• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DIMASA KLASIK (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DIMASA KLASIK (3)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Sejarah Pendidikan islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad yang telah lalu, yakni sejak nabi Muhammad Saw diutus menjadi rasul. Pada awalnya pendidikan berlangsung secara sederhana, dengan masjd sebagai pusat proses pembelajaran, Al qur'an dan Hadits sebagai kurikulum utama dan Rasulullah sendiri berperan sebagai guru dalam proses pendidikan tersebut, tetapi setelah Rasulullah wafat Islam terus berkembang sampai ke akhir jazirah arab. Sehingga pendidikan islampun mengalami banyak perkembangan dan salah satu perkembangannya dapat dilihat dari lembaga pendidikan yang berkembang saat itu.

Lembaga pendidikan Islam merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pendidikan, karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya proses pendidikan. Dewasa ini tampaknya tidak bisa disebut pendidikan apabila tidak ada lembaganya.

Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan dikaitkan dengan konsep Islam. Lembaga pendidikan Islam merupakan suatu wadah bagi pendidikan Islam untuk bisa melaksanakan tugasnya demi tercapai cita-cita umat Islam.

(2)

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI MASA KLASIK

A. Kuttab

1. Definisi : Kuttab berasal dari akar kata taktib yang artinya mengajar menulis. Sementara katib atau kuttab berarti penulis.1

2. Tujuan Pendidikan : lembaga pendidikan dasar terutama mengajarkan tulis-baca. 3. Kurikulum Pembelajaran : tulis-baca, puisi, Al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, gramatika

bahasa Arab, dan aritmatika

4. Metode Pengajaran : mencatat, membaca, menghafal al-Qur’an, memahami, muzakarah

5. Kriteria Peserta didik : usia anak tidak ditentukan pasti, kurang lebih 5 tahun, lama jenjang pendidikan pun tidak ditentukan, walau rata-rata telah selesai dalam 5 tahun.

6. Tempat Pembelajaran : di rumah ulama, pekarangan masjid, madrasah 7. Kronologi Perkembangan :

Kuttab sebenarnya telah ada di negeri Arab sebelum datangnya agama Islam. Kuttab merupakan institusi pendidikan yang tertua dalam sejarah tarbiyah. Kondisinya masih sangat sederhana. Yang ada hanya seorang guru yang dikelilingi sejumlah murid. Di antara penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di kuttab ini ialah Sufyan bin Umayyah bin Abdul Syams dan Abu Qais Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab.Keduanya belajar dari Bisyr bin Abdul Malik yang mempelajarinya dari hirah. Kuttab dalam bentuk awalnya hanya berupa ruangan di rumah seorang guru.

Pada awal pemerintahan Islam di Madinah, pengajar baca tulis di kuttab kebanyakan non muslim, karena sedikit sekali kaum muslim yang bisa menulis. Rasulullah pernah membebaskan para tawanan perang dengan syarat mengajari 10 orang muslim membaca dan menulis. Setelah Nabi Saw. dan para sahabat membangun masjid, barulah ada kuttab yang didirikan di samping masjid.

Pada perkembangan selanjutnya sekitar sepuluh tahun setelah wafatnya Rasulullah saw, pasukan Islam telah menguasai Syria, Irak, dan Mesir — daerah-daerah yang menjadi pusat kegiatan intelektual saat itu. Peristiwa ini mendorong munculnya diversifikasi pengetahuan yang dikenal oleh umat Islam dan pada gilirannya mempengaruhi kurikulum

kuttab. Perkembangan berikutnya menunjukkan bahwa tulis-baca, puisi, Al-Qur’an,

(3)

gramatika bahasa Arab, dan aritmatika (berhitung dasar) menjadi bagian utama dari kurikulum pendidikan level ini.2

Pada masa pemerintahan Umar Ibn al-Khattab, muncul ide pembaruan. Umar menginstruksikan agar anak-anak di kuttab juga diajarkan berenang, mengendarai kuda, memanah dan tatabahasa Arab.

Pada periode bani Ummayah, untuk mengimbangi laju pendidikan yang begitu pesat maka kuttab-kuttab tidak hanya ada di masjid, tapi terdapat pula kuttab-kuttab umum yang berbentuk madrasah, yakni telah mempergunakan gedung sendiri dan mampu menampung ribuan murid.3

Dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar, setara dengan sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.4

Saat ini ke-Islam-an seorang anak, dididik dalam Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah. Pengetahuan agama lebih kepada praktek berbuat baik dan budi pekerti, baru sedikit mempelajari namun belum sama sekali menyentuh secara langsung sumber dari pengetahuan agama dan budi pekerti tersebut (dalam hal ini al-Qur’an dan Hadits). Dan yang paling mencolok dalam perbedaannya adalah materi menghafal al-Qur’an, padahal di beberapa kuttab pada masa dahulu menghafal al-Qur’an merupakan sesuatu yang wajib

B. Masjid

1. Definisi : berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat

menyembahAllah SWT

2. Tujuan Pendidikan : penyelesaian masalah individu dan masyarakat

3. Kurikulum pendidikan : urusan agama dan kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan kemampuan peserta halaqah.

4. Metode Pengajaran : ceramah,5 diskusi dan dialog 5. Kriteria Peserta didik : umum, anak-anak dan dewasa 6. Pendekatan Pembelajaran : halaqah-halaqah

2 Ibid.

3 Ibid.

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 17

(4)

7. Kronologi Perkembangan :

Pada masa awal Islam, prose pembelajaran dilaksanakan secara informal, yaitu berlangsung di rumah al Arqam bin Abi al Arqam atau biasa disebut dengan Dar al Arqam di Mekkah, tepatnya di atas bukit Shafa.6

Setelah Rasulullah hijrah ke kota Madinah, maka proses pendidikan lebih difokuskan di masjid. Fungsi masjid tersebut selain tempat ibadah, juga sebagai tempat penyebaran dakwah, ilmu Islam, penyelesaian masalah individu dan masyarakat, menerima duta-duta asing, pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam.7

Khalifah Umar ibn Khattab mengusulkan agar para pelajar diliburkan pada waktu dzuhur hari kamis, agar mereka bersiap-siap menghadapi hari Jum at. Usul ini kemudian‟

menjadi tradisi hingga sekarang.8

Di masjid Amr ibn ‘Ash (13 H), yang mula-mula diajarkan di masjid ini ialah pelajaran agama dan budi pekerti. Kemudian secara berangsur-angsur ditambahkan beberapa mata pelajaran. Pada waktu imam Syafi’i datang ke masjid ini untuk menjadi guru pada tahun 182 H, ia melihat sudah ada delapan buah halaqa yang penuh dengan pelajar.

Pada masa Umayyah terdapat masjid sebagai pusat ilmu yakni Cordoba, masjid ash-Shahra, masjid Damaskus, dan masjid Qairawan.

Pada masa Abbasiyyah, terdapat juga masjid sebagai pusat ilmu, periode pertama 132-232 H (750-847 M), yakni masjid Basrah, yang didalamnya terdapat halaqa al- Fadh, halaqa al Fiqh, halaqa tafsir wa al hadits, halaqa Riyadiyyah, halaqa al Sirr wa

al-Adab (belum ada madrasah/sekolah).9

Berbeda dengan fungsi masjid dalam pendidikan dahulu, di Indonesia seperti yang dilaporkan oleh KH. Anas Machfudz di Lumajang dalam pengajian rutin jum’an sabtu.10 Tanggapan peserta dalam pengajian tersebut mengenai peran dan fungsi masjid adalah sebagai berikut:

6 Ibid.

7 http://mahluktermulia.wordpress.com/2011/10/10/masjid-lembaga-pendidikan-islam-telaah-atas-fungsi-fungsi-masjid-pada-periode-klasik/ diakses tanggal 02 november 2014

8

https://www.academia.edu/5544793/Fungsi_Masjid_Dalam_Membangun_Peradaban_Is lam. diakses tanggal 01 November 2014

9 Ibid.

(5)

a) Masih banyak Masyarakat awwam yang menganggap Fungsi Masjid hanya sebagai tempat sholat, dzikir atau mengaji saja, sehingga dalam mempraktekkan fungsi Masjid seperti pada jaman Rosulullah SAW, dipastikan akan mengalami bebrapa pertanyaan besar di masyarakat.

b) Pada jaman sekarang, sudah banyak lembaga lembaga sosial seperti Lembaga Donor Darah, Lembaga Amil Zakat dan lain sebagainya, hal ini seakan-akan sudah kurang memungkinkan apabila Masjid juga melakukan peran yang sama dengan mereka,

c) SDM Pengurus Masjid maupun masyarakat juga kurang mendukung akan kegiatan masjid secara luas, hal ini bisa kita liat pada kegiatan-kegiatan masjid yang tidak terlalu banyak pengunjungnya,

d) Perlu dicari landasan hukum (agama) terkait pemakmuran masjid secara luas (tidak hanya untuk dakwah saja) untuk menjawab berbagai keresahan di masyarakat

e) Kurangnya sosialisasi akan peran dan fungsi masjid secara luas kepada masyarakat Dari catatan beliau tersebut, walaupun belum bisa dirata-ratakan semua masjid di Indonesia belum memiliki peran yang cukup dalam pendidikan, setidaknya dari catatan tersebut kita tahu kalau ada sebuah masjid yang memerlukan pengelolaan maksimal dalam masalah pendidikannya di Indonesia.

C. Rumah-rumah Ulama

1. Definisi : Rumah pribadi yang beralih fungsi sebagai lembaga pendidikan 2. Tujuan Pendidikan :

-3. Kurikulum Pembelajaran : materi – materi pendidikan diserahkan kepada pemilik rumah 4. Metode Pengajaran : halaqah

5. Kriteria Peserta didik : umum 6. Kronologi Perkembangan :

Model pertama dari lembaga pendidikan ini adalah rumah Al-Arqam bin Abi Arqam pada awal permulaan Islam. Hal ini berlangsung kurang lebih 13 tahun. Namun sistem pendidikan pada lembaga ini masih berbentuk halaqah dan belum memiliki kurikulum dan silabus seperti yang di kenal sekarang. Sedangkan sistem dan materi – materi pendidikan yang akan di sampaikan di serahkan sepenuhnya kepada Nabi SAW.11

Sebelum masjid di bangun, maka di samping memberi pelajaran di rumah Al-Arqom itu, Nabi juga mengajar di rumahnya di Mekkah, maka berkumpullah manusia di sekitar beliau untuk menerima pelajaran yang di sajikan oleh Nabi. Kondisi tetap seperti ini hingga

(6)

turunlah surat al-Ahzab ayat 35. ayat ini di turunkan di madinah sesudah masjid di bangun. Dalam pendidikan islam selanjutnya, model sistem pendidikan ini terus di kembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tuntutan masyarakat, dan zaman. 12

Belajar di rumah-rumah ulama merupakan fenomena umum di masyarakat Islam. Ini menunjukkan tidak ada rasa terganggu atau berat hati bila rumah mereka dipakai tempat belajar. Banyak laporan sejarah yang menjelaskan bahwa banyak pelajar yang menunggu di depan pintu rumah ulama-ulama. Mereka kesana untuk mencari pemecahan masalah yang mereka hadapi atau mendiskusikan persoalan-persoalan fiqih. Ada diantara mereka yang menghadap ulama untuk meminta riwayat hadis, mendengarkan puisi, atau belajar ilmu lainnya. 13

Diantara rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina, Al-Gazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Ya’qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimy. 14

D. Shuffah

1. Definisi : ruangan masjid yang jadi tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu.

2. Tujuan Pendidikan :

-3. Kurikulum Pembelajaran : tasawuf, dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi, geneologi, dan ilmu fonetik

4. Metode Pengajaran :

-5. Kriteria Peserta didik : para sufi 6. Tempat Pembelajaran :

-7. Kronologi Perkembangan :

Pada masa rasulullah saw shuffah adalah suatau tempat yang telah dipakai untuk aktifitas pendidikan. Pada masa ini setidaknya telah ada sembilan shuffah yang tersebar di madinah. Salah satunya berada di masjid nabawiy yaitu bagian dari ruangan yang terdapat di masjid al-nabawiy di madinah. Di suffah ini para pengikut nabi Muhammad saw dari kalangan muhajirin (yang ikut berpindah dari mekkah ke madinah) bertempat tinggal sementara sambil memperdalam pengetahuan agama dari nabi muhammad saw. Karena mereka tinggal di suffah ini berada dalam serba kekurangan secara ekonomi, dan hidup sangat sederhana, maka ada yang menghubungkan suffah dengan teori munculnya kaum sufi

12 Ibid.

13 Ibid.

(7)

dalam Islam. Rasulullah saw mengangkat ubaid ibn al-samit sebagai guru pada sekolah shuffah di madinah. Dalam perkembangan berikutnya sekolah ini menawarkan pelajaran dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi, geneologi, dan ilmu fonetik.15

E. Al-Qusur

1. Definisi : Pendidikan rendah di istana

2. Tujuan Pendidikan : menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa

3. Kurikulum Pembelajaran : tidak berbeda jauh dari kuttab hanya dalam pengembangannya diserahkan sepenuhnya kepada orang tua murid

4. Metode Pengajaran : hampir sama dengan kuttab 5. Kriteria Peserta didik : anak pejabat dalam istana 6. Tempat Pembelajaran : di istana

7. Kronologi Perkembangan :

Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Atas dasar pemikiran tersebut, khalifah dan keluarganya serta para pembesar istana lainnya berusaha menyiapkan agar anak-anaknya sejak kecil sudah diperkenalkan dengan lingkungan dan tugas-tugas yang akan di embannya nanti. Oleh karena itu mereka memanggil guru-guru khusus untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.16

Pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab pada umumnya. Di istana orang tua murid (para pembesar di istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang di kehendakinya oleh orang tuanya. Namun walaupun demikian secara umum pelajaran yang dipelari di al-Qushur ini adalah al-Qur’an, Hadis, syair arab, sejarah orang-orang terdahulu, dan lain-lain.17

Di Indonesia lembaga al-Qushur ini bisa jadi mirip dengan homeschooling, Homeschooling (HS) sendiri adalah model alternatif belajar selain di sekolah. Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak;

15 http://marufi.blogspot.com/2013/10/pendidikan-agama-islam-bercorak-historis.html diakses tanggal 01 November 2014

(8)

sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.18

F. Al-Salunat al-‘Adabiyyah (Majelis Sastra)

1. Definisi : tempat untuk melakukan kegiatan pertunjukkan pembacaan dan pengkajian sastra atau sebagai sanggar / teater budaya.

2. Tujuan Pendidikan :

-3. Kurikulum Pembelajaran : sastra dan ilmu pengetahuan 4. Metode Pengajaran :

-5. Kriteria Peserta didik : orang yang diundang oleh khalifah 6. Tempat Pembelajaran : suatu tempat di istana

7. Kronologi Perkembangan :

Majlis ini bermula sejak zaman khulafa’ al rasyidin yang biasanya memberikan fatwa dan musyawarah serta diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi pada masa itu. Tempat pertemuan pada masa itu adalah di masjid. Setelah masa khalifah Bani Umayyah, tempat masjid tersebut di pindah ke istana, dan orang-orang yang berhak menghadirinya adalah orang-orang tertentu saja yang diundang oleh khalifah. Bahkan pada masa khalifah Daulah Abbasyiyyah, majlis sastra ini sangat menjadi kebanggaan khalifah yang memang pada umumnya khalifah-khalifah Daulah Abbasyiyyah sangat tertarik pada perkembangan ilmu pengetahuan.19

Pada masa Harun al rasyid (170-193 H) majlis sastra ini menghadapi kemajuan yang luar biasa karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahuan dan juga mempunyai kecerdasan, sehingga khalifah sendiri aktif di dalamnya. 20

G. Bimaristan dan Mustashfayat (Rumah Sakit)

1. Definisi : bimaristan berasal dari bahasa Persia yang berarti rumah orang sakit

2. Tujuan Pendidikan : mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan

4. Sistem pendidikan : pendidikan, penelitian dan praktikum

18 http://www.psikologizone.com/pengertian-homeschooling-indonesia/06511347 diakses 02 November 2014

19 http://authorahmi.wordpress.com/2013/10/21/lembaga-pendidikan-islam-periode-awal/ diakses tanggal 01 november 2014

(9)

5. Kriteria Peserta didik : murid di bidang kedokteran

6. Tempat Pembelajaran :Rumah sakit, bangunan yang terpisah dari rumah sakit 7. Kronologi Perkembangan :

Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan islam dalam rangka menyebarkan kesejahteraan di kalangan umat islam, maka banyak didirikan rumah-rumah sakit oleh khalifah dan pembesar-pembesar Negara. Rumah sakit tersebut, bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang sakit. Tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Mereka mengadakan berbagai penelitian dan percobaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan, sehingga berkembang ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan atau farmasi. Rumah sakit ini juga tempat praktikum dari sekolah kedokteran yang didirikan di luar rumah sakit, tetapi tidak jarang pula sekolah kedokteran tersebut didirikan tidak terpisah dari rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakit dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.21

Konsep rumah sakit pertama dalam peradaban Islam dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari Dinasti Umayyah. Pada awal didirikan, keberadaan tempat perawatan yang dikenal dengan nama 'Bimaristan' itu digunakan sebagai tempat isolasi bagi para penderita lepra yang saat itu sedang merajalela. 22

Rumah sakit Islam pertama yang sebenarnya, menurut Husain, baru dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M). Rumah sakit tersebut berada di Kota Baghdad, pusat pemerintahan kekhalifahan Islam saat itu. Rumah sakit ini dikepalai langsung oleh Al-Razi, seorang dokter Muslim terkemuka yang juga merupakan dokter pribadi khalifah. 23

Keberadaan bimaristan menjadi bukti rekaman sejarah tentang betapa tingginya peradaban Islam pada abad ke-13 M karena hampir di tiap ibu kota negara Islam terdapat rumah sakit yang telah dilengkapi dengan sekolah kedokteran, perpustakaan, dan pusat pengembangan medis.24

21 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/09/30/ncpmbb-bimaristan-rumah-sakit-islam-lintas-kasta-1 diakses tanggal 01 november 2014

22 Ibid.

23 Ibid.

(10)

H. Ribat

1. Definisi : ikatan, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri untuk mempertahankan negara dari serangan musuh, tempat orang-orang yang berjuang melawan hawa nafsunya, yaitu orang-orang sufi 2. Tujuan Pendidikan :

-3. Kurikulum Pembelajaran : agama dan tasawuf 4. Pendekatan Pengajaran : Beribadah dan berdzikir 5. Kriteria Peserta didik : sufi laki maupun perempuan 7. Kronologi Perkembangan :

Ribath banyak sekali ditemukan pada amasa Bani Umayah dan Abasiyah. Ribath yang terbesar adalah di sebelah utara negeri Syam (Syria) dan utara Afriqiah (Tunisia). Mereka tinggal di ribath beribadat siang dan malam. Selain beribadat dan membaca dzikir mereka juga belajar agama pada Syekh (kepala ribath). Pada setiap ribath ada Syekh, guru-guru dan qari Al-Qur’an. Diantara ribath yang terkenal mengadakan halaqah untuk mengajarkan membaca, menulis, agama dan tasawuf adalah ribath Al-Athar yang didirikan oleh Shahib Tajuddin Muhammad bin Shahib Fakhruddin Muhammad.25

I. Perpustakaan

1. Definisi : ruang yg disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku

2. Tujuan Pendidikan : 3. Kurikulum Pembelajaran :

-4. Fungsi dalam pendidikan : Learning Center, Pusat Penelitian, Pusat Penerjemahan, Pusat Penyalinan /percetakan kitab

5. Kriteria Peserta didik : umum 6. Tempat Pembelajaran : -7. Kronologi Perkembangan :

Perkembangan perpustakaan pada mulanya berasal dari gerakan menerjemahkan berbagai karya-karya dalam berbagai Bahasa, yang dapat digolongkan menjadi 3 fase. 26

25 http://www.slideshare.net/kabutovanucrut/savedfiles?s_title=lembaga-pendidikan-islam-ribath&user_login=AliMurfi diakses tanggal 01 November 2014

(11)

Pertama, pada khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq.

Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan yaitu dalam bidang filsafat dan kedokteran.

Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300H, terutama setelah adanya pembuatan kertas, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.27

Perpustakaan menjadi pusat pembelajaran pada masa Abbasyiyah. Mereka membangun perpustakaan, baik umum, khusus maupun perpustakaan pribadi. Sehingga tidak heran banyak masjid dan sekolah memiliki perpustakaan. Mereka menganggap bahwa perpustakaan sama pentingnya dalam membangun ilmu pengetahuan. Bahkan fungsi perpustakaan kadang-kadang tidak dapat di bedakan dengan fungsi lembaga pendidikan karena sama-sma memberikan sumbangan dalam pengajaran kepada umat.28

Kemunduran dan kehancuran perpustakaan di era peradaban Islam mengikuti kejatuhan wilayah-wilayah muslim setelah pertarungan fisik melawan musuh-musuhnya. Misalnya perpustakaan di Tripoli di hancurkan oleh tentara perang Salib atas komando seorang rahib yang tak senang saat melihat banyak Al Qur’an di perpustakaan tersebut. Di samping itu perpustakaan terkenal lainya, seperti milik Sultan Nuh Ibn Mansur yang dibakar setelah filosuf besarnya menyelesaikan penelitiannyadi tempat itu. Kenyataan itu menimbulkan tuduhan bahwa cendikiawan sendiri yang membakar perpustakaan setelah menguasai isi keilmuan yang terkandung dalam perpustakaan tersebut. Peristiwa lainya terjadi pada tahun 1258M ketika sekelompok bangsa Mongol dan Tartar menjarah kota Baghdad dan membakar perpustakaanya. 29

J. Hawanit al-Waraqin

1. Definisi : Toko-toko kitab 2. Tujuan Pendidikan :

3. Kurikulum Pembelajaran :

-4. Metode Pengajaran : mendeklamasikan syair-syair, mengadakan munazharah (diskusi-diskusi), seminar dan juga pidato 5. Kriteria Peserta didik : umum

6. Tempat Pembelajaran : di pasar-pasar bangsa Arab yaitu: Ukaz, Mudjannah, Dzi’l Madjaz 7. Kronologi Perkembangan :

27 Ibid.

28 Ibid.

(12)

Pada mulanya masa Daulah Abbasyiyyah, dimana ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko kitab. Pada mulanya toko-toko kitab tersebut berfungsi sebagai tempat berjual beli kitab-kitab yang telah ditulis dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.30

Saudagar-saudagar buku tersebut bukanlah orang-orang yang semata-mata mencari keuntungan dan laba, akan tetapi kebanyakan mereka adalah sastrawan yang cerdas, yang telah memilih usaha sebagai pedagang kitab tersebut, agar mereka mendapat kesempatan yang baik untuk membaca dan menelaah, serta bergaul dengan para ulama dan pujangga-pujangga. Mereka juga menyalin kitab-kitab yang penting dan menodorkannya kepada mereka yang memerlukannya dengan mendapat imbalan. Demikian toko-toko kitab tersebut telah berkembang fungsinya bukan hanya sebagai tempat berjual beli kitab-kitab saja tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lainnya untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah. 31

Di dalam tempat-tempat yang diajadikan sebagai tempat untuk berkumpulnya kegiatan ilmiah ialah pasar-pasar bangsa Arab yaitu: “Ukaz, Mudjannah, Dzi’l Madjaz” dimana pasar-pasar tersebut memiliki kerja sama dengan kedai-kedai tempat menjual buku-buku di zaman Islam. Di pasar mereka mendeklamasikan syair-syair, mengadakan munazharah-munazharah (diskusi-diskusi) dan juga pidato. Demikian pula dengan kedai menjadi gelanggang kecerdasan dan seminar keilmuan, ketika kedai-kedai dikunjungi oleh para cendekiawan dan ahli sastra maka mereka menjadikan sebagai tempat untuk mengadakan sidang-sidang dan pembahasan-pembahasan keilmuan. 32

Kegiatan seperti hawanit al-waraqin masih bisa kita temui saat ini seperti dalam kegiatan bedah buku, seminar buku dan lain-lain.

K. Badiah

1. Definisi : tempat mengajarkan bahasa Arab asli

2. Tujuan Pendidikan : mempelajari bahasa arab yang belum terkontaminasi kebudayaan asing

3. Kurikulum Pembelajaran : -4. Metode Pengajaran :

-5. Kriteria Peserta didik : umum, anak khalifah, ulama-ulama dan ahli ilmu pengetahuan

30 http://www.slideshare.net/kabutovanucrut/savedfiles?s_title=lembaga-pendidikan-islam-27412832&user_login=rahmivegiarizka diakses tanggal 02 november 2014

31 Ibid,

(13)

6. Tempat Pembelajaran : padang pasir tempat suku badui tinggal 7. Kronologi Perkembangan :

Sejak berkembang luasnya Islam, dan bahasa Arab dipergunakan sebagai bahasa pengantar oleh bangsa-bangsa di luar bangsa Arab yang beragama Islam, dan terutama di kota-kota yang banyak percampurannya dengan bahasa-bahasa lain, maka bahasa Arab berkembang luas, tetapi bahasa Arab cenderung kehilangan keaslian dan kemurniannya. Orang-orang di luar bangsa Arab sering tidak bisa mengucapkan lafadz-lafadz dengan baik, tidak tahu kaidah-kaidahnya, sehingga sering salah mengucapkannya. Bahasa Arab menjadi rusak dan menjadi bahasa pasaran.33

Kalau di kota-kota bahasa Arab sudah rusak dan menjadi bahasa pasaran dan campur baur dengan bahasa lain ternyata tidak demikian halnya di badiah-badiah atau di dusun tempat tinggal orang Arab dipandang mereka tetap mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa Arab. Mereka masih sangat memperhatikan kefasihan berbahasa dengan memelihara kaidah-kaidah bahasanya. Dengan demikian, badiah-badiah ini merupakan sumber bahasa Arab asli dan murni. 34

Oleh karena itu, khalifah-khalifah biasanya mengirimkan anak-anaknya ke badiah-badiah ini untuk mempelajari bahasa arab yang fasih lagi murni dan mempelajari pula syair-syair serta sastra Arab dari sumbernya yang asli. Banyak ulama-ulama dan ahli ilmu pengetahuan lainnya yang pergi ke badiah-badiah dengan tujuan untuk mempelajari bahasa dan kesusastraan arab yang asli lagi murni tersebut. Badiah-badiah tersebut lalu menjadi sumber ilmu pengetahuan terutama bahasa dan sastra arab dan berfungsi sebagai lembaga pendidikan islam. 35

Di samping itu di badiah-badiah ini biasanya berdiri ribath-ribath atau zawiyah-zawiyah yang merupakan pusat-pusat kegiatan dari pada ahli sufi. Disanalah para sufi mengembangkan metode khusus dalam mencapai makrifah, suatu ilmu pengetahuan yang mereka anggap paling tinggi nilainya. 36

33 Zuhairini. Dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) hlm. 96 34 Ibid.

35 Ibid.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

http://achmad-allumajangi.blogspot.com/2011/10/peran-dan-fungsi-masjid-dalam.html. diakses tanggal 01 November 2014

http://authorahmi.wordpress.com/2013/10/21/lembaga-pendidikan-islam-periode-awal/ diakses tanggal 01 november 2014

http://mahluktermulia.wordpress.com/2011/10/10/masjid-lembaga-pendidikan-islam-telaah-atas-fungsi-fungsi-masjid-pada-periode-klasik/ diakses tanggal 02 november 2014

http://marufi.blogspot.com/2013/10/pendidikan-agama-islam-bercorak-historis.html diakses tanggal 01 November 2014

http://mezazainul.blogspot.com/2012/03/rumah-ulama-dan-istana-khalifah-sebagai.html diakses tangga 01 November 2014

http://psikologip.blogspot.com/2011/12/kuttab-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html

http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/22/sejarah-perpustakaan-islam-390196.html 02 november 2014

http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani-abasiyah-534282.html diakses tanggal 01 November 2014

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/09/30/ncpmbb-bimaristan-rumah-sakit-islam-lintas-kasta-1 diakses tanggal 01 november 2014

http://www.slideshare.net/kabutovanucrut/savedfiles?s_title=lembaga-pendidikan-islam-ribath&user_login=AliMurfi diakses tanggal 01 November 2014

https://www.academia.edu/3738574/Masjid_dan_pendidikan_islam. diakses tanggal 01 November 2014

https://www.academia.edu/5544793/Fungsi_Masjid_Dalam_Membangun_Peradaban_Islam. diakses tanggal 01 November 2014

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menguji hipotesa sebagai upaya penarikan kesimpulan dari penelitian ini, apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan bimbingan kelompok terhadap peningkatan

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk

PERTAMA : Mengangkat mereka yang namanya tercantum dalam lampiran keputusan ini sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Semester Gasal Tahun Akademik 2013/2014 Program

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PENETAPAN BIAYA SERTA PENGANGKATAN DOSEN PENGAMPU KEGIATAN PENDIDIKAN KONSULTAN JAGA PADA PROGRAM STUDI

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang memiliki peran yang sangat

Lampiran 10 : Kode Program untuk Simulasi Dinamika Populasi Model Matematika Rantai Makanan Tiga Tingkat Dengan Adanya Mangsa Terinfeksi Saat Kondisi Kepunahan

Karena akhlaq merupakan perbuatan yang disengaja dan mendarah daging, maka untuk menumbuhkan akhlaq tersebut menjadi akhlaq yang baik, maka kita harus

Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah perangkat pembelajaran matematika untuk model pembelajaran