• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR DUKUNGAN SUKU CADANG DAN AVAILABILITY

Dalam dokumen Konsep Diktat Pemeliharaan Pesawat.doc (Halaman 33-44)

Supply Support Factors

1. Faktor supply termasuk suku cadang dan kaitannya dengan persediaan sangat diperlukan untuk penyelesaian tindakan perawatan terjadwal dan tak terjadwal. Pada tiap tingkat perawatan, seseorang harus menentukan jenis suku cadangnya dan jumlah item yang harus dibeli dan disediakan. Juga perlu untuk diketahui bagaimana seringnya berbagai item harus dipesan dan jumlah item yang harus diadakan dalam suatu transaksi pembelian. Kebutuhan suku cadang awalnya berdasar pada konsep perawatan sistem yang didefinisikan dan ditentukan melalui Analisa Dukungan Logistik (LSA = Logistic Support Analysis). Secara esensial, jumlah suku cadang adalah fungsi dari laju kebutuhan dan termasuk pertimbangan terhadap :

a. Suku Cadang Perbaikan (Repair), termasuk penggantian item aktual yang terjadi akibat dari tindakan perawatan pencegahan dan koreksi.

b. Penambahan tingkat persediaan spares untuk memenuhi item "repairable" di dalam proses jalannya perawatan. Jika ada cadangan item (dengan antrian panjang) pada perawatan tingkat sedang, atau di tingkat berat, item-item ini dengan jelas tidak akan dapat dipakai sebagai spares yang di daur ulang untuk tindakan-tindakan perawatan. Akibatnya persediaan lebih dari yang diharapkan atau kondisinya tekor/kehabisan stock (stock-out). Dalam membicarakan problem ini, akan menjadi jelas bahwa kemampuan peralatan pengetesan, personil, dan fasilitas-fasilitas yang langsung berakibat pada waktu perulangan perawatan, dan tambahan item-item spare yang dibutuhkan dalam perawatan, sangatlah penting.

c. Penambahan tingkat persediaan dari spare dan repair parts guna memenuhi tenggang waktu pengadaan yang diperlukan untuk akuisisi item. Sebagai contoh : Data prediksi mungkin menunjukkan bahwa 10 tindakan perawatan memerlukan penggantian dari item tertentu akan terjadi dalam periode waktu 6 bulan dan memerlukan waktu 9 bulan untuk pesanan penggantian item dari supplier.

d. Tambahan tingkat persediaan spares untuk mengganti item yang di-scrap. Item repairable dikembalikan ke perawatan tingkat sedang atau ke depot yang kadang-kadang langsung dibuang (yakni tidak diperbaiki), karena melalui inspeksi diputuskan bahwa item tersebut tidak ekonomis jika diperbaiki. Pengakpkiran akan bervariasi tergantung pada penggunaan peralatan, ling-kungan, perlakuan, dan kemampuan organisasi. Peningkatan laju pengapkiran umumnya akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan spare-parts.

2. Dalam meninjau pertimbangan yang sedang atau akan dikerjakan terhadap kepentingan tertentu dalam penentuan kebutuhan spare sebagai akibat dari peng-gantian dalam performansi perawatan koreksi, maka faktor-faktor utama yang dilibatkan dalam proses ini adalah :

a. Keandalan suatu item untuk dicadangkan.

b. Jumlah item yang digunakan dan biaya/Ongkos (Cost).

c. Probabilita yang dibutuhkan dimana spare akan ada jika diperlukan.

d. Aplikasi tingkat kekritisan item sehubungan dengan tingkat kesuksesan misi.

Penggunaan faktor-faktor probabilita dan keandalan akan disajikan pada pembahasan di bawah ini, dengan disertai contoh-contoh aplikasi kuantitatif yang mendekati kenyataan di lapangan. Contoh-contoh disini tentunya tidak persis seperti yang terjadi di lapangan, demikian juga masalah angka perhitungan yang digunakanpun tidak sebagaimana yang terjadi sebenarnya, hal ini untuk memudahkan para Karbol guna dapat menerima dan memahami model kuantitatifnya. Kenyataan sebenarnya bisa lebih kompleks atau bahkan mungkin lebih mudah.

3. Dalam menentukan jumlah suku cadang, seseorang harus mempertimbangkan tingkat proteksi yang diinginkan (safety stock). Tingkat proteksinya adalah nilai P dalam persamaan diatas. Hal ini adalah merupakan Nilai Kemungkinan mempunyai spares yang tersedia jika dibutuhkan. Makin tinggi tingkat proteksinya, makin besar jumlah spares yang dibutuhkan. Hasilnya mengakibatkan beaya lebih tinggi untuk

pengadaan item dan perawatan persediaan. Tingkat proteksi atau faktor keamanan adalah suatu kendala yang berlawanan terhadap resiko kehabisan persediaan. Jika menentukan jumlah spare-parts seseorang seyogyanya mempertimbangkan kebutuhan operasi sistem (yakni : Keefektifan sistem, dan Ketersediaan/availability), dan mengembangkan tingkat-tingkat yang mencukupi pada tiap lokasi dimana perawatan koreksi dikerjakan. Perbedaan tingkatan dari perawatan koreksi mungkin mencukupi untuk item-item yang berbeda. Sebagai contoh, kebutuhan spares guna mendukung komponen-komponen peralatan utama yang sangat kritis terhadap kesuksesan suatu misi, mungkin berdasarkan pada satu faktor; item bernilai tinggi atau berharga tinggi; mungkin ditangani secara berbeda dari pada item-item berharga rendah. Dalam sembarang kejadian, keseimbangan yang optimum antara tingkat persediaan dan beaya sangatlah diperlukan.

4. Dalam pembicaraan selanjutnya, seseorang perlu membahas bukan hanya faktor permintaan untuk spares, tetapi mengevaluasi faktor-faktor ini dalam pengertian keseluruhan kebutuhan inventory. Terlalu banyak persediaan, idealnya mungkin berpengaruh terhadap permintaan spares. Bagaimanapun hal ini mahal dengan banyaknya modal yang tertahan dalam persediaan. Selanjutnya, banyak pembuangan percuma mungkin terjadi, khususnya jika perubahan sistem dilaksanakan dan komponen-komponen menjadi ketinggalan jaman (obsolete). Sebaliknya terlalu sedikit dukungan, berakibat dalam Nilai Kemungkinan dan penyebab tidak beroperasinya sistem, karena kehabisan stock (stock-out), yang mana dapat juga menjadi mahal. Umumnya yang dikehendaki adalah mendapatkan keseimbangan ekonomi antara; jumlah item dalam persediaan, pada setiap titik-titik waktu yang diberikan, frekuensi dari transaksi pembelian pesanan, dan jumlah item per pembelian pesanan.

Gambar 5-1 : Siklus Inventori Teoritis

tersebut mengasumsikan tenggang waktu/Lead Time, dan permintaan terhadap item konstan (yakni: Laju Kerusakan). Kekurangan stock dilukiskan oleh garis Consumption, jika stock berkurang pada tingkat tertentu (yang ditandai), tambahan item dipesan (digambarkan pada reorder point) dalam waktu yang cukup untuk mengijinkan

pemenuhan suplai sebelum kondisi stock-out terjadi. Istilah-istilah yang ditandai dalam gambar secara singkat didefinisikan sebagai:

a. Operating Level. Menjelaskan jumlah dari item material dibutuhkan guna mendukung operasi normal sistem, dalam interval antara pesan dan kedatangan pengiriman material.

b. Safety Stock. Tambahan stock yang dibutuhkan guna memenuhi permintaan tidak terduga, repair dan waktu siklus ulang, pipeline, tenggang waktu pengadaan, dan penundaan-penundaan yang tak terlihat.

c. Reorder Cycle. Interval waktu antara pesanan yang successive.

d. Procurement Lead Time. Jangkauan waktu dari tanggal pesanan untuk menerima pengiriman di dalam persediaan. Hal ini meliputi :

1) Tenggang waktu administrasi dari tanggal mana keputusan dibuat, untuk mengawali suatu pesanan sesuai bukti pesanan (resi) dari pemesan pada suplier.

2) Tenggang waktu produksi atau waktu dari diterimanya pesanan oleh pemasok (suplier) untuk memenuhinya dari pabrik terhadap item yang dipesan.

3) Tenggang waktu delivery dari pemenuhan pabrik untuk menerima item dalam persediaan. Tenggang waktu delivery termasuk pipeline. e. Pipeline. Jarak antara pemasok dan pelanggan (konsumen), dihitung dalam hari dari suplai. Jika aliran barang konstan diasumsikan dengan waktu transit 30 hari, dan laju konsumsi adalah satu item per hari, maka 30 item akan diperlukan dalam pipeline sepanjang waktu. Peningkatan permintaan akan memerlukan item lebih banyak di pipeline.

f. Order Point (O.P.). Titik dalam waktu jika pesanan diawali untuk tambahan jumlah spare/repair parts. Titik ini sering berkaitan terhadap tingkat persediaan yang diberikan (setelah persediaan berkurang pada titik tersebut).

Faktor-faktor Peralatan Pendukung dan Penguji

6. Kategori umum dari peralatan pendukung dan penguji mungkin termasuk spektrum yang luas dari item-item, seperti; peralatan pengujian elektronik untuk menguji ketepatan, special jigs & fixtures, tangga-tangga perawatan, mechanical test equipment, dan semacamnya. Item-item ini dalam berbagai campuran dan konfigurasinya mungkin diperuntukkan untuk lokasi-lokasi perawatan yang berbeda, dan secara geografis disebar ke seluruh fasilitas opersai dan perawatan. Bagaimanapun tanpa mempertimbangkan terhadap aplikasi dari aslinya, objektifnya adalah guna memenuhi item yang benar untuk pekerjaan yang dikehendaki, pada

lokasi yang benar, dan jadwal sesuai yang ditentukan. Disebabkan adanya perbedaan terhadap peralatan pendukung dan penguji untuk suatu sistem, adalah sulit untuk menspesifikasikan pengukuran kuantitatifnya, dimana secara umum dapat diaplikasikan. Pengukuran-pengukuran tertentu cocok untuk peralatan pengetesan elektronik, tolok ukur lain aplikatif terhadap peralatan gorund handling, dsb. Selanjutnya, lokasi dan aplikasi tertentu dari suatu item peralatan pengujian, mungkin juga menghasilkan pengukuran berbeda. Sebagai contoh : suatu item dari peralatan pengetesan elektronik yang digunakan mendukung pada perawatan tingkat ringan, mungkin mempunyai perbedaan requirement dibandingkan item yang sama yang digunakan pada perawatan tingkat sedang, yang diselesaikan dalam lokasi terkontrol. 7. Walaupun semua requirement dari peralatan pendukung dan penguji pada tiap tingkat perawatan, dipertimbangkan menjadi relatif penting terhadap kesuksesan operasi sistem, pengujian atau tempat pengetesan di fasilitas perawatan tingkat sedang dan berat adalah perlu perhatian khusus, sepanjang item-item tersebut sepertinya untuk mendukung sejumlah elemen sistem pada lokasi-lokasi pengguna (consumer) yang berbeda. Dalam hal ini, fasilitas perawatan sedang mungkin ditugasi guna memenuhi dukungan perawatan koreksi yang diperlukan untuk sejumlah besar elemen-elemen sistem yang disebarkan ke seluruh lokasi sistem. Tentunya hal ini berarti, berbagai item (yang semua diperuntukkan pada tingkat perawatan sedang) akan tiba dari berbagai pemakai pada waktu-waktu yang berbeda.

8. Jika menentukan requirement peralatan pengujian yang spesifik untuk bengkel (shop), seseorang harus dapat menentukan :

a. Jenis item-item yang akan dikembalikan ke bengkel untuk dipelihara. b. Fungsi pengujian untuk diselesaikan, termasuk parameter-parameter performansi yang diukur, sebagaimana ketepatan dan toleransi-toleransi yang dibutuhkan untuk setiap item.

c. Frekuensi yang diantisipasi dari fungsi-fungsi test per unit dari waktu, jenis dan frekuensi dari yang kembali ke bengkel, adalah didasarkan pada konsep perawatan dan data keandalan sistem.

9. Distribusi dari waktu-waktu kedatangan untuk item-item tertentu sering eksponensial negatif, dengan jumlah kedatangan item dalam periode waktu tertentu mengikuti distribusi Poisson. Item-item yang datang di bengkel, mungkin segera diproses, atau menunggu dalam antrian (queue) tergantung pada ketersediaan & kesiapan (availability) dari peralatan pengujian dan personil pelaksana yang diperlukan pada fungsi-fungsi perawatan. Jika mengevaluasi proses pengetesan itu sendiri, seyogyanya menghitung kebutuhan-kebutuhan utilisasi peralatan penguji yang diantisipasi (yakni jumlah total dari waktu "on-station" dibutuhkan per hari, bulan atau tahun). Hal ini dapat diestimasi dengan mempertimbangkan distribusi waktu repair untuk berbagai item yang datang di bengkel. Bagaimanapun lintasan waktu yang terakhir (ultimate), mungkin secara signifikan dipengaruhi, dan tergantung pada manual, semi automatic, atau full automatic dari metoda-metoda pengetesan yang dipakai.

10. Diketahuinya kebutuhan utilisasi peralatan pengetesan, adalah perlu guna menentukan antisipasi Reliability dan Maintainability dari konfigurasi peralatan uji yang sedang dipertimbangkan untuk aplikasi. Jadi dalam hal ini harus mempertimbangkan nilai MTBM, dan MDT untuk peralatan uji itu sendiri. Jelasnya, konfigurasi peralatan uji

harus lebih handal dari pada komponen-komponen sistem yang diuji (tested). Juga dalam contoh-contoh dimana kerumitan peralatan uji tinggi, sumber daya yang diperlukan mungkin luas/extensive (yakni frekuensi kebutuhan untuk kalibrasi terhadap peralatan uji dibandingkan standard utama dan kedua di dalam lingkungan ruangan yang bersih). Dalam pengertian ini, itulah kebutuhan guna menentukan waktu bahwa peralatan yang akan dapat melaksanakan fungsinya seperti yang dikehendaki.

laju kedatangan, panjang antrian, waktu proses pengetesan di station, dan atau jumlah dari station pengetesan. Pada dasarnya melibatkan teknik antrian model chanel tunggal, atau situasi multi chanel. Sejalan dengan konfigurasi perawatan menjadi makin rumit, melibatkan banyak variabel (diantaranya aslinya adalah probabilistik), maka analisa Monte Carlo mungkin lebih tepat. Dalam sembarang kejadian, untuk ini mungkin berbagai alternatif servicing yang dapat dikerjakan dan pendekatan campuran lebih disenangi.

Faktor-faktor Organisasi

12. Tolok ukur yang berkaitan dengan organisasi perawatan, pada dasarnya sama dengan faktor-faktor dimana berlaku umum untuk semua organisasi. Dari sudut pandang umum tersebut, yang berhubungan dengan dukungan logistik antara lain:

a. Waktu tenaga kerja perawatan langsung untuk setiap kategori personil, atau tingkat keahliannya diperluas dalam aktivitas-aktivitas performansi perawatan sistem. Waktu tenaga kerja (buruh) mungkin dipecah lagi untuk dapat meliputi baik itu terjadwal dan tak terjadwal, serta perawatan secara individu. Waktu buruh mungkin diekspresikan dalam :

1) Maintenance manhours per system operating hour (MMH/OH). 2) Maintenance manhours per mission cycle (or segment of a mission).

3) Maintenance manhours per month (MMH/Month).

4) Maintenance manhours per maintenance action (MMH/MA).

b. Waktu buruh tidak langsung yang diperlukan untuk mendukung aktivitas-aktivitas perawatan sistem (yakni overhead factors).

c. Laju atrisi personil atau turn over rate (dalam persen).

d. Laju pelatihan personil atau pekerja harian dari pelatihan formal per tahun dari dukungan dan operasi sistem.

e. Jumlah pesanan pekerjaan perawatan per unit waktu (yakni : minggu, bulan atau tahun) dan rata-rata waktu yang dibutuhkan guna pemrosesan pesanan pekerjaan.

f. Rata-rata waktu tunda administrasi, atau rata-rata waktu dari ketika suatu item mulai diterima untuk perawatan sampai dengan di tempat bilamana perawatan aktif pada item tersebut secara nyata dimulai.

13. Jika membicarakan keseluruhan spektrum logistik dan desain untuk kemudahan dukungan, elemen organisasi adalah kritis terhadap keefektifan dan kesuksesan jalan kehidupan dukungan sistem. Jumlah personil yang tepat dan keahliannya mesti tersedia jika diperlukan, dan individu-individu yang ditugasi pada pekerjaan yang berkaitan harusnya dilatih dan dimotivasi secara baik (sempurna). Sebagaimana

Faktor-faktor Fasilitas

14. Fasilitas diperlukan guna mendukung aktivitas-aktivitas yang berkaitan terhadap penyelesaian tugas-tugas perawatan aktif, pemenuhan fungsi pergudangan untuk spare & repair parts, keberadaan perkantoran untuk fungsi-fungsi administrasi yang berkaitan. Walaupun tolok ukur kuantitatif yang spesifik dikaitkan dengan fasilitas-fasiltas mungkin secara signifikan berbeda dari satu sistem ke yang lain. Faktor-faktor ini berikut ini menjadi relevan untuk dipertimbangkan dalam kebanyakan contoh:

a. Waktu pemrosesan item atau TAT (Turn Around Time), yaitu lintas waktu yang diperlukan guna memproses suatu item untuk perawatan, mengembalikannya ke status operasional penuh.

b. Utilisasi fasilitas, contohnya; ratio dari utilisasi waktu terhadap waktu yang tersedia untuk penggunaan, dan persentase utilisasi dalam pengertian terhadap kekosongan ruangan.

c. Utilisasi energi, di dalam performansi perawatan, sebagai contoh; unit konsumsi dari energi per tindakan perawatan, beaya konsumsi energi per kelipatan waktu atau per tindakan perawatan, dsb.

d. Total beaya fasilitas untuk dukungan dan operasinya sistem, contoh; total beaya per bulan, beaya per tindakan perawatan, dsb.

Faktor-faktor Transportasi dan Penanganannya.

15. Kebutuhan-kebutuhan transportasi termasuk pergerakan manusia dan sumber daya materiil, antara sumber-sumber suplai dan berbagai lokasi dimana aktivitas perawatan diselesaikan. Secara lebih spesifik, personil dan materiil sering dikirim dari fasilitas perawatan yang jauh ke lokasi yang memerlukan guna memenuhi dukungan perawatan lapangan. Selanjutnya, item-item peralatan yang memerlukan repair lebih mendalam, dikirimkan dari lapangan ke perawatan tingkat sedang atau perawatan pabrik. Dalam kaitan ini, transportasi memainkan peranan penting/utama dalam bidang dukungan logistik. Jika mengevaluasi keefektifan transportasi, harus memperhatikan faktor-faktor seperti :

a. Route Transportasi. Antar negara, antar benua, dalam suatu negara, jumlah dan macam warga negara yang terlibat, requirement emigrasi atau pabean, dsb.

b. Kapasitas dan Kemampuan Transportasi. Jenis transportasi (KA, Udara, Kapal laut, Jalan raya, Sungai, dsb.), volume dari barang-barang yang diangkut, jumlah item yang diangkut, per tahun berapa ton, berapa Km, dsb.

c. Waktu Transportasi. Jangka dan jarak pendek dan/atau panjang, rata-rata waktu transportasi, dsb. Faktor ini tentunya penting khususnya pada aplikasi pengangkutan personil, spare parts, dan sumber daya yang berhubungan guna mendukung aktivitas perawatan.

tahun, dsb.

16. Faktor-faktor transportasi dan penanganannya adalah penting dihadapkan pada desain sistem untuk kemudahan pengangkutan dan fasilitas. Kebutuhan transportasi harus didefinisikan, dan sistem (beserta elemen-elemennya) harus dirancang sehingga kebutuhan aktivitas transportasi dan penanganannya dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Faktor-faktor yang ditandai disini, khususnya beaya dan waktu transportasi, adalah diperlukan sebagai masukan parameter-parameter dalam melaksanakan dukungan logistik serta analisa LCC.

Faktor-faktor Piranti Lunak

17. Untuk kebanyakan sistem, software telah menjadi elemen utama dukungannya. Hal ini secara khusus benar, dimana automatisasi, aplikasi komputer, data base digital, dan semacamnya digunakan dalam penyelesaian terhadap fungsi-fungsi logistik dan perawatan.

18. Software mungkin dievaluasi dalam pengertian; tingkatan bahasa program komputer atau kerumitannya, panjang program berdasarkan jumlah baris source program, beaya per perawatan sub program atau sejenisnya. Walaupun software tidak mengalami penurunan dengan cara yang sama seperti peralatan, namun keandalan dari suatu software tetap penting dan harus diukur. Dewasa ini telah banyak diskusi tentang bagaimana mengukur keandalan software, dan tetap belum ada persetujuan yang komplit seperti pengukuran-pengukuran atau tingkat performansi yang dapat diterima. Bagaimanapun, salah satu definisi Software Reliability adalah probabilita operasi software bebas kerusakan (failure free) dari komponen software atau sistem dalam lingkungan dan waktu yang tertentu. Kerusakan didefinisikan sebagai kedatangan yang tidak dapat diterima terhadap beroperasinya program dari requirementnya; dan rusak atau fault adalah cacat (defect) yang menyebabkan kerusakan.

19. Dalam banyak kejadian, kerusakan terjadi pada awal pengembangan software, dan Software Reliability adalah fungsi dari jumlah waktu yang telah menjadi sifat terdapatnya error di dalam software, dimana tidak dapat dihilangkan. Kesalahan-kesalahannya mungkin diklasifikasikan sebagai logika yang hilang, salah address, hilangnya komentar program, problem regresi atau integrasi, problem perhitungan atau kalkulasi, dan atau problem-problem dikumentasi yang umum terjadi. Biasanya pengukurannya, dalam jumlah error per 1000 baris source program. Bahasa komputer tingkat tinggi akan lebih sedikit errornya, sepanjang lebih sedikit baris yang dibutuhkan waktu menulis, karena sudah built-in library yang diperlukan oleh pemrogram.

20. Dalam spesifikasi dan pengembangan software sistem, faktor pengukuran yang aplikatif harus diidentifikasi dan sistem harus dievaluasi yang meliputi; bukan hanya peralatan dan faktor-faktor personil, tetapi faktor-faktor software juga harus diperhatikan. Kebutuhan sumber daya dukungan logistik untuk keseluruhan sistem, meliputi pertimbangan terhadap peralatan, personil, fasiltas, data, consumeable dan software itu sendiri.

memperhatikan hal-hal yang seharusnya dipatuhi. Sering pelaksanaannya justru karena adanya unsur-unsur yang tidak relevan, seperti misalnya adanya kolusi atau bentuk perskongkolan lain yang jauh dari memperhatikan kualitas barang yang dibeli. Kondisi ini lebih sering terjadi khususnya pada perusahaan pemerintah, walaupun kenyataannya pada perusahaan swasta juga terjadi. Untuk itu rencana pembelian Peralatan/Sistem baru, perlu terlebih dahulu menggunakan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut 1 :

a. Harga ("Price"). Dalam membeli Sistem baru hendaknya memperhatikan masalah harga dan keseimbangannya terhadap kualitas barang, bukan berdasarkan hal lain yang tidak relevan.

b. Kualitas ("Quality"). Pertimbangan masalah kualitas merupakan hal mendasar dalam pembelian peralatan. Biasanya barang dengan kualitas tinggi harganya mahal, namun hal ini tidak sepenuhnya benar, Jepang telah membuktikan mampu memproduksi sistem berkualitas tinggi dengan harga relative murah, dibandingkan dengan barang yang sama produksi negara-negara barat. Untuk itu pertimbangan kualitas tetap yang terpenting, asal memperhatikan keseimbangannya dengan harga, keandalan ataupun hal lainnya.

c. Keandalan ("Reliability"). Keandalan berkaitan langsung dengan perawatan dan kualitas, barang dengan keandalan tinggi akan sedikit mengalami kerusakan dan sedikit membutuhkan perawatan. Disamping itu, barang dengan keandalan tinggi bisa dipastikan kualitasnyapun tinggi, dan bagi mesin-mesin industri hal ini sangat penting, terutama kaitannya dengan keselamatan kerja dan tercapainya "Zero Accidents". Pertimbangan masalah keandalan hendaknya selalu diperhatikan dalam setiap pembelian barang.

d. Kemudahan Dipelihara ("Maintainability"). Dari sudut pandang perawatan faktor ini termasuk penting, karena berkaitan langsung dengan kelanjutan hidupnya sistem selama dalam masa pemakaian. Makin tinggi faktor ini akan makin memudahkan perawatan sistem yang kita miliki.

e. Keistimewaan Bentuk ("Features"). Dari sudut pandang perawatan hal ini memang tidak begitu penting, namun dikaitkan dengan masalah kemudahan dipelihara, segi estetika dan penampilan peralatan, masalah "features" perlu kiranya masuk dalam pertimbangan dalam pembelian sistem baru.

f. Fasilitas ("Facilities"). Fasilitas yang dimaksud disini antara lain adalah : fasilitas purna jual, fasilitas dukungan suku cadang, fasilitas dukungan piranti lunak untuk kelancaran perawatan (seperti misalnya: Technical Manual, Technical Order, Service Bulletin dsb.). Hal ini penting untuk kemudahan perawatan dan kelangsungan hidupnya sistem yang dibeli.

g. Pengiriman ("Delivery"). Faktor ini berkaitan langsung dengan kelancaran dukungan suku cadang yang sangat diperlukan dalam perawatan sistem. Untuk itu sebelum melaksanakan pembelian peralatan atau sistem

1 David J. Smith, Reliability and Maintainability in Perspective (Practical, contractual, commercial and

Ketujuh faktor tersebut oleh David J. Smith diilustrasikan seperti dalam Gambar 5-2 di bawah ini :

Gambar 5-2 : Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembelian Peralatan/Sistem

Dalam menggunakan ketujuh faktor tersebut perlu adanya suatu pengalaman tersendiri, karena seninya adalah bagaimana kita dapat menyeimbangkan faktor-faktor tersebut tanpa merugikan pihak-pihak yang terkait dan misi utama tetap tercapai dengan baik.

ORGANIZATIONAL MAINTENANCE

Dalam dokumen Konsep Diktat Pemeliharaan Pesawat.doc (Halaman 33-44)