• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGAPLIKASIAN TEKNOLOGI INFOR ICT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN PENGAPLIKASIAN TEKNOLOGI INFOR ICT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENGAPLIKASIAN TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI (ICT) YANG SESUAI DENGAN

PENDIDIKAN YANG BERMUTU DAN BERKOMPETEN

PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh :

Angga Debby Frayudha, M. Pd

Abstrak

Kehadiran teknologi informasi merupakan faktor utama tersedianya

pelayanan yang cepat, akurat, terartur, akuntabel dan terpecaya di dalam

berbagi aspek kehidupan pada era sekarang ini, diantaranya ialah institusi

pendidikan, guna menggembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan maka

digunakanlah teknologi informasi guna melengkapi kebutuhan informasi yang

dapat diakses secara cepat dan akurat tanpa harus mengenal tempat dan

waktu, namun kenyataanya banyak siswa yang hanya mengenal internet

sebatas digunakan sebagai media sosial saja dan mendapatkan informasi

cepat namun kebenaranya masih patut dipertanyakan. Dalam tulisan ini akan

dijelaskan langkah langkah pembuatan kebijakan pengaplikasian teknologi

informasi dan komunikasi guna pendidikan yang bermutu dan berkompeten

untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah atas serta

menjawab berbagai peran dan fungsi teknologi informasi sebagai solusi

permasalahan pendidikan yang konvensional.

I. Latar Belakang

(2)

kelemahan pendidikan konvensional (pendidikan pada umumnya) diantaranya adalah keterbatasan ruang dan waktu dalam proses pendidikan konvensional dan dengan fungsi tersebut diharapkan pembuatan kebijakan tersebut bisa dilaksanakan dan terealisasi dengan baik, dengan memanfaatkan standar platform internet yang bisa menjadi solusi permasalahan tersebut karena sifat dari internet itu sendiri yaitu memungkinkan segala sesuatu saling terhubung belum lagi karakter internet yang murah, sederhana dan terbuka mengakibatkan internet bisa digunakan oleh siapa saja (everyone), dimana saja (everywhere), kapan saja (everytime) dan bebas digunakan (available to every one).

Pengembangan pendidikan menuju TIK merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena TIK merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) TIK memiliki kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional (Rosenberg 2001; 28), dengan demikian urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan untuk pendidikan.

(3)

Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran diberbagai sekolahan meningkat sejalan dengan meningkatnya infrastruktur internet yang menunjang penyelenggaraan e-learning. Melalui e-learning proses belajar mengajar dapat dilakukan tanpa adanya tatap muka antara pengajar dan peserta didik dan tidak lagi dibatasi oleh waktu dan tempat. E-learning menjadi salah satu solusi bagi permasalahan dunia pendidikan yang semakin sibuk dengan berbagai layanan yang menawarkan fleksibilitas dan mobilitas yang tinggi.

II. PEMBAHASAN 1. Perumusan Kebijakan

Dari pemaparan latar belakang, maka dicari suatu pemecahan masalah mengenai bagaimana membuat suatu kebijakan pengaplikasian teknologi informasi dan komunikasi guna pendidikan yang bermutu dan berkompeten pada sekolah menengah atas untuk meningkatkan mutu pendidikan?

Identifikasi masalah : pada kenyataan dan pengamatannya sekolah-sekolah

(4)

Masalah lain yang muncul adalah sekolah sekolah yang jauh dari teknologi dan informasi yang memadai diharapkan mendapatkan kebijakan khusus bagi sekolah-sekolah tersebut. Kebijakan standardisasi sangat diperlukan guna penataan dan pemerataan kebijakan tersebut pada satuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.

Pada perumusan kebijakan dimulai dari input, proses dan output pendidikan, dengan input yang baik yang berupa informasi apa saja yang akan dimasukan kedalam e learning, bahan-bahan dan tenaga yang diperlukan maka selanjutnya adalah proses, semuanya terletak kepada proses jika pada proses benar maka output pendidikan akan teralisir dengan baik, jika pada proses jelek maka output pasti jelek.

2. Agenda Kebijakan

(5)

lainnya. Pada umumnya tidak semua SMA di indonesia memiliki akses internet yang memadai, maka ini merupakan masalah utama dari penggunaan e-learning, masalah ini harusnya di tindak lanjuti dan dicari suatu penyelesaian, dan penyelesaian paling cepat adalah rata-rata semua warga indonesia memiliki handphone, dengan menggunakan perangkat ini maka haruslah internet bisa di akses, jika masih menggunakan handphone tanpa dukungan internet maka solusi penyelesaian lain wajib dicari.

Muncul masalah baru yaitu bagaimana menyesuaikan materi ajar dengan sistem ? maka hal ini menjadi masalah yang harus di cari penyelesaiannya dengan Tetap menindaklanjuti masterplan elearning untuk solusi TIK di sma, kesepakatan antara manakemen sistem dan manajemen guru wajib dilaksanaakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara komprehensif berkaitan dengan:

a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru elarning dengan mempertimbangkan kebutuhan bahan ajar dengan mengkoordinasikan dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan dan sesuai dengan satuan pendidikan.

b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

(6)

d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan bidang pendidikan.

e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel.

f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel

g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan intektual.

i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah. j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru.

Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan gubernur/ peraturan bupati/peraturan walikota

Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.

Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar calon pengajar. Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian dan sebagainya.

(7)

Faktor-Faktor dalam Pemanfaatan E-Learning

Ahli-ahli pendidikan dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002) antara lain:

a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need analysis yang mencakup studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis, maupun social.

b. Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan ajar/kurikulum.

(8)

mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.

Terakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu: a. Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.

b. Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.

c. Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada. d. Masalah skill and knowledge.

Oleh karena itu perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai sikap yang positif terhadap media internet dan perangkatnya sehingga penggunaan teknologi baru bisa mempercepat pembangunan.

Kelebihan dan Kekurangan E-Learning

Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet. Contoh SMART School di Malaysia.

Ada empat hal yang perlu disiapkan sebelum pemanfaatan internet untuk e-learning yaitu:

a. Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik. Pengetahuan, keterampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat competency based curriculum.

b. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin dicapai dengan bantuan komputer.

c. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan komputer, online assessment system)

(9)

dapat diakses dengan mudah baik oleh guru maupun siswa.

Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Soekartawi, 2002), antara lain dapat disebutkan sbb:

a. Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasisecara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d. Bila siswamemerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif

g. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.

Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau elearning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:

a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.

(10)

c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.

d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.

e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal. f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).

g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Kini pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan tersedianya informasi teknologi dengan membentuk Kantor Menteri Negara Informasi dan Teknologi. Di tiap departemen bahkan ada unit yang menangani teknologi informasi. Di Depdiknas misalnya ada Pustekkom atau Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan; di tiap sekolah ada Pusat Komputer, dan masih banyak contoh lain. Sayangnya cyberlaws di Indonesia yang juga pernah dibahas dan disiapkan, belum juga selesai hingga kini.

E-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya sekolah terbuka yang diijinkan menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga telah diijinkan penyelenggaraan.

(11)

penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia dengan menggunakan teknologi e-learning.

Bahan Ajar Melalui E-learning

Melalui pemanfaatkan teknologi informasi, diharapkan materi ajar dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki karena tersedia fasilitas pengaman. Hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut. Karena mahalnya pembuatan bahan ajar maka negara sebagai penanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menyiapkan bahan tersebut sehingga dapat dipakai di seluruh Indonesia.

Persoalan mendasar berkenaan dengan model ajar ini, adalah keterbatasan pihak sekolah untuk menyediakan komputer termasuk internet dalam proses pengajaran. Oleh karena itu perlu ada aksi untuk menyiapkan institusi pendidikan (ready for learning), yaitu dengan cara melibatkan para guru dan departemen terkait, misalnya depdiknas, dan departemen ristek yang ada di wilayah masing-masing. Mereka ini harus menyiapkan termasuk mengetahui materi ajar yang tersedia dan cara akses atau mendapatkannya. Mereka bertanggungjawab membantu institusi pendidikan termasuk mengkomunikasikan materi ajar yang tidak dipahami sehingga dapat mempelajarinya dalam waktu tertentu.

(12)

3. Alternatif Kebijakan yang lain

Bisa memilih kebijakan yang terbaik dan yang paling sesuai dengan daerah tersebut sehingga bisa menjadi alternatif solusi lain jika kebijakan tidak berfungsi dengan baik

Ketika Pembuat Kebijakan (Policy Makers) menghadapi suatu masalah mengenai keberlangsungnya kebijakan e learning yang wajib di implementasikan pada sekolah menengah atas maka dituntut untukmengembangkan berbagai alternative kebijakan sebelum sampai pada pilihan kebijakan yang tepat. kebijakan yang harus dipilih haruslah memiliki alasan yang kuat diantaranya :

1. Membuat alternatif kebijakan baru dengan memikirkan alokasi dana yang cukup.

2. Alternatif kebijakan dapat mengurangi tindakan beresiko. 3. Dapat mencapai sasaran kebijakan.

Kebijakan alternatif lain yaitu dengan pembelajaran berbasis multimedia diamana pemebelajaran tersebut terdapat sisi teknologi informasi dan komunikasi yang dipakai, dengan menggunakan pembelajaran berbasis multimedia (Buatan luar negeri atau dalam negeri) bisa menghidupkan wawasan siswa bahwa bahan ajar bisa dikemas dalam berbagai aplikasi menarik. Multimedia adalah media yang menggabungkan 2 unsur atau lebih yang terdiri dari text, grafis,gambar, foto, audio, dan animasi. Secara terintegrasi. Manfaat Multimedia Pembelajaran :

· Memperbesar benda yang kecil, yang tidak tangkap oleh mata.

· Memperkecil benda yang sangat besar, yang tidak mungkin dihadirkan disekolah.

· Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks,rumit,yang berlangsung cepat atau lambat seperti sistem tubuh manusia,bekerjanya suatu mesin,peredaran planet mars,berkembangnya bunga-bunga,dll.

(13)

Fungsi Multimedia Pembelajaran

· Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin. · Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri.

· Memperhatikan siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendali.

· Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna yang terbentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan percobaan, dll.

Format Multimedia Pembelajaran 1. Tutorial

Adalah multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, yaitu informasi yang berisi suatu konsep yang disajikan dengan text,gambar (baik diam ataupun bergerak), dan grafik. 2. Drill

Yaitu melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program ini menyediakan serangkai soal yang ditampilkan secara acak, sehingga soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda.

3. Simulasi

Yaitu multimedia pembelajaran dengan format penyampaian secara dinamis yang menjadi didunia nyata. Contoh : menstimulasikan pesawat terbang. 4. Percobaan/Eksperimen

Format ini mirip dengan simulasi namun lebih ditunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen atau percobaan. Contoh : latihan praktikum di laboratorium IPA.

5. Permainan

(14)

Solusi alternatif Penggunaan pembelajaran Multimedia

1. Memanfaatkan media yang disekitar kita, disesuaikan kemampuan yang kita miliki.

2. Perlunya sarana dan prasarana yang mendukung bimbingan belajar mengajar baik secara tradisional maupun modern.

3. Guru yang memiliki kualitas kompetensi akademik yang profesional yang tinggi atau memadai dibidang teknologi modern yang diterapkan pada proses pembelajaran.

4. Mengubah budaya para pendidik dari mengajar menjadi pelajar.

5. Memberikan kegiatan semacamdiskusi kelompok guna menambah pengetahuan tentang pengguna teknologi multimedia dalam pembelajaran. 6. Diknas kota harus bertanggung jawab untuk mengembangkan SDM para guru tentang teknologi multimedia untuk membantu pengembangan atau pembelajarannya.

(15)

4. Penetapan Kebijakan yang digunakan

Pemilihan kebijakan yang terbaik dan dijadikan sebagai suatu hukum yang mengikat :

Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakikat e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Di samping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh karena itu penulis sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi elearning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan agar melek sumber belajar khususnya teknologi internet.

Asas Pelaksanaan

Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut:

1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.

2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.

(16)

kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.

4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.

Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan

kebijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, pengembangan e larning secara terus-menerus. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.

Kebijakan dan Pemerataan Elearning

Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa:

(17)

(BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.

b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.

d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.

e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.

f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.

Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota

(18)

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS.

b. Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS.

c. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.

Daftar Pustaka

Anwas, Oos M. (2000). Internet: Peluang dan tantangan pendidikan nasional. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas

Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002). Teknologi e-learning berbasis php dan mysql. Jakarta: Elex Media Komputindo

Kamarga, Hanny. (2002). Belajar sejarah melalui e-learning; Alternatif mengakses sumber informasi kesejarahan. Jakarta: Inti Media

Suwarno dan Alvin Y. (2000). Perubahan sosial dan pembangunan. Jakarta: LP3ES

Soekartawi (2002). Prospek pembelajaran melalui internet. Makalah

disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002 Ali, M, Istanto, Yatmono, Munir, 2008 “Studi Pemanfaatan E-Learning Sebagai

Media Pembelajaran Bagi Guru SMA dan SMK Daerah Istimewa

Yogyakarta”, Laporan Penelitian Pusat Studi Pendidikan dan Teknologi Kejuruan (Pusdi PTK) Uinersitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Chu, Alan G; Thompson, Melody M; Hancock, Burton W, 1998, “The Mc Graw- Hill Handbook of Distance Learning”, New York : McGraw-Hill

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu akan dibandingkan antara jumlah potensi, tingkat efektivitasnya, prosentase laju pertumbuhannya dan nilai kontribusi pajak hotel dan pajak restoran

Motor asinkron tiga phasa diaplikasikan sebagai penggerak ban Rubbery Tyred Gantry Crane sehingga ban dapat bergerak maju dan mundur gerakan ini biasanya disebut

Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web untuk Promosi Kerajinan Gerabah Kasongan ini berfungsi sebagai media promosi bagi sejumlah pemilik perusahaan gerabah Kasongan yang

Dalam kaitannya dengan rendahnya keaktifan posyandu lansia, sikap masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

titik awal hallyu adalah drama. Fase ber ikutnya adalah hallyu yang digagasi oleh para penyanyi K-pop. Setelah era kejayaan K-pop, hallyu mencari bentuk baru

Strategi penentuan posisi dalam program pemasaran mempakan hasil kombinasi antara strategi produk, saluran distribusi, harga, dan promosi (bauran pemasaran) yang digunakan

Hanya saja arah utara yang ditunjukkan bukan arah utara sejati (titik kutub utara), tapi menunjukkan arah utara magnet bumi, yang posisinya selalu berubah-ubah dan

Tahapan normalisasi adalah (1) normalisasi ukuran plat nomer yang telah disegmentasi menjadi ukuran standart, dalam penelitian ini 600 x 1000 pixel, (2) normalisasi warna sehingga