• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Diktat Pemeliharaan Pesawat.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Diktat Pemeliharaan Pesawat.doc"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN DEFINISI PERAWATAN PESAWAT

Pendahuluan.

1. Perawatan pesawat merupakan salah satu fungsi kegiatan logistik yang paling penting dalam rangka mendukung kesiapan operasi. Akhir-akhir ini kesiapan pesawat cenderung menurun, berbagai upaya telah ditempuh namun belum juga mampu mengoptimalkan kesiapan Pesawat. Masalah perawatan pesawat dibahas disini dimaksudkan sebagai pembekalan awal bagi para Karbol atau pembaca yang nantinya akan berkecimpung langsung menangani Pesawat.

2. Setiap peralatan selalu akan mengalami kerusakan, setiap kerusakan akan menimbulkan gangguan terhadap proses kerja serta kerugian material, biaya dan bahkan kerugian jiwa. Kerugian tersebut tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi serta kerumitan rancang bangun dan fungsi mesin atau peralatan yang mengalami kerusakan. Untuk menghindari atau mencegah terjadinya kerusakan yang bersifat sangat merugikan/fatal. Perlu diciptakan program yang efektif dan ekonomis yang didukung oleh personel ahli serta peralatan inspeksi yang mumpuni untuk melakukan pengamatan (surveillance) terhadap kondisi dari mesin/peralatan.

3. Pengamatan kondisi peralatan secara teratur dan cermat memungkinkan dilakukan tindak pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan yang sangat merugikan/fatal. Kecermatan hasil pengamatan sangat ditentukan oleh kemampuan personel dan alat bantu inspeksi yang digunakan. Oleh Karena itu, pendidikan dan latihan personel perawatan pesawat serta upaya pengembangan alat bantu harus terus dilakukan seirama dengan perkembangan teknologi.

Kerusakan dan Perlunya Perawatan Pesawat

4. Setiap komponen mesin atau peralatan akan mengalami : a. Keausan (ware out)

b. Korosi (corrosion) c. Kelelahan (fatique)

Ketiga keadaan tersebut merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan pada mesin atau peralatan. Setiap bentuk kerusakan harus dicegah, melalui tindak perawatan pesawat yang teratur. Dengan demikian perawatan pesawat dilakukan untuk menghadapi Keausan, korosi dan kelelahan.

Definisi Perawatan Pesawat.

5. Perawatan pesawat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka mengupayakan pesawat berada pada kemampuan operasi yang dikehendaki. Tanpa

(2)

adanya perawatan pesawat, maka pesawat akan mudah mengalami kerusakan secara bertahap ataupun tiba-tiba (instantaneous failure) yang berakibat tidak lagi mempunyai kemampuan bekerja dengan baik secara ekonomis ataupun teknis. Akibat selanjutnya justru akan merugikan organisasi.

6. Perawatan pesawat pada umumnya dilihat sebagai kegiatan fisik seperti membersihkan pesawat, memberi oli, memperbaiki kerusakan, mengganti komponen dan semacamnya jika diperlukan. Untuk terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut perlu adanya dukungan suku-cadang dalam berbagai ujud sesuai dengan pesawat yang digunakan, disamping itu tentu diperlukan tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuan untuk merawat. Dengan kata lain kegiatan perawatan pesawat memerlukan adanya sumber daya seperti yang diperlukan dalam aktivitas usaha lain, yaitu man, machine, materiil, dan money (4 M). Namun tersedianya 4 M belum menjamin efisiensi dan efektifitas perawatan pesawat, untuk itu diperlukan adanya sistem perawatan pesawat, sehingga sumber daya yang diperlukan dapat dimanfaatkan dengan efisiensi yang tinggi, dan kegiatan-kegiatan perawatan pesawat berlangsung dengan efektifitas yang tinggi dalam mencapai sasaran yang dikehendaki. 7. Dari uraian diatas dapat disimpulkan definisi yang lebih singkat :

”Perawatan pesawat adalah semua dari tindak yang dilakukan menjamin pesawat selalu dalam kondisi siap pakai (serviceable); atau memulihkan-balikkan kondisi pesawat menjadi siap pakai”.

8. Fungsi Perawatan Pesawat. Fungsi Perawatan pesawat adalah mempertahankan kemampuan pesawat untuk dapat digunakan melaksanakan operasi. Dengan demikian fungsi perawatan pesawat harus dapat memenuhi tuntutan sebagai berikut :

a. Kelaikan. Memenuhi spesifikasi standar yang ditentukan, untuk menjamin keselamatan (safety).

b. Kemampuan operasional. Memenuhi ketentuan dan tuntutan standar kemapuan/kinerja yang ditetapkan bagi pesawat untuk melaksanakan misi.

c. Kesiapan operasional. Memenuhi ketentuan jumlah pesawat yang ditetapkan untuk melaksanakan misi.

d. Keandalan (reliability) optimal. Memenuhi ketentuan standar kemampuan untuk melaksanakan misi dalam jangka waktu dan kondisi/lingkungan operasi tertentu, tanpa terjadinya kerusakan.

Keempat tuntutan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin. Perawatan pesawat yang berlebihan, akan memboroskan sumber daya, dan bukanlah tujuan manajemen perawatan pesawat, sekalipun 4 tuntutan fungsi Perawatan pesawat tercapai.

9. Tujuan Perawatan pesawat. Pada umumnya tujuan perawatan pesawat adalah untuk :

"Menyiapkan personil, fasilitas dan metoda perawatan pesawat, untuk menghasilkan produk yang handal dan aman, dengan menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien, atau dengan kata lain perawatan

(3)

pesawat bertujuan mempertahankan tingkat kesiapan dan keandalan sistem sesuai kebutuhan operasi dengan menggunakan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin".

10. Konsep Perawatan Pesawat. Merupakan hasil pertimbangan dalam perencanaan pada phase konsepsional terhadap sistem atau peralatan baru. Penyempurnaan konsep ini dilakukan pada phase berikutnya merupakan penyelarasan ketentuan enjinering kepada kebutuhan operasi. Sedangkan pengembangan kemampuan perawatan pesawat diarahkan untuk optimalisasi penggunaan biaya sebagai salah satu faktor dari keseluruhan biaya produksi. Faktor lain yang mempengaruhi penentuan konsep perawatan pesawat yang meliputi penentuan tingkat perawatan pesawat serta pemusatan dan penyebaran prasarananya adalah pengoperasian, "down time", perencanaan perawatan pesawat, keseimbangan beban kerja, penentuan standard perawatan pesawat. Unsur utama pertimbangan dalam proses akuisisi awal terhadap sistem baru adalah keandalan dan kemampuan perawatan pesawat. Setiap kemampuan perawatan pesawat harus diciptakan untuk optimalisasi penggunaan biaya perawatan pesawat.

11. Untuk menentukan konsep perawatan pesawat yang akan digunakan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :

a. Pola pengoperasian, yang menyangkut rencana penggunaan sistem, termasuk ketentuan apakah sistem akan sering beroperasi diluar perusahaan dalam waktu yang singkat atau lama.

b. "Down Time", yang menyangkut jumlah waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan perawatan pesawat.

c. Perencanaan perawatan pesawat, berisi program perawatan pesawat yang bertujuan untuk mencapai "down time" yang minimal dan dengan penggunaan sumber daya yang seefisien mungkin. Dalam hal ini perlu memperhatikan :

1) Adanya kegiatan-kegiatan perawatan pesawat yang berkaitan, agar beban kerja perawatan pesawat dapat disusun secara teratur dan berurutan.

2) Obyek pengerjaan, yaitu mengelompokkan kegiatan pekerjaan sesuai lokasi dan interval perawatan pesawat yang sama atau berdekatan.

3) Lamanya pekerjaan dilakukan, yaitu mengelompokkan kegiatan pekerjaan sedemikian rupa sehingga "down time" sistem dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

d. Keseimbangan beban kerja diantara tiap jenis perawatan pesawat.

e. Penentuan standard perawatan pesawat, sebagai sasaran yang harus dicapai untuk menjaga mutu, keamanan dan keandalan dari hasil perawatan pesawat.

(4)

a. Pembinaan perawatan pesawat bertolak dari falsafah yang didukung oleh asas-asas perawatan pesawat dan dalam pelaksanaannya didasarkan kepada kaidah-kaidah tertentu agar dapat menentukan kebijakan dan konsep perawatan pesawat yang akan dianut. Falsafah perawatan pesawat merupakan kumpulan ketentuan yang perlu dipenuhi dan dalam pelaksanaannya didukung oleh asas-asas tertentu, sedangkan kaidah-kaidah adalah patokan yang harus ditaati dalam melaksanakan kegiatan perawatan pesawat.

b. Berisi falsafah dan kaidah-kaidah perawatan pesawat tertentu yang digunakan sebagai arahan dasar bagi pelaksanaan kegiatan perawatan pesawat sistem. Falsafah perawatan pesawat adalah kumpulan ketentuan dan azas-azas yang digunakan sebagai dasar perawatan pesawat untuk pelaksanaan kegiatan perawatan pesawat, sedang kaidah perawatan pesawat adalah rumusan aturan-aturan atau patokan yang selalu digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan perawatan pesawat.

13. Falsafah Perawatan Pesawat. Falsafah perawatan pesawat adalah kumpulan prinsip/asas yang dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan perawatan pesawat. Prinsip/asas yang dewasa ini digunakan adalah :

a. Reliability. Realiability adalah kemampuan suatu mesin atau peralatan melaksanakan misi tertentu dalam kondisi tertentu dan untuk jangka waktu tertentu dengan tidak terjadi kerusakan.

b. Economic. Penggunaan sumber daya sehemat mungkin.

Dengan demikian, falsafah yang dijadikan pemilihan dasar dalam perumusan dan penyusunan kebijakan Perawatan pesawat beserta program Perawatan pesawatnya adalah reliability dan economic.

14. Pembinaan perawatan pesawat sistem pada dasarnya mengupayakan terwujudnya kesiapan yang tinggi dengan penggunaan sumber daya yang seekonomis mungkin, namun dapat dipenuhi persyaratan kelaikan sistem yang ditentukan dan memiliki kemampuan operasional yang tinggi. Dengan demikian falsafah perawatan pesawat sistem adalah :

a. Perawatan pesawat harus dapat mewujudkan tingkat kesiapan yang maksimal dalam menjamin tercapainya sasaran kemampuan operasi yang ditentukan.

b. Perawatan pesawat harus dapat menjamin terwujudnya keamanan sistem yang optimal.

c. Perawatan pesawat harus dapat mendaya gunakan sumber daya yang tersedia secara ekonomis.

Berdasarkan falsafah tersebut, penyelenggaraan pembinaan perawatan pesawat sistem pada dasarnya mengupayakan terwujudnya kesiapan yang tinggi dengan penggunaan sumber daya se-ekonomis mungkin, namun dapat memenuhi persyaratan kelaikan sistem yang ditentukan dan memiliki kemampuan operasional yang tinggi.

(5)

pelaksanaan kegiatannya, berasal dari rencana induk yang memuat wewenang pembinaannya secara terpusat serta bagaimana penempatan prasarananya yang diperlukan. Pola tersebut harus mampu menanggulangi masalah teknis yang timbul secara cepat dan tepat serta mampu mengikuti perkembangan teknologi dan tuntutan operasi, sehingga berhasil dan berdaya guna seoptimal dan seefisien mungkin disertai jaminan kualitas keandalan. Apabila diuraikan, maka azas-azas perawatan pesawat yang digunakan adalah :

a. Perawatan Pesawat Optimum. Tingkat, urutan dan frekuensi penanganan perawatan pesawat diusahakan efisien dengan memperhatikan efektivitas operasi.

b. Efektif dan Efisien. Kegiatan perawatan pesawat harus berhasil guna dan berdaya guna secara optimal.

c. Kesiapan dan Keandalan. Kesiapan yang dihasilkan harus disertai jaminan kualitas keandalan.

d. Cepat Tanggap. Mampu mengatasi permasalahan teknis yang timbul secara cepat, agar tidak mengganggu kesiapan operasional sistem.

e. Kenyal. Mampu mengikuti perkembangan tuntutan operasi serta kemajuan teknologi.

f. Pemusatan dan Penyebaran Prasarana Perawatan Pesawat. Prasarana perawatan pesawat tertentu ada yang harus dipusatkan untuk meningkatkan efisiensi dan ada yang perlu disebar dalam rangka meningkatkan efektivitas.

16. Kaidah Perawatan Pesawat. Kaidah perawatan pesawat merupakan patokan dalam melaksanakan kegiatan perawatan pesawat. Patokan-patokan tersebut meliputi patokan tentang apa yang dimaksud dengan perawatan pesawat sistem, kelaikan sistem, kemampuan operasional, kesiapan, keandalan dan penggunaan sumber daya, dengan penjelasan selengkapnya tersebut dibawah ini :

a. Perawatan Pesawat. Perawatan pesawat adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar pesawat selalu dalam keadaan siap pakai (serviceable) atau memulihkan kondisi pesawat dalam kondisi siap pakai.

b. Kelaikan Sistem. Kelaikan sistem adalah kemampuan terancang pada suatu sistem untuk melaksanakan fungsinya secara aman dalam batas-batas kondisi operasional yang telah ditetapkan, ditentukan oleh besaran konfigurasi, standard konstruksi, spesifikasi "performance" dan spesifikasi "teknis". Kegiatan perawatan pesawat untuk menjaga kelaikan sistem pada dasarnya meliputi dua tindakan yaitu mengendalikan konfigurasi dan integritas teknik sistem serta menjamin peralatan dalam sistem yang menentukan kelaikan sistem dapat berfungsi sesuai ketentuan spesifikasi "performance"-nya.

c. Kemampuan Operasional. Kemampuan operasional adalah kemampuan yang dimiliki oleh sistem untuk melakukan bermacam-macam operasi.

d. Kesiapan. Kesiapan adalah keadaan siap baik dalam jumlah maupun kualitas sesuai kebutuhan yang digunakan melaksanakan misi operasi.

(6)

Kesiapan dapat digunakan untuk menilai keberhasilan atau efektivitas kegiatan perawatan pesawat.

e. Keandalan adalah kemungkinan suatu sistem mampu melaksanakan misi/fungsi tertentu pada kondisi tertentu tanpa kegagalan. Pengertian keandalan meliputi kelaikan sistem, kemampuan operasi dan kesiapan.

f. Penggunaan Sumber Daya. Kriteria efisiensi erat kaitannya dengan penggunaan sumber daya seefisien mungkin, sehingga setiap kegiatan perawatan pesawat yang tidak menimbulkan dampak positif baik terhadap kesiapan sistem maupun kesiapan operasional yang dinilai tidak efisien harus dihindari.

Unsur Dasar Kebijakan Perawatan Pesawat

17. Kebijakan perawatan pesawat adalah pernyataan persyaratan dasar yang harus dipenuhi, agar tujuan perawatan pesawat tercapai. Lima unsur dasar kebijakan perawatan pesawat adalah sebagai berikut :

a. Unsur APA menjelaskan proses perawatan pesawat yang harus dilaksanakan.

b. Unsur BILAMANA menjelaskan waktu dan pada saat mana pelaksanaan perawatan pesawat harus dikerjakan (Interval Waktu).

c. Unsur DIMANA menjelaskan tempat fasilitas yang digunakan untuk melaksanakan perawatan pesawat.

d. Unsur BAGAIMANA menjelaskan standard enjinering dan prosedur yang diberlakukan dalam pelaksanaan perawatan pesawat.

e. Unsur oleh SIAPA menjelaskan siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan perawatan pesawat.

18. Unsur kebijakan APA, BILAMANA dan DIMANA adalah hasil suatu proses keputusan yang dimulai pada saat awal pengadaan sistem, dan berlanjut terus sepanjang usia penggunaan sistem yang bersangkutan. Keputusan ini akan selalu dievaluasi kembali dengan perkembangan lingkungan dan bertambahnya pengalaman dalam pengoperasiannya. Kepentingan utama dari penentuan kebijakan perawatan pesawat ini adalah penggunaan yang efektif dan efisien dari sumber daya yang tersedia. Kebijakan yang mengakibatkan perawatan pesawat yang berlebihan akan menghasilkan kegiatan yang tidak efisien dalam penggunaan sumber daya dan memperpanjang waktu sistem. Sedang kebijakan yang mengakibatkan perawatan pesawat yang terlalu sedikit, akan menyebabkan menurunnya standard kesiapan sistem dan akhirnya akan mengurangi kelaikan dan kemampuan operasionalnya. Oleh karena itu kebijakan yang diambil haruslah dapat mewujudkan tujuan perawatan pesawat yang diinginkan dengan memperhatikan falsafah dan kaidah yang dianut. 19. Unsur kebijakan BAGAIMANA dan OLEH SIAPA merupakan penyempurnaan dari tiap unsur yang pertama dalam rangka pelaksanaan kegiatan perawatan pesawat. Dalam kaitan ini, mengingat banyaknya jenis sistem yang dimiliki, yang berbeda pengetrapan perawatannya, maka perlu dirumuskan suatu sistem perawatan pesawat yang seragam dan dapat digunakan sebagai standard yang dapat diberlakukan bagi

(7)

semua jenis sistem. Untuk itu perlu lebih dulu dilakukan pengkajian enjinering secara lebih mendasar.

20. Dari lima elemen tersebut dapat disusun program Perawatan pesawat yang efektif dan efisien. Program Perawatan pesawat yang pertama disusun oleh pabrik pembuat mesin/peralatan, kemudian dapat disempurnakan oleh pengguna berdasarkan pengamatan dan analisis kerusakan selama mesin/peralatan dioperasikan. Penyempurnaan bertujuan untuk mendapatkan program Perawatan pesawat yang efektif dan efisien, sesuai tuntutan dan kondisi lingkungan penggunaan.

BAB II

MANAJEMEN DAN DUKUNGAN PERAWATAN PESAWAT

1. Kegiatan dan Dukungan Perawatan Pesawat. Pelaksanaan pencapaian tujuan yang memerlukan beberapa aspek dukungan dengan bertitik tolak pada pokok-pokok pembinaan yang merupakan kebijakan yang harus dianut. Untuk mengetahui berbagai kegiatan perawatan sistem yang dilaksanakan, perlu dipahami ketentuan tentang bentuk, macam dan interval/toleransi perawatan, seperti berikut ini :

a. Dasar kegiatan perawatan pesawat yang dikenal ada beberapa macam antara lain:

1) Berdasarkan Jam sistem : 50, 100, 300 dsb.

2) Berdasarkan waktu kalender : 3 Bulan, 1 Tahun, dsb.

3) Isochronal : 1) dan 2) dipakai bersama tergantung mana yang datang lebih dulu. Umpamanya perawatan 100 jam/3 Bulan, 300 jam/8 Bulan, 1200 jam/3 Tahun dsb.

4) On condition, artinya perawatan dilaksanakan setelah kondisi sistem berada dibawah batas minimum yang diperbolehkan rusak. b. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perawatan antara laian sebagai berikut:

1) Pemeriksaan :

a) Pemeriksaan terhadap sistem yang dalam kondisi siap pakai, bertujuan untuk melihat apakah ada hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan/kecelakaan. Kegiatannya merupakan tindakan pencegahan kerusakan, menentukan jenis dan tingkat ke rusakan serta kebutuhan suku cadangnya atau menentukan suatu pekerjaan telah dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku, sehingga mutunya terjamin.

b) Pemeriksaan terhadap sistem yang dalam kondisi tidak siap pakai/rusak (unserviceable) untuk menentukan jenis dan tingkat kerusakan, serta suku cadang yang diperlukan.

(8)

c) Pemeriksaan yang dilakukan atas sistem yang selesai mengalami perawatan, untuk melihat apakah prosedur dan mutunya sesuai.

2) "Servicing". Meliputi pencucian, pelumasan dan hal-hal yang sejenis. Kegiatan ini merupakan perawatan pencegahan, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai petunjuk dan prosedur yang berlaku. Contohnya adalah pelumasan bagian-bagian yang bergerak, penambahan BBMP, pengisian oxygen dsb.

3) Perbaikan. Meliputi pembongkaran dan penggantian yang rusak, pemasangan kembali dan pengujian. Merupakan perawatan tak terjadwal untuk memperbaiki bagian-bagian yang rusak atau yang tidak memenuhi ketentuan. Pekerjaannya meliputi pembongkaran, penggantian yang rusak, pemasangan kembali dan pengujian.

4) Perawatan Bengkel (bay "servicing"). Ditujukan untuk mencegah timbulnya kerusakan suatu barang, dilaksanakan secara terjadwal. Pekerjaan ini hampir menyerupai Perawatan Pulih Balik, hanya lingkup pembongkaran dan perbaikannya tidak sedalam Perawatan Pulih Balik. Penggantian serta perbaikan dilakukan secara terbatas atas bagian-bagian yang kadar kerusakannya relatif lebih tinggi dari bagian lain.

5) Pulih Balik. Bertujuan untuk memulihkan kondisi materiel agar dapat berfungsi sesuai standard persyaratan yang ditentukan. Kegiatan ini meliputi pekerjaan pembongkaran, penggantian, perbaikan, pemasangan kembali, uji-fungsi.

6) Modifikasi. Kegiatan untuk mengadakan perobahan pada kondisi asli sistem dengan cara menambah, mengurangi atau membentuk menjadi lain dengan tujuan a.l.:

a) Meningkatkan kemampuan.

b) Mempermudah/Perawatan/pengoperasian. c) Mengurangi biaya perawatan/pengoperasian.

7) Uji Coba. Adalah Pengujian yang dilakukan atas suatu item/subitem untuk meyakinkan bahwa dapat berfungsi dengan baik. Pengujian ini dilakukan dengan prosedur sederhana, tanpa/dengan peralatan peralatan ukur.

8) Uji Fungsi. Adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui berfungsinya suatu item, apakah berfungsi sesuai standard atau parameter yang telah ditentukan. Pengujian dilaksanakan secara teliti dengan menggunakan peralatan ukur yang presisi.

c. Interval dan Toleransi Perawatan

(9)

perawatan terjadwal yang berurutan.

2) Perpanjangan interval perawatan maksimum "plus" 10% dari batas interval pemeliharan terjadwal yang terpendek, dilaksanakan untuk keadaan bersifat darurat.

3) Toleransi perawatan maksimum "minus" 10% dari batas interval perawatan terjadwal yang terpendek dilaksanakan untuk mempertahankan penjadwalan ("staggering") perawatan.

2. Dukungan Perawatan. Penyelenggaraan kegiatan perawatan sangat erat kaitannya dengan kegiatan aspek dukungannya yang meliputi pelaksanaan perawatan, materiel, fasilitas dan peralatan serta jasa dan dana, atau dengan kata lain perawatan sebagai salah satu fungsi Logistik, penyelenggaraannya sangat terkait dengan fungsi-fungsi Logistik lainnya. Disamping itu, kelancaran pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh kesiapan unsur-unsur dukungannya. Unsur-unsur perawatan tersebut adalah :

a. Pelaksanaan Perawatan. Meliputi :

1) Personil Pelaksanaan Perawatan. Harus memiliki kualifikasi sesuai persyaratan yang ditetapkan agar dapat menjamin kualitas dan keandalan hasil perawatan.

2) Tempat Pelaksanaan Perawatan. Disesuaikan dengan macam/beban kerja yang dihadapi.

b. Materiel. Yang perlu diperhatikan dalam bidang ini adalah :

1) Pengendalian Persediaan. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan rencana kebutuhan materiel yang didasarkan pada rencana operasi dan "Consumption rate" serta penentuan penggunaan materiel yang didasarkan pada jadwal waktu dan tempat penggunaan materiel. Agar sasaran pelaksanaan perawatan dapat dikendalikan dengan baik sesuai rencana, maka kegiatan pengendalian materiel harus ditangani langsung oleh pembina alat utama bersangkutan.

2) Komponen Perbaikan. Komponen perbaikan merupakan unsur utama dari dukungan suku cadang bagi perawatan sistem, pengendaliannya melibatkan aspek perawatan maupun pembekalan.

c. Fasilitas dan Peralatan Perawatan. Disamping dapat mendukung kelancaran kegiatan perawatan, fasilitas dan peralatan tersebut memerlukan perawatan tersendiri. Sedangkan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penggunaannya, maka dalam upaya membina kesiapannya perlu memperhatikan standarisasi dan kelengkapan yang dikaitkan dengan tingkat-tingkat perawatan yang didukungnya. Dalam hal ini meliputi bangunan, beserta instalasinya, GSE dsb.

d. Jasa. Yang dimaksud dengan jasa dalam kaitannya dengan bidang perawatan sistem adalah kegiatan analisa untuk menentukan konsep perawatan yang akan di laksanakan, menyusun standard enjinering termasuk ketentuan baru sesuai situasi dan kondisi yang ada, pengendalian kualitas serta pendapatan kegiatan perawatan dan penyampaian informasi dalam meliputi

(10)

Enjinering, publikasi teknik, pengendalian kualitas, informasi dsb.

e. Dukungan Anggaran. Kelancaran kegiatan Perawatan Sistem sangat dipengaruhi tersedianya materiel berupa suku cadang dan komponen serta jasa yang diperlukan. Untuk penyediaan kebutuhan materiel dan jasa tersebut menuntut adanya dukungan anggaran dalam jumlah dan waktu pengalokasian yang tepat, setelah melalui proses perencanaan program dan anggaran yang berlaku. Penyediaan anggaran untuk dukungan kegiatan perawatan berorientasi pada prioritas kebutuhan berdasarkan pada rencana/program perawatan jangka panjang, sedang dan pendek.

3. Disamping membagi dukungan perawatan menjadi lima kelompok, ada juga pembagian menjadi unsur-unsur yang lebih rinci yaitu sebagai berikut :

a. Test & Support Equipment, meliputi tools, alat-alat monitoring, alat ukur, alat kalibrasi, tangga kerja, dan External/Built in Test.

b. Spares & Repair parts, meliputi semua repairable spares, repair parts, consumeable, dan special supplies.

c. Personnel & Training, yaitu personil yang diperlukan sesuai dengan tugas masing-masing, beserta training yang dibutuhkan untuk mencapai kualitas tertentu.

d. Transportation & Handling, meliputi alat angkat dan alat angkut.

e. Fasilitas, yang meliputi Gedung, instalasi air, listrik, udara tekan, pemanas, AC, alat komunikasi dsb.

f. Technical Data, meliputi drawing, microfilm, operating & maintenance instruction, modification instruction, program Komputer, serta informasi dan prosedur lainnya.

4. Pemusatan dan Penyebaran Prasarana Perawatan. Dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran perawatan yang tersedia, maka pengembangan kemampuan perawatan sistem diatur antara lain sebagai berikut :

a. Pada setiap pangkalan induk harus tersedia kemampuan perawatan tingkat ringan dan sedang. Bagi Pangkalan yang hanya memiliki kemampuan tingkat ringan, maka kemampuan perawatan yang ada harus ditingkatkan sampai menjadi tingkat sedang terbatas, kekurangan akan dibebankan kepada kemampuan tingkat sedang yang ada dipangkalan induk.

b. Depo Perawatan sistem dikembangkan sesuai karakteristik kemampu-an yang dimiliki, didalamnya dikembangkan pusat kemampuan perawatan item/komponen/assemblies tertentu dengan menghindari kemungkinan timbulnya duplikasi. Contoh : Bengkel motor, propeller, listrik dan seterusnya. 5. Pola Pembinaan Perawatan. Tuntutan kebutuhan perawatan yang meliputi kebutuhan untuk penyelenggaraan kegiatan perawatan serta kebutuhan aspek dukungannya perlu diatur dan dibina secara jelas, konsisten dan berlanjut berpedoman pada prinsip serta ketentuan dalam penyelenggaraan pembina fungsi perawatan dan

(11)

stratifikasinya.

a. Prinsip Pembinaan Pemeliharaan Sistem (Binharsis). Adalah dasar-dasar kebijakan dalam penyelenggaraan perawatan yang baru dianut yang memuat sasaran, fungsi, asas, metoda, sarana serta tata laksana yang meliputi :

1) Sasaran. Adalah terciptanya kondisi perawatan yang efektif dan efisien serta dapat diandalkan guna menunjang kebutuhan operasional. 2) Fungsi. Untuk mendapatkan hasil dan daya guna pembinaan perawatan sistem yang maksimal, maka pola pembinaannya disusun sesuai prinsip yang berasaskan pembinaan keahlian, memegang teguh tujuan, pengembangan kemampuan dan asas kekenyalan. Dengan dasar yang demikian diharapkan bahwa sasaran yang dibuat mempunyai arah yang jelas dan relistis, dapat memanfaatkan kemajuan Ilpengtek serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan kondisi serta tersedianya sumber daya yang dilaksanakan oleh personil ahli dan trampil sebagai hasil pendidikan dan latihan serta pengalaman yang diperolehnya.

3) Azas. Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna pembinaan perawatan yang maksimal, maka pola pembinaan disusun sesuai prinsip yang berazaskan pembinaan keahlian, memegang teguh tujuan, pengembangan kemampuan dan azas kekenyalan. Dengan dasar yang demikian diharapkan bahwa sasaran yang dibuat mempunyai arah yang jelas dan realistis, dapat memanfaatkan kemajuan Ilpengtek serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan kondisi serta tersedianya sumberdaya yang dilaksanakan oleh personil ahli dan trampil sebagai hasil pendidikan dan latihan serta pengalaman yang diperolehnya.

4) Metoda. Pola pembinaan perawatan menganut prinsip yang menggunakan metoda observasi, evaluasi, koreksi, standarisasi dan spesifikasi. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap data yang diperoleh dari pengamatan terhadap proses pelaksanaan perawatan, akan diadakan koreksi sedini mungkin terhadap kecenderungan yang mengarah kepada suatu penyimpangan dari tolok ukur yang telah dibakukan. Dari hasil kegiatan tersebut harus mampu menghasilkan suatu standard dan spesifikasi daripembidangan yang lebih khusus.

5) Sarana. Untuk mendapatkan pola pembinaan yang efektif dan efisien, maka prinsip pembinaannya harus mempunyai sarana yang tepat dan kenyal terhadap perkembangan Ilpengtek dan tuntutan operasional. Sarana tersebut meliputi tolok ukur, sistem informasi dan piranti lunaknya. 6) Tata Laksana. Kegiatan pembinaan perawatan melibatkan beberapa unsur fungsional yang meliputi pembinaan personil, fasilitas dan peralatan menunjang, penelitian pengembangan kemampuan perawatan serta pembekalannya. Fungsi-fungsi tersebut tersusun sesuai struktur organisasi yang ada, dalam kegiatannya yang mengkait pada penanggung jawab dan pelaksana pembinaannya, perlu diselenggarakan secara koordinatif.

(12)

b. Pembinaan Fungsi Perawatan. Agar supaya pembinaan perawatan dapat diselenggarakan dengan terencana dan terarah, maka pola pembinaannya diarahkan kepada pembinaan fungsi yang disesuaikan dengan kriteria yang memuat rumusan fungsi yang harus diikuti serta penjabaran yang jelas dari kegiatannya yang harus dilaksanakan, sebagai berikut :

1) Fungsi Perawatan. Adalah upaya untuk mencapai tingkat keandalan sistem yang tinggi yang ditentukan oleh unsur kelaikan sistem yang mencerminkan aspek operasional.

2) Kriteria Pembinaan Fungsi Perawatan. Merupakan rumusan yang harus dijamin oleh fungsi perawatan meliputi :

a) Pembagian beban kerja berimbang, tepat dan jelas. b) Berwawasan kepada kebutuhan operasi/produksi. c) Dapat menampung fungsi lain secara berlanjut.

d) Sistem dan prosedur yang terinci secara tepat, jelas dan tidak tumpang tindih.

e) Penggunaan sumber daya dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien.

3) Penjabaran Pembinaan Fungsi Perawatan. Pembinaan fungsi perawatan dapat dijabarkan dalam kegiatan pembinaan yang umum dilaksanakan pada kegiatan manajemen, yaitu kegiatan perencanaan perawatan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pembekalannya. Pengendalian perawatan meliputi pengendalian beban kerja, mutu pekerjaan, materiel dan analisa perawatan.

c. Kriteria Perwujudan Kemampuan Perawatan. 1) Tidak duplikasi, dapat bersifat produktif.

2) Sesuai persyaratan teknis dalam terapan disiplin ilmu yang berlaku.

3) Secara terbatas mampu bersifat mobile untuk mendukung operasi sistem.

4) Harus memenuhi asas efektif dan efisien, kenyal serta cepat tanggap serta dapat diandalkan.

d. Kemampuan Perawatan Bergerak (Mobile). Sesuai kondisi geografis Indonesia, kadang-kadang mengharuskan tersedianya kemampuan perawatan yang bersifat mobile yang mampu mendukung operasi dari tempat dimana operasi tersebut dilaksanakan. Perwujudannya baik yang berupa pesonil terampil, kesiapan peralatan maupun dukungan materielnya didkung dari pusat. e. Pelaksanaan Pembinaan Kemampuan Perawatan.

(13)

spesifikasi, sehingga terwujud kemampuan pemeliharan yang sejenis dan terpusatkan.

6. Perencanaan. Proses perencanaan antara lain akan meliputi penentuan sasaran, mencari alternatif atau peluang, strategi atau policy pencapaian sasaran, pemecahan rencana menjadi bagian-bagian kecil serta tindak lanjut dari rencana yang dibuat. Dalam perencanaan ini perlu dibedakan dua pengertian yaitu rencana dan program. Rencana adalah arah awal yang ditentukan dari suatu kegiatan yang dapat berbentuk proyek yang spesifik atau dapat dikembangkan untuk kegiatan-kegiatan dikemudian hari, sedangkan program adalah pernyataan secara lebih tegas tentang langkahlangkah yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. proses perencanaan ini akan melibatkan seluruh instansi terkait dalam kegiatan perawatan sistem mulai dari eselon pelaksana paling bawah sampai tingkat atas. Pelaksanaan proses perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Persyaratan Suatu Rencana : 1) Obyektif.

2) Realistis.

3) Hasil koordinasi berbagai instansi yang terlibat. 4) Merupakan syarat mutlak bagi fungsi yang lain. 5) Mudah untuk diadakan penyesuaian bila diperlukan. 6) Sesuai dengan hirarki dalam organisasi.

b. Penentuan Sasaran. Dalam pelaksanaannya, sasaran yang ditentukan dikatagorikan menjadi dua katagori : sasaran utama dan sasaran antara.

c. Pencarian Alternatif/Pencarian Peluang/Penentuan Langkah-langkah. Kegiatan ini ditujukan untuk mencari peluang atau alternatif guna menentukan langkah-langkah yang bisa dimanfaatkan dalam mencapai sasaran diatas. Oleh karena itu dalam proses perencanaan akan selalu digunakan sistem prioritas sesuai dengan sasaran utama dikaitkan dengan kemungkinan kondisi yang akan dihadapi, sehingga rencana yang dihasilkan akan bersifat objektif dan realistis, fleksibel serta dapat mengisi semua fungsi organisasi yang terlibat. Untuk itu maka proses pencarian alternatif ini akan didasarkan kepada :

1) Analisis perawatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini akan melibatkan seluruh strata organisasi dari instansi yang terlibat sesuai fungsinya masing-masing.

2) Kondisi-kondisi luar yang mungkin terjadi, misalnya perkembangan teknologi dibidang sistem. Kegiatan ini harus dilaksanakan oleh top manajer yang akan disebar luaskan kepada satuan-satuan bawah.

3) Kemampuan pendanaan yang akan dialokasikan. Penentuan langkah-langkah dalam kaitan perencanaan akan dilaksanakan oleh manajer perawatan sistem dengan menentukan prioritas pelaksanaan

(14)

perawatan secara keseluruhan.

d. Memformulasikan Rencana. Berdasarkan langkah-langkah dari berbagai alternatif yang ada, kegiatan tersebut dapat diformulasikan kedalam rencana-rencana yang akan meliputi penjadwalan, pelaksanaan perawatan dan penentuan kebutuhan dukungannya. Kegiatan ini akan melibatkan strata-strata yang terdapat dalam organisasi yang ada.

e. Pembuatan Program.

1) Setelah pembuatan rencana tersebut selesai, selanjutnya adalah kegiatan pembuatan program. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, program merupakan pernyataan rencana dan langkah-langkah yang lebih tegas guna mencapai sasaran yang telah ditentukan.

2) Program tersebut kemudian dijabarkan lagi oleh instansi/satuan terlibat sesuai fungsinya menjadi program kerja tahunan masing-masing. 7. Pengontrolan/Pengendalian. Kegiatan pengontrolan merupakan gabungan dari dua kegiatan yang sangat erat kaitannya, yaitu pengawasan dan pengendalian. Fungsi kontrol terdapat disemua strata organisasi yang dilaksanakan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Pelaksanaan proses pengontrolan tersebut sebagai berikut:

a. Sarana Untuk Pengontrolan. Terdiri dari :

1) Tolok Ukur, yaitu sarana yang digunakan untuk meniali hasil pelaksanaan kegiatan perawatan sistem yang berupa kriteria-kriteria yang dipersyaratkan.

2) Sistem Informasi, Yaitu sarana yang digunakan untuk penyampaian data/informasi yang diperlukan dalam kegiatan perawatan yang dilaksanakan.

3) Piranti Lunak, yaitu sarana yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perawatan berupa peraturan atau petunjuk yang bersifat direktif atau arahan, instruksi maupun perangkat lunak lainnya yang diperlukan.

b. Pengawasan Kegiatan Perawatan. Yaitu kegiatan mengawasi atau mengamati dan membandingkan pelaksanaan perawatan dengan rencana dan program yang telah ditentukan. Kegiatan pengawasan meliputi :

1) Pemantauan. Yaitu mengikuti perkembangan pelaksanaan perawatan secara cermat dan terus menerus melalui laporan tertulis yang terjadwal dari pusat-pusat perawatan dan pengamatan lain.

2) Pencocokan. Yaitu mengamati dan membandingkan secara terus menerus antara hasil pemantauan denagn ketentuan dalam perencanaan dan program yang telah ditetapkan melalui inspeksi dilapangan.

3) Standarisasi dan Spesifikasi. Sebagai upaya memudahkan pengawasan perlu diadakan standarisasi dan spesifikasi kegiatan

(15)

perawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan, yaitu standarisasi dan spesifikasi yang menyangkut seluruh perawatan tingkat ringan, sedang dan berat.

c. Pengendalian Kegiatan Perawatan. Pengendalian adalah kegiatan pengontrolan yang meliputi pengaturan pekerjaan, pemeriksaan, pencegahan serta analisa kecenderungan terhadap hasil pelaksanaan kegiatan perawatan. Kegiatan tersebut adalah :

1) Pengendalian Beban Kerja. Yaitu pengendalian terhadap kelancaran jalannya pekerjaan dengan melaksanakan kegiatan penjadwalan, pengaturan pekerjaan, tenaga kerja dan tindak perbaikan. 2) Pengendalian Mutu Pekerjaan. Yaitu pengendalian terhadap terpenuhinya mutu atau kualitas hasil pemeriksaan terhadap manual, petunjuk, peralatan tingkat ketrampilan maupun hasil dan kualitas kerja. 3) Pengendalian Materiel. Yaitu kegiatan untuk mengatur pemenuhan kebutuhan materiel dari satuan perawatan serta pencegahan terhadap penggunaan materiel yang tidak efisien.

4) Analisis Perawatan. Yaitu proses pengumpulan data pelaksanaan kegiatan perawatan yang diadministrasikan, pengelompokan data serta penganalisisan terhadap kecenderungan penurunan produksi perawatan.

d. Pemberian Arah. Fungsi pemberian arah yang merupakan bagian dari fungsi pengontrolan dapat pula disebut dengan kata lain yaitu memimpin, melaksanakan, supervisi, mengeluarkan perintah atau membimbing. Proses pemberian arah terjadi di semua strata organisasi perawatan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing dengan tetap berpedoman kepada arahan atau instruksi top manajer.

8. Komunikasi. Komunikasi yang dimaksud merupakan penyampaian ide atau data tentang kegiatan perawatan kepada instansi/satuan yang memerlukannya. Informasi yang disampaikan dapat berupa instruksi, arahan atau data serta analisis perawatan dengan menggunakan sarana telepon, telex, facsimile, jasa pos, caraka dan lain-lain.

Pentingnya Manajemen Perawatan.

9. Di atas telah diuraikan banyak aspek dari perawatan. Terlihat bahwa perawatan bukan hanya sekedar ganti oli. Permasalahannya pun cukup kompleks, tidak kalah dengan pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi yang lain. Perawatan juga membutuhkan semua sumber daya usaha yaitu manusia, mesin, bahan, dan dana secara riil. Perawatan yang baik akan menjamin kelancaran jalannya sistem, memang butuh beaya namun dibanding beaya kerusakan sebagai akibat tidak terselenggaranya perawatan tetap lebih menguntungkan. Sebaliknya perawatan yang buruk bisa berarti pengeluaran beaya yang jauh lebih besar.

10. Suatu aturan umum dalam dunia usaha mengatakan : “Bila suatu masalah telah menjadi kompleks dan berdampak besar, maka manajemen yang baik harus

(16)

diterapkan”. Demikian halnya dengan perawatan bagi suatu sistem, manajemen perawatan yang baik akan mendatangkan kebaikan pada sistem yang bersangkutan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh T.M. Husband dalam Maintenance Management and Terotechnology, Saxon House 1976, sebagai berikut :

"Maintenance Management is a vitality important aspect of the national economy. Huge amount of money are allocated to maintenance each year by industrialized nations. Recent estimates from official sources suggests for example that some £ 1100 million per year was being spent on direct maintenace by the British Manufacturing Industries as long ago as 1968. In West Germany the comaparable value for 1971 was roughly $ 3000 million. In the U.S.A maintenance costs amounts regularly to around 4 percent of net sales from the manufacturing industries".

Kerusakan (Failure).

11. Kerusakan adalah kondisi suatu mesin/peralatan yang menyimpang dari persyaratan standard yang telah ditentukan bagi sutau mesin/peralatan tersebut fungsinya dengan sempurna. Tingkat kerusakan bervariasi mulai dari ketidak mampuan suatu mesin/peralatan melakukan fungsinya sampai yang teringan yaitu mulai ditemukan indikasi dini adanya penyimpangan atau defective.

12. Jenis Kerusakan. Dari uraian tersebut diatas, jenis kerusakan dapat dikelompokan dalam dua kategori :

a. Kerusakan Fungsional. Kondisi dimana suatu mesin/peralatan tidak mampu melaksanakan fungsinya sesuai standard performance yang ditentukan. b. Kerusakan Potensial. Ditemukan indikasi dini adanya penyimpangan yang akan menimbulkan kerusakan fungsional.

13. Akibat Kerusakan. Akibat kerusakan bervariasi mulai dari kerugian biaya sampai korban jiwa dan material. Berdasarkan ciri kerugian yang ditimbulkan, akibat kerusakan dikelompokkan dalam empat kategori :

a. Safety. Menyangkut keamanan jiwa dan material. Kerusakan yang mengancam safety adalah kerusakan yang terjadi pada item/komponen/sistem yang tergolong kritis (critical item). Oleh karena itu, pengawasan terhadap safety critical items dilakukan sangan ketat. Upaya yang dilakukan untuk itu selalu dianggap cost effective.

b. Operational. Menyangkut keamanan operasional, yang mengakibatkan mesin/peralatan tidak dapat digunakan, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi berupa produksi tergangu, serta harus dikeluarkan biaya perbaikan. c. Non Operational. Kerusakan yang hanya menyebabkan kerugian dalam bentuk biaya penggantian dan perbaikan komponen. Tidak menyebabkan mesin/peralatan lumpuh berproduksi.

d. Hidden Failure. Kerusakan yang terjadi pada item yang terletak dibagian yang tersembunyi. Kerusakan tersebut biasanya dapat menyebabkan kerusakan berurutan pada item lain, sehingga menimbulkan critical-failure.

(17)

Mengingat akibat yang ditimbulkan, maka hidden failure harus dihindari, melalui pemantauan secara cermat terhadap kondisi items yang letaknya tersembunyi. Pemantauan dilakukan melalui surveillance manintenance dengan alat bantu inspeksi.

14. Dampak Kerusakan. Dampak kerusakan pada mesin atau peralatan meliputi : a. Safety terancam.

b. Reliability terganggu. c. Secondary damage terjadi.

Dari ketiga dampak tersebut, dampak sentralnya adalah reliability. Bila reliability terkuasai, maka kedua dampak lain dapat dicegah.

Reliability

15. Reliability, adalah probabilita kemampuan suatu item atau peralatan melaksanakan misi tertentu, dalam kondisi tertentu dan waktu tertentu dengan tidak terjadi kerusakan.

16. Karakteristik Reliability. Meliputi :

a. Failure Pattern. Meliputi bentuk atau macam kerusakan yang terjadi serta usia terjadinya kerusakan.

b. Failure Rate. Laju terjadinya kerusakan, yang dinyatakan sebagai Mean Time Between Failure (MTBF). Yaitu usia rata-rata suatu kelompok item mampu melakukan fungsinya tanpa kerusakan. Failue rate menunjukkan tingkat keandalan suatu item atau kelompok items.

c. Failure Progression Rate. Kecepatan berkembangnya suatu kerusakan sejak pertama kali dideteksi adanya kerusakan dini sampai terjadinya kerusakan total.

17. Karakteristik reliability tersebut dapat dibentuk bila dilakuakan pengamatan (Surveillance) dan pencatatan (Recording) yang cermat dan teratur, serta dilakukan analisa yang seksama terutama terhadap critical items. Karakteristik reliability digunakan :

a. Untuk menilai efektivitas program Perawatan dan

b. Sebagai dasar penentu perbaikan program Perawatan dari kenyataan yang terjadi pada program Perawatan sebelumnya atau terdahulu.

Reliability Maintenance Program.

18. Dengan pendekatan reliability dan ekonomi, dewasa ini telah berkembang program Perawatan yang berdasarkan Reliability Program, yang dikenal sebagai Reliability Maintenance Program atau Reliability Program. Dengan program tersebut,

(18)

dimungkinkan peninjauan ulang program Perawatan yang berlaku berdasarkan analisa hasil temuan Perawatan sebelumnya untuk dibuat program Perawatan baru yang :

a. Lebih sesuai terhadap kondisi lingkungan dan operasi. b. Meniadakan tindak perawatan yang tidak efektif.

c. Menambah tindak perawatan yang memang diperlukan untuk mempertahankan reliability.

19. Keuntungan reliability maintenance program adalah :

a. Items reliability dapat diupayakan semaksimal mungkin pada inherent level agar items safety dan mission capability terjamin.

b. Waktu Perawatan (downtime), dapat diupayakan sependek mungkin sehingga kesiapan (availability) tinggi.

c. Biaya Perawatan, lebih ekonomis namun tidak mengorbankan reliability. 20. Dasar dari pelaksanaan reliability maintenance program adalah analisa Perawatan (engineering analysis) terhadap hasil pengamatan (surveillance) kondisi items atau sistem dari mesin/peralatan yang dipelihara. Analisa dapat dilaksanakan bila tersedia :

a. Kemampuan Rekayasa. Untuk melakukan analisa dan memutuskan : 1) Ketentuan tingkat lanjut perbaikan/penyempurnaan program perawatan dan tindak perawatan.

2) Perbaikan lingkungan operasional maupun teknik perlindungan terhadap items atau sistem.

3) Peningkatan fasilitas/perawatan/petunjuk kerja serta kemampuan personil.

b. Peralatan Bantu Inspeksi. Untuk melakukan pengamatan (surveillance) terhadap kondisi items atau sistem mesin, meliputi peralatan untuk :

1) Testing. Untuk menguji performance suatu sistem. Contoh : jetcal untuk menguji jet engine performance on aircraft.

2) Checking. Untuk memeriksa kondisi berdasarkan indikasi yang diperoleh dari hasil pemeriksaan. Contoh : SOAP (Spectro Oil Analysis Program) untuk mendeteksi adanya mentalik partikel dalam oli mesin, yang mengindektasi adanya keausan pada rotating parts.

3) Visual Inspection. Untuk memeriksa kondisi fisik items/komponen secara visual inspection dapat diketahui secara pasti adanya korusi, crack atau kerusakan/kelainan fisik lainnya pada failure critical items. Contoh : Boroscope, fiberscope.

(19)

4) Vibration Analizer. Untuk memantau terjadi getaran pada mesin serta menentukan sumbernya.

c. Informasi. Hasil temuan Perawatan yang terkumpul dikelola dan disajikan dalam bentuk informasi masukan untuk analisa. Kelengkapan informasi sangat tergantung pada keberhasilan pelaksanaan maintenance surveillance dan pengelolaan data serta adanya sistem dan produser yang efisien.

21. Pengendalian Hidden failure. Item atau komponen yang terletak dibagian dalam mesin tergolong hidden fungtion. Bila terjadi kerusakan, maka kerusakan tersebut tergolong hidden failure yang dapat menimbulkan seccondsary damage atau critical failure. Oleh karena itu, dalam reliability maintenance program, hidden failure harus selalu diwaspadai dan dikendalikan melalui :

a. Pemeriksaan rutin kandungan metal partikel dalam oli, untuk item atau komponen yang bergerak/berputar. Peralatan bantu untuk pemeriksaan oli adalah SOAP.

b. Pengamatan/monitoring terus menerus terhadap vibrasi atau getaran yang terjadi selama mesin dioperasikan. Peralatan yang dipergunakan adalah vibration analizer.

c. Visual inspection terjadwal atau khusus dengan fiberscope untuk melihat keadaan fisik item.

22. SOAP (Spectro Oil Analysis Program). SOAP adalah alat untuk mendeteksi adanya kandungan partikel logamdalam oli, berdasarkan spektrum masing-masing logam yang tidak sama. Selama mesin berputar, akan terjadi gesekan antara permukaan logam yang saling bersinggungan. Bila kondisi normal, yaitu clearance antar dua permukaan sesuai dengan ketebalan lapisan oli (oil film thickness) yang dipersyaratkan dalam rancang bangun, maka gesekan yang terjadi tidak akan menimbulkan keausan yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kerusakan diluar rencana/perhitungan. Namun, bila clearance antara dua permukaan tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan (lebih besar atau lebih tipis), maka akan terjadi “gesekan kering” antar dua permukaan, yang menimbulkan keasuan yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan kerusakan sebelum waktu yang diperhitungkan. Logam yang terkikis oleh gesekan akan membentuk partikel-partikel yang berada dalam oil yang terdeteksi melalui spektrumnya, sehingga diketahui jenis logam dan jumlahnya. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan tabel dalam buku petunjuk teknik yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin. Dari jenis logam yang terdeteksi dapat diketahui komponen mana yang mengalami gesekan kering atau keausan yang telah terjadi sehingga dapat dilakukan tindak Perawatan yang diperlukan. Ada dua jenis SOAP masing-masing :

a. Atomic Absorbtion Spectrophotometer. Oli yang mengandung partikel logam dibakar, sehingga oli mengalami dekomposisi. Sinar ultra violet dipancarkan ke permukaan oli yang dibakar. Sebagian sinar akan terserap (absorded) oleh atom logam. Setiap atom logam memiliki panjang gelombang penyerapan yang terukur dapat diketahui jenis logamnya. Dengan pancaran sinar “Hollow Cathode Lamp” melalui oli yang terbakar, dapat diukur jumlah kandungan partikel yang terdapat dalam oli yang diperiksa. Setiap jenis logam memiliki “Hollow Cathode Lamp” yang berbeda. Bila dikehendaki memeriksa lima macam logam, harus tersedia lima lampu katoda yang sesuai dengan

(20)

logam yang akan diperiksa. Fasilitas pendukung yang dibutuhkan adalah laboratorium penyimpanan oli sebelum dibakar, dan komputer untuk mengidentifikasi, mengukur dan merekam hasil pemeriksaan. Pemegang hak patenty adalah Parkin-Elmer, USA.

b. Atomic Emssion Spectrometer. Oli yang akan diperiksa dibakar. Pada saat terbakar setiap logam yang terdapat dalam oli juga terbakar dan memancarkan sinar dengan panjang gelombang sesuai dengan spektrumnya. Setiap logam memiliki spektrum yang tidak sama. Dari panjang gelombang spektrum yang dipancarkan dapat didefinisikan, mengukur dan merekam hasil pemeriksaan. Dapat dipindahkan dengan mudah dan sangat praktis dalam penggunaan, serta relatif lebih. Pemegang hak patentnya adalah “Baird Atomic Inc. USA.

23. Vibration Analizer. Vibration analizer adalah peralatan untuk memonitor terjadinya vibrasi (getaran) pada mesin yang sedang bergerak. Monitoring dilakukan dalam tiga sumbu X,Y,Z. Bila terjadi vibrasi atau getaran yang tidak seharusnya ada, hal ini menandakan adanya bagian/komponen yang bergerak/berputar yang mulai aus. Analisa terhadap getaran yang terjadi dapat diketahui lokasi terjadinya keausan, serta tingkat keausan yang telah terjadi. Monitoring dilakukan terus menerus, samapi hasil analisa mencapai tingkat atau batas ambang berbahay, sehingga harus segera dilakukan perbaikan sebelum kerusakan terjadi. Batas ambang berbahaya ditentukan oleh pembuat mesin, dan dimuat dalam buku petunjuk teknik, yang dinyatakan dalam perameter frekuensi dan amplitudo. Analisa keausan dilakukan berdasarkan hasil monitoring : getaran dan kandungan partikel dalam oli.

24. Fiberscolpe. Fiberscolpe atau Flexible Boroscope adalah alat bantu inspeksi visual yang sangat efektif dan efisien untuk pengamatan (surveillance) kondisi fisik internal parts mesin secara cermat, tanpa membongkar mesin. Oleh karena itu, dalam Perawatan berdasarkan reliability program, fiberscope dapat digunakan sebagai alat bantu inspeksi visual untuk maintenance surveillance dan deteksi dini terjadinya hidden failure. Penggunaan fiberscope sebagai alat bantu inspeksi, memberi manfaat pada kegiatan Perawatan sebagai berikut :

a. Dapat dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap kondisi fisik internal parts mesin secara cermat dan benar, sehingga hidden failure dapat dihindari.

b. Hasil inspeksi dapat direkam dan disaksikan banyak teknisi, sehingga salah tafsir terhadap kerusakan yang ditemukan dapat dihindari.

c. Rekaman hasil inspeksi dapat dikonsultasikan kepada pihak yang lebih kompeten untuk menentukan tindak lanjut Perawatan yang lebih sesuai/tepat. d. Informasi yang terkumpul dari visual inspection dengan fiberscope merupakan masukan yang sangat berguna bagi analisa Perawatan dan analisa rekayasa yang harus dilakukan dalam rangka Reliability Program, untuk menetukan program perawatan yang lebih sesuai dan ekonomik.

e. Inspeksi visual dengan fiberscope dilakukan tanpa membongkar mesin, dengan demikian dapat menghemat biaya.

(21)

Gambar 3.1 Cara kerja fibersclope

Interval dan Toleransi Perawatan

25. Interval Perawatan. Pada pasal sebelumnya secara selintas telah dibahas masalah ini, namun guna lebih mempertegas pentingnya perlu diuraikan lebih lengkap tentang interval perawatan. Selang waktu antara perawatan yang satu dengan yang berikutnya disebut interval perawatan. Kehandalan dan ekonomik perawatan sangat ditentukan oleh ketepatan menetukan interval perawatan. Tidak ada metode yang akurat untuk menentukan interval perawatan yang tepat, sekalipun telah dilakukan perhitungan dan pengujian, karena sangat ditentukan juga oleh kondisi lingkungan, frekuensi penggunaan, cara penggunaan dan perlakuan. Interval perawatan yang ditentukan oleh pembuat adalah interval teoritis yang dijadikan referensi dalam penentuan program perawatan. Kebenarannya masih harus diamati melalui surveilance dan analisa perawatan berdasarkan hasil temuan-temuan selama penggunaan. Dari analisa perawatan diperoleh interval yang lebih realistik dan mendekati kebenaran, namun tetap belum sepenuhnya benar, karena masih tergantung pada kondisi lingkungan dan cara pengoperasiannya selanjutnya. Penentuan interval perawatan juga mempertimbangkan faktor lain, yaitu :

a. Kriteria Karakteristik Keandalan. Berhubungan dengan derajat kritisnya suatu item/peralatan/komponen, hidden function, critical item/peralatan/komponen dan sebagainya.

b. Kriteria Karakteristik Kerusakan. Berhubungan dengan pengaruh atau dampak kerusakan yang diakibatkan rusaknya suatu item/peralatan/komponen. c. Kriteria Ekonomi. Berhubungan dengan down time, harga item/peralatan/komponen, man-hours, kerusakan/kerugian selanjutnya, tuntutan kesiapan operasi dan sebagainya.

26. Macam Interval Perawatan. Ada dua macam interval perawatan, yaitu :

a. Interval Tetap. Menyatakan batas maksimal tetap antara satu perawatan dengan perawatan berikutnya.

(22)

b. Interval Tidak Tetap. Menyatakan batas waktu perawatan yang tidak tetap, tergantung dari hasil-hasil evaluasi analisa perawatan. Interval tidak tetap ini biasanya untuk item/peralatan/komponen yang perawatannya berdasarkan on condition.

27. Menentukan Interval Tetap Perawatan. Interval tetap diberlakukan pada perawatan terjadwal. Pertimbangan yang dipakai untuk menentukan panjang interval tetap meliputi :

a. Tingkat Keandalan yang Dipersyaratkan. Terutama untuk peralatan/komponen yang tergolong Safety Critical Item dan Mission Critical Item, interval tetapnya harus ditetapkan berdasarkan tingkat keandalan yang dipersyaratkan, yaitu tingkat kerusakan yang mungin timbul, yang masih dapat ditolerir.

b. Tingkat Perkembangan Kerusakan/Laju Kerusakan (Failure Rate). Merupakan pertimbangan sangat penting. Untuk item/peralatan yang tingkat kerusakannya relatif rendah dapat menggunakan interval yang agak panjang. Sebaliknya yang cenderung sering rusak, intervalnya harus lebih pendek, sesuai dengan tingkat perkembangan kerusakan.

c. Fungsi Tersembunyi (Hidden Function). Merupakan kelompok khusus yang dapat meniumbulkan terjadinya secondary damage, sehingga intervalnya ditentukan oleh pabrik dan dipenuhi secara tepat, dan selalu dipantau dengan cermat selama dalam interval perawatan.

d. Perawatan yang berlebihan (Over Servicing). Interval harus ditentukan secara maksimum dan sesuai/sepadan dengan tingkat keandalan yang dipersyaratkan. Perawatan yang berlebihan dapat menurunkan tingkat keandalan serta tidak ekonomis. Untuk menghindari perawatan yang berlebihan perlu dilakukan analisa perawatan, sehingga dapat dilakukan peninjauan ulang secara teratur terhadap inerval yang tepat ditetapkan untuk diubah/disesuaikan.

28. Toleransi Interval. Interval tetap tidak selalu dapat ditepati, yang disebabkan oleh kepentingan operasi/produksi. Oleh karena itu perlu diberikan toleransi. Toleransi diberikan dalam presentasi atau jumlah satuan jam atau hari/minggu, bulan. Maksimum toleransi yang dapat diijinkan adalah 2 x 5% dari interval tetap yang telah ditentukan. Toleransi 5% pertama diberikan setalah terbukti bahwa rekaman hasil pemeriksaandan analisa perawatan membuktikan mesin secara keseluruhannya dalam keadaan sehat, dengan pengertian tidak ditemukan adanya keluhan operator maupun gangguan/kerusakan. Toleransi 5% kedua diberikan setelah terlebih dahuludilakukan pemeriksaan khusus pada item/komponen yang dikatagorikan critical item dan atau mission critical. Toleransi 5% ketiga tidak diberikan.

BAB III

(23)

Pendahuluan

1. Secara harafiah kata pemeliharaan memiliki arti yang sama dengan perawatan. Maka untuk penyebutan lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pemeliharaan pesawat sama dengan perawatan pesawat.

Bentuk Perawatan pesawat

2. Ada tiga bentuk perawatan pesawat :

a. Preventive maintenance. Meliputi semua tindak perawatan pesawat yang bertujuan menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan terhadap suatu mesin/peralatanyang sudah diketahui karakteristik dan bentuk kerusakannya. Tindak perawatan pesawat yang harus dilakukan pada umumnya sudah ditentukan oleh manufacturer dalam petunjuk teknik.

b. Surveillance Maintenance. Meliputi semua tindakan yang bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kondisi suatu item. Surveilance dilaksanakan melalui pengamatan/pemeriksaan, functional maupun operational testing. Surveillance manintenance dibagi dalam dua kategori :

1) Specific Surveillance. Dilakukan untuk mendeteksi kondisi item tertentu, untuk keperluan tertentu, seperti kekurangan informasi atau ada indikasi yang meragukan.

2) General Surveillance. Dilakukan secara teratur dengan maksud untuk mengumpulkan informasi perihal kondisi item atau sistem tertentu. Informasi yang terkumpul secara teratur merupakan data yang sangat berguna dalam melakukan analisis untuk :

a) Mengetahui perkembangan kondisi suatu mesin/peralatan atau performance suatu sistem.

b) Mendeteksi dini kerusakan untuk mengindari terjadinya kerusakan fatal.

c) Menilai efektivitas program Perawatan pesawat yang selama ini dilakukan.

Pengumpulan data general surveillance ini merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dalam upaya menjamin kesiapan mesin atau peralatan serta upaya mengembangkan program perawatan pesawat yang reliable dan economic.

c. Corrective Maintenance. Meliputi tindak Perawatan pesawat yang bertujuan memulih balikan kondisi suatu mesin atau peralatan ke tingkat kondisi atau kemampuan yang dipersyaratkan. Corrective Maintenance dilakukan setelah kerusakan/penyimpangan terjadi atau mulai terdeteksi dari hasil surveilance Maintenance.

(24)

Macam Perawatan Pesawat.

3. Perawatan pesawat dapat dibagi menjadi beberapa macam, tergantung dari dasar yang dipakai untuk menggolongkannya, salah satunya berdasarkan tabel berikut.

Tabel 3-1 : Tingkat Perawatan pesawat dan macam kemampuannya.1

ORGANIZATIONAL MAINTENANCE INTERMEDIATE MAINTENANCE DEPOT/PRODUCER MAINTENANCE

* On-Site Corrective & Preventive Maintenance

* Supply Support (Critical items) * System Test Capability (Built-in) * Personnel (Low Skills) * Operational Environment

* Corrective & Preventive Maintenance

(Subsystem Level) * Supply Support

* Test and Support Equipment

* Personnel (Medium Skills * Field Shop Facility

* Detail Maintenance/ Overhaul/Calibration/ Manufacturing * Supply Support

* Factory Test Equipment * Personal High Skill * Fixed Facilities

Blancard & Fabricky, Logistics Engineering and Management , Prentice Hall Int'l, 2nd Edition 1986.

4. Dari tabel tingkat perawatan pesawat, para ahli membagi jenis atau macam perawatan pesawat sebagai berikut :

a. Berdasarkan Tingkat Perawatan pesawat. Penentuan tingkat perawatan pesawat pada dasarnya berpedoman kepada bobot pekerjaan yang meliputi kerumitan, macam dukungan serta waktu yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Tiga tingkatan dalam perawatan pesawat sistem, yaitu tingkat ringan, sedang dan berat, dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Perawatan Pesawat Tingkat Ringan. Bersifat preventif yang dilaksanakan untuk mempertahankan sistem dalam keadaan siap operasi dengan cara sistematis dan periodik memberikan inspeksi, deteksi dan pencegahan awal. Dalam kegiatan ini digunakan peralatan pendukung perawatan pesawat secukupnya serta personil dengan kemampuan yang tidak memerlukan tingkat spesialisasi tinggi. Kegiatannya antara lain menyiapkan sistem servicing, perbaikan ringan.

2) Perawatan Pesawat Tingkat Sedang. Bersifat korektif, dilaksanakan untuk mengembalikan dan memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan memberikan perbaikan atas kerusakan yang telah menyebabkan merosotnya tingkat keandalan. Kegiatannya antara lain terbatas pada parts, sub assemblies, modifikasi, perbaikan dan pengetesan motor, kalibrasi, dan pencegahan korosi. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut didukung dengan peralatan serta fasilitas bengkel yang cukup lengkap. Kegiatannya meliputi :

(25)

a) Pemeriksaan berkala/periodik bagi sistem. b) Inspeksi terbatas terhadap komponen sistem.

c) Perbaikan terbatas pada parts, assemblies, subassemblies dan komponen.

d) Modifikasi materiel seperti ditentukan sesuai dengan kemampuan perbengkelan.

e) Perbaikan dan Pengetesan sistem.

f) Pembuatan/produksi perlengkapan/parts. g) Test dan kalibrasi/pengukuran.

h) Pencegahan dan pengendalian korosi.

3) Perawatan Pesawat Tingkat Berat. Bersifat restoratif dilaksanakan pada sistem yang memerlukan "major overhaul" atau suatu pembangunan lengkap yang meliputi assembling, membuat suku cadang, modifikasi, testing serta reklamasi sesuai keperluannya. Perawatan pesawat tingkat berat meliputi pekerjaan yang luas dan intensif atas suatu sistem. Pekerjaan tersebut mencakup Pulih Balik, perbaikan yang rumit yang memerlukan pembongkaran total, perbaikan, pemasangan kembali, pengujian, serta pencegahan korosi dan pengecatan. Dalam pelaksanaannya diperlukan dukungan peralatan serta fasilitas kerja yang lengkap dan tingkat keahlian personil yang cukup tinggi serta waktu yang relatif lama. Perawatan pesawat tingkat berat diselenggarakan di Berat. Tujuan perawatan pesawat Berat adalah menjamin keutuhan fungsi struktur sistem dan sistemnya dengan meneyelenggarakan pemeriksaan mendalam terhadap item dan bagian rangka sistem tertentu pada interval yang telah ditetapkan. Lingkup kegiatan perawatan pesawat Berat meliputi :

a) Pemeriksaan bagian tertentu dari sistem yang diketahui atau diperkirakan akan rusak karena "fatique", korosi atau kerusakan mekanikal.

b) Pemeriksaan secara acak terhadap bagian tertentu yang diperkirakan jarang rusak. Pemeriksaan secara acak ini perlu diatur agar contoh yang ditentukan cukup jumlahnya sehingga dapat mencapai siklus pemeriksaan berikutnya.

c) Pemeriksaan atau pekerjaan pada bagian/sektor yang tidak termasuk dalam sub-sub pasal 1) dan 2) yaitu :

(1) Pemeriksaan sistem seperti "wiring" atau pipa-pipa pneumatic & hydraulic.

(2) Pengecatan dan pelapisan sebagian atau seluruhnya.

(26)

b. Berdasarkan periode pelaksanaannya. Tugas perawatan pesawat dapat dibagi menjadi:

1) Perawatan pesawat terjadwal. 2) Perawatan pesawat tidak terjadwal.

c. Berdasarkan dukungan dananya. Perawatan pesawat dibagi menjadi : 1) Terprogram

2) Tidak terprogram.

d. Berdasarkan Tempat Pelaksanaan Perawatan pesawat. Untuk melaksanakan kegiatan perawatan pesawat diperlukan adanya suatu tempat perawatan pesawat yang disesuaikan dengan macam/beban kerja yang dihadapi. Tempat tersebut diperlengkapi dengan peralatan-peralatan yang memenuhi persyaratan tertentu, berharga mahal, sehingga pendaya-gunaannya perlu dilakukan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya duplikasi kemampuan, maka peralatan disentralisasikan penempatannya di unit-unit perawatan pesawat sesuai tempat dan macam perawatan pesawat yang dilakukan.

e. Berdasarkan Kebijakannya :

1) Perawatan pesawat Melalui Pemeriksaan (Maintenance by Inspection). Dalam hal ini pemeriksaan cermat dilakukan pada saat-saat yang telah ditentukan untuk menilai kondisi fasilitas/sistem. Hasil pemeriksaan ini membawa pada keputusan perlu tidaknya dilakukannya tindakan perawatan pesawat yang sebenarnya tidak perlu atau dapat ditunda sampai keadaan memang membutuhkan. Sehingga kebijakan ini disebut juga sebagai perawatan pesawat berdasarkan keadaan (Condition Based Maintenance).

2) Peremajaan Sistem/Fasilitas (Facility/System Replacement). Yaitu menyisihkan suatu fasilitas yang telah tidak ekonomis lagi dan menggantinya dengan yang baru. Untuk itu perlu ditetapkan kapan saat-saat yang tepat penggantian itu dilakukan.

3) Mengubah Rancangan Untuk perawatan pesawat (Maintenance by Redesign). Hal ini dilakukan dengan mengubah rancangan fasilitas sehingga mengurangi kebutuhan akan tindakan perawatan pesawat. Sasaran yang pertama terutama dimaksudkan untuk meningkatkan maintainability fasilitas. Sedangkan sasaran kedua dilakukan antara lain dengan memperbaiki mutu komponen atau menambah suatu komponen cadangan pada komponen kritis yang sudah ada, dan sasaran terakhirnya dengan mengadakan sistem redundan (redundant system). 4) Menyediakan Persediaan Pendukung (Buffer Storage) pada kebijakan perawatan pesawat lainnya yang dipakai. Disini suatu ruangan disediakan dalam ukuran tertentu antara dua proses berurutan dengan maksud memberi tempat kepada produk-produk dari proses sebelumnya,

(27)

jika proses sebelumnya tidak menerima karena sedang mengalami aktifitas perawatan pesawat. Pada gilirannya persediaan ini akan diambil oleh proses berikutnya, jika tidak mendapatkan pasokan dari proses sebelumnya yang sedang mengalami akitifitas perawatan pesawat. Dengan demikian kelancaran aliran akan lebih terjaga dari kerusakan-kerusakan sistem dalam rangkaian proses yang dilaluinya.

Jenis Perawatan

5. Perawatan dapat berupa perawatan terencana dan tidak terencana . secara jenis dapat dilihat pada skema di bawah ini :

a. Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang memang sudah diorganisir, dilakukan rencana, pelaksanaan sesuai jadwal, pengendalian dan pencatatan.

b. Perawatan pencegahaan yaitu jenis perawatan yang dilakukan dengan interval tertentu yang maksudnya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan mesin.

c. Perawatan koreksi yaitu jenis pememeliharaan yang dimaksudkan untuk mengembalikan mesin pada standar yang diperlukan, bisa berupa reparasi atau penyetelan bagian-bagian mesin.

d. Running Maintenance adalah perawatan yang dilakukan sementara mesin masih dalam kondisi digunakan.

PERAWATAN

EMERGENCY MAINTENANCE PERAWATAN

PENCEGAHAN PERAWATAN KOREKSI

TERENCANA TIDAK TERENCANA

- Inspeksi - Penyetelan - Pemberian oli dan lain sebagainya - Penambahan beberapa komponen sehubungan dengan inspeksi Running

Maintenace Shutdown Maintenance

Reparasing karena kerusakan Breakdown Maintenance Trouble Shooting

Gambar

Gambar 3.1 Cara kerja fibersclope
Tabel 3-1 :  Tingkat Perawatan pesawat dan macam kemampuannya. 1
Gambar 5-1 : Siklus Inventori Teoritis
Gambar 5-2 : Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembelian  Peralatan/Sistem

Referensi

Dokumen terkait