BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Kata “wirausaha” dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa
Perancis “entrepreneur”, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt (dalam Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata “wirausaha” merupakan gabungan dari kata “wira” (gagah berani, perkasa)
dan kata “usaha”. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa
dalam usaha.
Kata wirausaha atau “pengusaha” diambil dari bahasa Perancis
“entrepreneur” yang pada mulanya berarti pemimpin musik atau pertunjukan (Jhingan, 1999: 425). Dalam ekonomi, seorang pengusaha berarti orang yang
memiliki kemampuan untuk mendapatkan peluang secara berhasil. Pengusaha bisa
jadi seorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan terampil atau mungkin seorang
buta huruf yang memiliki keahlian yang tinggi di antara orang-orang yang tidak
demikian.
Menurut Zimmerer & Schorborough (dalam Riyanti, 2003:22) :
“an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and
Pengusaha mempunyai kriteria kualitas sebagai berikut:
1. Energik, banyak akal, siap siaga terhadap peluang baru, mampu
menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dan mau
menanggung resiko dalam perubahan dan perkembangan.
2. Memperkenalkan perubahan teknologi dan memperbaiki kualitas
produknya.
3. Mengembangkan skala operasi dan melakukan persekutuan
mengejar dan menginvestasikan kembali labanya. (Jhingan, 2001 :
426)
Wirausahawan menggeser sumber daya ekonomi dari
bidang produktifitas yang
lebih rendah ke bidang yang lebih tinggi dan hasil yang lebih besar
(Armstrong, 2003 :149).
Gilder dalam The Spirit of Enterprise, menyatakan bahwa:"Para wirausahawan adalah para inovator yang membangkitkan permintaan".
Mereka adalah pembuat pasar, pencipta modal, pengembang peluang dan
penghasilan teknologi baru. Istilah kewirausahaan banyak dijumpai dalam
uraian yang merupakan kata dasar wirausaha yang berarti segala sesuatu
Perlu diingat bahwa kewirausahaan itu bukan hanya sekedar cara untuk
mendapatkan uang, namun lebih dari itu kewirausahaan juga menciptakan
suatu gagasan inovatif, semangat memberikan kontribusi positif untuk
masyarakat.
Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki visi dalam hidupnya
yang direalisasikan menjadi suatu visi bisnis, seorang pembuat keputusan yang
membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas.
Wirausaha bukan karena memahami yang ada dalam semua kompleksitasnya,
tetapi dengan menciptakan situasi baru yang harus dicoba untuk dipahami oleh
orang lain.
Menurut Dalimunthe (2002 : 7) ada delapan ciri-ciri dari seorang
entrepreneur yaitu : 1. Mempunyai Visi
Visi secara hakikat merupakan gambaran baik masa depan maupun masa
kini, yang menggugah baik logika maupun perasaan. Seorang wirausaha
harus memiliki visi yang jelas dan dapat dipahami oleh seluruh anggota
organisasi.
2. Perencanaan
Seorang wirausaha dalam mengelola usaha berfokus pada produk dan
tujuan perusahaan dan kondisi keuangan, perusahaan harus memiliki blue
print, dengan kata lain pengusaha harus memiliki prioritas dalam usahanya
agar dapat mengatasi problem yang protensial.
3. Motivasi
Motivasi mendorong seseorang selalu berusaha menciptakan dan mencari
kepuasan baru yang berbeda dengan mengkombinasikan sumber daya yang
ada ke dalam konfigurasi yang lebih produktif. Tanpa motivasi seseorang
baru menggunakan 20 – 30 % dari kemampuannya, sedangkan adanya
motivasi diharapkan kinerja individu mencapai 80 – 90 % dari kemampuan
yang dimiliki.
4. Kreatif
Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan
secara kreatif dengan perenungan mendalam, agar dapat melakukan
penyesuaian berbagai keinginan dan kebutuhan pasar.
5. Peluang
Seorang wirausaha harus dapat melihat, memanfaatkan serta
mengimplementasikan peluang, sehingga dapat memberikan keuntungan
bagi perusahaan. Peluang atau kesempatan biasanya tidak dapat datang
antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang tersebut.
6. Percaya diri
Percaya diri dapat meraih prestasi yang tinggi dan mengembangkan usaha.
Suatu organisasi akan meraih prestasi yang tinggi bila pimpinannya
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk mengambil resiko, dan
menerima perubahan yang ada sesuai dengan tujuan perusahaan.
7. Berani mengambil resiko
Pengambilan resiko sangat berkaitan dengan kreatifitas yang mengubah ide
menjadi realistis dan disertai dengan upaya pencapaiannya. Setiap aktifitas
manusia selalu mengandung resiko dengan intensitas yang berbeda, sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
8. Adaptasi
Seorang wirausahawan harus mampu membantu organisasinya dalam
menangani situasi yang tidak pasti, memiliki kekuatan dan daya tahan dan
dapat merespons serta beradaptasi terhadap pengembangan lingkungan
yang kompleks.
Adam Smith (dalam Riyanti, 2003:23) melihat wirausaha sebagai orang
yang memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan
terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah
permintaan menjadi produksi. Richard Cantillon (dalam Riyanti, 2003:23)
berpendapat bahwa wirausaha adalah seorang inkubator gagasan baru, yang selalu
Tabel 2.1
Ciri-Ciri dan Watak Kewirausahaan
Sumber: Suryana, 2003:14
berusaha menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat
komersial paling tinggi. Sementara Menger (1971 dalam Riyanti, 2003:23)
berpendapat bahwa wirausaha adalah orang yang dapat melihat cara-cara
ekstrem dan tersusun untuk mengubah sesuatu yang tidak bernilai atau bernilai
rendah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Misalnya, dari kayu menjadi lemari
atau furniture.
Nomor Ciri-ciri Watak
1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, Individualitas dan optimisme 2 Berorientasi pada tugas dan has
il
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tetap kerja keras, mempunyai dorongan keras, energik dan inisiatif
3 Pengambilan resiko dan suka tantangan
Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar.
4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
Geoffrey G. Meredith (Suryana, 2003:14) mengemukakan ciri-ciri dan watak
kewirausahaan seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Menurut pengertian di atas, yang dimaksud dengan minat
berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan individu melalui
ide-ide yang dimiliki untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan
terjadi, dapat menerima tantangan, percaya diri, kreatif dan inovatif serta
mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan.
Terdapat berbagai macam penggolongan mengenai wirausaha. Winarto
(2003), menggolongkan dua kategori aktivitas kewirausahaan. Pertama,
berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity). Kedua, kewirausahaan karena terpaksa, tidak ada alternatif lain untuk ke masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu. Dengan
demikian wirausaha dapat dipandang dari (1) tujuan wirausaha, dan (2) proses
berusaha. Dalam proses berusaha apakah keputusan untuk berusaha berjalan
lambat atau cepat, dan pada waktu masuk dalam bisnis apakah ia sebagai pendiri,
atau mendapat usaha dari proses membeli atau melalui franchising atau, (3) konteks industri dan teknologi, (4) struktur kepemilikan, yaitu pemilik tunggal,
kongsi, kelompok. Namun perlu diingat, kewirausahaan itu bukan untuk sekedar
gagasan inovatif, semangat untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki visi bisnis atau harapan
dan mengubahnya menjadi realita bisnis. Wirausaha adalah seorang pembuat
keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas.
Sebagian besar pendorong perubahan inovasi, dan kemajuan di perekonomian,
sehingga wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk
mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Wirausaha bukan karena memahami yang ada dalam semua
kompleksitasnya, tetapi dengan menciptakan situasi baru yang harus dicoba untuk
dipahami oleh orang lain. Para wirausahawan berada di dunia yang terakhir menjadi
yang pertama, tempat penawaran menciptakan permintaan, tempat keyakinan
mendahului pengetahuan.
Kets De Vries (2001 : 268) mengolongkan wirausaha berdasarkan lingkungan
mereka berasal, yaitu:
a. Wirausaha craftsmans, berasal dari pekerja kasar dengan pengalaman dalam teknologi rendah, mekanik yang genius dan mempunyai reputasi dalam industri.
b. Wirausaha opportunistic, berasal dari golongan kelas menengah sampai
ChiefExcecutives.
formal.
d. Kewirausahaan ditandai dengan keanekaragaman, yaitu adanya pergantian
besar pada masyarakat dan perusahaan yang berterminologi wirausaha.
Dengan demikian karakteristik khusus wirausaha dapat digolongkan menjadi :
a. Berorientasi pada tindakan: “Mereka melakukan, membetulkannya,
mencoba”.
b. Memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan langkah-langkah dari
gagasan sampai aktualisasi.
c. Menjadi pemikir dan pelaku, perencana dan pekerja.
d. Terlibat, menerapkan langsung.
e. Dapat mentolerir ambiguitas.
f. Menerima resiko tetapi memahami dan mengelolanya.
g. Mengatasi, bukan menghindari kekeliruan, mereka tidak mengakui mereka
dikalahkan.
h. Memandang diri sendiri sebagai seorang yang bertanggung jawab atas nasib
mereka sendiri.
i. Percaya pada penciptaan pasar untuk gagasan mereka, bukan sekedar
menanggapi permintaan pasar yang ada.
Keberhasilan seorang wirausaha untuk mengembangkan bisnisnya
bersangkutan. Sedikit keberuntungan diperlukan, tetapi dapat diargumentasikan
bahwa tidak ada keberuntungan mengubah visi menjadi realita lebih berupa kerja
keras, di samping imajinasi dan kemampuan yang mampu merubah karir individu
menjadi sukses. (Rachbini, 2001 :100). Kaum entrepereneur (wirausaha) sangat besar artinya bagi kemajuan perekonomian, para wirausaha mempunyai katalisator
dan menunjang perkembangan arus investasi sehingga ikut memperkuat
pembangunan ekonomi yang tengah berlangsung.
Dalam proses pembentukan wirausaha tersebut memerlukan
pengembangan sumber daya manusia, meliputi bagaimana orang melakukan
aktifitas wirausaha dalam hal ini agen Prudential, tujuan berwirausaha, proses
pengambilan keputusan terjun ke Prudential. Di dalam Prudential disebut
knowledge walker, orang-orang ini selalu belajar dan belajar dengan cepat, sehingga dapat bertahan dan maju dalam karirnya.
Pilihan menjadi wirausaha lewat Prudential diperlukan sebuah kemampuan
dalam hal kreatif, inovatif, mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain,
keberanian mengambil resiko, mendorong perubahan dalam pengembangan
karirnya (Riyanti, 2002). Bird memberikan beberapa pendapat yakni pertama,
dipandang dari segi energi dan dorongan serta daya fisik yang kuat sehingga ingin
berkarir sebagai wirausaha. Kedua, wirausaha yang memulai pada usia tua, tidak
lebih cepat berhasil karena faktor pengalaman. (Bird, 2000 : 271).
2.2. Karir
2.2.1. Pengertian Karir.
Pengertian karir ditafsirkan beragam oleh para ahli sesuai disiplin ilmunya.
Menurut Simamora (2001:505) karir adalah “ Urutan aktifitas-aktifitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi seseorang
selama rentang hidup orang tersebut”. Perencanaan karir merupakan proses yang
disengaja di mana dengan melaluinya seseorang menjadi sadar akan atribut-atribut
yang berhubungan dengan karir personal dan serangkaian langkah sepanjang hidup
memberikan sumbangan pemenuhan karir.
Pendapat Ekaningrum (2002 : 256), karir tidak lagi diartikan sebagai adanya
penghargaan institusional dengan meningkatkan kedudukan dalam hirarki formal
yang sudah ditetapkan dalam organisasi. Dalam paradigma tradisional,
pengembangan karir sering dianggap sinonim dengan persiapan untuk mobilitas ke
jenjang lebih tinggi, sehingga karir akan mendukung efektifitas individu dan
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Menurut Dalil S (2002 : 277) “karir merupakan suatu proses yang sengaja
diciptakan perusahaan untuk membantu karyawan agar meningkatkan partisipasi di
tempat kerja. Sementara itu Glueck (2001:134) menyatakan karir individual adalah
selama masa kerjanya, sehingga karir individu melibatkan rangkaian pilihan dari
berbagai kesempatan, tapi dari sudut pandang organisasi karir merupakan proses
regenerasi tugas yang baru. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006:342)
“karir (career) adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Orang-orang mengejar karier untuk memenuhi
kebutuhan individual secara mendalam. Pada suatu saat, banyak dari kebutuhan
tersebut dapat dipenuhi hanya dengan mengenal pada pemberi kerja. Sekarang,
perbedaan antara cara individu dan organisasi memandang kariernya berbeda
secara signifikan.”
Dapat disimpulkan bahwa karir adalah suatu rangkaian atau pekerjaan
yang dicapai seseorang dalam kurun waktu tertentu yang berkaitan
dengan sikap, nilai, perilaku dan motivasi dalam individu. Hal-hal yang
mendorong seseorang memilih karir sebagai wirausaha, dapat diketahui
melalui penilaian kepribadian khususnya pengalaman dan latar belakangnya.
Pengalaman, seperti yang dapat dilihat dari biografi seseorang,
bermanfaat untuk melihat keterampilan, dan kompetensi untuk meningkatkan
kewirausahaan, pengembangan nilai-nilai kewirausahaan, dan mendorong untuk
mencetuskan ide-ide kewirausahaan untuk pemenuhan karirnya. Karir merupakan
sehingga mampu mendorong kemauan kerjanya. Pengembangan karir harus
dilakukan melalui penumbuhan kebutuhan karir tenaga kerja, menciptakan
kondisi dan kesempatan pengembangan karir serta melakukan penyesuaian
antara keduanya melalui berbagai mutasi personal (Wahyudi, 2002:161).
Sedangkan pendapat Ekaningrum (2002:258), karir digunakan untuk
menjelaskan orang-orang pada masing-masing peran atau status. Karir adalah
semua jabatan (pekerjaan) yang mempunyai tanggung jawab individu, sehingga
dapat disimpulkan bahwa karir adalah suatu rangkaian atau pekerjaan yang dicapai
seseorang dalam kurun waktu tertentu yang berkaitan dengan sikap, nilai, perilaku
dan motivasi dalam individu.
Hal–hal yang mendorong seseorang memilih karir sebagai wirausaha,
dapat diketahui melalui penilaian kepribadian khususnya pengalaman dan latar
belakangnya. Menurut Sumitro (2001 : 271): Pengalaman, seperti yang dapat dilihat
dari biografi seseorang, bermanfaat untuk melihat keterampilan, dan kompetensi
untuk meningkatkan kewirausahaan, pengembangan nilai-nilai kewirausahaan, dan
mendorong untuk mencetuskan ide-ide kewirausahaan.
2.2.2 Pengembangan Karir
Pengembangan karir (career development) adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang atau status seseorang dalam
karir (career management) dan perencanaan karir (career planning), sebagaimana dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 berikut:
Individual Institusional
Sumber : Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 2. Gambar 2.1 Pengembangan Karir Organisasional
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa pengembangan karir organisasional merupakan
hasil-hasil yang muncul dari interaksi antara perencanaan karir individu dengan
manajemen karir secara institusional.
Perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses di mana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk
mencapai tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan
pengidentifikasian tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan
rencana untuk mencapai tujuan tersebut.
Manajemen karir (career management) adalah proses di mana organisasi memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna
menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang (Simamora, 2001:504).
Pengembangan Karir Organisasional
Memahami pengembangan karir dalam sebuah organisasi
membutuhkan suatu pemeriksaan atas dua proses, yaitu bagaimana
masing-masing individu merencanakan dan menerapkan tujuan karirnya
(perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan
program-program pengembangan karir (manajemen karir).
Terdapat enam orientasi pribadi yang menentukan jenis-jenis karir
yang dapat memikat individu untuk
menentukan pilihan karirnya. Keenam jenis orientasi pribadi tersebut adalah :
1. Orientasi realistik.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan
aktivitas-aktivitas fisik yang menuntut keahlian, kekuatan, dan koordinasi. Beberapa
contoh : pertanian, kehutanan, dan agrikultur.
2. Orientasi investigatif.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan
aktivitas-aktivitas kognitif (berpikir, berorganisasi, pemahaman), dari pada yang
afektif (perasaan, akting, dan emosional). Beberapa contoh : biolog, ahli kimia,
3. Orientasi sosial.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan
aktivitas-aktivitas antar pribadi dari pada fisik atau intelektual. Beberapa contoh :
psikologi klinis, layanan asing dan kerja sosial.
4. Orientasi konvensional.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan
aktivitas-aktivitas terstruktur dan teratur. Beberapa contoh : akuntan dan bankir.
5. Orientasi perusahaan.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan
aktivitas-aktivitas verbal yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa
contoh : manajer, pengacara dan tenaga humas.
6. Orientasi artistik.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan
aktivitas-aktivitas ekspresi diri, kreasi artistik, ekspresi emosi, dan individualistik. Beberapa
contoh : artis, eksekutif periklanan, dan musisi.
2.2.3 Manfaat Pengembangan Karir
Menurut Soeprihanto (2000 : 34), manfaat pengembangan karir yaitu :
a. Kenaikan Produktifitas
Kenaikan produktifitas baik kuantitas maupun kualitas tenaga kerja
sedemikian
rupa produktifitas baik dari segi jumlah maupun mutu dapat ditingkatkan.
b. Kenaikan Modal Kerja
Apabila penyelenggaraan latihan dan pengembangan sesuai dengan
tingkat kebutuhan yang ada dalam organisasi perusahaan, akan tercipta
suatu kerja yang harmonis dan daya kerja yang meningkat.
c. Pengawasan
Pekerja semakin percaya pada kemampuan dirinya sendiri, dengan
disadari kemampuan dan kemauan kerja tersebut para pengawas tidak
terlalu dibebani untuk setiap saat mengadakan pengawasan.
d. Menurunnya Tingkat Kesalahan
Selain menurunkan pengawasan, kemauan dan kemampuan tersebut
lebih banyak menghindarkan para pekerja dari kesalahan dan kecelakaan.
2.3 Penelitian Terdahulu
2.3.1 Penelitian Ina Novita (2012) dengan judul “Pengaruh Kemampuan Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu Pada Distributor MLM Oriflame Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemampuan wirausaha terhadap pengembangan karir individu pada
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, metode analisis regresi linier berganda. Juga dilakukan analisis uji
validitas dan reliabilitas serta uji koefisien determinasi dengan menggunakan
bantuan software SPSS 16.00 for Windows. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan sampel sebanyak 52 responden.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen
kemampuan wirausaha (inovatif, kreatif, dan berani) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengembangan karir individu pada distributor Multi Level
Marketing Oriflame Cabang Medan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung = 7,676 > t
tabel = 2,000. Berdasarkan koefisien determinasi (R²) maka variabel kemampuan
wirausaha mampu menjelaskan pengaruh pengembangan karir sebesar 0,641 atau
64,10 % artinya hubungan tergolong cukup erat.
Persamaan yang dimiliki oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang saya
lakukan adalah sama-sama menganalisis pengaruh kemampuan wirausaha terhadap
pengembangan karir. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya
adalah, peneliti terdahulu meneliti pengaruh kemampuan wirausaha terhadap
pengembangan karir individu pada distributor MLM Oriflame Medan sementara
penelitian yang saya lakukan adalah meneliti pengaruh kemampuan wirausaha
2.3.2 Penelitian Rizki Pratiwi (2012) dengan judul “Pengaruh Kemampuan Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu Pada Distributor MLM Syari’ah PT AWMIT Indonesia Cabang Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemampuan wirausaha terhadap
pengembangan karir individu pada Distributor MLM Syari’ah PT AWMIT Medan
Indonesia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, metode analisis regresi linier berganda. Juga dilakukan analisis uji
validitas dan reliabilitas serta uji koefisien determinasi dengan menggunakan
bantuan software SPSS 18.00 for Windows. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan sampel sebanyak 86 responden.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen
kemampuan wirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan
karir individu pada PT AWMIT Indonesia Cabang Medan. Hal ini dapat dilihat dari
nilai thitung = 13,891 > ttabel = 2,120.
Berdasarkan koefisien determinasi (R²) maka variabel kemampuan
wirausaha mampu menjelaskan pengaruh pengembangan karir sebesar 0,697 atau
69,70 % artinya hubungan tergolong cukup erat.
Persamaan yang dimiliki oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang saya
pengembangan karir. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya
adalah peneliti terdahulu meneliti pengaruh kemampuan wirausaha terhadap
pengembangan karir individu pada pada Distributor MLM Syari’ah PT AWMIT
Medan Indonesia, sementara penelitian yang saya lakukan adalah meneliti
pengaruh kemampuan wirausaha terhadap pengembangan karir individu pada PT
Prudential Medan.
2.4. Kerangka Konseptual
Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
untuk memahami pengaruh kemampuan wirausaha terhadap pengembangan karir
individu agen Prudential. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
kemampuan wirausaha terhadap karir individu dalam suatu perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan wirausaha digolongkan dalam dua Faktor-faktor
yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Kemampuan wirausaha digunakan
sebagai acuan untuk dapat mengetahui sejauh mana pengembangan karir individu
agen pada suatu perusahaan.
Kemampuan wirausaha sejatinya merupakan kunci utama dalam
hal meraih kesuksesan bersama perusahaan untuk meraih tujuan. Tanpa
kemampuan wirausaha banyak orang mengalami kegagalan dalam berbisnis.
skill individu yang ada pada seorang wirausahawan, kemampuan dalam
merekrut orang lain dalam artian seorang agen harus mampu meyakinkan calon
nasabah untuk bergabung di dalam perusahaan.
Kemampuan dalam menjual produk
meyakinkan calon nasabah untuk mau bergabung, semua ini haruslah dimiliki
oleh seorang agen Asuransi.
Seorang wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi
atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi
untuk melakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk
optimis terhadap peluang keberhasilan, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa
keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan
menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis (Sumarsono, 2009;125).
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan bisnis menuntut
wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu
bertahan dan berkembang. Wirausaha memiliki keinginan untuk mendapatkan
respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu
ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi
perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa
ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
untuk dilaksanakan. Orang-orang yang sudah berhasil diyakinkan
sebelumnya
untuk bergabung ke dalam bisnis ini harus terus dibina untuk bisa merekrut orang
lain kembali, mereka perlu dimotivasi untuk terus tumbuh dan
berkembang. Dalam hal inilah diperlukan kemampuan memotivasi orang lain di
samping seorang wirausaha harus mampu memotivasi dirinya sendiri bahwa
usaha yang dilakukan
akan berhasil.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari kemampuan wirausaha adalah
kesuksesan berkarir dalam bisnis. Semakin berkembangnya kemampuan
wirausaha
yang dimiliki agen, semakin mudah untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai
yaitu pengembangan karir individu agen.
Menurut Simamora (2001:519), individu merencanakan karir guna
meningkatkan status dan kompensasi, memastikan keselamatan pekerjaan, dan
mempertahankan kemampuan dalam pasar tenaga kerja yang berubah.
Berkarir dalam bisnis asuransi tidak perlu mengeluarkan modal yang
banyak, kemampuan dalam berwirausaha sudah sangat memadai, tahap demi
tahap bisa dilalui dengan menjual produk sedikit demi sedikit sekaligus
maka otomatis penawaran premi asuransi akan semakin mudah dan lancar
karena akan semakin banyak orang yang menawarkan premi asuransi. Dengan
modal yang
sedikit dan usaha kerja keras akhirnya agen bisa mencapai sampai puncak
karirnya. Kerangka pemikiran merupakan sintesis hubungan antara variabel yang
diteliti serta disusun dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis yang
dapat berbentuk bagan alur atau model matematik yang dilengkapi penjelasan
kualitatif.
Perilaku kewirausahaan adalah sikap dan kepribadian wirausaha yang
dipengaruhi oleh diri sendiri atau pengaruh dari luar/eksternal (Suryana, 2006:49).
Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses
(Suryana, 2003:2). Definisi tentang kewirausahaan tersebut akan dipergunakannya
untuk melakukan upaya pengembangan prestasi organisasi dengan cara
mengambil substansi dari organisasi lain.
Motivasi berprestasi adalah suatu pembentukan perilaku yang ditandai
oleh bentuk-bentuk aktivitas atau kegiatan melalui proses psikologis, baik yang
dipengaruhi oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik, yang dapat mengarahkannya
Kemandirian pribadi adalah kekuatan diri dalam upaya untuk menciptakan
lapangan kerja baru tanpa harus bergantung kepada orang lain, mulai dari
menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan (dalam
Ranto, 2007:23).
Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan model kerangka
konseptual pengaruh kemampuan wirausaha terhadap pengembangan karir
individu seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian” (Sugiyono, 2005:51). Berdasarkan perumusan masalah di atas, peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut: “kemampuan wirausaha berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengembangan karir individu pada PT Prudential”.
• Kemampuan Wirausaha
o Kreatif (X1)
o Inovatif (X2)
o Berani (X3)