• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Murid Sekolah Dasar Ras Deutro-Melayu Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Murid Sekolah Dasar Ras Deutro-Melayu Di Kota Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Gigi

Perkembangan gigi manusia terbagi menjadi empat tahapan9, yaitu :

a. Periode Bantalan Gusi

Periode ini dimulai sejak lahir sampai usia 6 bulan.9,19 Karateristik pada periode ini terlihat adanya peninggian dan lekukan pada mukosa. Lekukan di sebelah distal

segmen kaninus desidui melanjut ke sulkus bukal ini disebut sulkus lateral. Lengkung

rahang pada rahang atas memiliki bentuk seperti tapal kuda dan rahang bawah memiliki

bentuk U. Pada waktu lahir, maksila dan mandibula merupakan tulang yang telah

dipenuhi oleh benih-benih gigi dalam berbagai tingkat perkembangan. Prosesus

alveolaris dilapisi oleh mukoperiosteum yang tebal yang merupakan bantalan gusi

(Gambar 1). Pada saat lahir, bantalan gusi tumbuh sangat cepat terutama kearah lateral.

Keadaan ini membuat gigi insisivus tumbuh dalam letak yang baik.19-21

(2)

b. Fase Gigi Desidui

Erupsi gigi desidui dimulai dari usia 6 bulan. Pada usia sekitar 2,5 sampai 3

tahun gigi desidui telah erupsi semua.3 Jumlah gigi pada fase ini adalah 20 gigi desidui. Gigi desidui ini bersifat sementara, setelah 2 sampai 3 tahun kemudian, gigi desidui ini

akan diganti menjadi gigi permanen. Urutan erupsi gigi ini dapat bervariasi tetapi

memiliki karateristik sebagai berikut20 (Gambar 2): - Insisivus sentral mandibula erupsi pertama;

- Diikuti dengan insisivus sentral maksila dan setelah itu insisvus lateral maksila;

- Erupsi insisivus lateral mandibula dan molar pertama mandibula juga maksila;

- Kaninus maksila dan mandibula erupsi;

- Molar kedua desidui mandibula erupsi lalu molar kedua desidui maksila

Posisi insisivus desidui lebih tegak dibandingkan dengan insisivus permanen dan

biasanya terdapat diastema di antara gigi-gigi tersebut yang merupakan diastema

fisiologi. Apabila diastema ini tidak ada saat fase gigi desidui, maka hampir bisa

dipastikan gigi-gigi permanennya akan terletak berjejal (crowded).8,19

Gambar 2. Fase gigi desidui.22

c. Fase Gigi Bercampur

Fase ini merupakan fase transisi dari fase gigi desidui ke fase gigi permanen

(3)

dan diikuti erupsi insisivus (Gambar 3). Fase ini berakhir pada usia 12 tahun. Di fase

gigi bercampur, terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada di dalam rongga mulut.

Proses erupsi gigi permanen, akan terjadi resorpsi tulang dan akar gigi desidui yang

mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya.19,20

Gambar 3. Fase gigi bercampur.22

d. Fase Gigi Permanen

Fase ini ditandai dengan erupsinya semua gigi permanen kecuali molar ketiga.

Urutan erupsi pada fase ini biasanya dimulai dari molar pertama permanen mandibula.3

Kemudian diikuti dengan insisivus sentral, insisivus lateral, kaninus, premolar pertama,

premolar kedua dan molar kedua.3,20 Pada maksila, premolar pertama dan kedua erupsi lebih dulu dibandingkan dengan kaninus (Gambar 4). Dibandingkan dengan fase gigi

bercampur, fase ini masih lebih stabil.6

Ada beberapa keadaan yang terlihat pada gigi-gigi permanen adalah19,20 : - Pada saat oklusi gigi atas terletak lebih ke labial dan bukal daripada gigi bawah

- Insisivus lebih proklinasi dan gigi posterior bukoklinasi

- Semua gigi permanen mempunyai kontak dengan dua gigi antagonisnya kecuali

insisivus sentralis bawah dan molar kedua atas

(4)

Gambar 4.Fase gigi permanen.22

2.2 Fase Gigi Bercampur

Selama fase gigi bercampur, dapat kita jumpai gigi desidui dan gigi permanen

berada di dalam rongga mulut. Urutan erupsi gigi permanen dimulai dengan erupsinya

molar pertama permanen pada usia sekitar 6 tahun. Kemudian diikuti dengan erupsi gigi

insisivus pada usia 7 dan 8 tahun. Lalu erupsi gigi premolar, kaninus dan molar kedua

permanen.20

Oklusi pada fase gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga

memungkinkan terjadinya maloklusi. Oleh karena itu, pada fase ini merupakan waktu

yang tepat untuk dilakukan perawatan interseptif ortodontik untuk mencegah

berkembangnya maloklusi dan memungkinkan pencapaian perkembangan wajah yang

harmonis.2,6 Fase gigi bercampur dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase transisi pertama,

inter-transisi, dan transisi kedua.21,23

2.2.1 Fase transisi pertama

Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen dan pergantian

insisivus desidui oleh insisivus permanen. Erupsinya molar pertama permanen dimulai

sekitar usia 6 tahun dan diikuti dengan erupsinya insisivus sentralis rahang bawah.3,20

Hubungan oklusal pada fase gigi bercampur berhubungan dengan gigi

permanen. Lokasi dan hubungan molar pertama permanen sangat bergantung pada

kontak permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah.9 Molar pertama permanen menuntun ke dalam lengkung gigi oleh permukaan distal dari molar

(5)

a. Flush terminal plane: permukaan distal molar kedua rahang atas dan molar

kedua desidui rahang bawah dalam satu dataran vertikal (Gambar 6). Tipe hubungan ini

disebut dengan satu dataran vertikal (flush terminal plane) dan diperoleh relasi molar

pertama tonjol lawan tonjol. Ini merupakan keadaan normal dari gigi desidui, dan dapat

terkoreksi dengan pergerakan molar rahang bawah ke depan sejauh 3-5 mm terhadap

rahang atas memanfaatkan developmental space maupun Leeway space yang ada

sehingga relasi molar Klas I Angle dapat tercapai (Gambar 7).19-23

Pergeseran molar rahang bawah dari satu dataran vertikal menjadi Klas I Angle dapat

terjadi dengan dua cara, yaitu the early shift dan the late shift. 5,9,19-23

The early shift terjadi selama awal fase gigi bercampur. Early mesial shift ini

dimana pada primate space rahang bawah (diastema yang terdapat diantara insisivus

lateral dan kaninus desidui atas dan diantara kaninus desidui dan molar pertama desidui

bawah) akan tertutup oleh pergerakan ke depan molar pertama permanen (Gambar

5A).23

The late mesial shift terjadi dimana molar pertama permanen bawah hanya

bergerak ke mesial secara langsung setelah kehilangan gigi molar kedua desidui bawah

(Gambar 5B). Karena panjang mesiodistal pada mahkota molar kedua desidui bawah

lebih besar daripada rahang atas, maka kehilangan gigi tersebut menghasilkan

pergerakan mesial yang besar oleh molar pertama permanen bawah.23

Gambar 5. Pergeseran molar rahang

bawah: (A) Early mesial

(6)

b. Mesial step terminal plane: tipe hubungan ini terlihat permukaan distal molar

kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial daripada molar kedua desidui rahang

atas (Gambar 6). Kemudian molar pertama permanen secara langsung erupsi dalam

relasi Klas I Angle. Tipe ini biasanya terjadi pada awal pertumbuhan mandibula ke

depan. Jika pertumbuhan mandibula terus berlanjut, maka dapat terjadi relasi molar

Klas III Angle. Jika pertumbuhan mandibula ke depan minimal, maka akan terjadi relasi

molar Klas I Angle (Gambar 7). 5,9,19-23

c. Distal step terminal plane: karateristik tipe ini bila permukaan distal molar

kedua desidui rahang bawah berada lebih distal daripada molar kedua desidui rahang

atas (Gambar 6). Kemungkinan relasi molar pada tipe ini adalah Klas II Angle (Gambar

7). 5,9,19-23

Gambar 6. Tiga tipe hubungan molar pertama permanen: (A)

(7)

Gambar 7. Hubungan oklusal pada gigi desidui dan

gigi permanen.5

Perubahan pada insisivus terjadi selama fase transisi pertama dimana insisivus

desidui digantikan dengan insisivus permanen. Insisivus sentralis bawah merupakan

yang pertama erupsi. Insisivus permanen memiliki ukuran lebih besar daripada insisivus

desidui. Perbedaan mesiodistal di antara gigi insisivus desidui dan permanen disebut

dengan incisal liability.23,24 Pada segmen anterior, keempat insisivus permanen maksila rata-rata 7,6 mm lebih besar daripada insisivus desidui. Sedangkan pada insisivus

permanen mandibula rata-rata 6,0 mm lebih besar daripada insisivus desidui.24 Bhalajhi (2009) menyatakan bahwa incisal liability pada rahang atas rata-rata 7 mm, sedangkan

pada rahang bawah 5 mm.23,24Incisal liability ini dapat dibagi oleh beberapa faktor12,24 : a. Pemanfaatan ruangan diantara gigi pada gigi desidui akan menyediakan

ruang 4 mm di rahang atas dan 3 mm di rahang bawah.

(8)

c.Perubahan inklinasi insisivus dari 150 ke 123 akan menyediakan ruang 2-3

mm.

Gambar 8. Perubahan inklinasi gigi

insisivus permanen dan

desidui.25

2.2.2 Fase Inter-Transisi

Fase ini merupakan fase yang stabil dan hanya terjadi perubahan yang sedikit. Di

fase ini terlihat pada rahang atas maupun pada rahang bawah terdapat gigi desidui dan

gigi permanen secara bersamaan. Gigi molar dan kaninus desidui dijumpai di antara gigi

insisivus permanen dan molar pertama permanen. 6,12,22,24,25 Ada beberapa karateristik

pada fase ini, yaitu25:

1. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata dikarenakan

morfologi oklusal yang menyerupai dataran.

2. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan

erupsi dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolar.

3. Resorpsi akar pada molar desidui.

2.2.3 Fase Transisi Kedua

Karateristik pada fase ini ditandai dengan pergantian molar kedua dan kaninus

(9)

desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang akan digantikan. Akibat

perbedaan ukuran ini akan dijumpai kelebihan ruang yang oleh Nance disebut dengan

Leeway space.2,3,6,7,11

Besar Leeway space pada mandibula lebih besar daripada maksila. Kelebihan

ruang yang tersedia setelah pergantian molar dan kaninus desidui dimanfaatkan untuk

pergeseran ke arah mesial oleh molar bawah agar terjadi relasi molar Klas I Angle.23 Pada usia 8-9 tahun terlihat insisivus sentralis permanen bawah yang biasanya

dalam keadaan berkontak satu dengan lainnya sedangkan insisivus sentralis atas sering

erupsi dalam keadaan condong ke distal sehingga terdapat diastema di antara kedua

insisivus sentralis dan ini disebut the ugly ducking stage.19,23,24 Kondisi ini akan

terkoreksi sendiri dimana benih kaninus permanen dalam erupsinya ke arah labial

mempengaruhi akar insisivus lateralis permanen atas dan mendorong insisivus lateralis

ke mesial. Bila kaninus permanen telah erupsi, insisivus lateralis dapat menegakkan diri

dan diastema akan tertutup.19,20,23

2.3 Leeway space

Ukuran mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lain. Hal

ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras, genetik, dan jenis kelamin. Jumlah lebar

mesiodistal kaninus desidui, molar pertama dan kedua desidui lebih besar daripada

jumlah lebar mesiodistal gigi penggantinya. Perbedaan ukuran ini akan menghasilkan

ruang pada regio kaninus dan premolar pada kedua rahang yang disebut dengan Leeway

space (Gambar 9).2,3,6,7,11

Leeway space pada rahang bawah lebih besar daripada rahang atas. Jumlah

rata-rata besar Leeway space pada rahang atas adalah 1,8 mm (0,9 mm untuk tiap sisi). Dan

untuk rahang bawah rata-rata 3,4 mm (1,7 mm untuk tiap sisi).21 Terkadang kombinasi jumlah gigi yang belum erupsi lebih besar daripada ruang yang tersedia. Kondisi ini

disebut Leeway space deficiency, dan ini menyebabkan gigi menjadi berjejal

(crowded).9

Pada saat molar kedua desidui tanggal, molar pertama permanen akan bergerak

(10)

pengurangan panjang lengkung rahang. Diperlukannya tindakan ortodontik apabila

terjadi kecenderungan berkembangnya maloklusi.19

Gambar 9. Leeway space.9

2.4 Metode Analisis Ruang pada Masa Gigi Bercampur

2.4.1 Metode Radiografi

Metode radiografi digunakan oleh Nance (1947) dan Huckaba.7 Metode ini menggunakan radiografi untuk memprediksi kaninus dan premolar permanen yang

belum erupsi. Metode radiografi dapat digunakan baik pada rahang atas maupun rahang

bawah. Nance (1947) menggunakan radiografi dalam menganalisis perbedaan ukuran

mesiodistal gigi antara gigi kaninus, molar pertama, dan molar kedua desidui dan gigi

penggantinya.3,4,7,18 Namun dalam penggunaan radiografi ini, tidak selalu efektif dalam memprediksi ukuran gigi yang belum erupsi, karena hasil gambar radiografi terjadi

dalam bentuk dua dimensi. Selain itu adanya distorsi, elongasi maupun kesalahan teknik

dalam pengambilan gambar yang akan sangat mempengaruhi keakuratan hasil

pengukuran.6,7,15

Namun sekarang sudah ada metode radiografi yang lebih akurat, yaitu dengan

menggunakan cone-beam computed tomography. Dimana pada teknik ini sudah

(11)

2.4.2 Metode Persamaan Regresi

Metode persamaan regresi digunakan oleh Ballard dan Wylie (1947), Barendonk

(1965), Moyers (1973), Tanaka-Johnston (1974), dan Sitepu(1983).7,26 Metode ini memprediksi ukuran mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang erupsi dengan

menggunakan gigi yang telah erupsi. Ballard dan Wylie (1947) sangat memperhatikan

distorsi yang terjadi pada gambaran radiografi sehingga mereka mencari cara lain untuk

memprediksi ukuran mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi dengan

cara mengkombinasikan lebar mesiodistal keempat gigi insisivus pada rahang bawah.4 Dan kemudian mereka menetapkan persamaan regresi Y=9,41 + 0,527X, dimana Y

adalah ukuran kaninus dan premolar rahang bawah dan X adalah jumlah ukuran gigi

insisivus rahang bawah.4

Metode Moyers juga menggunakan jumlah keempat gigi insisivus dalam

memprediksi ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi. Dan kemudian

jumlahnya dibandingkan dengan tabel probabiliti. Metode ini paling sering digunakan

oleh para klinisi dikarenakan penggunaannya yang sederhana, mudah, dan

akurat.3,4,6,12,17

Metode Tanaka-Johnston juga merupakan metode yang menggunakan jumlah

keempat gigi insisivus rahang bawah dalam memprediksi ukuran mesiodistal gigi

kaninus dan premolar permanen. Metode ini tidak menggunakan tabel probabiliti seperti

metode Moyers. Cara pengukurannya dengan menjumlahkan keempat gigi insisivus

rahang bawah dan hasilnya dibagi dua. Lalu ditambahkan 10,5 untuk rahang bawah dan

11,0 untuk rahang atas.2,3,15,16 Metode ini sangat sederhana dan dianggap memiliki keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil.15

2.4.3 Metode Kombinasi

Metode kombinasi merupakan gabungan antara metode radiografi dan

persamaan regresi. Yang menggunakan metode kombinasi adalah Hixon dan Oldfather

(1958).26,27,29 Metode kombinasi dianggap merupakan metode prediksi yang paling

(12)

gigi insisivus pada studi model untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan

premolar permanen.4,15,27

2.5 Penggunaan Metode Moyers dalam Memprediksi Gigi Kaninus dan Premolar Permanen

Metode Moyers menggunakan penjumlahan lebar mesiodistal keempat insisivus

permanen rahang bawah untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar

permanen pada rahang bawah maupun rahang atas. Dasar analisis Moyers adalah

adanya korelasi antara lebar mesiodistal gigi insisivus permanen rahang bawah dengan

gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi baik pada rahang atas maupun rahang

bawah.6,17

Analisa Moyers ini menggunakan keempat gigi insisivus permanen bawah yang

sudah erupsi sebagai pedoman dengan pertimbangan sebagai berikut17:

1. Gigi permanen yang tumbuh paling awal.

2. Mudah diukur dengan tepat intra oral atau ekstra oral.

3. Ukuran tidak bervariasi apabila dibandingkan insisivus permanen atas.

Moyers menyatakan untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan

premolar yang belum erupsi tersebut dapat menggunakan tabel probabiliti dengan

tingkat kepercayaan 5 - 95%. Namun Moyers menyarankan penggunaan tabel

probabiliti pada derajat kepercayaan 75% sebagai acuan karena tingkat tersebut

dianggap aman dari maloklusi (crowded dan diastema).6,17 Cara penggunaan tabel probabiliti Moyers adalah sebagai berikut17:

1. Lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah diukur dan

dijumlahkan.

2. Gunakan jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah untuk

memprediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar pertama dan premolar kedua

pada rahang bawah dan rahang atas dengan menggunakan tabel probabilitas pada

derajat kepercayaan 75%.

3. Tentukan jumlah ruang yang tersedia pada regio kaninus-premolar dengan

(13)

4. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi

a. Ras

Banyak artikel pada jurnal dental mengenai adanya variasi ukuran gigi

berdasarkan ras. Bailit mengatakan “Ukuran gigi permanen bervariasi pada ras yang

berbeda”. Perbedaan ras menunjukkan adanya hubungan pada ukuran gigi yang

spesifik.3

Pada penelitian Lavelle (1972), ia menunjukkan variasi ukuran gigi pada

kelompok ras yang berbeda. Dia menemukan pada insisivus sentralis mandibula dan

insisivus lateralis pada populasi Mongoloid adalah 0,17 mm lebih kecil daripada gigi

populasi Kaukasoid dan pada kaninus mandibula, premolar pertama dan kedua pada

populasi Mongoloid adalah 1,30 mm lebih besar dibandingkan pada populasi

Kaukasoid.3 Penelitian yang dilakukan terhadap ras Kaukasoid, Negroid, dan

Mongoloid menunjukkan bahwa ukuran mesiodistal ketiga ras tersebut berbeda. Ukuran

mesiodistal ras Negroid lebih besar dari ras Mongoloid dan Kaukasoid.12

Untuk masyarakat Indonesia, penelitian Sumantri terhadap ukuran gigi suku

Jawa, menemukan bahwa ukuran gigi permanen sampel suku Jawa lebih besar

dibandingkan dengan ukuran gigi suku bangsa Kaukasoid, sedangkan ukuran gigi

permanen laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.28 Mochtar (1982) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan ukuran gigi dan lengkung

rahang antara suku Batak dan Melayu dengan ras Kaukasoid.28

b. Genetik

Ukuran gigi beradaptasi baik terhadap pengaruh luar dan dikendalikan oleh

faktor keturunan. Penelitian yang dilakukan Lundstrom (1964) membandingkan antara

97 pasangan kembar monozigot dan dizigot ditemukan bahwa terdapat hubungan faktor

genetik yang kuat pada kembar monozigot terhadap ukuran gigi dan morfologi gigi. 3

Penelitian terhadap saudara kembar jelas menunjukkan hampir separuh dari faktor yang

(14)

ukuran gigi sewaktu proses odontogenesis.28 Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa terdapat kesamaan ukuran dan bentuk gigi pada kembar zigomatik.3

Menurut Rakosi dkk., (1993) berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan

utama yang dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya

termasuk gigi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak erupsi dan

posisi benih gigi.28 Berdasarkan kedua penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara faktor genetik dengan ukuran gigi.

c. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal gigi.

Penelitian Stroud dkk., (1994) menunjukkan setiap gigi laki-laki mempunyai diameter

mesiodistal yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan akibat penebalan lapisan

dentin. Dalam populasi manusia saat ini, mahkota gigi laki-laki adalah lebih besar

dibanding perempuan. Hal ini disebabkan oleh periode proses amelogenesis yang

panjang pada gigi desidui dan permanen laki-laki, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, dengan ukuran gigi laki-laki lebih

besar dibandingkan dengan perempuan.3,28,29

d. Lingkungan

Lingkungan turut memainkan peranan dalam keragaman genetik untuk terus

memberi variasi dalam ukuran gigi. Menurut Selmer-Olsen (1949), walaupun ukuran

gigi dikontrol oleh faktor genetik tetapi ia turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Ukuran gigi manusia akan terus bervariasi selama berlangsungnya evolusi manusia

yang dimulai pada gigi molar diikuti gigi anterior. Baillit menyatakan variasi ukuran

gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang sedang berlangsung dan ukuran gigi

terkait dengan faktor genetik, sedangkan faktor lingkungan setelah kelahiran hanyalah

(15)

2.7 Ras Deutro-Melayu

Populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongolid yang disebut

ras Melayu. Ras Paleomongolid ini terdiri atas Proto-Melayu (Melayu tua) dan Deutro

Melayu (Melayu Muda). Antropologi Fisher (1991) berpendapat bahwa antara tahun

2000 S.M, kelompok Proto-Melayu lebih dulu datang ke Indonesia daripada kelompok

Deutro-Melayu. Kelompok Proto-Melayu mula-mula menempati pantai-pantai

Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat yang kemudian terdesak oleh

kelompok Deutro-Melayu. Kelompok Deutro-Melayu datang sekitar tahun 1500

S.M.12,30

Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja sedangkan

yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera

Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda

kecil timur dan Malayu.12,30 Orang Jakarta (Betawi), Borneo Melayu, Banjar dan

penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro dan Proto-Melayu.30

Ciri fisik kedua kelompok ini sangat berbeda. Menurut penelitian Jacob bahwa

adanya perbedaan bentuk bagian-bagian kepala/ wajah antara kedua ras tersebut.

Buditalism (2004) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara tinggi wajah total

orang batak dan orang jawa. Kelompok Proto-Melayu memiliki bentuk kepala yang

panjang (dolichocephalic) sedangkan kelompok Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala

(16)

2.8 KERANGKA TEORI

Perkembangan gigi manusia

Pra dental Desidui Bercampur Permanen

Fase Transisi

Prediksi nilai rata-rata Leeway space dengan menggunakan tabel Moyers pada murid Sekolah

(17)

2.9 KERANGKA KONSEP

Keterangan:

Variabel tergantung

Variabel bebas

Variabel moderator

Variabel terkendali

Variabel tak terkendali Ukuran dan bentuk gigi

 Bahan cetak

 Bahan pengisi cetakan  Genetik

 Jenis kelamin

Lingkungan  Ras

 Umur

 Model studi dengan kriteria inklusi

Gambar

Gambar 1. Bantalan gusi (Gum pads): (A )Maksila (B)Mandibula.21
Gambar 2. Fase gigi desidui.22
Gambar 4.Fase gigi permanen.22
Gambar 5. Pergeseran molar rahang
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

na.i pentingnya masalahnya. Selain itu, langkah terse- bu+ harus mencakup penyusunan ikhtisar mengenai infor.. r^h), ( 2 ) Questionnaire yans disunalcan oleh pewawancara (y£

Dengan kata lain, dalam memperhitungkan warisan suami atau istri dan anak-anak mereka yang dilahirkan dalam perkawinan itu, anak luar kawin dianggap tidak ada..

Yang dilaksanakan pada hari Sabtu-M inggu, 19-20 M aret 2011 Bertempat di Gedung PLA Fakultas llmu Keolahragaan. Universitas

[r]

[r]

[r]

3.2 Menganalisis bentuk bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhnya terhadap pembangunan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Indonesia. 4.2 Menyajikan hasil