• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4

2.1.

Tinjauan Pustaka

Penelitian pada tanah gambut yang distabilisasikan dengan bahan kimia sudah

banyak dilakukan, penelitan terdiri dari berbagai macam jenis campuran dan

berbagai jenis uji seperti CBR,

direct shear,

konsolidasi dan lain lain.

Penelitian Nugroho, F. E (2014) melakukan penelitian pada tanah gambut Rawa

Pening dengan menggunakan campuran gypsum sintetis dan garam dapur dengan

campuran variatif dengan uji konsolidasi. Penilitian ini menggunakan campuran

garam sebesar 2%, 4%, dan 6% sedangkan untuk campuran gypsum sintetis

sebesar 10%, 15%, dan 20%. Penilitan ini menghasilkan nilai Cv sebesar dua kali

lipat dari nilai Cv semula.

Penelitian Prasetyo Gunawan (2014) melakukan penelitian pada tanah gambut

Rawa Pening dengan menggunakan campuran gypsum sintetis dan garam dapur

dengan campuran variatif dengan uji

Direct Shear

. Penilitian ini menggunakan

campuran garam sebesar 2%, 4%, dan 6% sedangkan untuk campuran gypsum

sintetis sebesar 10%, 15%, dan 20%. Penilitan ini menghasilkan nilai c (kohesi)

maksimum sebesar 0,6155 kg/cm

2

sedangkan untuk parameter didapat φ (sudut

geser) sebesar 52,24

o

.

Penelitian Rakhman, Y. A (2002) melakukan penelitian pada tanah gambut Rawa

Pening dengan menggunakan campuran gypsum sintetis dan semen dengan

campuran variatif dengan uji CBR. Penelitian ini menggunakan 5% semen

portland

dengan

gypsum sintetis

dengan variasi yaitu 5%, 10%, dan 15% dari

berat tanah kering tanah. Penelitian ini menghasilkan nilai CBR secara

keseluruhan naik dari 2,78% menjadi 8,17%.

(2)

Penelitian Nugroho, Untoro (2008) melakukan penilitian pada tanah gambut Rawa

Pening dengan menggunakan campuran gypsum sintetis dan semen dengan

campuran variatif dengan uji CBR. Penelitian ini menggunakan 5% semen

portland

dengan

gypsum sintetis

dengan variasi yaitu 5%, 10%, dan 15% dari

berat tanah kering tanah. Penelitian ini dapat meningkatkan nilai CBR sebesar tiga

kali lipat dari nilai CBR tanah asli.

Penelitian Nugroho, S. A (2012) melakukan penilitian pada tanah gambut Riau

dengan menggunakan campuran tanah non organik dan semen dengan uji CBR.

Penelitian ini menggunakan semen 5%, 7.5%, dan 10% dari berat kering dan

dengan campuran dengan tanah non organikdengan variasi yaitu 70:30, 60:40, dan

50:50. Penelitian ini dapat meningkatkan nilai CBR.

Pada penelitian Nugroho, F. E (2014) dan Prasetyo Gunawan (2014) telah

dilakukan pengujian kadar air yang didapat nilai sebesar 279.70 %, kadar abu (a)

28.38 %, dan kandungan organik (o) 71.62%. Dari data diatas maka tanah gambut

di Rawa Pening dapat digolongkan ke dalam tanah gambut berdasar ASTM D

2216-92 untuk kadar air dan ASTM D 2974-87 untuk kadar abu dan kadar

organik .Selain itu juga didapat nilai berat isi tanah sebesar 0.980 gram/cm3, nilai

specific gravity

sebesar 1.67 dan juga kandungan serat sebesar 39,272 %.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat dijadikan acuan untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai tanah gambut. Pada penelitian kali ini akan

dilakukan penelitian tanah gambut yang distabilisai dengan gypsum sintetis dan

garam dapur dimana akan dilakukan uji coba

triaxial uu.

2.2.

Landasan Teori

2.2.1

Tanah Gambut

Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat atau suatu tanah yang

mengandung bahan organis berserat dalam jumlah besar. Gambut mempunyai

angka pori yang sangat tinggi dan sangat kompresibel (Dunn dkk., 1980).

(3)

Tanah yang akan dipakai dalam konstruksi bangunan seperti tanggul, bendungan

tanah atau dasar tanah jalan harus dipadatkan demi memperoleh daya dukung

tanah yang diinginkan. Gambut dapat ditemui di pegunungan, dataran tinggi dan

rendah. Gambut terbentuk pada kondisi iklim yang berbeda-beda: tropis, sedang

dan dingin.

Definisi tanah gambut berdasarkan ASTM D4427-92 (2002) adalah tanah yang

memiliki kandungan organik tinggi yang terjadi atas dekomposisi material

tumbuhan dan dibedakan dari material tanah organik lainnya dari kandungan

abunya, <25% abu dari berat keringnya. ASTM D4427-92 (2002)

mengklasifikasikan tanah gambut berdasarkan kandungan serat, kandungan abu

(ASTM D2974), tingkat keasaman (ASTM D2976), dan tingkat absorbsinya

(ASTM D2980). Sedangkan ASTM D5715-00 mengklasifikasikan tanah gambut

berdasarkan tingkat humifikasinya.

Klasifikasi tanah gambut berdasarkan kandungan seratnya, yaitu:

1.

Fibric

, yaitu tanah gambut dengan kadar serat > 67%,

2.

Hemic

, yaitu tanah gambut dengan kadar serat antara 33% dan 67%,dan

3.

Sapric

, yaitu tanah gambut dengan kadar serat < 33%.

Serat adalah material penyusun tanah gambut yang merupakan senyawa C,

dapat berupa dalam bentuk lignin atau selulosa. Sedangkan klasifikasi tanah

gambut berdasarkan kandungan abunya, yaitu:

1.

Low ash

, yaitu tanah gambut dengan kadar abu < 5%,

2.

Medium ash

, yaitu tanah gambut dengan kadar abu antara 5% dan15%,

dan

3.

High ash

, yaitu tanah gambut dengan kadar abu > 15%.

Sedangkan klasifikasi tanah gambut berdasarkan tingkat asamnya, yaitu:

1.

Highly acidic

, yaitu tanah gambut dengan pH < 4.5,

2.

Moderately acidic

, yaitu tanah gambut dengan pH antara 4.5-5.5,

3.

Slightly acidic

, yaitu tanah gambut dengan pH antara 5.5-7, dan

(4)

4.

Basic,

yaitu tanah gambut dengan pH

7.

Sedangkan klasifikasi tanah gambut berdasarkan tingkat absorbsinya, yaitu:

1.

Extremely absorbent,

yaitu tanah gambut yang dapat menampung air

>1500%,

2.

Highly absorbent

, yaitu tanah gambut yang dapat menampung air

800%-1500%,

3.

Moderately absorbent

, yaitu tanah gambut yang dapat menampung

air300-800%, dan

4.

Slightly absorbent

, yaitu tanah gambut yang dapat menampung air <300%.

Berdasarkan tingkat humifikasinya pernah diklasifikasikan oleh Von Post.

Tingkat humifikasi yang dimaksud disini adalah seberapa besar tingkat kebusukan

gambut, dapat dilihat pada kadar amorf atau kadar seratnya. Gambut yang belum

membusuk berwarna jernih dan tak ada material amorf, sedangkan gambut yang

telah membusuk sebaliknya. Secara lebih detail dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 (1997)

No.

BATASAN

A.

Kadar Abu

1.

Low Ash

< 5%

2.

Medium Ash

5% - 15%

3.

High Ash

> 15 %

B.

Kadar Serat

1.

Fabric

(Gambut mentah)

> 67%

2.

Hemic

(Gambut Matang sedang)

33% - 67%

3.

Saptic

(Gambut Matang)

< 33%

C.

Daya serap terhadap air

1.

Kecil

< 300%

2.

Moderat (sedang)

300 – 800%

3.

Tinggi

800-1500%

(5)

Menurut Mac. Farlane dan Radfort (1959) mengklasifikasikan tanah gambut

menjadi 2 yaitu :

1.

Fibrous Peat

(gambut berserat) yang mempunyai kandungan serat 20%

atau lebih. Jenis gambut ini mempunyai dua jenis pori yaitu pori antar

serat dan pori yang ada dalam serat.

2.

Amorphous Granular Peat

yang mempunyai kandungan serat < 20%.

Jenisgambut ini sebagian besar air porinya terserap di sekeliling

permukaan butiran tanah gambut.

Sebagai acuan atau perbandingan digunakan hasil penelitian Yunan Arif Rahman

pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa tanah gambut Rawa Pening termasuk

jenis

fibrous peat

dengan kadar kering udara 21,83%,

specific gravity

1,72, batas

cair 104,37%, indeks plastisitas 0%, kadar bahan organik 62,27%, kadar serat

62,12% dan kadar abu 37,73%.

2.2.2

Bahan Tambah

a.

Gypsum Sintetis

Gypsum

Sintetis (CaSO4.2H2O) merupakan fraksi dari

hydrated lime

(kapurhidrasi) yaitu

calcium sulfat dehydrate

yang merupakan reaksi

penggaraman dan penguapan (Prayitno, 1997).

Komposisi kimia bahan gipsum adalah:

1.

Calcium (Ca) : 23,28 %

2.

Hidrogen (H) : 2,34 %

3.

Calcium Oksida (CaO) : 32,57 %

4.

Air (H2O) : 20,93 %

5.

Sulfur (S) : 18,62 %

Pembagian gypsum dikelompokan menjadi dua sesuai dengan pemanfaatannya:

1.

Gypsum mentah : gypsum dari tambang dilakukan proses peremukan,

(6)

2.

Gypsum hasil kalsinasi. : Prosesnya gypsum hasil penambangan dilakukan

peremukan, kemudian dikalsinasi pd temperatur 97

ο

C menghasilkan

gypsum hemi hidrat (stucco/plaster paris) : CaSO4. 0,5 H2 O.

pada temp 170

o

Cberubah menjadi ß hemihidrat.

CaSO4.2H2O ----> CaSO4 0,5 H2O + 1,5 H2 O

(2.1)

pada temperatur 200

ο

C akan terbentuk plaster anhidrous kalsium sulfat,

bersifat kurang plastis, keras dan kuat.

CaSO4 2H2O ---> CaSO4 + H2O`

(2.2)

Pada temp. 500

o

C dihasilkan insoluble anhidrit atau dead burning gypsum.

Bila ditambah accelerator akan dihasilkan plaster.

CaSO5 2 H2O ---> CaO + SO3 + 2 H2O

(2.3)

Pada temp 900

o

C dihasilkan masa sangat padat, keras, ketahanan tinggi.

Gypsum

Sintetis memiliki reaksi sebagai berikut :

CaO + H2SO4 CaSO4 + H2O CaSO.2H2O (butiran)

(2.4)

(Kalsium oksida) + (Asam sulfat) (Kalsium sulfat) + air

Gypsum Sintetis

Cambell, dkk (1985) mengatakan bahwa

Gypsum Sintetis

(CaSO4.2H2O) sangat

berguna sebagai bahan industri karena :

a)

Mempunyai sifat mudah larut dalam hidrasi air ketika dipanaskan.

b)

Ketika air ditambahkan akan kembali pada hidrat semula, mengumpulkan

dan memperkeras hasil

gypsum

.

Dua fenomena tersebut adalah dehidrasi dan rehidrasi adalah teknologi dasar

gypsum.

Dehidrasi :

CaSO4.2H2O panas CaSO4 + 2H2O

Rehidrasi :

CaSO4 + 2H2O CaSO4.2H2O + panas

Ditambahkan lagi bahwa

Calsium Sulfat Dihydrate

(CaSO4.2H2O) adalah material

awal sebelum dehidrasi dan produk akhir setelah rehidrasi. Pembuatan

gypsum

sintetis

sendiri dapat dilakukan dengan cara mengolah batu kapur (kapur tohor)

dicampur dengan asam sulfat atau kapur dicampur dengan air accu (H2SO4).

Dalam keadaan murni

gypsum

sintetis

berwarna putih salju.

(7)

Gypsum

sintetis dan

gypsum

alami memiliki rumus kimia yang sama yaitu

CaSO

4

.2H

2

O. Tetapi keduanya memiliki perbedaan komposisi penyusun.

Berikut ini merupakan tabel 2.2 perbedaan antara gypsum sintetis dan gypsum

alami:

Tabel 2.2 Perbedaan Gypsum Sintetis dan Gypsum Alami

Komponen

unit

Gypsum Alami Gypsum Sintetis

Mineral

Present

Air

%

0,38

5,5

CaSO

4

.2H

2

O

%

87

99,6

Insoluble Residue

%

13

0,4

Kalsium

%

24,5

24,3

Sulfur

%

16,1

18,5

Nitrogen

ppm

-

970

Posfor

ppm

30

< 1

Kalium

ppm

3600

< 74

Magnesium

ppm

26900

200

Boron

ppm

99

13

Tembaga

ppm

< 0,6

< 0,38

Besi

ppm

3800

150

Mangan

ppm

225

0,62

Molybdenum

ppm

< 0,6

3.2

Nikel

ppm

< 0,6

< 3

Zinc

ppm

8,7

1,2

Sumber: Chen & Warren, 2011

Tabel 2.2 menunjukan bahwa terdapat perbedaan nilai antara tiap parameter,

seperti pada nilai

Mineral Present

yang meliputi kadai air, CaSO4.2H2O,

Insoluble Residue

. Parameter kadar air pada

gypsum

sintetis bernilai 0,38%

sedangkan pada

gypsum

biasa bernilai 5,5. Kadar CaSO4.2H2O pada

gypsum

sintetis bernilai 87, sedangkan pada

gypsum

biasa bernilai 99,6. Nilai

Insoluble

Residue

pada

gypsum

sintetis bernilai 13, sedangkan pada

gypsum

biasa bernilai

0,4.

b.

Garam dapur (NaCl)

NaCl (

Natrium chlorida

) dalam ilmu kimia merupakan komponen utama dari

garam dapur. Struktur NaCl meliputi anion di tengah dan kation menempati pada

(8)

rongga

octahedral.

Larutan garam merupakan suatu elektrolit, yang mempunyai

gerakan dipermukaan yang lebih besar dari gerakan pada air murni sehingga bisa

menurunkan air dan larutan ini menembah gaya kohesi antar partikel sehingga

ikatan partikel menjadi lebih rapat, selain itu larutan ini bisa memudahkan

didalam memadatkan tanah. Dalam bentuk kering garam berbentuk kristal

mengisi ruang pori di antara butir-butir tanah. Penggunaan garam yang optimum

berkisar antara 1,5% - 2%.

Larutan garam dapur (NaCl) dapat menambah gaya kohesi antar partikel tanah

sehingga ikatan partikel menjadi lebih rapat (Bowles,1984).

Garam terbentuk dari berbagai reaksi kimia seperti berikut :

HCl (Asam klorida) + NH3 (Amoniak) NH4Cl (Amonium klorida)

(2.5)

Ca2+ (Calsium) + Cl- (Klorida) CaCl2 (Calsium klorida)

(2.6)

Na+ (Natrium) + Cl- (Klorida) NaCl (Natrium klorida)

(2.7)

Larutan garam dapur (NaCl) dapat memudahkan dalam pekerjaan pemadatan

tanah. Garam mempunyai sifat yang sama dengan bahan stabilisasi yang

menggunakan zat kimia lainnya dan keuntungan yang didapat dari penggunaan

garam dapur (NaCl) adalah menaikkan kepadatan dan menambah kekuatan tanah.

2.2.3

Pengujian Pemadatan Modifikasi (Modified Proctor Test)

Tanah yang akan dipakai dalam konstruksi bangunan seperti tanggul, bendungan

tanah atau dasar tanah jalan harus dipadatkan demi memperoleh daya dukung

tanah yang diinginkan.

Pemadatan tanah merupakan suatu proses mekanis dimana udara dalam pori tanah

dikeluarkan. Adapun proses tersebut dilakukan pada tanah yang digunakan

sebagai bahan timbunan. Tujuan dari pemadatan adalah :

a.

Mempertinggi kekuatan tanah.

b.

Memperkecil pengaruh air pada tanah.

(9)

d.

Kepadatan tanah itu mulai dari berat isi kering tanah ( dry density ) dan

tergantung pada kadar air tanahnya ( water content ). Pada derajat kepadatan

tinggi berarti :

Berat isi maksimum.

Kadar air tanahnya ( w ) optimum.

Angka porinya ( e ) minimum

2.2.4

Pengujian kuat geser tanah dengan Triaksial Test Undrained

Unconsolidated

Pengujian triaksial dilakukan menggunakan benda uji tanah dengan diameter

kira-kira 3,81 cm (1,5 inchi) dan tinggi 7,62 cm (3 inchi), atau perbandingan antara

diameter dan tinggi benda uji sekitar 1 banding 2. Benda uji dimasukkan dalam

selubung karet tipis dan diletakkan ke dalam tabung kaca atau plastik. Ruang di

dalam tabung diisi dengan air atau gliserin. Benda uji mendapat tegangan sel /

tegangan keliling (σ3), dengan jalan penerapan tekanan pada cairan di dalam

tabung kaca atau plastiknya. Alat pengujian dihubungkan dengan pengatur

drainasi ke dalam maupun ke luar dari benda uji. Untuk menghasilkan kegagalan

geser pada benda ujinya, gaya aksial dikerjakan melalui bagian atas benda ujinya.

Pemberian beban aksial ini dapat dilakukan dengan 2 cara:

a)

Dengan

memberikan

beban

mati

yang

berangsur-angsur

ditambah

(penambahan setiap saat sama) sampai benda uji runtuh (deformasi arah aksial

akibat pembebanan ini diukur dengan menggunakan arloji ukur /

dial gauge

).

b)

Dengan memberikan deformasi arah aksial (vertikal) dengan kecepatan

deformasi yang tetap dengan bantuan gigi-gig mesin atau pembebanan hidrolis.

Cara ini disebut juga sebagai uji regangan-terkendali.

Uji trikasial UU adalah uji kompresi triaksial dimana tidak diperkenankan

perubahan kadar air dalam contoh tanah. Sampel tidak dikonsolidasikan dan air

pori tidak teralir saat pemberian tegangan geser. Tujuan dari uji triaksial UU

adalah mengetahui kekuatan geser tanah yaitu c (kohesi) φ ( sudut geser dalam).

(10)

Tegangan

1 disebut tegangan utama mayor (

major principal stress

), tegangan

3

disebut tegangan utama minor (

minor principal stress

). Tegangan utama tengah

(

intermediate principal stress

)

2

=

3, merupakan tegangan keliling atau

tegangan sel (

confining stress

). Karena tinjauannya hanya dua dimensi, tegangan

2

sering tidak diperhitungkan. Tegangan yang terjadi dari selisih

1

dan

3 atau

(

1 -

3) disebut tegangan deviator (

deviator stress

) atau beda tegangan (

stress

difference

). Regangan aksial diukur selama penerapan tegangan deviatornya.

Penambahan regangan ini akan mengakibatkan bertambahnya luas penampang

melintang benda ujinya. Untuk itu, koreksi penampang benda uji dalam

menghitung tegangan deviator harus dilakukan. Jika penampang benda uji awal

A0, makapenampang benda uji (

A

) pada regangan tertentu selama pengujian dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

𝐴 = 𝐴o

1−

∆𝑉 𝑉𝑜

1−∆𝐿𝐿𝑜

(2.8)

dengan :

V

o = volume benda uji awal

V

= perubahan volume

L

o = panjang benda uji awal

L

= perubahan panjang

Untuk menentukan besarnya kuat geser tanah, dapat digunakan tanah dengan

kondisi kering maupun jenuh. Jika katup drainasi dibiarkan terbuka

selamapenerapan tegangan sel maupun tegangan deviatornya, volume air yang

mengalir keluar dari benda uji yang jenuh selama pengujian, akan memberikan

nilai perubahan volume benda ujinya. Pada pengujian katup drainasi terbuka atau

pengujian

drained

(dengan drainasi), tegangan total akan sama dengan tegangan

efektifnya. Sehingga tegangan utama mayor efektifnya σ’1 = σ1 = σ3 +

σ,

sedangkan tegangan utama minor efektifnya σ’3 = σ3 dan selanjutnya tegangan

utama tengahnya σ’2 = σ’3. Pada saat keruntuhan terjadi, tegangan utama mayor

efektif sama dengan σ3 +

∆σf dimana

σf adalah tegangan deviator pada saat

keruntuhan terjadi, dan teganganutama minor efektif adalah σ’3.

(11)

Pengujian ini benda uji mulai dibebani dengan penerapan tegangan deviator

sampai mencapai keruntuhan. Pemberian tegangan sel dan saat penerapan

tegangan deviator sampai mecapai keruntuhan. Pemberian tegangan sel dan saat

penerapan tegangan deviator selama penggeserannya, tidak diizinkan air keluar

dari benda ujinya. Beban normal tidak ditransfer ke butiran tanahnya, karena pada

pengujiannya air tak diizinkan mengalir keluar, keadaan tanpa drainasi ini

menyebabkan adanya tekanan kelebihan tekanan pori (

excesspore pressure

)

dengan tidak ada tahanan geser hasil perlawanan dari butiran tanahnya.

Gambar 2.1 Alat pengujian triaksial,

sumber: Braja M. Das

Contoh kondisi

Unconsolidated

Undrained

di lapangan adalah pembuatan

pondasi dangkal yang sebelumnya dilakukan penggalian. Pada penggalian pondasi

dangkal, waktu yang dibutuhkan relatif cepat sehingga air dari dalam tanah tidak

sempat mengalir. Nilai kuat geser tanah yang didapat merupakan nilai kuat

gesertanah dari pembebanan yang dilakukan secara cepat tanpa ada proses

konsolidasi.

(12)

2.2.5

Kapasitas dukung ultimit

Analisis kapasitas dukung

(bearing capacity)

mempelajari kemampuan yanah

dalam mendukung beban pondasi dari struktur yang terletak diatasnya. Kapasitas

dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat

pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang

bidang-bidang gesernya.

Perancangan fondasi harus mempertimbangkan adanya keruntuhan geser dan

penurunan yang berlebihan. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam

perancangan fondasi adalah:

1.

Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampaunya kapasitas dukung tanah

harus dipenuhi.

2.

Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan.

Khususnya penurunan yang tak seragam harus tidak mengakibatkan kerusakan

pada struktur.

Persamaan umum kapasitas dukung Terzaghi :

untuk fondasi memanjang:

qu = cNc + poNq + 0,5

BN

    

(2.9)

untuk fondasi bujur sangkar:

qu = 1,3 cNc + poNq + 0,4

BN

    (2.10)

untuk fondasi lingkaran:

qu = 1,3 cNc + poNq + 0,3

BN

    (2.11)

untuk fondasi empat persegi panjang:

qu = cNc (1+0,3 B/L)+ poNq + 0,5

BN(1-0,2B/L)

(2.12)

dengan:

qu = kapasitas dukung ultimit (kg/cm2)

c = kohesi (kg/cm2)

po = Df.



= tekanan overbuden pada dasar fondasi (kg/cm2)

Df = kedalaman fondasi (cm)

(13)

B = lebar atau diameter fondasi (cm)

L = panjang fondasi (cm)



= berat volume tanah (kg/cm3)

Nc, Nq, N= faktor kapasitas dukung Terzaghi

Untuk nilai-nilai faktor kapasitas dukung Terzaghi dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Nilai-nilai fakor kapasitas dukung Terzaghi (1943), sumber: Braja M

Das

ϕ

Keruntuhan geser umum

Keruntuhan geser lokal

Nc

Nq

Nc

Nq

0

5.7

1

0

5.7

1

0

5

7.3

1.6

0.5

6.7

1.4

0.2

10

9.6

2.7

1.2

8

1.9

0.5

15

12.9

4.4

2.5

9.7

2.7

0.9

20

17.7

7.4

5

11.8

3.9

1.7

25

25.1

12.7

9.7

14.8

5.6

3.2

30

37.2

22.5

19.7

19

8.3

5.7

34

52.6

36.5

35

23.7

11.7

9

35

57.8

41.4

42.4

25.2

12.6

10.1

40

95.7

81.3

100.4

34.9

20.5

18.8

45

172.3

173.3

297.5

51.2

35.1

37.7

48

258.3

287.9

780.1

66.8

50.5

60.4

50

347.6

415.1

1153.2

81.3

65.6

87.1

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 (1997)
Tabel 2.2 Perbedaan Gypsum Sintetis dan Gypsum Alami
Gambar 2.1 Alat pengujian triaksial, sumber: Braja M. Das
Tabel  2.3.  Nilai-nilai  fakor  kapasitas  dukung  Terzaghi  (1943),  sumber:  Braja  M  Das

Referensi

Dokumen terkait

Tekad untuk menangani permasalahan drainase tersebut di atas haruslah dilandasi oleh indikasi bahwa tingkat kebutuhan drainase perkotaan sudah sangat tinggi terutama pada

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Skripsi dengant judul “ Perbedaan

Pada tahap persiapan ini, disusun hal-hal yang harus dilakukan dengan tujuan agar penulisan tugas akhir ini berjalan sistematis, teratur dan terstruktur, sehingga waktu

Mengetahui efektivitas layanan konseling Gestalt dengan teknik kursi kosong (empty chair) dalam meningkatkan self esteem siswa SMP Negeri 2 Undaan. Ruang lingkup

Ada dua faktor yang bisa menyebabkan siswa bisa mengalami rasa percaya diri yang rendah seperti itu, yaitu 1.) faktor dari dalam diri siswa (intern) ini

Ini menunjukkan setiap terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja sebanyak 1 jiwa saja maka akan meningkatkan upah minimum provinsi sebesar 0,855 rupiah dengan

bahwa IPA membahas tentang gejala- gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.. [236]

Hasil data penelitian di analisis menggunakan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara Pen- jualan dan Laba Bersih, dengan hasil sebagai berikut: Pengaruh antara va- riabel