bukan pada pelayanan terhadap rumah tangga saja, melainkan ada kegiatan

(9)

 Permasalahannya utama kelangkaan energi adalah kemampuan pelayanan PLN baru sebatas menyediakan jaringan listrik saja sedangkan daya listrik yang dibutuhkan pelanggan belum

terpenuhi, sehingga terjadi pemadaman listrik.

2.3. Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Pada Ketahanan Pangan Dan Kelangkaan Energi

Di Kabupaten Aceh Barat

Dalam upaya mengatasi ketahanan pangan dan kelangkaan energi di Kabupaten Aceh Barat maka

salah satunya perlu dilakukan upaya pengembangan ekonomi wilayah. Pengembangan ekonomi

wilayah yang dimaksud adalah mengembangkan sumber daya ekonomi secara lokal sesuai potensi

yang ada pada setiap wilayah dengan prioritas manfaat bagi kebutuhan lokal ataupun regional.

Beberapa faktor yang perlu dikembangkan untuk mendukung peran ekonomi wilayah bagi ketahanan

pangan dan energi di Kabupaten Aceh Barat antara lain sebagai berikut:

1. Mengembangan Sumber Daya Lokal

Setiap wilayah memiliki sumber daya lokal yang dapat digunakan secara mandiri untuk mengatasi

ketahanan pangan dan energi. Lahan pertanian seharusnya didukung pengenaan insentif apabila

dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, bahkan jika perlu diberi berbagai fasilitas kemudahan seperti

pembiayaan modal. Kondisi sebaliknya juga harus diberlakukan apabila lahan pertanian beralih

fungsi, yakni pengenaan disinsentif seperti harus menyediakan lahan tukar guling lebih luas dari lahan

pertanian yang ada sebelum dialih fungsikan.

Untuk mengatasi kelangkaan energi tentu setiap wilayah harus berinisiatif untuk mengembangkan

sumber energi yang belum tergali. Sumber daya energi yang dikembangkan sebaiknya bersumber dari

energi terbarukan seperti tenaga panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan sebagainya. Penggunaan

sumber energi tersebut akan lebih lama bagi ketersediaan energi listrik dibandingkan sumber energi

fosil.

2. Membuat Kebijakan Ketahanan Pangan Dan Energi

Salah satu upaya ketahanan pangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah adalah membuat

kebijakan yang pro lokal dan kemandirian masyarakat. Kebijakan tersebut meliputi:

A. Kebijakan Pemantapan Ketersediaan Pangan Berbasis Kemandirian

 Menjamin ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan keragaman untuk mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah kesehatan dan gizi seimbang.

 Mengembangkan dan memperkuat kemampuan dalam pemupukan dan pengelolaan

(10)

 Meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas

lingkungan serta sumberdaya lahan dan air.

B. Kebijakan Peningkatan Kemudahan Dan Kemampuan Mengakses Pangan

 Meningkatkan daya beli dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin.

 Meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi dan perdagangan pangan melalui pengembangan sarana dan prasarana distribusi dan menghilangkan hambatan distribusi

pangan antar daerah.

 Mengembangkan teknologi dan kelembagaan pengolahan dan pemasaran pangan untuk menjaga kualitas produk pangan dan mendorong peningkatan nilai tambah.

 Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur dan kelembagaan ekonomi perdesaan dalam rangka mengembangkan skema distribusi pangan kepada kelompok masyarakat

tertentu yang mengalami kerawanan pangan.

C. Arah Kebijakan Peningkatan Kuantitas Dan Kualitas Konsumsi Pangan Menuju Gizi

Seimbang

 Meningkatkan kemampuan rumahtangga dalam mengakses pangan untuk kebutuhan setiap anggota rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman dan halal

dikonsumsi dan bergizi seimbang.

 Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas

pangan.

 Mengembangkan program perbaikan gizi yang cost effective, diantaranya melalui peningkatan dan penguatan program fortifikasi pangan dan program suplementasi zat

gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A.

 Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan dan gizi.

 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin terutama anak-anak dan ibu hamil yang bergizi

kurang.

D. Arah Kebijakan Peningkatan Status Gizi Masyarakat

 Mengutamakan upaya preventif, promotif dan pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat miskin dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk

kurang gizi mikro (kurang vitamin dan mineral).

 Memprioritaskan pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa

(11)

 Meningkatkan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya keterpaduan

kebijakan, program dan kegiatan antar sektor di pusat dan daeah, khususnya dengan

sektor kesehatan, pertanian, industri, perdagangan, pendidikan, agama, serta

pemerintahan daerah.

E. Arah Kebijakan Peningkatan Mutu Dan Keamanan Pangan

 Meningkatkan pengawasan keamanan pangan.

 Melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang mutu dan keamanan pangan.

 Meningkatkan kesadaran produsen, importir, distributor dan ritel terhadap keamanan pangan.

 Meningkatkan kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan.

 Mengembangkan teknologi pengawet dan pewarna makanan yang aman dan tidak memenuhi syarat kesehatan serta terjangkau oleh usaha kecil dan menengah produsen

makanan dan jajanan.

(Wafa, 2014)

Sedangkan kebijakan mengatasi kelangkaan energi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 (empat)

cara, atau dikenal dengan nama catur dharma energi. Menteri ESDM Jero Wacik menyebukan cara

tersebut yaitu;

 Terus meningkatkan produksi migas. Caranya dengan memperbanyak eksplorasi migas. Pemerintah akan memberikan kemudahan dalam izin eksplorasi migas dan sekaligus

akan memberikan insentif fiskal bagi yang mau investasi di sektor ini.

 Mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) karena sebagian besar BBM dalam

negeri berasal dari impor. Caranya dengan mulai mencampurkan 10 persen biodiesel ke

dalam solar. Begitu juga dengan larangan bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)

tidak boleh menggunakan BBM di pembangkit barunya.

 Mendorong secara masif pengembangan energi baru dan terbarukan. Salah satunya adalah panas bumi (30.000 MW), hidropower (75.000 MW), tenaga surya (50.000 MW).  Gerakan hemat energi. Caranya masyarakat Indonesia harus menggunakan energi secara hemat. Misalnya mematikan listrik pendingin udara (AC), televisi, kran air, lampu

apabila tidak digunakan.

(kompas.com, 21 Oktober 2013)

(12)

3. Membudayakan Penghematan

Penghematan sebenarnya tidak harus dimulai pada saat ketersediaan sudah berkurang. Mulai saat ini

masyarakat disosialisasikan untuk mendukung budaya hemat, yaitu hemat konsumsi pangan dan

hemat konsumsi energi. Budaya hemat pangan dan energi harus dimulai dari wilayah-wilayah yang

lebih maju khususnya di Pulau Jawa. Selain itu gerakan hemat pangan dan energi harus dimulai dari

pemerintah dan jajaran di bawahnya. Gerakan hemat pangan dan energi yang dilakukan pejabat

publik dapat menjadi contoh bagi masyarakatnya. Selain itu berbudaya hemat merupakan cara yang

mudah dan murah untuk dilakukan setiap orang dalam upaya mengurangi krisis pangan dan energi.

Membudayakan penghematan pangan secara sederhana dapat dipraktekan oleh setiap masyarakat

antara lain melalui pola makan sehat sesuai kebutuhan dan kebanggaan mengkonsumsi produk lokal.

Sedangkan membudayakan hemat energi dapat dipraktekan salah satunya dengan menggunakan

penerangan seminimal mungkin pada siang hari..

3. KESIMPULAN

Upaya mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan energi sudah seharusnya dimulai dari

masing-masing wilayah dengan jalan mengembangkan sumber daya alam untuk prioritas kebutuhan lokal.

Apabila produksi yang dihasilkan melebihi kebutuhan lokal maka selanjutnya dapat dilakukan ekspor

produksi sehingga dapat menambah pendapatan para petani. Begitu pula dengan kelangkaan energi

dapat diatasi dengan mencari sumber daya energi terbarukan yang potensinya sangat besar di

Indonesia.

Di sisi lain upaya pengembangan sumber daya alam untuk mengatasi masalah ketahanan pangan dan

kelangkaan energi tidak dapat berjalan sendiri oleh setiap daerah. Peran pemerintah dengan

regulasinya dan penyediaan infrastruktur harus lebih diintensifkan. Pemerintah dengan regulasinya

menjadi pelaku utama yang dapat mendorong setiap daerah melakukan eksplorasi sumber daya alam

dan melayani daerah-daerah yang memiliki keterbatasan dalam mengeksplorasi sumber dayanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cahyadi, Eko.R. 2014, “Mengurai Persoalan Ketahanan Pangan Dan Solusinya Menurut Pandangan Islam”, www. hizbut-tahrir.or.id.

2. Wafa, Indra.2014, “Isu Strategis Ketahanan Pangan”, www. paskomnas.com

Gambar

Gambar 1.  Peta Tutupan Lahan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Namun jika dengan cara yang demikian isteri tersebut masih tetap nusyuz, maka hendaknya masalah tersebut dibawa ke pengadilan, untuk kemudian dimediasi oleh juru

Biasanya atribut merupakan teks string yang bernilai tunggal, bilangan atau daftar suatu nilai ( enumerated values ). Tetapi, pada suatu saat juga perlu menetapkan

Pertama, nilai akurasi yang dihasilkan dari pengenalan wajah dengan citra pelatihan tunggal menggunakan algoritme VFI5 berbasis histogram baik. Dengan nilai

Jika metan semai menggunakan RW, nggal angkat RW dan pindahkan ke lobang tanaman. Rockwool akan terkikis seriring pertumbuhan akar. Kalau media semai menggunakan cocopet

Berkaitan dengan banyaknya tulisan lingkungan yang bertemakan dampak lingkungan, hukum lingkungan dan konflik lingkungan dimana isinya hampir seragam yaitu tentang

Protozoa pada sampel sebelum dan sesudah pembentukan biogas menunjukan jenis yang sama tetapi berkurang cukup banyak hal ini dikarenakan ketika masuk ke dalam digester

Ketika ikan tuna besar dibekukan dalam larutan air garam pada suhu -12 sampai -15°, dibutuhkan waktu selama 3 hari untuk seluruh ikan tersebut dapat menjadi beku.. Oleh karena

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi rekan peneliti untuk dijadikan bahan atau acuan penelitian selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi