• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lord of Midnight. Jo Beverley. Penerbit PT Elex Media Komputindo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lord of Midnight. Jo Beverley. Penerbit PT Elex Media Komputindo"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lord of

Midnight

(3)

Lord of

Midnight

Jo Beverley

(4)

Lord of Midnight

by Jo Beverley

Published in 2001 by Topaz All rights reserved.

No part of this book may be reproduced, scanned, or distributed in any printed or electronic form without permission. Please do not participate in or encourage piracy of copyrighted materials in violation of the author’s rights. Purchase only authorized editions.

Copyright © 2001 by Jo Beverley All rights reserved.

Lord of Midnight

Alih bahasa: Mery Riansyah Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali tahun 2017 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718030021

ISBN: 978-602-04-5231-9

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan seba-gian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

1

LONDON, AGUSTUS 1101

D

engan irama bagai dentang lonceng, para pria me-malu pancang demi pancang ke tanah musim pa-nas yang gersang. Para pria lain mengikuti di belakang, mengikat tali-temali untuk menandai lingkaran di tanah berumput. Pertarungan pengadilan, pertarungan sampai mati, akan menarik sejumlah penonton, dan para pe-nonton itu harus dikendalikan dengan saksama.

Di mimbar, palu-palu tukang kayu memukul de ngan irama mendesak. Podium itu harus segera siap, untuk raja dan para ajudannya. Mimbar itu hanya berupa ba-ngunan sederhana, tanpa kanopi atau hiasan, karena tidak diperuntukkan bagi wanita bangsawan. Hari ini, alun-alun akan menjadi ruang sidang, tempat para pria membela kebenaran dengan tubuh mereka.

Alun-alun ini juga akan menjadi tempat eksekusi. Menara Putih tinggi menjulang, melingkupi halam-an rumput berbentuk lingkarhalam-an itu denghalam-an bayhalam-anghalam-an, mengingatkan semua orang bahwa kekuasaan raja-raja Norman adalah absolut, dan tak boleh ditentang. Buktinya, pemberontakan yang baru-baru ini terjadi mengarah ke sini, ke sidang kematian ini.

Bahkan sebelum palu-palu itu berhenti, kerumun-an penonton pertama berdatkerumun-angkerumun-an dari jalkerumun-an-jalkerumun-an dkerumun-an

(6)

2

J o B e v e r l e y

gang-gang terdekat, berkeluyuran di sekitar tali-temali untuk mencari tempat dengan sudut pandang terbaik. Sebagian besar masih mengunyah roti atau menenggak bir putih.

Para penjaja juga berdatangan, menyerukan bir! pai! dan buah! Para pengamen memainkan suling dan drum. Para peramal membacakan garis telapak tangan. Para dukun palsu menawarkan jamu dan jimat kebal segala penyakit.

Kendati tidak akan ada satu pun wanita bangsawan yang akan hadir, terlihat wanita-wanita di antara rak-yat jelata ini, baik yang pemberani ataupun pebisnis, karena peraturan kerajaan tidak berlaku bagi mereka. Beberapa membawa bahan jahit atau pemintal untuk dikerjakan selagi menunggu. Sebagian besar membawa anak-anak.

“Selamat pagi, Truda,” satu wanita menyapa wanita lainnya, kumparan pemintal dengan cepat menambah lapisan benang yang dia pegang. “Kata mereka, perke-lahiannya tidak akan lama.”

“Yang tua melawan yang muda, aye. Tapi kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi, Nan. Yang tua bia-sanya lebih lihai.”

“Kudengar si Clarence of Summerbourne itu sama sekali bukan prajurit.”

“Tidak mungkin.” Truda mengejek seraya menjejal-kan roti oles madu ke mulutnya, kemudian menyeka kedua tangannya ke celemek. “Kenapa dia ada di sini kalau dia bukan prajurit? Tapi bisa jadi dia tidak akan sempat berhadapan dengan juara sang raja.”

“Kalau begitu, dia tidak seharusnya menentang hak raja, bukan? Tapi tetap saja”—dan Nan dengan khidmat membuat tanda salib—“Tuhan yang akan berbicara.

(7)

3

Lord of Midnight

Kalau pria itu benar, dia akan menang melawan orang terkuat sekali pun. Tapi, dia tidak mungkin benar,” tam-bahnya dengan buru-buru seraya melirik ke sekeliling.

“Tentu saja tidak!” Truda ikut membuat tanda salib, lebih untuk perlindungan terhadap kekuasaan duniawi alih-alih kekuatan ilahi. Dengan lirih dia menambahkan, “Walau aku tidak tahu-menahu urusan panggilan Tuhan ini. Edwin-ku selalu menantang siapa pun yang menu-rutnya menghina dirinya, dan aku tidak bilang kalau dia selalu benar. Dia hanya lebih besar dan lebih kuat.”

“Ah, tapi apa keduanya memanggil Tuhan lebih dulu?” Nan melambaikan kumparan benang untuk menekankan ucapannya. “Itu masalahnya, Truda. Tuhan tidak bisa menghadiri setiap masalah kecil yang ada. Tapi ketika Dia dipanggil....”

“Oh, aku mengerti. Ini soal panggilan—” Truda ter-diam untuk melangkah ke samping dan menghujani pu-kulan ke sekumpulan bocah laki-laki yang bergulat. Dia memisahkan anaknya yang berambut pirang. “Sudah kubilang, Willy. Jangan berkelahi atau akan kusuruh kau pulang!”

“Tapi dia menyebutku—”

Truda menjewer kuping anak itu. “Jangan berkelahi, atau aku akan melemparmu ke ring dan kau yang bakal menghadapi juara sang raja.”

Bocah itu cemberut, tapi lalu duduk di kaki ibunya dan mulai mencabuti rumput dari tanah gersang.

“Semoga turun hujan,” kata Truda. “Isi tangki air se-makin surut.”

“Susah sekali mendapat air bersih,” sahut Nan menye tujui. “Tapi di langit timur sudah terlihat gerum-bulan awan. Kelihatannya memang akan hujan, tapi semoga tahan dulu hujannya sementara....”

(8)

4

J o B e v e r l e y

Kedua wanita itu kemudian membahas cuaca musim panas sampai anak laki-laki Truda menarik rok ibunya dan bertanya, “Mam, apakah itu Raja?”

Ketika itu, tempat di sepanjang batas tali telah terisi dua baris orang atau lebih, dan yang di dekat situ men-dengar kata-kata Willy, lalu menoleh. Namun para pria yang menaiki mimbar hanya membawa bangku-bangku panjang, dan satu kursi besar yang tampak berat.

“Bukan, Nak,” ujar Truda, “tapi itu kursinya, lihat. Raja akan segera tiba.”

“Lalu kapan bertarungnya dimulai?” “Saat mereka siap. Sekarang diamlah.”

Tapi anak itu menarik rok Truda sekali lagi. “Kenapa mereka bertarung, Mam?”

“Aku sudah cerita padamu. Salah satu dari mereka bi-lang Raja tidak punya hak atas takhtanya. Katanya kakak rajalah yang seharusnya berhak.”

“Lalu kenapa Raja tidak bertarung sendiri, daripada duduk saja menonton?”

“Karena para raja tidak berkelahi di pertarungan sep-erti ini, Sayang. Mereka punya pesuruh yang bertarung untuk mereka.”

Willy menarik rumput lagi. “Tidak adil,” gumam-nya. “Kalau aku, aku bakal berkelahi di pertarunganku sendiri.”

Truda memukul kepala anaknya. “Jaga bicaramu. Masalahmu dan masalah Raja sama sekali berbeda!”

Seketika kerumunan terdiam begitu barisan bang-sawan pertama berderap dari Menara. Dalam balutan tunik dan celana selutut, mereka bisa saja dianggap pria biasa, kecuali warna-warna indah serta perhiasan emas dan permata yang mereka kenakan, yang berkilau di bawah sinar matahari redup.

(9)

5

Lord of Midnight

“Mam, apakah itu—”

“Bukan, Willy. Raja akan memakai mahkota. Dan kalau kau tidak bersikap baik,” Truda menambahkan, “dia akan memenggal kepalamu.”

Bocah itu buru-buru mundur, semakin menempel dengan rok ibunya.

Sekarang para prajurit berbaju zirah dan helm ber-bentuk kerucut berderap keluar dari Menara dan menye-bar ke sepenjuru alun-alun, menempati posisi di sekitar tali, tombak-tombak panjang menancap ke tanah. Tak ada yang diizinkan turut campur dalam pertarungan pengadilan.

“Sebentar lagi,” Truda berkata.

Para bangsawan mulai berkumpul di sepanjang tali yang telah dipasangkan untuk mereka, tapi beberapa naik ke mimbar dan duduk di bangku-bangku panjang di masing-masing sisi kursi besar.

“Yang duduk di atas sana adalah orang-orang pen-ting,” Truda memberi tahu Willy dengan lembut. “Para

earl dan semacamnya. Satu atau dua uskup. Mereka akan

mengawasi agar segalanya dilakukan dengan benar.” Truda menoleh ke Nan. “Mereka tidak terlihat gembira.”

“Kudengar pria bernama Clarence itu cukup terke-nal. Barangkali mereka tidak mau melihat dia mati.”

“Tapi dia harus mati.”

Nan mengangguk. Tapi kemudian mencondongkan tubuhnya lebih dekat. “Dari yang kudengar—dari sepu-pu suami adikku, yang menjadi pengawal di Menara— mereka membiarkan pintu selnya tidak dikunci selama seminggu ini, berharap dia melarikan diri.”

Truda terbelalak. Dia balas berbisik, “Maksudmu, mereka mengira pria itu bisa saja menang?”

(10)

6

J o B e v e r l e y

Nan menggeleng. “Bukan. Mereka hanya tidak mau melihatnya mati.”

Bunyi keras trompet-trompet membungkam mere-ka. Truda menarik kerah anaknya agar berdiri. “Nah, Nak. Itu Raja!”

Henry Beauclerk, putra bungsu Penguasa Agung, sekarang Raja Inggris, berjalan keluar dari Menara Putih. Mahkota emasnya menghiasi kepala berambut hitam bergelombang, jubah ungu tuanya menjuntai menyen-tuh tanah. Dia melenggang menuju kursinya di mimbar, diikuti empat pria yang berdiri di belakangnya.

“Bukankah itu FitzRoger?” Nan menggerutu. “Yang tinggi dan berjubah hijau. Juara Utama sang raja. Dia tidak akan bertarung hari ini, kecuali bertarung dengan memakai pakaian wol.”

“Mereka tidak akan bertarung?” tanya Truda—ter-lalu keras, sehingga prajurit terdekat menoleh.

“Oh, mereka akan bertarung, Nyonya. Jangan kha-watir.”

“Jadi, siapa yang akan melawan atas nama Raja?” Nan bertanya.

“Juara baru,” jawab pria itu dengan mata menghadap depan dan berbicara dari sudut mulutnya. “Namanya Renald de Lisle.”

“Oh.” Nan meluruskan benangnya yang kusut kare-na sejekare-nak tadi perhatiannya teralihkan. “Sayang sekali. Kudengar Fitzroger itu yang terbaik. Aku ingin melihat dia bertarung habis-habisan.”

“Pengantin baru,” ujar si pengawal, menoleh sedikit untuk mengedipkan mata. “Kemungkinan besar tidak bertenaga lagi.”

Kedua wanita itu cekikikan, tapi berhenti ketika trompet-trompet kembali berbunyi. Raja sudah menem-pati kursi, jubah membentang di sekelilingnya.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut literatur-literatur itu (misalnya Anugerah Nontji, 1987, dalam [2, Triatmodjo, 2009, h.67] ), pada musim hujan yaitu Oktober – April dengan puncak pada

Hasil uji statistik menggunakan Chi- square didapatkan hasil p value = 0,200 > α = 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan keaktifan

Karena harga signifikansi kurang dari 0,05, menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang diperoleh tersebut signifikan sehingga hipotesis nihil (Ho) yang diuji dalam penelitian ini

Berdasarkan zona-zona risiko air tanah terhadap dampak negatif pemompaan air tanah dan pencemaran air tanah, maka lokasi- lokasi sumur pantau dapat ditentukan dengan

• Peningkatan mutu sekolah negeri seiring dengan banyaknya sekolah swasta yang berkualitas, baik dari sisi sarana prasarana pendidikan maupun dengan kualitas mutu dan

Permasalahan tersebut dapat teratasi dengan merancang dan membangun sistem informasi manajemen yang baru yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna dalam melakukan

Menjadikan Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Dasar (IKD) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga terkemuka di tingkat Nasional dan Asia, terutama pemuka

Bagi mereka wanita bercadar sebagai aktor atau pelaku dalam suatu tindakan sosial, cadar yang mereka kenakan mempunyai makna tersendiri yang dipakai untuk