• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah MODEL PEMBELAJARAN CTL pada pemb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah MODEL PEMBELAJARAN CTL pada pemb"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN CTL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah model pembelajaran IPS

Dosen Pengampu: Muhammad Noor, M.Pd

OLEH

Rossi Wulansari

NIM : 152223152

Lela Nurlaela

Nim : 152223154

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Model Pembelajaran CTL”

Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Matematika. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamiin.

Tasikmalaya, Oktober 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan penelitian... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian CTL... 3

B. Persiapan CTL... 4

C. Pelaksanaan CTL... 5

D. Hasil yang Diharapkan dalam Pembelajaran CTL... 8

E. Karakteristik pembelajaran CTL... 10

F. Pola/sekernario Pembelajaran Konstektual... 10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 15

B. Saran... 16

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian (rote learning) tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna (meaning learning). Agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya.

Dalam proses belajar mengajar matematika selalu melibatkan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir rasional, kritis, dan kreatif. Pembelajaran yang bersifat deduktif aksiomatik dan berangkat dari hal-hal yang abstrak, enderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Konsep pembelajaran tersusun secara hierarkis, yang berarti bahwa dalam mempelajari suatu konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep selanjutnya. Oleh karena itu penyajian materi perlu mendapat perhatian guru.

Dalam pembelajaran di sekolah guru hendaklah memilih dan menggunakan strategi pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial. Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, penerapan strategi yang dipilih dalam pembelajaran harus bertumpu pada dua hal yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, dan optimalisasi keterlibatan seluruh indra siswa.

(6)

muda (pubertas) dan dewasa muda. Pada usia tersebut siswa telah sadar dan memiliki rasa tanggung jawab. Siswa SD berada pada usia masih dalam tahap bermain. Dari segi pembelajaran, maka sadar diri dan rasa tanggung jawab tersebut perlu ditanamkan. Dengan kata lain siswa SD secara perlahan perlu dididik agar memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar dan membuat program belajar dengan tujuan belajar sendiri. Siswa perlu dididik untuk menjalankan program dan mencapai tujuan belajar sendiri Belajar dengan pengajaran kelompok kecil membuat siswa belajar lebih kreatif dan mengembangkan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.

Linda Lundgren dalam Muslimin Ibrohim (2000: 17) menyatakan ”Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.” Meliaht semua itu, maka pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) perlu diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang didapatkan langsung dari pengalaman anak itu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian model pembelajaran CTL?

2. Bagaimana cara menerapkan nya di kelas?

C. TUJUAN

Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas dapat mengemukakan tujuan sebagai berikut :

1. Siswa dapat belajar dari pengalaman dibandingkan dengan hafalan.

2. Selain guru yang aktif, siswa lebih aktif dalam mencari dan menerima pelajaran.

(7)

4. Menanamkan sikap tanggung jawab dan mandiri pada diri siswa.

5. Pelajaran lebih PAIKEM.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Menurut Nuhardi (2003), pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan jugamendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan danketeramplan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Menurut Jhonson (2002), CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, social dan budaya mereka.

Sehingga, Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

(8)

keaktifan siswa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Perbedaannya, CTL lebih kompleks baik guru maupun siswa harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga mampu menghasilkan out put yang berkualitas. Dalam pembelajaran kotekstual terdapat adanya keterkaitan materi dengan dunia luar atau keadaan yang sebenarnya dan terkini sehingga diharapkan adanya pengalaman visual terlebih dahulu yang dapat dibangun oleh siswa.

Menurut Johnson (2004), ada tiga pilar dalam system CTL, yaitu:

1) CTL mencerminkan prinsip kesling bergantungan. Kesaling bergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan denan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekplah dengan dunia bisnis dan komunitas.

2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasimenjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-maasing untuk menghormati perbedaan-perbedaan,untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalahy tanda kemantapan dan kekuatan.

3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan olehpenilaian autentik, mengulas usaha-usahamereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar tang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada isiwa yang membuat hati mereka bernyanyi.

(9)

B. PERSIAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Persiapan CTL yang dapat dilakukan antara lain:

1. Guru menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa.

2. Guru mengelola kelas sebgai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.

3. Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan.

4. Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok.

5. Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

C. PELAKSANAAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SEKOLAH

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Tujuh komponen tersebut adalah:

1. Konstruktivisme (constructivism)

Merupakan landasan berfikir (filosofi) pedekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

(10)

mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Pada umumnya kita sudah menerapkan sistem filosof ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakna sesuatu, berlatih seacara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide.

2. Menemukan (inquiry)

Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri):

A. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).

B. Mengamati dan melakukan observasi.

C. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.

D. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiens yang lain.

3. Bertanya ( Questioning)

(11)

Dalam bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangklan ke kelas

4. Masyarakat belajar (Learning Ciommunity)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dal;am kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dengan bentuk yang sangat bervariasi, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Tidak ad pihak yang dominant, merasa segan untuk bertanya, atau menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan.

5. Pemodelan (Moddeling)

Maksud dari komponen ini adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau cara mengerjakan sesuatu. Sebagai guru memberi contoh tentang bekerja sesuatu, sebelum melaksanakan tugas. Tetapi dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model, karena model dapat juga didatangkan dariluar. Misalnya jika ada siswa yang pernah memenangkan kontes bahasa inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Atau guru kerajinan mendatangkan model tukang kayu di kelas, lalu memintanya untuk bekerja dengan peralatannya, sementara siswa menirunya.

6. Refleksi (Reflection)

(12)

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Siswa memperluas pengetahuan yang dimiliki melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit, sementara guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari ini, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, hasil karay atau diskusi.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Hal tersebut perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode, tetapi dilakukan bersama dengan secara integrasi (tidak terpisah) dari kegiatan pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melalui hasil dan dengan berbagai cara. Hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah PR, kuis, karya siswa, presentasi, laporan jurnal, karya tulis/proyek kegiatan dan laporannya.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN DARI MODEL CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING

Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran melalui pendekatan CTL antara lain adalah:

(13)

2. Siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

3. Siswa terbiasa memecahkan masala, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.

4. Siswa menjadi aktif, kritis dan kreatif.

5. Kelas menjadi produktif, menyenagkan dan tidak membosankan.

6. Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel, puisia, komentar, foto tokoh, diagram-diagram.

7. Siswa selalu dikepung berbagai informasi, kelas CTL adalah siswa yang selalu ramai dan gembira dalam belajar.

KATA-KATA KUNCI DALAM PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

a. Real world learning

b. Mengutamakan pengalaman nyata

c. Berfikir tingkat tinggi

d. Berpusat pada siswa

e. Siswa aktif, kritis dan kreatif

f. Pengetahuan bermakna dalam kehidupan

g. Dekat dengan kehidupan nyata

h. Perubahan perilaku

(14)

j. Learning bukan teaching

k. Pendidikan (education) bukan pengajaran (intruction)

l. Pembentukan” Manusia”

m. Memecahkan masalah

n. Siswa acting, guru mengarahkan

o. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes

STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERASOSIASI DENGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

a. CBSA

b. Pendekatan proses

c. Life skills education

d. Authentic Intruction

e. Inquiry –Based Learning

f. Problem Based Learning

g. Cooperatif Learning

h. Service Learning

E. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL

(15)

 Kerja sama

 Saling menunjang

 Menyenagkan, tidak membosankan

 Belajar dengan bergairah

 Pembelajaran terintegrasi

 Menggunakan berbagai sumber

 Siswa aktif

 Sharing dengan teman

 Siswa kritis, guru kreatif

 Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya siswa,

peta, gambar, artikel, puisia, komentar, foto tokoh, diagram-diagram

 Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.

F. POLA/SKENARIO PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Contoh-contoh berikut menunjukan beraneka ragam cara yang dilakukan oleh guru-guru dikelas untuk menghubungkan mata pelajaran akademik dengan konteks siswa itu sendiri. Mereka menunjukan bahwa pengaitan-pengaitan yang dilakukan dalam CTL cocok diterapkan mulaidari sekolah dasar hingga universitas.

Contoh-contoh pengaitan dalam CTL dikelas

(16)

persoalan-persoalan kontropversial dilingkungan atau masyarakat mereka. Kelas dibagi menjadi empat atau lima kelompok. Setiap kelompok memilih sebuah persoalan controversial dan menelitinya. Mereka melakukan penelitian diperpustakaan, melakukan survey lapangan, dan mewawancarai pejabat setemat mengenai persoalan yang sedang diteliti. Mereka menyajkan penemuan-penemuan dalam bentuk presentasi disertai foto, gambar, diagram, dan draf. Mereka menyampaikan penemuan-penemuan tersebut didepan khalayak yang terdiri dari teman sekelas dan para orang tua.

2) Disebuah kelas IPS membahas tentang pariwisata, siswa diminta untuk membahas potensi pariwisata diwilayahnya dengan berbagai sudut pandang dan ide-idenya dari mulai potensi daya tarik obyek wisata, analisis ekonomi, analisis budaya, model promosi serta pengembangannya, sampai membuat brosur perjalanan dalam paket wisata.

3) Seorang guru matematika memberikan tugas pada siswanya tentang kegiatan dimasa dating serta cara “menabung untuk msa pensiun’. Ada dua rumus, satu. Menentukan jumlah uang yang akan didapatkan setelah seseorang menabung dalam jangka waktu tertentu ditambah bunga; rumus yang lain menentukan total uang yang akan diterima setelah seseoarang melakukan pembayaran dalam satu periode waktu tertentu. Para siswa kemudian diminta untuk menghitung dan membandingkan berbagai macam rencana pensiun menggunakan dua rumus tersebut. Para siswa harus membuat rencana pensiun berdasarkan data terkini. Mereka belajar “presentasi, evaluasi rumus, pemecahan masalah, penukaran uang” dengan menggunakan kalkulator grafik dan lembar kerja computer. Para siswa melihat perbedaan jumlah uang apabila program pensiun dimulai lebih awal.

Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelassecara garis besar adalah sebagaiberikut:

(17)

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan ‘masyarakat belajar’(belajar dalam kelompok-kelmpok).

5. Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir penemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual,yaitu:

1. Pengalaman nyata.

2. Kerjasama, saling menunjang.

3. Gembira, belajar dengan bergairah.

4. Pembelajaran terintegrasi.

5. Menggunakan berbagai sumber.

6. Siswa aktif dan kritis.

7. Menyenangkan, tidak membosnkan.

8. Sharing dengan teman.

9. Guru kreatif.

10. Contoh scenario pembelajaran kontekstual untuk untuk ilmu pengetahuan alam/sains.

(18)

Pertemuan I : Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan kembali lagi menjadi air

1. Persiapan percobaan.

2. Penjelasan penggunaan alat.

3. Melakukan kegiatan percobaan.

4. Mengamati dan melaporkan hasil percobaan.

5. Menyimpulkan hasil kegiatan.

6. Member contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertemuan II : Menyelidiki wujud lilin yang dipanaskan kemudian didinginkan.

1. Tanyajawab tentang terjadinya perubahan wujud pada lilin.

2. Penjelasan penggunaan alat.

3. Melakukan kegiatan percobaan.

4. Mengamati dan melaporkan hasil percobaan.

5. Menyimpulkan hasil kegiatan.

6. Memberi contoh terapan dalam kehdupan sehari-hari.

Alat dan bahan:

1. Air, lilin, korek api.

2. Kompor/pemanas, cawan.

(19)

1. Penilaian tertulis (mengenal perubahan wujud, mengenal benda yang berubah wujud dapat kembali kewujud semula).

2. Kinerja (mengamati kinerja siswa atau melakukan percobaan).

3. Produk (merancang dan membuat alat penyulingan air).

4. Contoh pola pembelajaran CTL rumpun IPS.

Topic : Fungsi dasar

Kompetensi dasar : Siswa memahami jenis dan fungsi pasar.

Indicator hasil belajar :

 Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar.

 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar.

 Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan

pasar modern.

 Siswa dapat menyimpulkan fungsi pasar.

 Siswa dapat membuat karangan terkait tentang pasar.

Pola Pembelajaran

1. Pendahuluan

1) Guru menjelaskankompetensi yang harus dicapai siswa dan pentingnya materi ajar dalam kehidupan ekonomi dan social.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

(20)

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi ke pasar tradisional dan pasar modern.

c) Melalui instrument observasi/angket siswa diminta mencatat mengenai bebagai hal yang ditemukan dipasar.

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar ugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

2. Kegiatan Inti

Dilapangan

1) Siswa melakukan observasi kepasar sesuaidengan tugas kelompok.

2) Siswa mencatat hal yang mereka temukan dipasar sesuai dengan alat observasi, angket yang telah mereka susun sebelumnya.

Didalam kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuaidengan kelompoknya masing-masing.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi/presentasi.

3) Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lainnya.

3. Penutup

1) Dipimpin oleh guru, siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi tentang fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajar yang dicapai.

(21)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan dalam isi makalah diatas dapat di simpulkan bahwa:

1. Pembelajaran yang selama lebih menekankan pada keaktifan guru dalam menyampaikan pelajaran tanpa memperhitungkan keaktifan siswa sudah waktunya diganti strategi yang memudahkan anak dalam menerima pemahaman materi yang disampaikan guru dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL).

2. Dalam mengajar guru bisa merubah gaya mengajar yaitu lebih mengutamakan keaktifan siswa dalam memahami pelajaran melalui pengalaman langsung.

3. Menciptakan likungan belajar yang yang membuat siswa tidak takut salah.

4. Memberikan jaminan belajar yang positif secara emosional.

(22)

sekolah penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel, puisia, komentar, foto tokoh, diagram-diagram, Siswa selalu dikepung berbagai informasi, kelas CTL adalah siswa yang selalu ramai dan gembira dalam belajar.

B. SARAN

Dari makalah yang telah di buat, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan metode, strategi, dan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa mudah memahami pelajaran/materi yang disampaikan.

(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Metode pembelajaran kontekstual model REACT ini mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar siswa secara nyata, diantaranya yaitu melatih siswa mengaitkan materi pelajaran

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

Siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual akan mampu mengimplikasikan pengetahuan atau informasi yang telah diperolehnya dalam situasi yang

Handout matematika berbasis kontekstual mampu membantu siswa mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata mereka, mengarahkan siswa untuk dapat membangun

Pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai

pada diri siswa maupun yang ada disekitarnya. Dengan kata lain, siswa hanya menghapal konsep sehingga hasil belajar fisika rendah. Kondisi rendahnya hasil belajar

pada diri siswa maupun yang ada disekitarnya. Dengan kata lain, siswa hanya menghapal konsep sehingga hasil belajar fisika rendah. Kondisi rendahnya hasil belajar

Siswa yang lebih cepat dalam menyelesaikan soal atau masalah kontekstual dapat diminta untuk menyelesaikan soal-soal lain dengan tingkat kesulitan yang sama bahkan lebih sulit..