• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN TERHADAP POLA KEPEMIMPINAN RESPOSIF-AKOMODATIF DAN PROAKTIF-EKSTRAKTIF DARI ELIT DALAM RANGKA MEMBANGUN DEMOKRATISASI DI INDONESIA | Ghofir | HASIL PENELITIAN 691 1170 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN TERHADAP POLA KEPEMIMPINAN RESPOSIF-AKOMODATIF DAN PROAKTIF-EKSTRAKTIF DARI ELIT DALAM RANGKA MEMBANGUN DEMOKRATISASI DI INDONESIA | Ghofir | HASIL PENELITIAN 691 1170 1 SM"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PENELITIAN

PERSEPSI MAHASISWA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN TERHADAP

POLA KEPEMIMPINAN RESPOSIF-AKOMODATIF DAN

PROAKTIF-EKSTRAKTIF DARI ELIT DALAM RANGKA MEMBANGUN DEMOKRATISASI DI INDONESIA

Oleh:

Drs. Abdul Ghofir, M.Pd. Sudiyo Widodo, S.Pd, M.H. Anggi Prasetiyo

Elisa Chintya Dewi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Penelitian ini telah disetujui oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, disahkan oleh Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta diketahui oleh Rektor Universitas Widya Dharma Klaten, pada:

Hari : Rabu.

Tanggal : 31 Agustus 2016. W a k t u : 10.00 WIB.

Tempat : Universitas Widya Dharma Klaten

Mengesahkan Menyetujui

Kepala Puslitbang Dekan FKIP

Dr. Iswan Riyadi, M.M. Drs. H Udiyono, M.Pd.

NIP.196004011986111001 NIP.195411241982121001

Mengetahui Rektor Unwidha Klaten

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan keharibaan dan hadirat Allah SWT. atas segala berkat rahmat, karunia taufik dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar dan sukses dengan judul: Persepsi Mahasiswa Universitas Widya Dharma Klaten terhadap Pola Kepemimpinan Responsip-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif dari Elite dalam Rangka Membangun Demokratisasi di Indonesia, sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.

Proses penelitian dan pembuatan laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan dan tersajikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan hati yang tulus ingin menyampaikan rasa dan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Prof.Dr. H Triyono, M.Pd. Rektor Universitas Widya Dharma Klaten yang telah memberi motivasi dan mengijinkan penelitian di Uniersitas Widya Dharma Klaten ini. 2. Bapak Dr. Iswan Riyadi, M.M. Kepala Puslitbang Universitas Widya Dharma Klaten yang

telah memeberi arahan dan persetujuan kepada penulis untuk melakukan dan menyelesaikan penelitian sesuai jadwal yang direncanakan.

3. Bapak Drs. H Udiyono, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Widya Dharma Klaten yang telah memberi motivasi dan dukungannya terhadap penulis untuk melaksanakan penelitian.

4. Saudara Presiden BEMU, Gubernur BEMF, Ketua UKM-UKM, Ketua HMJ dan HMP di lingkungan Universitas Widya Dharma Klaten yang telah membantu dan memberi kemudahanserta menjadi responden dalam penelitian yang penulis lakukan.

Dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberi andil besar dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian. Penulis bermunajat semoga seluruhkontribusi tersebut dicatat sebagai amal soleh dan mendapat pahala yang berlipatganda dari Allah SWT. Amien.

(4)

iv

Harapan penulis semoga karya kecil ini bermanfaat para pembaca, disamping dapat memperkaya hasanah ilmiah di Universitas Widya Dharma Klaten.

Klaten, Akhir Agustus 2016

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

TABEL I TABEL II TABEL III TABEL IV TABEL V TABEL VI TABEL VII TABEL VIII

Uji Validitas dan Reliabilitas Angket tentang Pola Kepemimpinan... Uji Validitas dan Reliabilitas Angket tentang Upaya Membangun Demokratisasi……….. Uji Normalitas Angket………. Uji Linearitas Angket... Uji Heteroskedastisitas Angket... Tabel Model Summary untuk mencari nilai Determinasi...

Tabel ANOVA untuk menemukan nilai F

hitung...

Tabel Coefficients untuk menemukan nilai Thitung dan nilai persamaan...

21

(6)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Berita Acara Penelitian.

2. Angket Penelitian tentang Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif- Ekstraktif dan Upaya Membangun Demokratisasi.

3. Pedoman Wawancara.

4. Tabulasi Angket Uji Coba untuk Validitas dan Reliabilitas. 5. Out Puts Uji Validitas dan Reliabiltas Angket.

6. Tabulasi Angket untuk Persyaratan dan Analisis Regresi Sederhana. 7. Out Put Uji Persyaratan ( Normalitas, Linearitas dan Heteroskedastisitas

8. Out Put Analisis Regresi Sederhana ( Tabel Model Summary, Tabel ANOVA, Tabel Coefficients

(7)

vii

ABSTRAK

Drs. Abdul Ghofir, M.Pd, Sudiyo Widodo, S.Pd. MH; Anggi Prasetiyo, Elisa Chintya Dewi, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Widya Dharma Klaten. Laporan penelitian: Persepsi Mahasiswa Universitas Widya Dharma Klaten terhadap Pola Kepemimpinan Responsip-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif dari Elite dalam Rangka Membangun Demokratisasi di Indonesia.

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa yang menjadi pengurus Ormawa tahun 2016 terhadap pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif terhadap upaya membangun demokratisasi di Indonesia yang mencakup: a. Mengidentifikasi dinamika pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktif-ekatraktif pada kelembagaan negara.b. Mengidentifikasi dinamika demokratisasi dari pemimpin dan pemegang/elite. c. Membuktikan pengaruh pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktif-ekatraktif pada kelembagaan negara terhadap upaya membangun demokratisasi di Indonesia.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan paradigma kuantitatif-kualitatif korelasional untuk mencari hubungan dan kontribusi antara variabel bebas yaitu Pola Kepemimpinan Responsip-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif dari Elite dan variabel terikatnyayaitu Upaya Membangun Demokratisasi di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket untuk pengumpulan data dan analisis data kuantitatif dan wawancara untuk pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Angket dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil semua butir angket valid dan reliabel. Proses analisis data kuantitatif menggunakan SPSS versi 18 for Windows, sedangkan analisis kualitatif menggunakan model interaktif yang meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi/simpulan. Data angket perlu dialkukan uji persyaratan meliputi: Uji normalitas, linearitas dan heterokedastisitas, yang hasil baik Sedangkan validitas wawancara didasarkan pada trianggulasi dengan rasio.

Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut: a. Kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar R Square sebesar 0.115, nilai F hitung pada tabel ANOVAsebesar 11.918. Sedangkan Ftabel pada df = 93 adalah 2.47.Artinya Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 11.218 >2.47.Adapun T hitung lebih besar dari T tabel pada tingkat signifikansi ( sig ) = 0.001 maka 3,452 >1,997. Secara nyata dapat pula dilihat bahwa dalam output tabel coefficients diketahui nilai koefisien sebesar 0.408. artinya pada saat variabel pola kepemimpinan bernilai konstan maka setiap penambahan satu satuan dari variabel pola kepemimpinan akan meningkatkan upaya membangun demokratisasi sebesar 0.408. Adapun model persamaan regresinya adalah:Y = 49.209 + 0, 408 X 1 = 49, 617.

Berdasarkan simpulan diatas, hasil penelitian memiliki implikasi bahwa ditemukan adanya kontribusi dalam kisaran sedang pada pemimpin yang sedang memegang kekuasaan ( elite ) baik pada supra struktur politik maupun infra struktur politik maka mereka harus terus berintrospeksi untuk mereformasikan diri agar didalam menjalankan fungsinya mampu membangun demokratisasi. Khusus untuk elite pusat di jajaran eksekutif dan organisasi kemasyarakatan daerah harus senantiasa menjaga untuk meningkatkan peran agar kondisi demokrasi di Indonesia terus menuju level demokrasi maju/modern sehingga akan menunjang terbentuknya masyarakat madani yang partisipatorik. Diaharapkan ke depannya masyarakat diberi kesempatan luas untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

(8)

viii

D.Manfaat Penelitian ... BAB II. Kajian Teori dan Pengajuan Hipotesis

A. Persepsi Mahaiswa ... B. Peran Mahasiswa ...

1. Mahasiswa sebagai Iron Stock ... 2. Mahasiswa sebagai Guardian of Value ... 3. Mahasiswa sebagai Agent of Change ... C. Konsep Kepemimpinan ... D. Tipe Kepemimpinan Demokratis ... E. Ciri-Ciri Kepemimpinan Demokratis ... F. Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif

(9)

ix

Secara Umum ...

2. Dinamika Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif secara Instrinsik dan Ekstrinsik ... 3. Dinamika Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan

Proaktif-Ekstraktif secara Vertikal dan Horisontal ... 4. Dinamika Demokratisasi

a. Konsep Demokrasi dan Demokratisasi ... b. Nilai-nilai Demokrasi ... c. Kendala Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi ... d. Kondisi Kondusif Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi…... G. Pengajuan Hipotesis ... BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...

B. Disain Penelitian ... C. Variabel Penelitian ... D. Kerangka Berpikir ... E. Subyek Penelitian ... F. Instrumen Penelitian ...

a. Angket untuk Data Kuantitatif ... b. Wawancara Terbuka untuk Data Kualitatif ... G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... H. Teknik Analisis Data ... BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil UJI Validitas dan Reliabilitas Angket ... 1. Validitas dan Reliabilitas Angket Pola Kepemimpinan ...

(10)

x

2. Validitas dan Reliabilitas Angket Pola Kepemimpinan ... B. Uji Persyaratan

1. Uji Normalitas Angket ... 2. Uji Linearitas Angket ... 3. Uji Heteroskedastisitas Angket ... C. Hasil Data Kuantitatif dan Analisis Regresi ... D. Hasil Data Kualitatif dan Analisis Model Interaktif... 1. Lembaga Legislatif Pusat dan Daerah ... 2. Lembaga Eksekutif Pusat dan Daerah ... 3. Lembaga Eksekutif Pusat dan Daerah ... 4. Organisasi Politik Pusat dan Daerah ... 5. Organisasi Kemasyarakatan Pusat dan Daerah ... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

Kemajuan atau kemunduran negara-bangsa tidak bisa dilepaskan dari serangkaian aktivitas dan komitmen pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajiban dengan dukungan masyarakat secara positif terhadap para pemimpin mereka. Sinergi kedua pihak diharapkan dapat mencapai kemajuan dan terhindar / tidak terjebak pada kondisi sebaliknya yaitu kemunduran. Hal ini sangat ditentukan oleh pola kepemimpinan dan dukungan masyarakat. Pemimpin dan rakyat harus menjalin hubungan konstruktif untuk mencapai tujuan nasional. Gaya kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktif-ekstaktif diarahkan pada kesediaan masyarakat untuk secara suka rela akan memberikan kontribusi optimal kepada pemimpin untuk berpartisipasi aktif dalam dalam dinamika pembangunan nasional. Di mata masyarakat pemimpin adalah sosok pencerah aspirasi yang perlu didukung dan diteladani sedang masyarakat di mata pemimpin sebagai modal dan energi untuk menggerakan aktivitas pembangunan nasional yang potensial dan produktif.

(12)

2

Pemimpin yang baik harus menunjukkan sikap dan perilaku yang akseptabel, kapabel, dan akuntabel sehingga diperlukan pemimpin yang memenuhi kriteria unggul, bukan sekedar popular. Seperti sifat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yakni: sidik, fatonah, amanah dan tablig. Ki Hajar Dewantara telah memberikan petunjuk tentang kepemimpinan yang baik dan bertanggungjawab, yaitu pemimpin harus diwarnai oleh ciri ciri: ingngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tutwuri handayani. Sedang rakyat dituntut untuk menunjukkan sikap dan perilaku kritis dan bertanggungjawab. Masyarakat harus berani membangun pengawasan terhadap para pemimpin secara konstruktif dan disiplin tinggi.

Menurut Didin Hafidhuddin bahawa dalam Islam, keterikatan hubungan pemimpin dengan rakyat merupakan sebuah keniscayaan. Hubungan pemimpin sebagai pihak yang diberi amanah dan rakyat sebagai pihak yang menitipkan amanah merupakan hubungan pertanggungjawaban dunia akhirat...Kedekatan pemimpin dengan rakyat tidak cukupt hanya kedekatan formal dan verbal, tetapi nyang lebih penting adalah kedekatan emosional, ide, cita-cita dan memahami sejujurnya apa menjadi harapan atau kegelisahan rakyat sampai ke lapisan akar rumput. Seorang pemimpin sejati haruslah melihat dengan mata rakyat dan menghayati apa yang dialami rakyatnya ( 2016: 1-2 ).

Pertanggungjawaban seorang pemimpin dihadapan rakyat diformulasikan dalam bentuk impersonal agar kontrol masyarakat benar benar efektik dan obyektif, tanpa prasangka dan fitnah. Pemimpin harus bersedia terbuka menerima kritik masyarakat secara legowo dan masyarakat harus bertindak cermat dan obyektif dalam menilai kebijakan dan keputusan pemimpin dalam menjalankan kekuasaan. Sikap dan perilaku pemimpin tidak boleh adigang adigung adiguna, dan masyarakat tidak sekedar mikul dhuwur mendem jero apalagi Asal Bapak Senang ( ABS ). Adanya pola hubungan

(13)

3

Kondisi komtemporer secara riil menunjukkan banyak kasus penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh sejumlah pemimpin baik di level pejabat tinggi ( kelas kakap ) maupun level pegawai rendah ( kelas teri ) sehingga KKNisme benar-benar terjadi di depan mata rakyat. Sebagai dampaknya, masyarakat menjadi bingung dan frustasi dalam menyikapi kondisi yang ada. Pelaku korupsi seolah diam, merasa aman dari tuntutan hukum, bahkan ada yang sengaja mempermainkan hukum dengan kekayaan/uang sehingga mafia hukum muncul begitu akut seakan korupsi sebagai hal biasa bahkan bagian budaya yang lazim dan bisa diterima masyarakat. Seiring maraknya kasus korupsi berarti negara dan masyarakat dirugikan karena pembangunan tidak sesuai dengan rencana anggaran dan peruntukannya bagi kemajuan Negara- bangsa. Apakah kondisi yang sungguh sungguh membahayakan bagi keberlanjutan eksistensi negara bangsa ini dibiarkan terus tanpa adanya upaya pencegahan dan penanganan sehingga diperlukan cara membagun solusi preventif dan represif yang kuat dan terbuka.

Pemimpin dan rakyat harus menjalin sinergi yang terlembagakan diatas fondasi pola responsif- akamodatif dan proaktif- ekstraktif sehingga antara pemimpin dan rakyat dapat menumbuhkan kondisi saling mengisi dalam menghadapi setiap peluang dan tantangan yang ada. Kita harus mengupayakan agar kemajuan negara bangsa yang dicita citakan dijadikan tanggungjawab bersama. Untuk pemimin dan rakyat harus bisa membangun sistem dan dinamika demokratisasi yang baik agar tercipta clean and good governance di Indonesia.

(14)

4

B. Rumusan Masalah

Pemimpin harus memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan akseptabilitas, kapabilitas dan akuntabilitas / responsibiltas yang tinggi dalam menjalankan dinamika fungsi kelembagaan yang menjadi tanggungjawab tugasnya. Sedangkan rakyat harus mengembangkan sikap dan perilaku yang kritis dan cermat dengan disertai tanggungjawab yang besar. Antara pemimpin dan rakyat harus bisa membina suasana demokratisasi yang efektif sehingga kondisi clean and good governance bisa terpelihara. Untuk itu pemimpin harus menunjukkan komitmen responsif-akamodatif dan proaktif-ekatraktif yang dapat diterima masyarakat secara terbuka dan bertanggungjawab.

Berdasarkan argumentasi tersebut penulis ingin mengidentifikasi adanya masalah yang ingin diungkap dalam penelitian yakni: Bagaimana ragam pola kepemiminan para pemegang kekuasaan di lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif di Indonesia dapat membina sistem demokrasi yang baik sehingga menunjang upaya clean and good governance untuk menuju kemajuan negara bangsa. Bagaimana sikap masyarakat untuk

ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mengawasi dinamika demokratisasi yang berkembang sehingga kontribusi masyarakat untuk mengontrol pelaksanaan kepemimpinan nasional bisa menjaga terpelihraranya kondisi kondusif untuk mencapai kemajuan dan modernitas negara-bangsa Indonesia.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi dinamika pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktif-ekatraktif pada kelembagaan negara.

b. Mengidentifikasi dinamika demokratisasi dari pemimpin dan pemegang/elite.

(15)

5

D. Manfaat Penelitian

a. Menunjang upaya membangun kepemimpinan yang kondusif. b. Memperkaya pelestarian nilai-nilai demokrasi di Indonesia.

(16)

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Persepsi Mahasiswa

Istilah persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek. Persepsi mempunyai banyak pengertian, diantaranya adalah :

1. Menurut Bimo Walgito = pengertian persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.

2. Menurut Slameto (2010:102) = persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium.

3. Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna. 4. Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan

seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya.

Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/ diunduh tanggal 5 Juli 2016

B.Peran Mahasiswa

Mahasiswa dapat dikatakan sebagai sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum terecoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.

Menurut Geowana Yuka Purmana bahwa peran dan fungsi mahasiswa adalah:

1. Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”

(17)

7

cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.

Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya.

2. Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value

Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran.Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya.

Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah parameter kebaikan di masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri.

3. Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”

Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ?”. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Juga karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.

Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, mahasiswa yang telah sadar sudah seharusnya tidak lepas tangan kondisi riil masyarakat. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. https://geowana.wordpress.com/2008/08/10/peran-fungsi-posisi-mahasiswa/diunduh tanggal 15Juli 2016

C.Konsep Kepemimpinan.

(18)

8

Kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang menggerakkan perjuangan atau kegiatan menuju sukses. Kepemimpinan juga berarti proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan juga seringkali dihubungkan dengan organisasi.Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal, sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan yang ada.

Berikut ini beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yang dikutip oleh Haryanto, S.Pd. adalah:

1. George R. Terry : Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

2. Sutarto : Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Stoner: Kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok.

4. Hemhiel dan Coons : Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal).

5. Wahjosumidjo : Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi ( belajar psikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli) diunduh tanggal 28 Juni 2016.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinanmerupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

D. Tipe Kepemimpinan Demokratis.

(19)

9

pembangunan nasional diatas landasan nilai demokrasi ( Pancasila ) baik secara konstruktif maupun destruktif. Proses dan dinamika tersebut dipengaruhi oleh pola hubungan dua areah (konstruktif) dan searah (destruktif ).

Pola kepemiminan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif merupakan model komunikasi politik dua arah yang kondusif bagi upaya meningkatkan dinamika demokratisasi yang berpengaruh terhadap dinamika pembangunan kehidupan bernegara-bangsa yang efisien dan efektif menuju tercapainya kehidupan yang maju dalam berbagai bidang.

Indonesia sebagai negara berkembang menuju kemajuan di berbagai bidang tentu sangat mendambakan munculnya pemimpin/pemegang kekuasaan/elite yang demokratik. Untuk itu, adanya keharusan bagi setiap pemimpin di supra struktur dan infrastruktur ( pusat dan daerah ) yang memiliki kapasitas pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif sebagai keniscayaan yang bersifat inspiratif.

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

(20)

10

Kepemimpinan demokratik hendaknya diwujudkan dalam sikap dan perilaku para elite yang memberikan kesempatan luas pada rakyat untuk terlibat secara aktif baik langsung atau tidak langsung bagi pembangunan nasional tersebut.

Menurut Mahfud MD ( 1999; 22 ) bahwaproduk hukum yang responsif/populistik adalah produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat. Dalam proses pembuatanya memberikan partisipasi penuh kelompok-kelompok sosial atau individu dalam masyarakat. Dan hasilnya bersifat responsif terhadap tuntutan-tuntutan kelompok sosial atau individu dalam masyarakat. Sedangkan produk hukum yang ortodoks/konservatif/elitis adalah produk hukum yang isinya lebih mencerminkan visi sosial elite politik, lebih mencerminakn keinginan pemerintah, bersifat positivis-instrumentalis yakni menjadi alat pelaksanaan ideologi dan program Negara. Hukum yang ortodoks tertutup terhadap tuntutan-tuntutan kelompok maupun individu-individu di dalam masyarakat yang dalam pembuatanya peranan dan partitispasi masyarakat relatif kecil. Model pemikiran Moch.Mahfud MDjika diterapkan dalam pola kepemimpinan atau pemegang kekuasaan/elite baik secara individu maupun kolektif di Indonesia hendaknyadapat bermuara pada dinamika pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif.

E. Ciri-Ciri Kepemimpinan Demokratik

Pemimpin harus menunjukkan sikap dan perilaku yang responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif sehingga antara pemimpin dan rakyatnya bisa terbangun proses patron-klien yang membangun komunikasi politik dua arah (timbal balik).

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pemimpin harus memiliki ciri-ciri: Ing ngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.

Menurut Kendra Cherry: Kepemimpinan demokratik bahwa democratic leadership, also known as participative leadership, is a type of leadership style in which members of the group take a more participative role in the decision-making process.

(21)

11

Menurut Henny Sovya: Kepemimpinan responsif-akomodatif adalah gaya kepemimpinan yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijasanaan. Sedangkan kemimpinan proaktif-ekstraktif adalah gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh

ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah

penyesuaian.http://www.kompasiana.com/hennysovya/mengenal-gaya-kepemimpinan-presiden-di-indonesia_552c5c1c6ea834f7738b4571, diunduh tanggal 7 Juli 2016

F. Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif .

1. Pola Kepemimpinan secara Umum.

Kepemimpinan merupakan manifestasi sikap dan kemampuan individu dalam menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari. Kepemimpinan bercirikan otoriter,

liberal dan demokrasi. Pemimpin otoriter senantiasa menggunakan pendekatan pemaksaan dalam melakukan perintah dan larangan kepada bawahannya, sedangkan pemimpin liberal memberikan kebebasan terhadap bawahannya. Adapun pemimpin demokrasi berusaha mengarahkan tetapi tetap memberikan kebebasan bawahannya untuk melaksakan tugasnya berdasarkan kreativitas bawahan dengan mempertimbangkan arahan atasanya.

2. Dinamika Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif secara

Intrinsik dan Ekstrinsik.

(22)

12

instrinsik ( antar pimpinan dan staf dalam institusi ) maupun ekstrinsik ( antara pimpinan dan staf di luar institusi ).

3. Dinamika Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif

secara Vertikal maupun Horisontal.

Pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif dapat mendinamisasikan proses kerja bagi seluruh pihak baik secara vertikal maupun horisontal. Dalam tataran praksis, kepemimpinan pola ini akan memberikan penilaian obyektif dari aktivitas karyawan sehingga kolega setara/selevel ( horisontal ) dan bawahan ( vertikal ) bisa mengembangkan hubungan kerja yang selalu menunjukkan keaktifan dalam meraih tujuan yang telah direncanakan.

4. Dinamika Demokratisasi.

a. Konsep Demokrasi dan Demokratisasi.

1). Tim ICCE UIN Jakarta: Demokrasi sebagai way of life ( pandangan hidup ) dalam seluk beluk sendi kehidupan bernegara, baik oleh rakyat ( masyarakat ) maupun pemerintah.

2). International Commossion on Jurist: Suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan2 politik diselenggarakan oleh WN melalui wakil2 yg dipilih oleh mereka dan yg bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas.

3). Hertz : Democracy is a form of government in which no one member has political prerogative over any others. Government is thus the rule of all over all in the common, as opposed to the individual or separate group interest.

4). Mohtar Mas’oed: Demokrasi sebagai pengaturan kelembagaan untuk mencapai keputusan-keputusan politik, dimana individu-individu melalui perjuangan suara rakyat pemilih memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan.

5). Eep S Fatah: Demokrasi adalah sebuah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsensus, memberi peluang bagi perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu atau kelompok dan lembaga negara dan masyarakat. ( Eep Saefullah Fatah’ 1995: 6 ).

(23)

13

menyelenggarakan pemerintahan, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Sedangkan demokratisasi merupakan proses penciptaan sistem dan kondisi yang memungkinkan setiap warga negara leluasa memberikan kontribusi pemikiran dan pelaksanaan dalam menyelenggarakan kebijakan negara dan pemerintahan.

b. Nilai-nilai Demokrasi

Dalam melaksanakan sistem demokrasi hendaknya dipegang teguh akan prinsip-prinsip/nilai-nilai demokrasi yang terbaik bagi kehidupan negara dan bangsanya. Henry B. Mayo ( dalam Miriam Budiharjo;1990 ) menyatakan sejumlah nilai demokrasi sebagai berikut:

1. Menyelesaikan pertikaian2 secara damai dan sukarela.

2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang selalau berubah.

3. Pergantian penguasa secara teratur.

4. Penggunaan paksaan sesedikit mungkin.

5. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman.

6. Menegakkan keadilan.

7. Memajukan ilmu pengetahuan.

8. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.

c. Kendala Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi secara Vertikal dan

(24)

14

Pelaksanaan demokrasi dan demokratisasi tidak bisa menjamin terealisasikan secara sempurna, sehingga kadang ditemukan sejumlah kendala. Kendala dapat terjadi dalam tataran vertikal maupun horisontal sehingga upaya mencarai solusi harus disesuaikan dengan jenis kendala yang dimaksud. Perebutan kekuasaan biasanya menjadi kendala dalam membina demokrasi dan demokratisasi dalam tataran horisontal, dan juga dalam tataran vertikal, sehingga mekanisme rekrutmen jabatan harus berdasarakan mekanisme meritokrasi yang memperhatikan kapasitas, kapabilitas dan profesionalitas seseorang. KKNisme harus dihilangkan dalam rekrutmen pejabat.

d. Kondisi Kondusif Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi.

Upaya membangun demokrasi dan demokratisasi merupakan pilihan strategis dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dengan adanya komitmen tersebut diharapkan setiap komponen bangsa bisa berkontribusi secara aktif terhadap

dinamika kehidupan negara-bangsanya. Untuk itu diperlukan kondisi yang kondusif bagi terselenggaranya proses demokrasi dan demokratisasi yang semestinya. Para pemangku jabatan dan rakyat harus diberikan panduan dan sistem yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku, disamping perlu dukungan komitmen etika bagi siapapun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pimpinan harus memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi rakyat untuk ikut serta dalam segala bidang kehidupan. Hal ini diperlukan sistem kerja yang dinamis, efisien dan efektif.

F. Pengajuan Hipotesis.

(25)

15

membangun demokratisasi di Indonesia, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Hipotesis dirumuskan: Pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif memiliki kontribusi signifikan terhadap upaya membangun demokratisasi di Indonesia,

1. Rumusan hipotesis statistik, sebagai berikut:

a. Untuk kontribusi variabel bebas ( X ) terhadap variabel terikat ( Y ), dibuktikan dengan uji F, dengan kriteria pengujian, sebagai berikut:

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada TS 5% atau

Ho ditolak jika F hitung > F tabel padaTS 5%

Untuk melihat besaran kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat bisa dilihat hasil determinasi pada tabel Model Summary ( R Square ).

b. Untuk kontibusi variabel bebas terhadap variabel terikat juga bisa dibuktikan dengan Uji t, dengan kriteria, sebagai berikut:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada TS5% atau

Ho ditolak jika t hitung > t hitung pada TS 5 % dengan syarat variabel bebas dan konstanta mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05 artinya:

Jika probabilitas> 0,05 maka Ho diterima atau

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

(26)

16

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Widya Dharma Klaten. Penulis ingin

mengidentifikasi persepsi mahasiswa yang masih aktif di Ormawa tahun 2016 di universitas ini tentang kapabilitas dan akuntabilitas kepemimpinan serta seberapa besar tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemegang kekuasaann/elite atau pemimpin mereka. Hal tersebut lebih jauh akan menjadi modalitas sosial – politik masyarakat untuk merefleksikan respon mereka terhadap pemimpin nasional baik di supra struktur ( legialatif, eksekutif dan yudikatif ) maupun infra struktur ( partai politik, organisasi masyarakat maupun pemimpin informal lainnya ). Penelitian ini akan dilakukan dalam rentang waktu 6 bulan ( Pebruari s.d. Juli 2016 ) untuk menyiapkan instrumen, pra survey, pengambilan data, verifikasi data, analisis data dan pembahasan.

B. Desain Penelitian.

Penelitian menggunakan paradigma kuantitatif-kualitatif korelasional sehingga menurut Mitchell ( dalam Brannen: 1993: 8 ) harus menunjukkan adanya hubungan dua karakteristik. Penelitian ini memperlihatkan adanya variabel bebas dan variabel terikat yang menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel yang ada sehingga akan mencerminkan adanya kondisi kausalitas. Artinya penelitian ini akan merefleksikan munculnya variabel sebab dan adanya variabel terikat dan dampaknya sebagai akibat dari variabel sebab tersebut. Dengan demikian desain penelitian dikategorikan sebagai penelitian dengan paradigma kuantitatif - kualitatif kerelasional yang bersifat asosiatif. Penelitian ini dilihat dari kontinum orientasi waktu termasuk penelitian bersilang bagian ( cross-sectional ) bukan longitudinal karena pengumpulan data yang diamati terhimpun

(27)

17

bulan. Penelitian ini termasuk jenis unobstrusive ( tak menonjol ) karena tidak mempengaruhi responden dalam menentukan partisipasi mereka selama penelitian berlangsung ( Blaikie; 1993:149 ). Penelitian ini menggunakan strategi deduktif yang disusun berdasarkan hipotesis atau proposisi dari teori yang relevan agar diperoleh kesimpulan yang logis. Menurut Mitroff dan Kilmann ( 1978: 124 ) bahwa penelitian ini berkaitan dengan kinerja kelembagaan maka penelitian ini menggunakan pendekatan institusional atau model analitik kelembagaan ( Analitical Model of Institusional ).

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini akan mengidentifikasi obyek yang akan dikaji dan dibahas mencakup 2 hal sebagai variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

a. Variabel Bebas adalah Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif bagi Elite

b.Variabel Terikat adalah Membangun Demokratisasi dalam rangka Pembangunan Nasional.

D.Kerangka Berfikir.

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas ( X ) : Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif bagi Elite dan variabel terikat ( Y ): Membangun Demokratisasi dalam rangka Pembangunan Nasional.

E. Subyek Penelitian.

Penelitian dirancang untuk menetapkan subyek penelitian secara selektif sehingga teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan probalbility sampling dengan pilihan

(28)

18

proporsional (Sugiyono; 2000:58 ). Responden akan diambil dari para mahasiswa yang menjadi pengurus ormawa ( level universitas sampai dengan program studi ). Selain itu, penulis akan mengambil responden dari kalangan mahasiswa umumnya untuk memperkaya data penelitian ini.Responden penelitian adalah mahasiswa Unwidha Klaten yang masih aktif di Ormawa tahun 2016 sebanyak 94 orang.

F. Instrumen Penelitian.

Pengambilan data penelitian akan dilakukan dengan: Angket, wawancara dan dokumentasi. Angket terlebih dahulu diujicobakan untuk diperoleh tingkat validitas butir karena angket dibuat oleh penulis sendiri sehingga termasuk jenis validitas logis konstruk. Masing masing variabel akan dikembangkan sebuah angket yang memuat 25 butir dan wawacara mencakup 5 pertanyaan. Angket berbentuk pilihan ganda tertutup sehingga responden hanya memilih alternatif jawaban manakah yang sesuai dengan katahati/nuraninya. Wawancara akan dilakukan secara terbuka agar muncul dialog dinamis antara peneliti dan responden. Untuk keperluan wawancara peneliti akan mengambil responden sebagaian saja, terutama mereka yang menempati posisi pimpinan di ormawa, sedangkan dokumentasi yang akan diambil adalah data tentang pengurus BEMU, BEMF, UKM dan HMP.

Penelitian ini menggunakan 2 instrumen untuk menggali data yang akan dianalisis yakni:

a. Angket ( untuk data kuantitatif. ).

Angket dirancang oleh peneliti sendiri sebanyak 25 butir baik untuk variabel bebas dan variabel terikatnya. Jenis angketnya adalah angket langsung dan bersifat tertutup,karena responden hanya memilih satu ternatif jawaban sesuai hati nuraninya.

(29)

19

Wawancara bersifat terbuka yang substansinya menyangkut kebijakan dan kinerja para elite di Indonesia. Didalam melakukan wawancara peneliti menggunakan wawancara yang terpimpin ( guided interview ) sehingga peneliti senantiasa berdasarkan pedoman wwancara yang digariskan. Pedoman wawancara dikembangkan sebanyak 10 butir pertanyaan.

Perlu ditegaskan bahwa obyek kajian yang digali dengan angket dan wawancara ditujukan kepada pemegang kekuasaan/elite di supra struktur politik maupun infra struktur politik, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

G.Uji Validitas dan Reliabilitas.

Setiap instrumen penelitian harus dicapai tingkat validitas dan reliabilitasnya agar data yang dihasilkan memiliki derajat keabsahan dan kekuatan yang tinggi. Untuk penelitian ini peneliti telah melakukan uji validitas dan reliabilitas insstrumen yang dipakai. Adapun uji validitas dan reliabilitas angket dilakukan secara validitas isi yang konstruk dengan uji korelasional. Sedangkan instrumen wawancara uji validitas dan reliabilitasnya menggunakan triangulasi teoretik.Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas angket dijelaskan dalam bab hasil penelitian ( Bab IV ).

H.Teknik Analisis Data.

Penelitian ini ingin mengungkap seberapa besar kontribusi pola kepemimpinan

responsif-akomodatif dan proaktif -ekstraktif. dan dinamika demokratisasi terhadap terciptanya clean and good governance sehingga analisis data kuantitatif ini menggunakan uji statistik korelasional dan regresi sederhana dengan memanfaatkan SPSS versi 18 for Windows. Disamping itu, penulis akan menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman yang mengikuti alur pengumpulan, reduksi dan sajian diteruskan verifikasi dan penarikan kesimpulan untuk analisis kualitatif. Kedua model analisis ini akan dipadukan sehingga diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang komprehensif integral.

(30)

20

(31)

21

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket sbb:

1. Reliability Pola Kepemimpinan

(32)

22

VAR00009 78.9333 155.720 .590 .908 VAR00010 79.0667 160.616 .374 .913 VAR00011 78.2667 159.926 .471 .911 VAR00012 78.3667 154.309 .690 .906 VAR00013 78.4333 155.289 .651 .907 VAR00014 78.2333 158.944 .516 .910 VAR00015 78.5000 160.879 .417 .912 VAR00016 78.5667 158.599 .575 .909 VAR00017 78.4333 161.151 .521 .910 VAR00018 78.7667 158.806 .514 .910 VAR00019 78.3667 158.516 .618 .908 VAR00020 78.7000 160.907 .408 .912 VAR00021 78.0667 162.892 .458 .911 VAR00022 78.1667 160.971 .507 .910 VAR00023 78.2667 162.616 .442 .911 VAR00024 78.8333 161.661 .408 .912 VAR00025 78.6333 160.585 .470 .911

Untuk uji validitas angket tentang Pola Kepemimpinan, r hitung butir terendah ( 8 ) sebesar 0,364 dan tertinggi ( 4 ) sebesar 0,640. Dan jika dikonsultasikan pada r tabel N= 30 sebesar 0.349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah valid. Sedangkan untuk uji reliabilitasnya ternyata r hitungnya sebesar 0,913 sehingga angket Pola Kepemimpinan jika dikonsultasikan pada r tabel N= 30 sebesar 0, 349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah reliabel ( sangat tinggi ).

2. Reliability Membangun Demokrasi.

TABEL II

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

(33)

23

(34)

24

VAR00023 82.0667 200.133 .697 .917 VAR00024 82.2333 207.357 .553 .920 VAR00025 81.9333 199.582 .745 .916

Untuk uji validitas angket tentang membangun demokratisasi, r hitung butir terendah (17 ) sebesar 0,393 dan tertinggi ( 25 ) sebesar 0,745. Dan jika dikonsultasikan pada r tabel N= 30 sebesar 0,349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah valid. Sedangkan untuk uji reliabilitasnya ternyata R hitungnya sebesar 0,923 sehingga angket tentang membangun demokratisasi jika dikonsultasikan pada R tabel N= 30 sebesar 0,349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah reliabel ( sangat tinggi ).

B.Uji Persyaratan.

Agar Analisis Regresi baik, maka data kuantitatif (angket) perlu dilakukan uji persyaratan, meliputi: Normalitas, Linearitas dan Heterosdastisitas ). Adapun hasil uji persyaratan sbb:

1. Uji Normalitas Angket:

TABEL III

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 94

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 8.05472207 Asymp. Sig. (2-tailed) .997 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari uji 1 sampel K-S diketahui bahwa nilai koefisien K-S Znya0.404 dan nilai signifikansi Asymp.Sig ( 2-tailed ) 0,997 > 0.05, sehingga sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

(35)

25

Dari output tabel ANOVA diketahui niali sig.0.001 < dari 0.05 sehingga sampel berasal dari populasi yang memiliki hubungan linier. Juga dari F hitung> F tabel a. Dependent Variable: res2

Dari out put tabel coefficients diketahui bahwa variabel bebasnya tidak signifikan ( nilai sig. 0,021 < 0,05 ) sehingga model ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

C.Hasil Data Kuantitatif dan Analisis Regresi.

(36)

26

Mengacu pada output tabelmodel summary diketahui R Square sebesar 0.115 pada tingkat kepercayaan 95 % sehingga variabel membangun demokratisasi dari elite mampu dijelaskan oleh pola kepemimpinan mereka ( elite ) sebesar 11,5% walaupun kecil, sedangkan sisanya 88,5 % dijelaskan oleh variabel lain.

TABEL VII

a. Dependent Variable: Membangun Demokrasi b. Predictors: (Constant), Pola Kepemimpinan

Hasil Analisis Regresi Sederhana yang ditemukan dalam tabel ANOVAbahwa F hitung sebesar 11.918. Sedangkan Ftabel pada df = 93adalah 2.47. Artinya Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 11.218 >2.47 sehingga Ho: bo = b1 ditolak dan Ha:bo ≠ b1 diterima. Selanjutnya perlu disajikan hasil tabel coefficients sebagai berikut:

TABEL VIII

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients a. Dependent Variable: Membangun Demokrasi

Jika dilihat dari hasil tabel Coefficients diketahui hasil T hitung lebih besar dari T tabel pada tingkat signifikansi ( sig ) = 0.001 maka 3,452 >1,997. Atau jika dilihat dari pengujian hipotesis: ho: 1 = 0 dan Ha: 1 ≠ 0 atau Ho ditolak jika Ho=to> t .

(37)

27

output tabel coefficients diketahui nilai koefisien sebesar 0.408. artinya pada saat variabel pola kepemimpinan bernilai konstan maka setiap penambahan satu satuan dari variabel pola kepemimpinan akan meningkatkan upaya membangun demokratisasi sebesar 0.408. Adapun model persamaan regresinya adalah:

Y = 49.209 + 0, 408 X 1 = 49, 617

D.Hasil data Kualitatif dan Analisis Model Interaktif.

Hasil analisis kualitatif menggunakan model interaktif menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap pola kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap upaya membangun demokratisasi bagi elite politik Indonesia adalah cukup bervariasi untuk setiap supra struktur politik dan infra struktur politiknya, yaitu:

1. Lembaga Legislatif pusat: Para elite legislatif kurang memeperhatikan aspirasi rakyat untuk dijadikan keputusan karena mereka hanya sekedar mendengar keluhan masyarakat pada masa reses namun keluhan tersebut tidak menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan sedangkan legialatif daerah juga sama kurang memberi ruang aspirasi untuk dijadikan input bagi pengambilan keputusan, hanya menerima proposal yang diajukan oleh masyarakat, sehingga upaya membangunan demokratisasi bersifat lemah.

2. Lembaga Eksekutif pusat: Kekuasaan dijalankan hanya menginduk pada arahan elite partai pengusung semata, sehingga keinginan rakyat hanya diletakkan sebagai komoditas politik semata, sehingga kurang memperhatikan aspirasi rakyat. Sedang eksekutif daerah memang kadang pemimpinnya turun kebawah tetapi hanya sekedar membombong masyarakat, terutama jika ada kebijakan mereka yang dianggap merugikan masyarakat, seperti gejolak harga 9 bahan pokok atau kenaikan BBM, sehingga upaya membangunan demokratisasi kurang ditumbuhkan.

3.Lembaga Yudikatif pusat dan daerah: Bahwa proses hukum formal di peradilan dianggap sebagai wujud proses mencari kemenangan bukan keadilan karena masih terjadi peradilan yang tumpul keatas dan tajam kebawah, masih dijumpai praktek mafia peradilan terutama di peradilan pertama dan banding, sedangkan untuk kasasi di MA mahsih ada secercah harapan karena diperberat vonisnya bagi kejahatan tipikor maupun money loundry bagi koruptor, sehingga berdampak pada upaya membangunan demokratisasi yang sulit diharapkan dari para penegak hukum di Indonesia.

(38)

28

menaruh harapan sedikit optimistik terhadap perjuangan yang dilakukan oleh sejumlah LSM kritis yang membela rakyat dalam perjuangannya.

5. Organisasi Kemasyarakatan pusat: Masyarakat memandang bahwa sejumlah ormas keagamaan dan profesi cukup intens memperhatikan masyarakat, dimana para tokohnya peduli terhadap sejumlah kasus. Seperti upaya pemberdayaan umat, sekalipun masih terlihat adanya primordialisme kuat antar ormas ini. Sedang ormas budaya kurang melibatkan khalayak karena “ ikon “ yang dikembangkan tidak diminati oleh masyarakat umum/luas, karena akativitasnya bersifat eksklusif. Sedang Organisasi Kemasyarakatan daerah adalah lebih bersifat memantapkan program kerja pimpinan pusatnya sehingga menduplikasi saja apa yang diinginkan pimpinan puncaknya, sehingga upaya membangunan demokratisasi di institusi ini cukup baik.

Para pemegang kekuasaan/elite dihadapkan pada godaan komersialisasi jabatan yang berujung pada situasi kapitaliasi sosial, politik dan ekonomi untuk diri dan kelompoknya sehingga mereka kurang memperhatikan aspirasi, kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

(39)

29

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan.

1. Analisis Kuantitatif ( Analisis Regresi Sederhana ).

Hasil Anareg menunjukkan R Square sebesar 0.115, artinya hanya 11,5% pola kepemimpinan berpengaruh terhadap upaya membangun demokratisasi, sehingga masih ada 88,5 % faktor lainnya yang mempengaruhi. F hitung sebesar 11.918. Artinya Fhitung lebih besar dari Ftabel 2.47 sehingga Ho: bo = b1 ditolak dan Ha:bo# b1 diterima. Jika dilihat dari hasil tabel Coefficients diketahui hasil T hitung lebih besar dari T tabel pada tingkat signifikansi ( sig ) = 0.001 maka 3,452 > 1,997, walaupun kecil derajatnya. Dan jika dilihat dari output tabel ANOVA bahwa nilai sig. 0.001 <0.05 sehingga pada TS 5% diambil keputusan bahwa pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif pada elite berpengaruh secara signifikan terhadap upaya membangun demokratisasi. Sedangkan dalam output tabel coefficients diketahui nilai koefisien sebesar 0.408, sehingga pada saat pola kepemimpinan bernilai konstan maka setiap penambahan satu satuan dari pola kepemimpinan akan meningkatkan upaya membangun demokratisasi sebesar 0.408.

Adapun model persamaan regresinya adalah: Y = 49.209 + 0, 408 X 1 = 87,561

2. Hasil Analisis Kualitatif.

Hasil analisis model interaktif menunjukkan bahwa seluruh lembaga negara dan masyarakat ( pusat dan daerah ) baik di tataran supra struktur politik maupun infra stuktur politik dinilai oleh mahasiswa dalam kisaran sedang saja, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sehingga mereka belum menunjukkan komitmen dan kemampun untuk memberdayakan dirinya dalam upaya membangun demokratisasi yang menunjang pembangunan naasional di Indonesia,namundinilai cukup baik bagi eksektif pusat dan organisasi kemasyarakatan daerah.

B. Implikasi.

Ditemukannya kontribusi dalam kisaran sedang pada pemimpin yang sedang memegang kekuasaan ( elite ) baik pada supra struktur politik maupun infra struktur politik maka mereka harus terus berintrospeksi untuk mereformasikan diri agar didalam menjalankan fungsinya mampu membangun demokratisasi. Khusus untuk elite pusat di jajaran eksekutif dan organisasi kemasyarakatan daerah harus senantiasa menjaga untuk meningkatkan peran agar kondisi demokrasi di Indonesia terus menuju level demokrasi maju/modern sehingga akan menunjang terbentuknya masyarakat madani yang partisipatorik. Diaharapkan ke depannya masyarakat diberi kesempatan luas untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

(40)

30

Dari hasil penelitian menunjukkan kurangnya aktualisasi pola kepemimpinan resposif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif secara intensif dan ekstensif dari para elite dalam pengambilan keputusan atau kebijakan sehingga masyarakat kurang mendapat pembelajaran politik demokratik karena aspirasi dan kebutuhan rakyat kurang diperhatikan, sehingga berdampak pada ketakacuhan masyarakat terhadap kebijakan elite dalam proses pembangunan nasional. Karena elite lebih memperhatikan “kapitalisasi” pada kekuasaan dan finansial semata yang menunjukkan adanya praktek money politic secara masif dan terkesan terbuka dihadapan rakyatnya maka peran rakyat sangat lemah dalam ikut berpartisipasi untuk menopang pembangunan nasional. Budaya politik ini harus diubah secara konsisten dan menyeluruh agar di kemudian hari masalah demokratisasi dapat berkembang kearah kemajuandi Indonesia. Untuk itu, peneliti ingin memberi saran sebagai berikut:

1. Semua elite di supra struktur politik dan infra struktur politik harus membudayakan pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif secara riil dan kontinyu agar masyarakat merasa benar-benar diperhatikan kepentingan dan kebutuhannya

2. Harmonisasi dan sinerginitas kebijakan pimpinan pusat dan daerah perlu dibudayakan agar tidak terjadi henkonflik regulasi dan birokrasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

3. Masyarakat hendaknya menunjukkan sikap dan perilaku kritis dan bertanggungjawab dalam menyikapi setiap keputusan dan kebijakan yang diambil para pemegang kekuasaan baik pusat maupun daerah.

(41)

31

DAFTAR PUSTAKA

Bailey.K.D;1978, Meethods of Social Research, NewYok: The Free Press, A Devising of Macmillan Publishing Co.Inc.

Blaikie, N; 1993, Approaches to Social Inquary,Cambridge, UK, Polity Press.

Branenn,J. ( Ed.), 1992, Mixing Methods, Qualitative and Quantitative Research, Brookfield USA, Published by Abubury.

Budi Setiawan, 2015,Teknik Praktis Analisis Data Penelitian Sosial & Bisnis, Yogyakarta, Penerbit Andi.

Chadwick,B.A, Bahr,H.M andAlbrecht, ( Diterjemahkan ): Sulistia,M.L et.al,1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Semarang: IKIP Semarang Press.

Didin Hafidhuddin, 2016; Hubungan Pemimpin dengan Rakyat, dalam Refleksi SKH. Republika Tanggal 14 Agustus 2016.

Eep Saefullah Fatah,1994, Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia, Jakarta,PT Ghalia Indonesia.

Kaloh J., 2010, Kepemimpinan Kepala Daerah, Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Sinar Grafika,Jakarta.

Kumorotomo, Wahyudi, 2011, Etika Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Miriam Budiharjo, 1990, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia.

Moh.Mahfud MD, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Yogyakarta. Nanat Fatah Nasir, 2010, Moral dan Etika Elite Politik, Hendriyanto Attan ( Ed.),

Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Sorensen, George, 2003, Demokrasi dan Demokratisasi, Proses dan Prospek dalam Sebuah Dunia yang Sedang Berubah, ( Alih Bahasa: I Made Krisna ), Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Matroff,I.J dan Klobuchar,T.I.( 2000), The Development of Party Identification in Post- Soviet Societies, American Journal Science, Vol.44 No.4, October 2000: Published by University of Wisconsin Press for The Widewest Political Science Association.

Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Penerbit ALFABETA. Sunyoto, Danang, 2009, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, MedPress, Yogyakarta.

(42)

32

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/ diunduh pada tanggal 20 Januari 2016 posted by Hariyanto, S.Pd.

(43)

33

(44)

Gambar

TABEL  I
TABEL  II
TABEL  III One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TABEL  VI
+2

Referensi

Dokumen terkait

Appendix 19: Sample of Single-word, Phrase, Clause, Intersetential, and Integrated Loanwords Code-switching in Girlfriend Magazines. Taken from Girlfriend March

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: (1) jenis kelamin dengan minat mahasiswa menjadi guru; (2) persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa

Dari aplikasi ini, pemilik toko dapat melihat persediaan barang yang kritis, barang yang paling laku terjual sesuai periode waktu yang diminta, omset toko, piutang (pinjaman)

Namun, bila Morton mengatakan kenaikan akumulasi nilai tiap tahunnya dapat menutupi annual cost, maka di tahun ke-20, Studebaker hanya menerima $115,352 , dan dia dapat

Kelas dengan jenis actor diperoleh dari aktor-aktor yang digambarkan dalam use case diagram, sedangkan kelas dengan jenis lain seperti entity, boundary, dan

Iklan Baris Iklan Baris BODETABEK Rumah Dikontrakan JAKARTA SELATAN JAKARTA SELATAN Rumah Dijual LAIN-LAIN JAKARTA BARAT JAKARTA TIMUR JAKARTA TIMUR. DI KONTR Rmh Baru Beton

Nilai perolehan genetik harapan sifat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan sifat kerapatan kayu dan disaat yang bersamaan terdapat korelasi genetik yang lemah

Bisnis di suatu perusahaan yang tumbuh dan berkembang dengan cepat yang mampu menghasilkan laba yang tinggi atau besar, membuat perusahaan lebih berhati-hati pada saat