• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Lubuk Pakam Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Lubuk Pakam Tahun 2015"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan memiliki peran yang strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia (Sumijatun, 2009).Tantangan ini memaksa rumah sakit untuk mengembangkan kemampuannya dalam berbagai aspek untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab dan bermutu.

Menurut UU No.44 tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).

Aditama (2007) menyatakan rumah sakit perlu mengelola dengan baik semua sumber daya yang ada di dalamnya agar dapat memenuhi harapan masyarakat.Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi. Dalam perkembangan teknologi

(2)

yang pesat dan persaingan yang semakin ketat, maka rumah sakit dituntut untuk terus melakukan peningkatan kualitas pelayanannya (Depkes RI, 2007).

Pada prinsipnya manajemen rumah sakit sama dengan manajemen pada umumnya. Menurut Suyanto (2009), manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun teratur, sehingga manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai hasil kegiatan yang maksimal. Selain itu manajemen juga mempelajari bagaimana meningkatkan hasil kerja dengan memperhatikan faktor motivasi dan kepuasan.

2.2. Keperawatan

(3)

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian aktivitas-aktivitas keperawatan.

Prinsip-prinsip umum manajemen keperawatan (Swanburg, 2000) : 1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

2. Manajemen keperawatan adalah pengguna waktu yang efektif. 3. Manajemen keperawatan adalah membuat keputusan.

4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat.

5. Manajemen keperawatan adalah perumusan dan pencapaian tujuan sosial. 6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian.

7. Manajemen keperawatan menunjukkan fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin, dan bidang studi.

8. Manajemen keperawatan adalah bagian yang aktif dari divisi keperawatan, organisasi, dan lembaga.

9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan. 10. Manajemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin.

11. Divisi keperawatan yang dikelola dengan baik memotivasi pekerja untuk kinerja yang memuaskan.

12. Manajemen keperawatan adalah komunikasi yang efisien.

(4)

Tujuan keperawatan umum meliputi :

1. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.

2. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan mendidik perawat agar mempunyai sikap profesional dan bertanggung jawab dalam pekerjaan.

3. Meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga, dan masyarakat.

4. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya memberi kenyamanan pasien.

5. Meningkatkan komunikasi antara staf.

6. Meningkatkan kualitas dan produktifitas kerja staf keperawatan.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 908/MENKES/SK/VII/2010, Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yag ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

(5)

2.3. Kepuasan Kerja

2.3.1. Definisi Kepuasan Kerja

MenurutMcShane dan Von Glinow dalam (Wibowo, 2014) memandang kepuasan kerja sebagai evaluasi seseorang atas pekerjaannya dan konteks pekerjaan. Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan kepuasan (satisfaction) sebagai perasaan senang atau kecewa yang berasal dari perbandingan antara persepsi (perseption) terhadap hasil (perfomance) suatu produk dengan harapannya (excpectation). Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Menurut Sutrisno (2010) kepuasan kerja adalah suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerjasama antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan psikologis.

Kepuasan kerja menurut Zainoeddin, dkk (2006) adalah mengacu kepada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya. Seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya mempunyai sifat negatif terhadap pekerjaannya tersebut.

(6)

terhadap pekerjaannya tentu sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaannya.Kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam melakukan pekerjaannya (Rivai, 2009).

2.3.2. Teori Kepuasan Kerja

Teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal dalam Rivai (2013), yaitu : a. Teori Ketidaksesuaian (Discprepancy Theory)

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka seseorang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.

b. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu situasi, khusunya situasi kerja.

c. Teori dua faktor (Two Factor Theory)

(7)

1) Faktor satisfier (motivator), bersifat intrinsik ialah faktor yang dianggap sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi yang diraih, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan promosi. Semua faktor ini mempengaruhi kepuasan kerja dan membimbing kearah motivasui kerja yang lebih tinggi.

2) Faktor dissatisfier (hygiene), bersifat ekstrinsik ialah faktor yang terbukti menjadi sumber ketidak puasan yang terdiri dari kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, gaji, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, keamanan, dan status. Berkurangnya faktor ini akan menimbulkan rasa tidak puas terhadap pekerjaan.

Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson dalam (Wibowo, 2014) mengemukakan:

1. Pay Satisfaction

Mencerminkan perasaan pekerja tentang bayaran mereka, termasuk apakah sebanyak yang mereka berhak mendapatkan, diperoleh dengan aman, dan cukup untuk pengeluaran normal dan kemewahan. Pay satisfaction didasarkan pada perbandingan antara bayaran yang diinginkan pekerja dengan yang mereka terima.

2. Promotion Satisfaction

(8)

3. Supervision Satisfaction

Mencerminkan perasaan pekerja tentang atasan mereka, termasuk apakah mereka kompeten, sopan, dan komunikator yang baik dan bukannya bersifat malas, mengganggu dan menjaga jarak.

4. Coworker Satisfaction

Mencerminkan perasaan tentang teman sekerja mereka, termasuk apakah rekan sekerja mereka cerdas, bertanggung jawab, membantu, menyenangkan dan menarik.

5. Satisfaction with the work itself

Mencerminkan perasaan pekerja tentang tugas pekerjaan mereka sebenarnya, termasuk apakah pekerjaan itu menantang, menarik, dihormati, dan memanfaatkan keterampilan penting daripada sifat pekerjaan yang menjemukan, berulang-ulang dan tidak nyaman.

6. Altruism

Merupakan sifat suka membantu orang lain dan menjadi penyebab moral. Sifat ini ditujukan oleh kesediaan orang untuk membantu rekan sekerja ketika sedang menghadapi banyak tugas.

7. Status

Status menyangkut prestise, mempunyai kekuasaan atas orang lain atau merasa memiliki popularitas.

8. Environment

(9)

2.3.3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

Banyak faktor yang memengaruhi kepuasan kerja. Faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kepada karyawan tergantung pada pribadi masing-masing karyawan.

Mangkunegara (2005) menyatakan ada dua faktor yang memengaruhi kepuasan, yaitu :

1. Faktor yang ada pada diri pegawai, yaitu : kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap bekerja.

2. Faktor pekerjaan yaitu : jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

Menurut Job Descriptive Index (JDI) dalam Rivai (2009) faktor penyebab kepuasan kerja adalah bekerja pada tempat yang tepat, pembayaran yang sesuai, organisasi dan manajemen, supervisi pada pekerjaan yang tepat, orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.

(10)

2.3.4. Pengukuran Kepuasan Kerja

Untuk mengukur kepuasan kerja menurut Mangkunegar (2005) dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah pengukuran kepuasan kerja dengan skala indeks deskripsi jabatan. Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Smith, Kendall dan Hulin pada tahun 1969. Dalam penggunaannya, pegawai ditanya mengenai pekerjaannya maupun jabatan yang dirasakan sangat baik dan sangat buruk, dalam skala mengukur sikap dari lima area yaitu kerja, pengawasan, upah, promosi dan co-worker. Setiap pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh pegawai dengan cara memnandai jawabannya. Menurut Smith, Kendall dalam Sopiah 2005 ada beberapa dimensi kepuasan kerja yang dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik penting mnegenai pekerjaan. Dimensi tersebut meliputi :

1. Pekerjaan, yaitu sejauh mana pekerjaan itu mampu menyediakan tugas yang menarik, kesempatan untuk menerima suatu tanggung jawab.

2. Gaji, yaitu sejumlah uang yang diterima berdasarkan tingkatan seseorang dalam organisasi.

3. Pengawasan, yaitu kemampuan seorang supervisor dalam menyediakan bantuan teknis dan dukungan perilaku kerja.

4. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja mendukung pekerjaan secara teknis maupun sosial.

(11)

1. Need Fulfillment (Pemenuhuan kebutuhan).

2. Discrepancies (Ketidaksesuaian).

3. Value Attainment (Pencapaian nilai)

4. Equity (Keadilan).

5. Dispositional/Genetic Components (Komponen watak/genetik).

2.4. Kinerja

2.4.1. Definisi Kinerja

Moeheriono (2009), menyatakan kinerja atau performance merupakan gambaran mengetahui tingkatpencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personil dalam suatu organisasi.

2.4.2. Evaluasi Kinerja

(12)

kerja reliable maka pengukuran didasarkan pada data produksi yang diukur dari keluaran secara kuantitatif dan kualitatif dari tugas yang diselesaikan.

Sedangkan menurut Griffin (2004), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu penilaian formal mengenai seberapa baikkaryawan melakukan pekerjaan mereka. Metode penilaian yang umum adalah metode objektif dan metode pertimbangan.

2.4.3. Kinerja dalam Manajemen Keperawatan

Perawat ingin diukur kinerja nya berdasarkan standar objektif yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Penilaian kinerja perawat adah suatu proses di mana pencapaian kinerja individu atau kelompok diukur dan dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan (Ellis & Hartley, 2012). Salah satu evaluasi kinerja itu mengacu pada standar praktik keperawatan. Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawatan professional melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok/ komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup dan tanggung jawabnya. Asuhan keperawatan adalah inti dari praktek keperawatan dilaksanakan sesuai dengan lingkup dan wewenang serta tanggung jawab profesi keperawatan. (Deden Dermawan, 2012)

Proses keperawatanmeliputi : a. Pengkajian

(13)

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang bermasalah. (Budiono dan Sumirah, 2015)

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehaatan atau proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab. (Budiono dan Sumirah, 2015) c. Rencana Keperawatan

Menurut Carpenito (2000) dalam Isti (2009), rencana tindakan keperawatan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan keperawatan bagi perawat yang menuliskan dan perawat lainnya.

d. Implementasi Keperawatan

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Proses Implementasi terdiri dari : mengkaji klien kembali, menentukan kebutuhan bantuan perawat lain, mengimplementasikan strategi keperawatan dan mengkomunikasikan tindakan-tindakan keperawatan. (Sumijatun, 2010)

e. Evaluasi

(14)

2.4.4. Tujuan dan Syarat Evaluasi Kinerja Keperawatan

Menurut Ivancevichdalam (Dharma, 2010) evaluasi kinerja mempunyai tujuan antara lain:

1. Pengembangan 2. Pemberian Reward 3. Motivasi

4. Perencanaan SDM 5. Kompensasi 6. Komunikasi.

Syarat-syarat untuk penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1. Spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpensi.

2. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.

3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif yang relevan. 4. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan

masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak serta proses.

(15)

6. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.

Untuk evaluasi kinerja perawat itu sendiri bertujuan untuk mendapatkan segala informasi mengenai kelebihan dan kekurangan perawat dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi dan perannya yang kemudian akan dijadikan pertimbangan untuk memutuskan beberapa kebijakan terkait pendidikan dan pelatihan, promosi, pemindahan, terminasi, kenaikan gaji dan sebagai salah satu hal yang memotivasi perawat dalam meningkatkan kinerjanya ( Kaluzy, 1982).

2.4.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Gibson dalam(Ilyas, 2001), ada tiga faktor (variabel) yang memengaruhi kinerja seseorang yaitu :

a. Faktor individu, terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi prilaku dan kinerja invidu, variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada prilaku dan kinerja individu.

b. Faktor psikologi, terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Variabel seperti persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur.

(16)

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, mengacu pada latar belakang dan teori, maka dalam kerangka konsep ini dijelaskan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat. Di mana kepuasan kerja tersebut terdiri dari beberapa aspek, yaitu pay satisfaction, promotion satisfaction, supervision satisfaction, coworker satisfaction, satisfaction with the work itself, altruism, status,

environment.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Kepuasan Kerja :

1. Pay Satisfaction

2. Promotion Satisfaction

3. Supervision satisfaction

4. Coworker Satisfaction

5. Satisfaction with the work itself

6. Altruism

7. Status

8. Environment

Kinerja :

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Proyeksi fasilitas umum dan fasilitas sosial digunakan untuk menentukan kebutuhan air1.

Pasien yang akan menjalani operasi harus diberi informasi secara jelas tentang persiapan menjelang operasi untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan serta

Masyarakat Desa Namo telah menerapkan penyadapan dengan metode koakan maka permasalahan dalam penelitian ini seberapa besar jumlah produksi getah pinus yang

yang menggunakan protocol TCP/IP, dimana protocol TCP/IP digunakan untuk meneruskan packet informasi (routing) dalam jaringan LAN,MAN,WAN dan internet, atau lebih

Dalam hal ini ada beberapa hal yang diinginkan oleh pengelola dalam melakukan pengolahan data seperti penginputan data anggota dan data buku yang masih sering terjadi kerangkapan

[r]

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Patiar, Sri Rustiyaningsih, dan Dwi Handayani (2014) tentang Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran

Pencemaran lingkungan didefinisikan dalam undang-undang pokok pengelolaan lingkungan hidup no 4 tahun 1982 sebagai peristiwa masuk atau dimasukannya mahluk hidup,