• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Komite Audit

Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange (NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit

sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak negara yang membuat ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada bulan Mei 2002 (Toha, 2004).

Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE- 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006), jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.

(2)

mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, (3) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal audit, serta (4) mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris atau pengawasan.

Tujuan dibentuknya komite audit meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Penyusunan Laporan Keuangan

Meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab terutama atas penyusunan laporan keuangan dan auditor eksternal bertanggung jawab atau audit eksternal laporan keuangan, komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal.

b. Manajemen Risiko dan Kontrol

Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab atas manajemen risiko dan kontrol, komite audit memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol. c. Corporate Governance

(3)

2.1.2 Profitabilitas

Profitabilitas klien terkait dengan efisiensi penggunaan asset dan sumber daya lain oleh perusahaan dalam operasinya. Joshi dan Al-Bastaki (2000) mengemukakan bahwa penggunaan sumber daya yang efisiem menghasilkan pengembalian asset yang tinggi.

Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi pula, hal ini disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya, oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan auditnya. Karena itu akan mengakibtkan peningkatan besar audit fee. Dan tergambar di dalam Professional Fee.

Profitabilitas auditee merupakan variabel yang penting dalam menentukan audit fees dan dianggap sebagai cerminan dari kinerja manajemen (Kikhia, 2014 : 44). Profitabilitas auditee dapat diidentifikasi melalui informasi laporan keuangan.

(4)

2.1.3 Dewan Komisaris

Berkenaan dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu Anglo Saxon dan Kontinental Eropa. Sistem Hukum Anglo Saxon mempunyai Sistem Satu Tingkat atau One Tier System. Di sini perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dangan prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negara-negara dengan One Tier System misalnya Amerika Serikat dan Inggris.

(5)

Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan.

Dewan komisaris dan dewan direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana yang dituang dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Fungsi pengambilan kebijakan dijalankan oleh dewan direksi, sedangkan fungsi pengawasan dijalankan oleh dewan komisaris. Keduanya memiliki tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha bagi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dewan komisaris dan direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Disebutkan juga dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-Mbu/2002

Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) pasal 9 menyebutkan bahwa dewan komisaris mempunyai fungsi, antara lain:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris/Dewan Pengawas harus mematuhi anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan

(6)

2. Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada

Direksi jika dipandang perlu oleh Komisaris/Dewan Pengawas.

3. Komisaris/Dewan Pengawas harus memantau efektifitas praktek good corporate governance yang diterapkan BUMN.

Komposisi dewan komisaris ditetapkan paling sedikit 20% merupakan anggota dewan komisaris/dewan pengawas indepanden yang ditetapkan dalam keputusan pengangkatannya. Dewan komisaris merupakam majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris.

Chandra (2006) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk berbagai komite yang membantu fungsi Dewan Komisaris agar berjalan secara lebih efektif. Selanjutnya, Chandra (2006) menyebutkan komite yang dapat dibentuk, antara lain:

1. Komite audit memastikan terselenggaranya efektifitas dari pengendalian intern, pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor.

2. Komite Nominasi yang menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi anggota Komisaris dan Direksi dan eksektutif lainnya, merancang sistem penilaian, dan memberikan rekomendasi tentang jumlah direksi dan komisaris.

(7)

penilaian sistem remunerasi, pemberian saham, sistem pensiun dan kompensasi dalam kasus pengurangan pegawai.

4. Komite Asuransi dan Resiko Usaha yang melakukan penilaian berkala dan pemberian rekomendasi resiko usaha dan jenis serta jumlah asuransi. Mengenai komposisi atau jumlah dewan direksi, dalam pedoman Good Corporate Governance tidak dinyatakan secara kuantitatif, jumlah anggota direksi harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. UUPT menyebutkan Dewan direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

Keberadaan komisaris independen telah diatur melalui peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000. Dinyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah tiga puluh persen dari seluruh anggota dewan komisaris.

Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi pengawasan agar tercipta perusahaan yang memiliki good corporate governance. Komisaris independen merupakan bagian dari

(8)

dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori 26 terafiliasi (KNKG, 2006). Kriteria komisaris independen menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (2000) antara lain :

1. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen. 2. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham

mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas perusahaan.

3. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu.

4. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut.

(9)

6. Komisaris independen tidak memiliki kontrak kontraktual dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut.

7. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubungan yang dapat atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan

kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan.

2.1.4 Ukuran Klien

Ukuran perusahaan dapat menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara antara lain dengan natural log total aktiva, nilai pasar saham, jumlah pendapatan dan lain-lain. (Machfoedz dalam Septianingrum, 2014).

Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No Kep. 11/PM/1997 menyatakan bahwa ukuran perusahaan kecil atau menengah diukur dengan cara melihat total asset tidak lebih dari Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah). Syarat ukuran perusahaan besar memiliki total asset lebih dari Rp. 100.000.000.000,-.

(10)

1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.

2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan.

3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Penentuan ukuran perusahaan pada penelitian ini didasarkan kepada total asset perusahaan. Menurut Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan

perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang lebih besar untuk membayar biaya audit dan memiliki kemampuan untuk membayarnya secepat mungkin setelah tutup tahun perusahaan.

(11)

2.1.5 Auditor Eksternal

Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi lainnya sesuai dengan standar audit yang berlaku umum. Selain standar audit, akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Prinsip-prinsip ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis (Rapina dkk, 2010).

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Peran utama auditor eksternal adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material (Mulyadi, 2002:12).

2.16 Fee Audit

(12)

penyusutan komputer, gedung dan asuransi. Setelah dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan tawar menawar antar klien yang bersangkutan dengan kantor akuntan publik.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya.

Dijelaskan dalam Surat Keputusan mengenai penetapan fee audit, yang harus dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah:

1. Kebutuhan klien;

2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum. 3. Independensi.

4. Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.

5. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan.

6. Basis penetapan fee yang disepakati.

(13)

pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien (client size), ukuran KAP, keahlian auditor tentang industri (industry expertise), dan efisiensi yang dimiliki oleh auditor (technological efficiency of auditors). Faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap penentuan fee audit yang dibebankan KAP kepada kliennya. Faktor lain seperti berapa target profit yang akan didapatkan pemilik jelas sangat besar pengaruhnya juga.

Penjelasan ini dibahas lebih lanjut oleh Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit dimana dalam menetapkan imbalan jasa harus sesuai dengan profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku.

2.2 Penelitian Terdahulu

(14)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel dan Penetapan Fee Audit:

Investigasi pada BUMN

Var. Independen: rasio konsentrasi, ukuran KAP, ukuran perusahaan, anak perusahaan

Var. Dependen:Audit fees

Rasio konsentrasi dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan ukuran KAP dan anak perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap audit fees. Auditor dan Audit

Fees pada

a. Tipe kepemilikan perusahaan (BUMN dan swasta), dan b. Manajemen laba

(diukur dengan pendekatan

modifikasi Jones) Var. Dependen:

a. Tipe auditor (KAP domestik dan KAP berafiliasi asing), b. Fee Audit.

Kepemilikan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas pemilihan auditor dan fee audit.

Manajemen laba tidak memiliki pengaruh

3. Primasari (2013) Pengaruh koneksi politik dan

corporate governance

terhadap

audit fee

agensi teori, koneksi politik, CGPI, audit fee

koneksi politik dan good corporate governance

berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit fee sehingga hipotesis pertama dan hipotesis kedua diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai koneksi politik dapat

mempengaruhi besar

audit fee yang diterima

auditor. Di dalam penelitian ini, juga ditemukan

bahwa perusahaan yang mempunyai koneksi politik merupakan perusahaan risk taker. Karena itu,

auditor menanggung resiko yang tinggi sehingga terjadi peninggkatan pada audit

feenya. Good

(15)

dapat meningkatkan

audit fee.

4. Immanuel (2014) Analisis

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Penetapan Audit Fees

Var. Independen :

Tipe kepemilikan perusahaan, anak perusahaan, ukuran KAP, dan manajemen laba

Var. Dependen :

Fee Audit

Tipe kepemilikan perusahaan BUMN dan swasta dan juga Manajemen laba tidak memiliki pengaruh kantor akuntan publik, memiliki pengaruh signifikan terhadap penetapan audit fees.

Sumber : Diolah oleh Peneliti 2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan mengenai gambaran pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian teoritis dan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi fee audit yang merupakan variabel independen adalah komite audit, profitabilitas, dewan komisaris dan ukuran klien.

2.3.1 Pengaruh Komite Audit dalam Penentuan Fee Audit

Salah satu komponen dari good corporate governance (GCG) ini adalah komite audit. Menurut penelitian Nugrahani (2013) bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Sedangkan Braoitta (2000) dalam Yatim et al. (2006) menyatakan bahwa rekomendasi jumlah anggota komite audit konsisten dengan keinginan untuk meningkatkan status organisasi komite audit.

(16)

akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan yang berakibat pada rendahnya fee audit. Namun, menurut penelitian

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas dalam Penentuan Fee Audit

Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya, oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan auditnya. Karena itu akan mengakibtkan peningkatan besar audit fee. Hassan & Naser (2013) menyatakan bahwa profitabilitas klien berpengaruh positif terhadap besar audit fee. Begitu pula dengan hasil penelitian Kharlinda (2015) yang juga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap besar audit fee. Peningkatan pada Audit Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula pada Professional Fee. Hal

ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee adalah Audit Fee. 2.3.3 Pengaruh Dewan Komisaris dalam Penentuan Fee Audit

(17)

keuangan yang sudah baik membuat kerja dari auditor eksternal akan berkurang dan mengakibatkan fee audit eksternal yang semakin kecil. 2.3.4 Pengaruh Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit

Fee Audit merupakan hal yang penting dalam menentukan pemeriksaan dan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan perbankan. Banyak pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan fee audit yang sesuai. Salah satu pertimbangan yang dilakukan adalah melihat ukuran perusahaan (client size). Client Size adalah variabel yang paling penting dalam menentukan fee audit pada penelitian sebelumnya.

(18)

2.3.5 Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas , Dewan komisaris, dan

Ukuran Klien dalam penentuan Fee Audit

Fee Audit adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Secara simultan, komite audit, profitabilitas, dewan komisaris, dan ukuran klien berpengaruh terhadap Fee Audit. Sedangkan Braoitta (2000) dalam Yatim et al. (2006) menyatakan bahwa rekomendasi jumlah anggota komite audit konsisten dengan keinginan untuk meningkatkan status organisasi komite audit. Begitu juga dengan profitabilitas, Hassan & Naser (2013) menyatakan bahwa profitabilitas klien berpengaruh positif terhadap besar audit fee. Begitu pula dengan hasil penelitian Kharlinda (2015) yang juga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap besar audit fee. Dan juga Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2013) menyatakan bahwa Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal.

(19)

Maka dibawah ini kerangka konseptualnya adalah : Sumber : Peneliti

2.4 Pengembangan Hipotesis

Pengembangan hipotesis merupakan hasil sementara berdasarkan pemikiran dan teori yang belum teruji kebenarannya. Penelitian ini akan menguji pengaruh komite audit, profitabilitas,dewan komisaris, dan ukuran klien dalam penentuan fee audit, hipotesis yang dapat dijelaskan berdasarkan landasan teori dan peneliti terdahulu sebagai berikut.

H1 : Komite Audit berpengaruh dalam penentuan fee audit.

H2 : Profitabilitas berpengaruh dalam penentuan fee audit.

H3 : Dewan komisaris berpengaruh dalam penentuan fee audit.

H4 : Ukuran Klien berpengaruh dalam penentuan fee audit.

H5 : Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien

berpengaruh dalam penentuan Fee Audit. Profitabilitas (X2)

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) aspek diksi yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata; (2) nilai pendidikan karakter

Nilai impor Sumatera Barat selama bulan Agustus 2015 adalah sebesar US$53,1 juta, turun sebesar 10,91 persen dibandingkan dengan impor bulan Juli 2015 yang tercatat sebesar

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

Rata-rata lama menginap tamu (RLMT) Asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Agustus 2015 adalah selama 1,34 hari, meningkat 0,06 hari

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor : 54 Tahun 2010 dan perubahannya Nomor : 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,

374.605.000,- (Tiga ratus tujuh puluh empat juta enam ratus lima ribu rupiah), sumber Pembiayaan APBN Tahun Anggaran 2016, dengan ini diumumkan hasil kualifikasi sebagai berikut :.

Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Pengadaan Pembangunan Gedung dan Prasarana Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Layanan Pengadaan

Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi Pekerjaan Pengadaan Jasa Laundry Peserta Diklat Tahun 2016. (Kode Lelang 16987011 ) , dengan ini kami umumkan bahwa Pemenang