• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendidikan dan pelatihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pendidikan dan pelatihan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semakin lama perkembangan zaman semakin maju. Teknologi semakin

canggih dari masa ke masa yang membuat persaingan dalam dunia pekerjaan pun

meningkat. Sebuah organisasi atau instansi dituntut untuk mengikuti perubahan

zaman yang semakin modern ini. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi

sumber daya manusia dan lingkungan. Menurut Henry Simamora, manusia adalah

sumber daya yang amat penting dan menentukan, baik dalam organisasi

pemerintahan maupun organisasi swasta karena manusia memiliki akal, perasaan,

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta dorongan dan karya.1

Hendri Tanjung berpendapat bahwa manusia adalah sesuatu yang tidak

akan selesai diperdebatkan, dan diperbincangkan dalam suatu organisasi, apapun

bentuk organisasi tersebut.2 Suatu organisasi tanpa manusia-manusia yang handal,

hanya akan menunggu waktu saja untuk bubar ataupun paling tidak sebuah

organisasi akan berjalan ditempat. Sumber daya manusia dalam organisasi

sangatlah penting karena mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi.

Sumber daya manusia berguna dalam penguasaan teknologi, penggunaan modal,

mengatur dana, dan menghasilkan produk yang berkualitas. Seberapa canggih

teknologi yang dimanfaatkan oleh organisasi dalam menjalankan pekerjaan, sangat

1Henry Simamora, “Manusia”, dalam Nasution, Beti. 2010. Manajemen SDM Strategis. Medan :

FISIP USU PRESS, hal 2

2Ishak, Arep & Henry Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :Universitas

(2)

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang mengoperasikannya. Untuk

itu perlu adanya manajemen sumber daya manusia sebagai pendayagunaan dan

pengembangan agar dapat dikelola secara efektif.

Menurut Dessler, organisasi saat ini dihadapkan pada perubahan sumber

daya manusia dan lingkungan. Pada perubahan lingkungan disebabkan karena

keragaman angkatan kerja, trend teknologi, hukum dan perubahan ini menuntut

pula perubahan pada manajemen sumber daya manusia dalam sebuah organisasi.3

Dan untuk mengimbangi perubahan - perubahan tersebut, pimpinan dituntut

dalam hal tersedianya tenaga kerja yang setiap saat dapat memenuhi kebutuhan.

Seorang pemimpin harus dapat mengelola sumber daya secara efektif dan efisien

terutama sumber daya manusia. Dalam kondisi ini, bagian kepegawaian juga

dituntut harus selalu mempunyai strategi terbaru untuk dapat mengembangkan

dan mempertahankan pegawai yang cakap yang diperlukan oleh suatu instansi.

Pegawai adalah salah satu unsur yang paling dinamis dan tidak bisa

disamakan kedudukannya dengan unsur-unsur yang lain.4 Pegawai merupakan

seseorang yang bekerja baik sebagai pegawai tetap atau tidak, berdasarkan

kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu

pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh pemberi

kerja.5 Kemampuan seorang pegawai dapat dilihat dari kinerja yang ia miliki.

Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam suatu organisasi sesuai

dengan hasil yang diharapakan.

3Dessler, “Organisasi”, dalam Nasution, Beti. 2010. Manajemen SDM Strategis. Medan : FISIP

USU PRESS, hal 21

4 Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia (Cetakan Ketiga). Jakarta: Bumi

Aksara, hal 76

(3)

Pada dasarnya kinerja merupakan apa yang dilakukan pegawai sehingga

mempengaruhi seberapa banyak kontribusi mereka kepada instansi atau

organisasi. Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk meningkatkan kinerja

pegawai diantaranya kemampuan individual (pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan), usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasional. Kinerja

pegawai merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari seorang pegawai terhadap

pekerjaan yang dilakukan, dapat berwujud, dilihat, dihitung jumlahnya, akan

tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran dan tenaga tidak dapat dihitung dan

dilihat, seperti ide-ide dan inovasi dari pegawai dalam rangka

meningkatkan kemajuan organisasi.

Adapun cara yang bisa dilakukan dalam mengembangkan kinerja pegawai

adalah dengan melakukan Pendidikan dan Pelatihan atau biasa disingkat dengan

Diklat.6 Diklat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha pembinaan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara menyeluruh. Pengembangan pegawai

dirancang untuk memperoleh pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan bisa

mengikuti perubahan yang ada dalam instansi baik perubahan dari dalam

maupun dari luar di masa depan. Diklat penting dilakukan bukanlah hanya

semata-mata bagi pegawai yang bersangkutan saja, akan tetapi juga keuntungan

bagi sebuah organisasi atau instansi. Karena dengan meningkatnya

kemampuan dan keterampilan para pegawai, dapat meningkatkan

(4)

produktivitas kerja. Produktivitas kerja meningkat, berarti organisasi yang

bersangkutan akan memperoleh keuntungan.7

Tujuan Diklat adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja pegawai dalam

mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Diklat perlu dilakukan secara

continue atau berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas pegawai dimasa mendatang. Diklat dilakukan bukan hanya untuk

pegawai baru saja, akan tetapi juga pada pegawai yang lama karena adanya

tuntutan-tuntutan tugas yang sekarang.

Kantor Camat Pancur Batu sebagai salah satu instansi pemerintah yang

harus mengimbangi perubahan dan perkembangan tersebut agar dapat

melaksanakan fungsinya sebagai instansi yang langsung melayani masyarakat

dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti Diklat yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Diklat tersebut

diberikan kepada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Negeri

Sipil (PNS). Diklat yang diberikan kepada CPNS bertujuan agar dapat terampil

dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan padanya dan Diklat yang

diberikan kepada PNS bertujuan untuk meningkatkan potensi yang dimiliki

seperti mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan pegawai. Sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, PNS wajib mengikuti Diklat

sesuai dengan tupoksinya.

7Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, hal

(5)

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, diketahui bahwa jumlah

pegawai yang berada di Kantor Camat Pancur Batu sebanyak 36 orang.

Adapun Diklat yang sudah diikuti oleh pegawai Kantor Camat Pancur Batu

selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Jumlah Pegawai Yang Mengikuti Diklat Di Kantor Camat Pancur Batu

No Tahun Jumlah Pegawai

1 2011 6 orang

2 2012 2 orang

3 2013 10 orang

4 2014 5 orang

5 2015 35 orang

Sumber : Bagian Umum kantor Camat Pancur Batu

Secara keseluruhan pegawai yang berada di Kantor Camat Pancur Batu

sudah pernah mengikuti Diklat. Adapun Diklat yang diikuti adalah Diklat Pra

Jabatan dan Diklat dalam Jabatan berupa Diklat Kepemimpinan (DIKLATPIM),

Diklat Bengkel Bahasa, dan Diklat Program dan Rencana Kerja. Dalam Diklat

Bengkel Bahasa yang diikuti pegawai, mereka mendapatkan materi mengenai

penentuan bahasa, dan pembentukan perilaku seperti disiplin kerja.

Peneliti menemukan beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan di

(6)

khususnya pada Diklat pegawai. Permasalahan tersebut adalah berkaitan dengan

kinerja pegawai di Kantor Camat Pancur Batu yang masih belum berjalan

secara optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari segi kualitas, masih banyak

pegawai yang belum memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidang

pekerjaannya seperti melakukan kesalahan dibidang pengarsipan berkas-berkas

penting. Pengetahuan para pegawai Kantor Camat Pancur Batu masih perlu

ditingkatkan terutama dalam hal teknologi informasi dan dari segi kedisiplinan,

masih ada pegawai yang datang terlambat serta masih terdapat pegawai yang tidak

mentaati peraturan kerja yang telah ditetapkan seperti merokok di dalam tempat

kerja dan saat jam kerja.

Kedisiplinan memegang peranan yang cukup penting dalam

pengembangan sumber daya manusia. Seorang pegawai yang memiliki

tingkat kedisiplinan yang tinggi akan bekerja dengan baik dan dapat

meningkatkan kinerja organisasi. Namun di Kantor Camat Pancur Batu tingkat

kedisplinan pegawai masih perlu ditingkatkan agar tujuan organisasi dapat

tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu untuk mencapai hasil yang

maksimal dalam menjalankan tugas, diperlukan adanya pengembangan pegawai

yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Diklat) pegawai.

Menyadari pentingnya Diklat, diperlukan adanya koordinasi yang baik

dari setiap bagian. Koordinasi penting dalam organisasi, karena didalamnya

terdapat kegiatan yang berlainan dan dilakukan banyak orang, sehingga perlu

adanya koordinasi yang baik agar tidak terjadi kesimpangsiuran kegiatan dan

(7)

itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian seputar hal tersebut

dengan judul “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap Kinerja

Pegawai di Kantor Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.

1.2Perumusan Masalah

Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah. Perumusan masalah berguna untuk

menjadikan penelitian tersebut menjadi penelitian yang terarah dalam membahas

masalah yang akan diteliti, dan mengetahui arah batasan penelitian serta

menetapkan pokok yang hendak dikaji (dibahas) dalam suatu penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap Kinerja Pegawai di

Kantor Camat Pancur Batu?”

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang empiris pada

umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran

(8)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Kantor

Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja pegawai di Kantor Camat Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan pelatihan (Diklat)

terhadap kinerja pegawai di Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan setelah terlaksananya

penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian mengenai pengaruh pendidikan dan pelatihan (Diklat)

terhadap kinerja pegawai pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang, semoga dapat memberikan gambaran mengenai pendidikan dan

pelatihan (Diklat) dalam organisasi. Penelitian ini juga diharapkan bisa sebagai

acuan didalam penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan dengan

penelitian ini, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan-pengembangan

penelitian yang akan dilakukan.

2. Manfaat Praktis

(9)

a. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengetahui pengaruh

pendidikan dan pelatihan (Diklat) terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Selain itu peneliti

juga dapat mendapat wawasan dan pengetahuan dalam bidang akademis

serta menumbuhkan sikap kritis terhadap fenomena-fenomena yang

terjadi seperti di organisasi tersebut.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

mengenai pendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam rangka

meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Camat Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang. Selain itu diharapkan dapat menambah wawasan

bagi mahasiswa yang berguna bagi kehidupan khususnya di dunia kerja.

c. Bagi Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran

sebagai masukan berupa informasi untuk melakukan perbaikan terhadap

pendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam peningkatan kinerja pegawai

sehingga diharapkan mampu menjadikannya lebih baik lagi.

d. Bagi Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

bagi para civitas akademika tentang pengaruh pendidikan dan pelatihan

(Diklat) terhadap kinerja pegawai, terutama dalam mengkaji tentang

pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Kantor Camat Pancur Batu

(10)

dapat dikembangkan lagi menjadi sebuah karya yang mempunyai banyak

manfaat bagi semua elemen yang ada.

1.5Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan sebagai masalah yang

penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil

penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan

peneltian.8

Sebagai landasan berfikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya

pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori

yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah tersebut disoroti. Berdasarkan rumusan diatas, peneliti mengemukakan

beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan tolak landasan

berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen berasal dari kata kerja to manage yang artinya mengurus,

mengatur dan mengelola. Dalam hal ini yang mau diatur atau dikelola adalah

sumber daya–sumber daya organisasi baik sumber daya manusia maupun sumber

daya modal, material, teknologi, dan lainnya. Sumber daya manusia merupakan

sumber daya yang paling pennting untuk dikelola secara efektif, karena sumber

daya manusialah yang merencanakan, mengatur, dan memanfaatkan

(11)

sumber lain. Jika tidak digunakan secara efektif dan efisien oleh sumber daya

manusia, maka semuanya tidak akan memberi manfaat yang besar bagi sebuah

organisasi.9

Henry Simamora berpendapat bahwa manajemen sumber daya manusia

diartikan sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa,

dan pengelolaan terhadap individu organisasi atau kelompok kerja. Manajemen

sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem

perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan karyawan, pengelolaan karir,

dan kompensasi. Manajemen sumber daya manusia yang efektif mengharuskan

seorang manajer untuk menemukan cara yang terbaik dalam mengkaryakan orang.

Tapi disamping hal itu, manajemen sumber daya manusia yang efektif

mengharuskan agar anggota organisasi dapat mencapai tujuan pribadinya.10

Menurut Dessler, manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan

praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek orang atau sumber

daya manusia dari posisi seorang manajemen yang meliputi perekrutan,

penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian.11 Mathis dan Jackson

berpendapat bahwa manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan sistem

rancangan formal dalam suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan

efisiensi yang dilihat dari bakat seseorang untuk mewujudkan sasaran

organisasi.12

9 Nasution, Beti. 2010. Manajemen SDM Strategis. Medan : FISIP USU PRESS, hal 2 10Henry Simamora, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, dalam Nasution, Beti. 2010. Manajemen SDM Strategis. Medan : FISIP USU PRESS, hal 3

11Dessler, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, dalam Nasution, Beti. 2010. Manajemen SDM Strategis. Medan : FISIP USU PRESS, hal 3

(12)

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan

bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu kegiatan yang

dilaksanakan dimulai dengan perencanaan sumber daya manusia, pengarahan,

pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan terhadap

individu dalam organisasi sehingga sumber daya yang ada di dalam organisasi

dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

Adapun fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Malayu S.P

Hasibuan yaitu:13

1. Perencanaan (Planning)

Merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan

kebutuhan organisasi atau instansi dalam mewujudkan tujuan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Menyusun suatu organisasi dengan mendesain struktur dan hubungan

antara tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan.

3. Pengarahan (Directing)

Kegiatan mengarahkan semua pegawai agar mau bekerjasama dan bekerja

secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi,

pegawai, dan masyarakat.

4. Pengendalian (Controlling)

Kegiatan mengendalikan semua pegawai agar mentaati

peraturan-peraturan instansi dan bekerja sesuai dengan rencana.

13 Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia (Cetakan Ketiga). Jakarta: Bumi

(13)

5. Pengadaan Tenaga Kerja (Procurement)

Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk

mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan instansi.

6. Pengembangan (Development)

Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

pegawai melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat).

7. Kompensasi (Compensation)

Pemberian balas jasa langsung (direct), dan tidak langsung (indirect), uang

atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada instansi.

8. Pengintegrasian (Integration)

Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan instansi dan kebutuhan

pegawai, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan (Maintenance)

Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan

loyalitas pegawai agar mereka mau bekerja sama sampai pensiun.

10.Kedisiplinan (Discipline)

Keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan instansi dan

norma – norma sosial.

1.5.2 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

1.5.2.1Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan upaya dalam

(14)

kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.14 Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Jabatan Pegawai Negeri Sipil Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Pendidikan

dan Pelatihan (Diklat) jabatan PNS adalah proses penyelenggaraan belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil

(PNS)”.

Diklat merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan

sumber daya manusia. Diklat tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi

juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan

produktivitas kerja. Diklat PNS merupakan suatu proses meningkatkan

pengetahuan, teori-teori yang berkaitan dengan pekerjaan dan keterampilan

seorang PNS agar tujuan pemerintahan dapat tercapai dengan maksimal. Untuk

meningkatkan kualitas kinerja PNS sebagai abdi masyarakat dan bangsa perlu

dilakukan Diklat.15

Diklat merupakan kegiatan dalam memperbaiki mutu, pengembangan

sikap dan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan pegawai. Diklat adalah

suatu pembinaan terhadap tenaga kerja dengan proses belajar mengajar dalam

rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan

tugasnya.16 Diklat didasarkan pada fakta bahwa pegawai akan membutuhkan

keahlian, dan kemampuan yang berkembang untuk bekerja dengan lebih baik.

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dimaksudkan untuk memberikan tambahan

14 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, hal 28

15 Revida, Erika. 2009. Manajemen Personalia Publik di Indonesia. Medan: Universitas Sumatera

Utara, hal 113

16 Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.

(15)

bekal keterampilan serta pengetahuan pegawai, agar dapat menyelesaikan

tugas-tugas mereka dengan lebih efektif dan efisien.17

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa Diklat adalah upaya dalam memberikan bantuan didalam

keterampilan dan pengetahuan kepada pegawai agar memiki efektivitas dalam

pekerjaannya yang sekarang maupun di kemudian hari, dengan jalan

mengembangkan pada dirinya kebiasaan berfikir dan bertindak, terampil,

berpengetahuan, bersikap yang baik serta lebih mengerti dalam melaksanakan

tugasnya sehingga dalam penyelesaian tugas yang diberikan dapat diselesaikan

dengan efektif dan efisien serta mendekati standar yang telah ditetapkan di

dalam organsiasi.

1.5.2.2Tujuan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Diadakannya Diklat tentunya mempunyai tujuan-tujuan tertentu, baik

bagi peserta itu sendiri maupun bagi kepentingan organisasi, hal ini perlu

diperhatikan karena tujuan-tujuan tersebut sesungguhnya merupakan landasan

penetapan metode Diklat mana yang akan dipakai, materi yang akan dibahas,

pesertanya dan siapa saja tenaga pengajarnya untuk dapat memberi subjek

yang bersangkutan.18

17 Noor, Moch. 2012. Jurnal : Pengaruh Pendidikan Pelatihan dan motivasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Kediri : Universitas Islam Kadiri, diakses di http://publikasi.uniska-kediri.ac.id/data/uniska/revitalisasi/revitalisasivol1no2sep2012/ revitalisasi-vol1no2sep2012-10.%Moch%.%20Noor%20Setyo%20Wardono.pdf tanggal 08 November 2015 pukul 06.31 WIB

18 Suardi, Anto, Suharsil. 2014. Jurnal : Pengaruh Disiplin Kerja, pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT Kertas KRAFT Aceh (Persero). Medan : STMIK Triguna Dharma, diakses di

(16)

Adapun tujuan Diklat menurut Mangkunegara yaitu sebagai berikut.19

a. Meningkatkan jiwa dan ideologi

b. Meningkatkan produktivitas kerja

c. Meningkatkan kualitas kerja

d. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia

e. Meningkatkan semangat kerja dan moral kerja

f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara

maksimal

g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja

h. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

dan Pelatihan (Diklat) Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pasal 2 menjelaskan

bahwa tujuan Diklat adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk

dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi

kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;

b. Menciptakan pegawai yang mampu berperan sebagai pembaharuan

dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa;

c. Menetapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada

pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;

d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam

melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan demi terwujudnya

kepemerintahan yang baik.

19 Mangkunegara, Anwar Prabu. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

(17)

1.5.2.3Manfaat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Menurut pendapat Siswanto Sastrohadiryo, ada 5 manfaat yang

diharapkan dari penyelenggaraan Diklat, antara lain:20

1. Peningkatan keahlian kerja

Peningkatan keahlian kerja tidak hanya merupakan keinginan instansi

saja, tenaga kerjapun memiliki motivasi untuk meningkatkan kualitas dalam

bekerja dengan produktivitas. Diklat merupakan salah satu cara dalam

meningkatkan keahlian kerja pegawai dengan waktu yang cukup singkat.

2. Keterampilan kerja

Berbagai alasan mengenai keterlambatan kerja sering menjadi alasan

pegawai seperti sakit, macet, dan juga ada keperluan keluarga yang tidak dapat

diganggu. Jadi seorang pemimpin harus lebih mengutamakan pegawai yang

seperti itu untuk mengikuti Diklat sehingga dapat mengurangi tindakan-tindakan

seperti diatas.

3. Pengurangan timbulnya kecelakaan dalam bekerja

Timbulnya kecelakaan dalam bekerja misalnya biasa disebabkan karena

kelalaian pegawai dalam bekerja, sehingga untuk menghindari hal tersebut perlu

diberikannya Diklat.

4. Peningkatan produktivitas bekerja

Disetiap suasana kerja bagi pegawai yang kurang memahami kondisi

pekerjaannya, dapat menimbulkan semangat yang rendah dan produktivitasnya

juga rendah. penyelenggaraan Diklat diharapkan menjadi salah satu cara dalam

meningkatkan produktivitas kerja.

20 Sastrohadiwirjoyo, B. Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi

(18)

5. Peningkatan rasa tanggung jawab

Pemberian tugas dan wewenang yang diberikan oleh atasan terhadap

bawahan juga menuntut tanggungjawab yang besar sehingga pegawai

menghargai setiap tugas yang diberikan yang juga dipengaruhi oleh pemberian

pembekalan melalui Diklat.

Menurut Wursanto, ada berbagai manfaat Diklat pegawai, yaitu:21

1. Diklat meningkatkan stabilitas pegawai, artinya hubungan pergantian

dengan pegawai lainnya yang tidak hadir.

2. Diklat dapat memperbaiki cara kerja pegawai, artinya pegawai lebih

kreatif dalam menjalankan pekerjaannya.

3. Diklat memberi manfaat yang sangat baik bagi pegawai, karena dengan

4. Diklat pegawai dapat berkembang dengan cepat, efisien dan

melaksanakan tugas dengan baik.

5. Diklat memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengembangkan diri.

Tujuan dan manfaat Diklat yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan Diklat yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan pegawai agar lebih profesional dalam

menjalankan pekerjaannya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dan

memiliki keterkaitan dengan kinerja pegawai. Sedangkan manfaat Diklat yaitu

untuk meningkatkan stabilitas pegawai dan dapat memberikan kesempatan bagi

pegawai untuk mengembangkan diri agar dalam melaksanakan tugas dapat

berjalan dengan efektif dan efisien.

(19)

1.5.2.4Jenis dan Jenjang Pendidikan dan Pelatihan

Pembagian dalam berbagai jenis Diklat, bukanlah dimaksudkan

untuk menambah kompleksitas Diklat itu sendiri, tetapi merupakan usaha

untuk memudahkan pemahaman berbagai Diklat yang ada. Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 pasal 4 Tentang Pendidikan dan Pelatihan

(Diklat) Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), bahwa Diklat PNS terdiri dari 2

(dua) jenis, yaitu:

1. Diklat Pra Jabatan

Diklat Pra Jabatan ini merupakan syarat pengangkatan Calon

Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi PNS. Diklat prajabatan dilaksanakan

bagi CPNS guna memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan

kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang

sistem penyelenggaraan pemerintah negara, bidang tugas, dan budaya

organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan

masyarakat. Diklat Pra Jabatan ini terdiri atas:

a. Diklat Pra Jabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I

b. Diklat Pra Jabatan Golongan II untuk menjadi PNS Golongan II

c. Diklat Pra Jabatan Golongan III untuk menjadi PNS Golongan III

Peserta Diklat Prajabatan adalah semua CPNS dan selambat-lambatnya

dua tahun setelah penangkatannnya sebagai CPNS. CPNS wajib mengikuti dan

lulus Diklat Prajabatan untuk diangkat sebagai PNS. Bagi CPNS yang belum

(20)

Apabila masih gagal, tidak dapat diangkat sebagai PNS (diberhentikan secara

hormat sebagai calon pegawai).

2. Diklat Dalam Jabatan

Diklat dalam jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan

tugas-tugas pemerintah dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat dalam

Jabatan terdiri dari:

a. Diklat Kepemimpinan (DIKLATPIM) adalah Diklat yang

memberikan wawasan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan

perilaku dalam bidang kepemimpinan aparatur, sehingga mencapai

persyaratan kompetensi kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural

tertentu. DIKLATPIM dilaksanakan sebagai persyaratan kompetensi

kepemimpinan pegawai pemerintah jenjang jabatan struktural, tersusun

atas:

a) DIKLATPIM tingkat IV, adalah diklat kepemimpinan untuk

jabatan struktural Eselon IV

b) DIKLATPIM tingkat III, adalah diklat kepemimpinan untuk

jabatan struktural Eselon III

c) DIKLATPIM tingkat II, adalah diklat kepemimpinan untuk

jabatan struktural Eselon II

d) DIKLATPIM tingkat I, adalah diklat kepemimpinan untuk

jabatan struktural Eselon I

(21)

dan/atau ketrampilan bagi PNS sesuai keahlian dan keterampilan yang

diperlukan dalam jabatan fungsional. Diklat Fungsional dilaksanakan

untuk mencapai prasyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan

jenjang jabatan fungsional masing-masing. Terdapat dua jenis, yaitu:

a) Diklat fungsional keahlian yaitu Diklat yang memberikan

pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu yang berhubungan

langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan fungsional keahlian

yang bersangkutan.

b) Diklat fungsional keterampilan yaitu Diklat yang memberikan

pengetahuan dan keterampilan fungsional tertentu yang

berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan

fungsional keahlian yang bersangkutan.

c. Diklat Teknis dilaksanakan untuk mencapai prasyaratan kompetensi teknis

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas PNS. Kompetensi teknis adalah

kemampuan PNS dalam bidang-bidang teknis tertentu untuk pelaksanaan

tugas masing-masing.

Bagi PNS yang belum memenuhi persyaratan kompetensi jabatan perlu

mengikuti Diklat Teknis yang berkaitan dengan persyaratan kompetensi

jabatan masing-masing. Terdapat dua jenis Diklat Teknis, yaitu:

a) Diklat Teknis bidang umum/administrasi dan manajemen yaitu

Diklat yang memberikan keterampilan dan/atau penguasaan

(22)

bidang administrasi dan manajemen dalam menunjang tugas pokok

instansi yang bersangkutan.

b) Diklat Teknis substantif yaitu Diklat yang memberikan

keterampilan dan/atau penguasaan pengetahuan teknis yang

berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan tugas pokok

instansi yang bersangkutan.

Adapun gambaran tentang jenis dan jenjang pendidikan dan pelatihan

PNS dapat dilihat melalui gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1.1 Bagan Jenis dan Jenjang Diklat DIKLAT PNS

PRA JABATAN

Golongan I

Golongan II

Golongan III

DALAM JABATAN

Diklat Kepemimpinan

Diklat Fungsional

Diklat Teknis

1. Eselon IV 2. Eselon III 3. Eselon II 4. Eselon I

1. Keahlian 2. Keterampilan

(23)

1.5.2.5Metode Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, terdapat ada dua macam metode yang

digunakan dalam Diklat pegawai, yaitu:22

a. Metode On The Job Site (latihan di dalam pekerjaan)

Pelatihan ini berbentuk penugasan pegawai-pegawai baru pada pegawai

yang telah berpengalaman (senior). Hal ini berarti pegawai baru, meminta

kepada para pegawai yang sudah berpengalaman untuk membimbing atau

mengajarkan pekerjaan yang baik kepada para pegawai baru. Menurut Hani

Handoko, “Metode “on-the-job site” merupakan metode latihan yang paling

banyak digunakan”.23 Latihan dengan menggunakan metode ini dilakukan di

tempat kerja. Pegawai dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung

seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya pegawai lain). Metode latihan ini

dirasa lebih ekonomis karena pegawai langsung dilibatkan pada pekerjaan,

bukan hanya simulasi sehingga tidak memerlukan waktu khusus.

Metode-metode yang biasa digunakan dalam praktik adalah sebagai

berikut:

a) Pembekalan (Coaching)

Pelatihan ini dilakukan di tempat kerja oleh atasan dengan cara

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pegawai bagaimana

22 Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Ranika Cipta,

hal 37-40

2323 T. Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua.

(24)

melaksanakan pekerjaan rutin mereka. Coaching biasanya ditangani oleh

supervisor atau manajer.

b) Rotasi Jabatan

Program ini direncanakan secara formal dengan cara menugaskan

pegawai pada beberapa pekerjaan yang berbeda dan bagian yang berbeda

untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi. Rotasi

pekerjaan digunakan secara luas sebagai teknik pengembangan.

c) Magang (Apprenticeship Training)

Pelatihan ini mengkombinasikan antara pelajaran di kelas dengan

praktik dilapangan. Peserta pelatihan magang bekerja dan berlatih di bawah

pengawasan langsung ahli tersebut. Biasanya metode ini digunakan untuk

jenis pekerjaan yang memerlukan skill tinggi.

d) Penugasan Sementara

Kegiatan ini membuat pegawai ditugaskan pada suatu posisi untuk jangka

waktu tertentu, misalnya 3 (tiga) bulan. Di sini, pegawai terlibat dalam

pengambilan keputusan untuk masalah yang mereka hadapi.

Penyelenggaraan on the job site mempunyai keuntungan dan kelemahan

yang perlu mendapatkan perhatian dari organisasi. Keuntungan metode on the

job site adalah:

(1) Biaya dapat ditekan serendah mungkin. Karena tidak perlu

(25)

(2) Tidak diperlukan masa penyesuaian atau pengenalan terhadap

pengajar, teman maupun lingkungan.

(3) Telah terjalin komunikasi yang baik antar peserta dan pengajar

sehingga dapat dijamin adanya kelancaran program pelatihan.

Kelemahan metode on the job site adalah :

(1) Tidak mudah memperoleh pengajar dari dalam karena adanya

keterbatasan kemampuan atau waktu.

(2) Jumlah peserta harus memenuhi rasio yang menguntungkan.

(3) Sulitnya mengatur waktu belajar, artinya banyak hal-hal yang harus

dipertimbangkan.

b. Metode Off The Job Site (latihan di luar pekerjaan)

Diklat dengan menggunakan metode ini memberikan kesempatan

kepada individu untuk lebih berkonsentrasi terhadap apa yang harus dipelajari.

Selain itu, pertemuan dengan peserta yang lain membuat mereka mendapatkan

wawasan baru. Metode ini mempunyai dua macam teknik, yaitu :

a) Teknik Presentasi Informasi

Teknik presentasi informasi adalah menyajikan informasi yang tujuannya

mengintroduksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru kepada para

(26)

peserta diadopsi oleh peserta Diklat di dalam pekerjaannya nanti. Teknik ini

terdiri dari:

1) Ceramah biasa, dimana pengajar (pelatih) bertatap muka langsung

dengan peserta. Peserta Diklat pasif mendengarkan.

2) Teknik diskusi, di mana informasi yang akan disajikan disusun di dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dibahas dan

didiskusikan oleh para peserta aktif.

3) Diskusi kelompok adalah suatu proses interaksi secara lisan mengenai

tujuan tertentu yang didalamnya melibatkan beberapa peserta dengan

cara tatap muka, melalui tukar-menukar informasi atau pemecahan suatu

masalah/persoalan.

4) Teknik pemodelan perilaku adalah salah satu cara mempelajari atau

meniru tindakan (perilaku) dengan mengobservasi dan meniru

model-model. Biasanya model-model perilaku yang harus diobservasi dan ditiru

diproyeksikan dalam video tape.

5) Teknik magang ialah pengiriman pegawai dari suatu organisasi ke

badan-badan atau organisasi yang lain yang dianggap lebih maju baik

secara kelompok maupun perorangan. Mereka mempelajari

teori-teori dan langsung mempratekkan di bawah pengawasan, hal-hal

baru, keterampilan baru yang harus mereka terapkan di dalam

organisasi tersebut.

b) Teknik Simulasi

Simulasi adalah suatu penentuan karakteristik atau perilaku tertentu

(27)

seperti keadaan sebenarnya. Dengan demikian, maka apabila peserta Diklat

kembali ketempat pekerjaan semula akan mampu melakukan pekerjaan yang

disimulasikan tersebut. Metode simulasi ini mencakup:

1) Simulator alat-alat, misalnya simulasi alat-alat kantor bagi Kantor

Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2) Studi kasus (case study), dimana para peserta Diklat diberikan suatu

kasus, kemudian dipelajari dan didiskusikan oleh peserta Diklat.

Kasus atau masalah yang diberikan merupakan situasi yang

membutuhkan keputusan dan tindakan yang sesuai. Oleh karena itu,

studi kasus harus bisa membuat pikiran para peserta Diklat terpusat

pada kondisi khusus yang sama dengan kondisi yang mungkin mereka

alami.

3) Permainan peranan (role playing). Cara ini mengajak peserta untuk

memainkan peran, bagian-bagian dari karakter (watak) dalam kasus.

Para peserta diminta untuk membayangkan diri sendiri tentang tindakan

(peranan) tertentu yang diciptakan bagi mereka oleh pelatih. Metode

permainan peran (role playing) dapat diartikan sebagai suatu metode Diklat

dimana terlibat proses interaksi hubungan individu baik sebenarnya

maupun tiruan yang diperankan secara spontan.

4) Teknik di dalam keranjang (in basket). Metode ini dilakukan

dengan memberikan bermacam-macam persoalan kepada para peserta.

Dengan kata lain, peserta diberi suatu basket atau keranjang yang penuh

(28)

Diklat diminta untuk memecahkan masalah-masalah tersebut sesuai

dengan teori dan pengalaman yang dipunyai mulai dari perencanaan

sampat dengan evaluasinya.

Seperti halnya penyelenggaraan on the job site, penyelenggaraan off

the job site juga ada kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode off the job

site adalah:

1) Tidak perlu dalam jumlah yang banyak (memenuhi rasio) karena

sifatnya penitipan.

2) Organisasi tidak disibukkan dengan pekerjaan tambahan dalam

penyelenggaraan latihan tersebut.

3) Peserta dapat memusatkan perhatian karena dapat melepaskan diri

dari pekerjaan rutin.

4) Peserta mempunyai pengetahuan yang relatif lebih luas, karena tidak

terpaku pada lingkungan kerjanya sehari-hari dan dari segi lain dapat

memperluas pergaulan yang sangat bermanfaat dalam hubungan

pekerjaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Adapun kelemahan metode off the job site adalah:

1) Peserta adakalanya tidak dapat langsung menerapkan pengetahuan atau

keterampilan yang diperoleh dari latihan.

2) Biaya yang dikeluarkan relatif lebih besar dari biaya apabila latihan itu

(29)

1.5.3 Kinerja Pegawai

1.5.3.1 Pengertian Kinerja Pegawai

Kinerja adalah hasil kerja seseorang atau kelompok selama periode

tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standart,

target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati

bersama.24 Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha,

dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.25 Menurut Mahsun,

kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan yang tertuang

dalam strategis suatu organisasi.26

Menurut Suntoro, kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang

atau sekelompok orang di dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu.27 Sedangkan menurut Widodo, kinerja

adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan, atau suatu hasil karya

yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral dan etika.28

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapaia seseorang atau

24 Umar, Husin. 2008. Desain Penelitian MSDM & Perilaku Karyawan. Jakarta : PT Raja

GrafindoPersada, hal 209

25 Sulistyani, Ambar & Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia: konsep, teori, dan Pengembangan dalam konteks organisasi publik. Yogyakarta : Graha Ilmu, hal 223

26 Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta :BPFE, hal 25 27 Tika, Moh. Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta :

Bumi Aksara, hal 121

(30)

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan

dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Mangkunegara ada beberapa ahli yang mendefinisikan kinerja

pegawai yaitu sebagai berikut. 29

a. Candosa menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah ungkapan seperti

output, efisiensi serta efektivtas sering dihubungkan dengan

produktivitas.

b. Kusriyanto berpendapat bahwa kinerja pegawai adalah perbandingan

hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu yang

biasanya per jam.

c. Mangkunegara menyatakan kinerja pegawai adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan.

Kinerja pegawai merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja

seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus

dilaksanakan.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja

yang dicapai pegawai dalam periode waktu tertentu dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan.

1.5.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adaalah kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith

29 Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika

(31)

Davis yang diterjemahkan oleh Anwar Prabu Mangkunegara yaitu:30

a) Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan nyata (knowledge and skill).

Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan

pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai

kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada

pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b) Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi

(tujuan kerja).

Berdasarkan pemaparan di atas tentang kinerja dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu

prestasi yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam pekerjaan.

Suatu kinerja akan dapat ditingkatkan apabila terdapat kesesuaian antara

pekerjaan dengan kemampuan.

30 Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika

(32)

1.5.3.3 Penilaian Kinerja Pegawai

1.5.3.3.1 Pengertian Penilaian Kinerja Pegawai

Penilaian kinerja merupakan suatu penilaian tentang kondisi kerja pegawai

yang dilaksanakan secara formal dan dikaitkan dengan standar kerja yang

telah ditentukan suatu instansi tertentu. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara,

penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk

mengetahui hasil pekerjaan pegawai dan kinerja organisasi.31 Disamping

itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat,

memberikan tanggungjawab yang sesuai kepada pegawai sehingga dapat

melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar

untuk menentukan kebijakan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau

penentuan imbalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011

tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) menyatakan

bahwa “Penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara

sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap Sasaran Kerja

Pegawai (SKP) dan perilaku kerja PNS.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa

penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian yang dilakukan secara

sistematis untuk mengetahui hasil kerja pegawai dan kinerja organisasi.

Disamping itu, juga untuk memberikan informasi kepada para pegawai

31 Anwar Prabu Mangkunegara. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama, hal

(33)

secara individual tentang mutu hasil pekerjaannya, menentukan pelatihan kerja

secara tepat dan untuk memberikan tanggapan yang lebih baik di masa

mendatang.

1.5.3.3.2 Aspek Penilaian Kinerja Pegawai

Penilaian kinerja pegawai sangat penting dalam meningkatkan kinerja

suatu organisasi. Pada dasarnya penilaian kinerja pegawai membutuhkan

beberapa aspek. Aspek penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu

Mangkunegara diantaranya adalah:32

1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang

ditetapkan, biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, keterampilan,

dan keberhasilan kerja.

2. Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja

yang ada.

3. Disiplin dalam bekerja adalah pegawai harus disiplin pada dirinya,

tugasnya, serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

4. Inisiatif adalah kemampuan mengenali masalah-masalah dan mengambil

tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan

menerima tanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas yang belum

diberikan.

5. Tanggungjawab adalah kesediaan pegawai dalam mempertanggung

jawabkan kebijaksanaan, pekerjaannya, sarana dan prasarana yang

digunakannya serta perilaku kerjanya.

32 Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika

(34)

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka disimpulkan bahwa

penilaian kerja pegawai dapat diukur melalui beberapa aspek yaitu kualitas

pekerjaan, kuantitas pekerjaan, pengetahuan pekerjaan, diisiplin dalam

bekerja, Inisiatif dan tanggungjawab.

1.5.4 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap Kinerja

Pegawai

Menurut Keith Davis yang diterjemahkan oleh Anwar Prabu

Mangkunegara, hasil Diklat dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor

kemampuan (ability) yang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan

nyata serta faktor motivasi (motivation) yang terbentuk dari sikap (attitude)

seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja.33 Pegawai yang

memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk

jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia

akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai

perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Dengan adanya Diklat, dapat diketahui apakah pegawai dapat

memaksimalkan pekerjaannya dan meningkatkan produktivitas kerja pegawai yang

telah menjalani Diklat. Selain itu pegawai dapat memotivasi pegawai lainnya yang

belum mendapatkan kesempatan untuk menjalani Diklat agar pegawai tersebut

dapat lebih giat lagi dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan sebuah organisasi

ataupun instansi mengadakan program Diklat adalah untuk memperbaiki dan

33 Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika

(35)

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para pegawai agak dapat

bekerja lebih efektif dan efisien. Dengan aanya program Diklat, akan memperoleh

tenaga kerja yang berkualitas sehingga pegawai dapat melaksanakan tugasnya

sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu, Diklat dapat menjadi alat untuk

menghasilkan pegawai yang berkualitas baik dalam pengetahuan, keterampilan,

maupun sikap yang mempunyai pengaruh penting dalam tercapainya tujuan

organisasi atau instansi.

1.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk mengkaji dan mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh

Diklat terhadap kinerja pegawai, maka peneliti menggunakan referensi dari

hasil penelitian terdahulu antara lain penelitian yang dilakukan oleh Penelitian

yang dilakukan oleh Martha Monroza Siagian (2010) dalam skripsi “Pengaruh

Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota

Medan”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment.

Data-data diperoleh dengan menyebarkan angket kepada responden

sebanyak 72 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan

pelatihan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai dan

pengaruhnya berada pada kategori sedang. Hal ini terbukti dari hasil

perhitungan koefisien korelasi product moment sebesar 5,6. Hal ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pendidikan dan pelatihan terhadap

(36)

pelatihan) terhadap variabel Y (kinerja pegawai) adalah sebesar 31,36%. Terdapat

persamaan dan perbedaaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Persamaannya terletak pada variabel penelitian, sedangkan perbedaan dalam

penelitian ini terletak pada metode penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Edi, Siswidiyanto, dan Sukanto deng

judul “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai (Studi

pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang)”. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan metode explanatory research

dengan pendekatan kuantitatif. Data-data diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan

mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai dan pengaruhnya

berada pada kategori sedang. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan koefisien

korelasi sebesar 0,530. dimana angka tersebut berada pada posisi cukup

kuat. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pendidikan dan

pelatihan terhadap kinerja pegawai. Ini dapat dilihat dari skala korelasi yaitu

sebesar 0,535, dimana angka tersebut berada pada posisi cukup kuat.34

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Verra Nitta Turere dengan judul

“Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja

Karyawan Pada Balai Pelatihan Teknis Pertanian Kalasey”. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisa linear

berganda. Data-data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Hasil

34Administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/347/193+&cd=1&hl=en&

(37)

penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif

terhadap kinerja pegawai sebesar 82,4%.

1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data.35

Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian-pengertian yang

telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh Diklat terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang.

b. Hipotesis nihil (Ho)

Tidak terdapat pengaruh Diklat terhadap kinerja pegawai Kantor Camat

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

(38)

1.8 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi

perhatian ilmu sosial.36

Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti, maka definisi konsep yang digunakan dalam

pengertian ini adalah :

a. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan

sumber daya manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual

dan kepribadian manusia.

b. Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

1.9 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. 37 sehingga dalam pengukuran ini

dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang dianalisa dari variabel tersebut.

(39)

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:

Variabel Indikator Definisi Sub-Indikator

Pendidikan dan

Pelatihan (Diklat)

1. Peserta Para pegawai

yang telah

memenuhi syarat untuk mengikuti

Diklat yang

dilakukan dalam suatu organisasi.

a. Intensitas

kehadiran peserta

2. Materi Materi yang

digunakan tenaga

pengajar saat

kegiatan Diklat

berlangsung baik

berupa teori

maupun praktek.

a. Kesesuaian

materi Diklat

dengan tugas dan pekerjaaan

peserta.

b. Penerapan materi

Diklat dalam

pelaksanaan tugas.

3. Metode Suatu cara

sistematis yang

dapat

memberikan deskriptif secara luas serta dapat mengkondisikan penyelenggaraan

Diklat untuk

mengembangkan

aspek kognitif,

afektif, dan

psikomotorik

tenaga kerja

terhadap tugas

dan pekerjaannya.

a. Mekanisme

penyampaian

materi Diklat

oleh instruktur.

b. Peran/Partisipasi

aktif peserta

dalam kegiatan

pendidikan dan

pelatihan.

4. Instruktur Seseorang yang

ditugasi untuk

memberikan

fasilitas dalam

agenda pembelajaran Diklat.

a. Kemampuan atau

penguasaan instruktur

terhadap materi

pendidikan dan

pelatihan.

5. Sarana dan

Prasarana

Alat bantu dan fasilitas

a. Ketersediaan

peralatan,

(40)

penunjang yang digunakan untuk menjamin

efektivitas agenda pembelajaran.

perlengkapan,

dan kebutuhan

Diklat.

6. Penerapan Tindakan atau

perbuatan untuk mempraktekkan teori, metode, dan hal lain dari hasil

Diklat dalam

mencapai tujuan.

a. Menerapkan apa

yang diajarkan

selama Diklat

dalam pekerjaan.

b. Peningkatan

kemampuan dan keterampilan

7. Penilaian Proses untuk

mengambil

keputusan dengan menggunakan

informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil Diklat

a. Penilaian Diklat

dapat membantu lebih terlatih dan

terampil dalam

bekerja

Kinerja Pegawai (Y)

1. Kualitas hasil Sikap yang

ditunjukkan karyawan berupa hasil kerja

a. Ketelitian

b. Ketepatan kerja

dan kualitas

2. Kuantitas hasil Volume kerja

yang dihasilkan

pada saat kondisi normal

a. Ketepatan waktu

b. Pencapaian target

3. Tanggungjawab Kesanggupan

seorang pegawai dalam

menyelesaikan

pekerjaan yang

diserahkan kepadanya

dengan

sebaik-baiknya dan tepat

waktu, serta

berani mengambil

resiko atas

keputusan yang

diambil. a. Memiliki kesanggupan dalam penyelesaian tugas

4. Kreativitas Kemampuan

pegawai dalam

mengembangkan

keahlian dan

mengeluarkan

potensi yang

a. Terampil dalam

(41)

dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya.

5. Disiplin kerja Mematuhi segala

peraturan yang

ada dan

melaksanakan

instruksi yang

diberikan kepadanya.

a. Mematuhi aturan

dalam instansi

6. Kerja sama Keinginan untuk

bekerjasama

dengan orang

lain, kooperatif

dan menjadi

bagian dari

kelompok

a. Mampu bekerja

sebagai atau

dalam tim

b. Memahami

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1 Bagan Jenis dan Jenjang Diklat

Referensi

Dokumen terkait

Pada Siklus II guru kembali menggunakan model pembelajaran bermain peran (role playing), guru membagi siswa dalam kelompok berdasarkan nilai evaluasi pada Siklus

Analisis statistika deskriptif terhadap struktur kota menunjukkan bahwa variabel PDRB memiliki keragaman (simpangan baku) terbesar. Dilihat dari posisi dan

Hasil generate pemasangan model baju pada model tubuh dapat dibentuk secara akurat menggunakan parameter anthropometry dan inputan jarak baju dengan model tubuh.. Virtual Web

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Internalisasi nilai-nilai agama islam, 2) Pembentukan sikap, 3) Perilaku siswa, dan 4) kegiatan ekstrakurikuler

Himpunan bilangan riil Himpunan bilangan

Terlebih lagi, kasus AKP di Turki dapat menjadi contoh untuk melihat pergulatan antara Islam dan demokrasi dimana di satu sisi, kelompok Islam berhasil memperoleh

penerapan fungsi pengendalian atau pengawasan dilakukan oleh ketua Badan Amalan Islam (BAI) Masjid Baitul Huda UIN Walisongo Semarang dengan cara selalu melakukan

That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.. Ustwise deletion based on all variables in