• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persahabatan. Pembentukan Karakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persahabatan. Pembentukan Karakter"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PO Box 1090/JKS Jakarta 12010

(3)

Jika kasih ditanam, maka kasih pula yang akan dituai. Jika

persahabatan yang ditanam, maka persahabatan pula

yang akan dituai. Sahabat adalah orang yang menyebarkan

segala yang baik tanpa sepengetahuan kita.

Daftar Isi:

Julius dan Anak-anak Jalanan . . . 4

Anugerah yang Terbesar . . . 8

Kura-kura yang Suka Menggigit. . . 10

Ada Yang Butuh Kamu . . . 12

Sahabat Istimewaku . . . 13

Doa dan Menghafal Menyenangkan . . 14

Taman Sahabat . . . 15

Jadilah Sahabat . . . 16

Bingkai Persahabatan . . . 17

Moral . . . 19

Oleh Amber Darley dan Agnes Lemaire

(4)

Julius dan Anak-anak Jalanan

Pada suatu ketika adalah empat orang anak yatim piatu: Tino 13, Jamal 12, Max 11, dan Joni, tidak ada yang tahu kapan persisnya dia dilahirkan, tapi kira-kira usianya sebaya dengan anak-anak yang lainnya. Keempat anak tersebut berpakaian compang-camping dan tinggal di sebuah bangunan rusak yang sudah tidak dipakai lagi.

Mereka miskin, tetapi mereka punya sesuatu yang sangat istimewa. Mereka bersahabat baik! Mereka saling memiliki satu sama lain sehingga ini menjadikan mereka kaya akan kasih sayang dan kebahagiaan, penghiburan dan perhatian, sebab mereka saling menyayangi dan senantiasa siap membantu satu sama lain pada situasi yang sulit.

Setiap hari keempat anak ini pergi ke kota dan mengemis untuk mencari makan. Kemudian mereka pergi ke jalanan dan bermain-main.

Adakalanya jika situasi sangat sukar, mereka membayangkan tinggal di sebuah istana yang indah, dengan makanan yang berkelimpahan dan taman yang indah, dan orang tua yang memenuhi apa saja keinginan mereka. Mereka mengira semua itu akan membuat mereka benar-benar bahagia. Namun pada suatu hari mereka bertemu dengan seorang anak baru dan itu akan merubah semua pikiran mereka.

“Hei,” seru Jamal, “lihatlah anak orang kaya itu. Ini dia kesempatan untuk memperoleh uang makan! Mungkin dia akan memberi kita uang.”

“Hei, siapa namamu?”

“Eh… Julius,” jawab anak itu sedikit ragu, terkejut didekati oleh begitu banyak anak jalanan sekaligus.

“Tentu menyenangkan jadi orang kaya ya…,” kata Max. “Kamu pasti gembira. Kami miskin, tetapi kami tidak sedih, sebab kami memiliki satu sama lain. Iya kan?”

“Benar!” mereka semua menjawab.

“Ah,” Julius berkata dengan suara sedih, “menjadi orang kaya tidak membuat kita gembira jika tidak punya teman bermain. Aku lihat kalian mempunyai sesuatu yang tidak kumiliki–kalian punya satu sama lain. Aku punya harta benda, tetapi kebanyakan aku sendirian. Seandainya saja aku punya teman-teman seperti kalian, kurasa teman lebih penting daripada kekayaan.”

“Sungguh? Kamu pikir begitu?” Jamal bertanya terkejut.

“Tidak,” Joni menambahkan sambil tergelak. “Tidak mungkin begitu. Jika aku kaya maka aku akan berbahagia dengan barang-barang kepunyaanku dan aku tidak perlu punya teman.”

“Belum tentu,” tambah Jamal. “Aku tidak dapat membayangkan hidup tanpa kalian semua, tetapi aku ingin mencoba sebentar seperti apa rasanya menjadi kaya!”

Mereka membicarakan masalah itu untuk beberapa saat lamanya. Kemudian Julius punya gagasan.

“Hei, Jamal,” kata Julius. “Kamu mirip aku, ayo kita coba? Ayah sangat sibuk, beliau jarang berbicara denganku. Aku yakin beliau tidak akan melihat perbedaannya.”

“Wah, ini pasti menyenangkan!! Aku bisa tidur di tempat tidur yang hangat dan empuk, makan enak, berada di rumah yang bagus …” Jamal berbicara perlahan-lahan, kesenangannya mereda. “Kamu yakin mau berada di luar sini, Julius? Kamu yakin, kamu akan baik-baik saja?”

“Aku yakin aku akan baik-baik saja,” ujar Julius. “Mungkin baik aku bisa bertualang sedikit!”

(5)

Jadi Jamal dan Julius bertukar posisi. Ini sangat menyenangkan bagi anak-anak itu. Jamal hampir tidak bisa menunggu mencoba menjadi anak orang kaya; dan Max, Joni dan Tino sangat gembira memperkenalkan kepada teman barunya itu seperti apa kehidupan di jalanan dan menceritakan banyak kisah yang seru.

Sekarang, mari kita dengarkan cerita Jamal:

Kami semua naik kendaraan umum menuju rumah Julius. Dalam perjalanan, Julius menjelaskan segala yang perlu kuketahui agar bisa mengelabui bahwa aku adalah Julius.

Ketika kami sampai, mereka semua berdiri di ujung jalan sementara aku menuju ke pagar. Mereka mengawasi sambil menahan nafas ketika aku mendekati pintu, dengan kepala terkulai.

Ketika pengurus rumah membuka pintu, dia menyapa, “Oh mas Julius, makan malam sudah siap.”

Aku melangkah masuk, berusaha berkelakuan senormal mungkin, menuruti petunjuk yang diberikan Julius. Aku duduk di ujung meja, berusaha keras untuk tidak menatap segala sesuatu. Ayah Julius duduk di ujung meja yang satunya dan seperti yang dikatakan Julius, nampaknya beliau tidak memperhatikanku. Seusai bersantap, beliau berdiri dan meninggalkan meja makan sambil berkata:

“Julius, Ayah tahu ini akhir pekan, tetapi besok Ayah sangat sibuk dengan urusan kantor. Kamu boleh meminta salah seorang pembantu mengantarmu ke mana saja kamu mau. Sampai besok.”

“Terima kasih Ayah,” jawabku. “Aku baik-baik saja!”

Tanpa mengucapkan selamat malam atau apa pun, ayah Julius meninggalkan meja. Nah itu bukan masalah bagiku, sebenarnya aku merasa sangat lega sebab tidak harus banyak berbicara, sebab kalau tidak pasti penyamaranku terbuka. Aku berjalan menuju ke arah kamar tidur Julius.

Aku masuk ke kamar dan melihat tempat tidur berukuran besar dengan seprei dari sutera dan bantal yang empuk. Air hangat sudah dipersiapkan untukku, jadi aku masuk ke kamar mandi dan menikmatinya. Malam itu aku tidur nyenyak seperti bayi. Aku belum pernah tidur di tempat tidur.

Keesokan harinya aku bertanya-tanya di dalam hati apa yang Julius lakukan. Setelah makan pagi aku pergi ke toko mainan dan membeli mainan kereta api seperti yang sudah lama kuidam-idamkan. Aku minta agar apa yang kubeli diantar ke rumah dan sepanjang sore aku memainkannya. Setelah bermain beberapa saat lamanya, aku mulai bosan. Memang tidak menyenangkan bermain kereta-keretaan sendiri–tidak seperti kalau ada teman bermain, pikirku.

Malam itu aku mulai merasa kesepian. Aku mereka-reka apakah ini yang dimaksud Julius, bahwa lebih baik punya teman daripada kaya raya. Aku ingin kembali berada bersama-sama dengan teman-temanku. Malam itu, aku memerlukan waktu yang lama untuk bisa jatuh tertidur. Aku tertidur bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang dilakukan oleh teman-temanku dan bagaimana mereka pastilah tengah bersenang-senang.

Ketika aku bangun keesokan harinya, aku memutuskan untuk mencari Julius dan teman-temanku. Sebelum ada yang tahu, aku sudah bangun dan keluar rumah. Aku menuju ke bangunan tua itu dan benar saja, sesampainya aku di sana mereka sudah berkumpul sambil duduk di lantai bermain-main. Julius tertawa dan tersenyum! Wah, dia berubah sekali!

“Julius, aku mau tukar lagi! Aku tidak mau jadi kamu lagi. Kamu benar, memang tidak menyenangkan. Tidak ada orang yang diajak berbicara, tidak ada orang yang diajak bermain. Aku mau menjadi diriku sendiri lagi–meskipun itu berarti menjadi miskin.”

(6)

Teman-teman menatapku dengan pandangan terkejut. “Kamu mau jadi miskin lagi?” Aku tertawa sendiri. Kedengarannya menggelikan, tetapi aku tahu itulah yang

kuinginkan.

Dengan enggan Julius berkata dia akan kembali ke rumahnya dan kepada ayahnya. Kami memutuskan untuk mengantar dia. Sebagaimana biasa, pengurus rumah tangga

membukakan pintu dan sangat terkejut melihat Julius ditemani empat orang anak yatim piatu yang berpakaian compang-camping. Tapi Julius bilang dengan tegas bahwa kami adalah temannya dan sangat tegas, jadi pengurus rumah tangga membiarkan kami masuk.

Julius menceritakan kepada ayahnya apa yang terjadi, dan bagaimana selama dua hari terakhir dia tidak tinggal di rumah dan bagaimana ayahnya bahkan tidak menyadarinya.

Ayahnya mendengarkan terkejut luar biasa, kemudian mulai menjadi marah, memarahi Julius karena berkelakuan bodoh berada di jalanan tanpa bekal apapun bahkan bersama dengan para pengemis.

Kemudian menambah keterkejutan ayahnya, Julius mengisyaratkan kepada Tino, Jamal dan yang lain untuk memasuki ruangan. “Ayah, aku tidak mau tinggal di sini lagi. Ayah begitu sibuk sehingga tidak mengenal aku lagi. Aku lebih suka berada bersama-sama dengan anak-anak ini, teman-temanku. Aku ingin merasa gembira dan dikasihi, dan diperhatikan. Anak-anak ini peduli akan diriku.” Kemudian Julius memperkenalkan kami satu per satu.

Tiba-tiba saja wajah ayahnya menjadi sedih. Seakan-akan beliau akan menangis.

Mungkin beliau begitu sibuk sehingga tidak menyadari betapa kesepiannya Julius. Dikiranya dengan memberikan segala yang diinginkan Julius akan membuat dirinya berbahagia, tetapi tidak demikian.

“Julius,” katanya dengan suara bergetar, “Ayah… Ayah sayang padamu, barangkali lebih daripada yang pernah Ayah perlihatkan kepadamu, dan maafkan Ayah karena tidak selalu ada di sisimu sebagaimana seharusnya. Tentang teman-teman barumu, bagaimana kalau kita undang mereka untuk tinggal di sini untuk sementara waktu?”

“Benarkah Ayah?” seru Julius.

“Tentu saja, Nak. Ada banyak kamar di rumah ini dan Ayah yakin lebih baik daripada apa yang mereka miliki sekarang.”

Air mata memenuhi mata Julius seraya dia berlari ke dalam pelukan ayahnya untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun. “Terima kasih Ayah, aku juga sayang pada Ayah!” seru Julius.

Dan begitulah Pak Sarwono mengikut-sertakan kami semua ke dalam rumah dan

keluarganya seolah-olah ayah kami sendiri. Beliau menyuruh kami mandi dan memberi baju yang bersih bahkan mengirim kami ke sekolah dimana kami banyak belajar hal-hal yang bermanfaat. Tetapi kami juga pergi dengan Julius dan ayahnya melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama-sama dengan anak-anak di sekitar tempat tinggal Julius.

 Apa yang memberikan kebahagiaan yang sejati kepada anak-anak jalanan itu?

 Ketika Jamal (anak jalanan itu) bertukar posisi dengan Julius (si anak kaya itu), apa yang

diala-minya? Apa yang dialami oleh Julius?

 Apakah yang sangat dihargai oleh kedua anak itu?

 Bagaimana perasaan kamu tentang teman kamu? Bicarakanlah tentang bagaimana teman

lebih penting daripada uang.

(7)
(8)

Anugerah yang Terbesar

Cerita ini dikisahkan oleh orang Persia tentang seorang yang terkemuka bernama Shah Abbas, yang memerintah dengan luar biasa di Persia, tetapi senang berbaur dengan rakyat biasa dengan cara menyamar. Pada suatu ketika dia menuruni tangga yang panjang, gelap dan lembab menuju ke ruang bawah tanah dimana ada seorang penjaga tungku perapian.

Raja duduk di sebelah orang itu dan mulai bercakap-cakap. Ketika waktu makan tiba penjaga perapian mengeluarkan roti yang kering dan kehitaman serta seceret air kemudian mereka makan dan minum. Raja itu pergi namun kembali lagi dan kembali lagi, sebab hatinya dihangatkan oleh kasih dan kepedulian untuk orang yang kesepian itu. Dia memberikan nasihat dan orang miskin itu membuka hatinya dan mengasihi temannya, yang begitu ramah, begitu bijak namun demikian miskin seperti dirinya.

Setelah beberapa hari sang Raja berpikir, aku akan memberitahukan siapa diriku sebenarnya dan coba lihat pemberian apa yang diinginkannya.

Jadi sang Raja berkata, “Kamu mungkin mengira aku ini orang miskin. Sebenarnya aku adalah Shah Abbas, Rajamu.”

Dia mengira orang itu akan meminta sesuatu yang besar, tapi orang miskin itu menatapnya tanpa mengucapkan sepatah katapun namun penuh kasih dan keheranan.

Kemudian sang Raja berkata, “Kamu paham? Aku bisa membuat kamu kaya dan terkenal, aku bisa

memberikan sebuah kota bagimu, aku bisa menunjuk kamu sebagai penguasa besar. Tidak adakah yang ingin kau minta dariku?”

Orang miskin itu menjawab dengan lemah lembut, “Ya, Tuanku, aku paham. Tapi Tuan telah melakukan hal yang luar biasa, meninggalkan istana dan kemuliaan, untuk duduk bersamaku di tempat yang gelap ini, meneguk air minumku dan bukannya anggur yang lezat, berbagi rotiku yang kering, dan peduli apakah hatiku gembira atau sedih? Tidak ada lagi yang lebih berharga, yang dapat Tuan berikan. Kepada orang lain Tuan mungkin dapat menganugerahkan hadiah kekayaan, tetapi bagiku Tuan telah memberikan diri Tuan sendiri; yang kuminta hanyalah agar Tuan tidak mengakhiri persahabatan ini.”

Persahabatan adalah anugerah yang tak terkira harganya Tak dapat dibeli atau dijual,

Nilainya jauh lebih besar Daripada gunung dari emas murni. Sebab emas dingin dan tak bernyawa,

Tidak dapat melihat atau didengar, Pada masa-masa sukar Tak berdaya menjadi penggembira. Tak bertelinga untuk mendengarkan,

Tak berhati untuk memahami, Tak dapat menghibur Ataupun memberi uluran tangan.

Jadi sewaktu engkau meminta anugerah dari Tuhan Bersyukurlah sebab Ia mengirimkan

Bukan intan berlian, mutiara dan kekayaan, Namun kasih sayang dari sahabat sejati.

 Apakah yang istimewa, yang diberikan oleh sang Raja kepada penjaga tungku perapian

yang miskin itu?

 Mengapakah persahabatan sang Raja lebih penting bagi orang miskin itu daripada kekayaan

dan kehormatan?

 Jelaskan bagaimana perasaan kamu seandainya ada orang yang memberikan sesuatu

yang luar biasa kepadamu, namun tidak mengasihi atau peduli kepadamu sebagai seorang sahabat. Apakah kamu lebih suka menerima kasih sayangnya dan persahabatannya sebalik daripada hadiahnya?

 Bicarakanlah tentang seorang sahabat yang sangat berarti bagimu. Dapatkah kamu

membayangkan hidupmu tanpa sahabat?

(9)
(10)

Kura-kura yang Suka Menggigit

Lusi berbaring di pembaringan, terisak tertahan. “Tolong jangan ganggu aku!”

serunya ketika ada orang yang mengetuk pintu kamarnya.

“Mau pergi memancing dengan Ayah?” tanya Ayahnya.

Lusi bergegas melompat dari tempat tidur dan mengusap airmatanya. “Ya, Ayah!

Tolong tunggu sebentar!”

Setelah itu, selagi mereka duduk di tepi sungai menanti ikan melahap umpan,

Ayah bertanya, “Adakah sesuatu yang mengganggumu, Sayang?”

“Ayah,” kata Lusi, “tidak ada yang mau berteman denganku.”

“Kamu tahu kenapa?” tanya Ayah.

“Tidak!” jawab Lusi dengan ketus. “Mereka semua jahat!”

“Semua?” Ayah mengerenyitkan dahi.

“Ya, semua!” Lusi mengemukakan. “Aku… hey, ayo pergi! Pergi! Pergi!!”

”Ada apa?” Ayah terburu-buru menghampirinya. Tak berapa jauh dari Lusi

ada seekor kura-kura yang suka menggigit sedang menatap Lusi dan menggigiti

umpannya. “Galak sekali dia, ya?” Ayah tergelak. “Biarkan saja dia, Lusi dan dia tidak

akan menyakiti kamu.”

Lusi merasa ngeri, “Aku tidak suka kura-kura penggigit. Mari kita pindah. Ikan di

sini juga tidak mau melahap umpanku.”

“Lusi,” kata Ayah, ketika mereka sudah berada di tempat yang baru, “mungkinkah

teman-teman kamu pergi karena kamu bersikap seperti kura-kura penggigit itu,

membelalakkan mata dan menghardik setiap orang yang kamu temui?”

“Tapi, Ayah,” Lusi mulai, “aku…”

“Tunggu sebenar, Ayah belum selesai,” Ayah menyela. “Pada waktu kura-kura itu

mulai menggigit, apa yang kita lakukan?”

“Kita menghindar,” jawab Lusi.

“Mungkin itulah yang dilakukan oleh teman-temanmu, menghindar dan

membiarkan kamu sendirian,” jawab Ayah. “Ada yang bilang bahwa untuk punya

sahabat, kita harus bersahabat.”

Keesokan harinya ketika Lusi pulang dari sekolah, dia tersenyum. “Ayah benar,”

katanya. “Ketika aku berhenti menghardik orang, mereka tidak lagi menghindar.”

 Mengapa Lusi tidak punya teman?

 Bagaimana dia memperbaiki permasalahannya?

 Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu seorang teman yang ramah tamah dan pengasih?  Bicarakanlah tentang teman seperti apa yang kamu sukai. Kemudian cobalah menjadi teman

yang demikian.

 Cobalah membayangkan apa yang Lusi katakan atau lakukan di sekolah untuk mencari

teman. Mengajukan pertanyaan adalah cara yang baik untuk mengenal seseorang dan memperlihatkan ketertarikan. Setiap orang bisa bergantian bertanya kepada orang yang di sebelahnya untuk mengenal lebih lanjut. Usahakan untuk tidak mengulangi pertanyaan yang sama, tetapi pikirkanlah pertanyaan yang baru dan menarik.

(11)
(12)

Ada yang Butuh Kamu

Ada yang butuh senyumanmu hari ini,

Pelukanmu, kesediaanmu mendengar.

Ada yang butuh dorongan semangat

Kata-kata lemah lembut.

Ada yang membutuhkan uluran tangan,

Sepucuk surat—atau lebih lagi,

Ada yang butuh keceriaanmu

Untuk membesarkan semangatnya.

Ada yang butuh kemesraan

Sewaktu mereka sendu.

Dengarkanlah, ada yang memanggil—

Seorang sahabat istimewa seperti dirimu.

(13)

Teman Istimewaku

Pagi ini ketika aku terjaga

Dan menengadah ke surya,

Aku berbicara lembut,

”Selamat pagi, Tuhan—

Tolong berkati orang-orang yang kukasihi.”

Dengan serta merta aku teringat padamu

Maka aku memanjatkan doa kasih

Terutama agar Dia memberkati dirimu

Dan menjagai agar kau tak berkuatir.

Kuberpikir tentang kebahagiaan

Yang tersimpan dalam sehari,

Kudoakan semua itu untukmu

Sebab engkau yang paling layak mendapatkannya.

Aku merasakan kehangatan

Hatiku berbunga-bunga,

Aku tahu Tuhan menjawab doaku untukmu,

Dia mendengar semuanya.

(14)

Doa

Terima kasih Tuhan, Engkau memberikan

teman-teman istimewa bagiku. Tolonglah aku untuk

menghargai setiap sahabat dan memperlihatkan

kepada mereka bahwa aku mengasihi mereka dan

peduli. Sahabat adalah anugerah istimewa, terima

kasih Engkau juga telah menjadi sahabatku, Tuhan!

Menghafal Menyenangkan

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu.

Aku punya

sesuatu

untukmu!

(15)

Lembar Aktivitas

Kebun penuh dengan sahabat

Tulislah pesan ini untuk

sahabat istimewa.

Bacalah puisi tentang

persahabatan

bersama-sama.

sayang.

Kamu adalah teman yang baik.

Aku menghargai kamu karena

Persahabatan bagaikan sebuah kebun,

Yang penuh dengan bunga aneka ragam,

Tidak mungkin menjadi sempurna,

Kecuali melalui belaian kasih sayang.

Kemudian bermekaranlah bunga-bunga baru

Seiring dengan tibanya hari baru,

Sebab persahabatan bagaikan sebuah taman

Bertumbuh semakin indah tahun demi tahun.

(16)

Lembar Aktivitas

Jadilah Sahabat

Gambarlah dirimu sendiri dan tiga orang sahabatmu

pada hati ini. Tuliskanlah sesuatu yang baik, yang

ingin kalian perbuat untuk mereka pada hati di bagian bawah simpang siur. Telusurilah

jalur simpang siur dan lakukanlah perbuatan

kasih sayang.

Sahabat-mu

Tuliskanlah enam hal istimewa yang dapat kamu lakukan untuk seorang sahabatmu, setiap perbuatan dimulai

dengan huruf-huruf dari kata SAHABAT:

Sesuatu yang dapat dilakukan untuk sahabat-sahabatmu. Kamu

S

A

H

A

B

A

T

(17)

Hastakarya

Bingkai Persahabatan

Caranya:

 Guntinglah dan rekatkan hati pada karton yang tebal.  Rekatkan tepian hati—atau gunakan stepler—ke bagian

belakang bingkai. Biarkan bagian atas terbuka sehingga kamu bisa menyelipkan foto atau gambar ke dalamnya.  Gunting dan rekatkan sandarannya. Kemudian rekatkan

pada bagian belakang bingkai berbentuk hati tadi.  Sekarang kamu bisa menghias bingkai berbentuk hati itu

sesuka hatimu! Kamu bisa menggunakan kerang, bunga atau daun kering, serutan pensil, bulu, dll.

 Guntinglah foto kamu dan foto temanmu serta tempatkan-lah dalam bingkai. Jika kamu tidak punya foto, kamu bisa menggambar dirimu sendiri dan temanmu.

Yang diperlukan:

foto kamu dan foto temanmu

kertas karton lem atau stepler

hiasan gunting

(18)
(19)

Tuhan menganggap kita seperti sahabat istimewa. Sewaktu

kita meluangkan waktu untuk-Nya, Dia memusatkan seluruh

perhatian kepada kita. Tuhan mengasihi kita dengan cara yang

sangat istimewa dan berkenan sewaktu kita melewatkan waktu

bersama-Nya mencurahkan isi hati kita.

(20)

www.auroraproduction.com

Membantu anak-anak

membentuk karakter dan

nilai-nilai yang baik melalui 20 pelajaran

Pembentukan Karakter yang

terdapat dalam program ini.

Serial Pembentukan Karakter

LANGKAH

adalah program pembelajaran keterampilan

sehari-hari yang dimaksudkan untuk dipergunakan

di rumah, sebagai kegiatan ekstra kurikuler atau di

sekolah, oleh orang tua, konselor, pengurus dan

guru. Setiap buku dalam serial ini menempatkan

fokus pada pengembangan kecakapan dalam diri

individu atau antara individu, nilai-nilai sosial atau

karakter yang diperlukan untuk merasa percaya

diri secara positif dan untuk menjalankan hidup

dengan gembira dan memuaskan dalam suasana

damai dan serasi dengan satu sama lain.

Gambar

foto kamu dan foto temanmu kertas karton

Referensi

Dokumen terkait

Membuat model prediksi kondisi perkerasan jalan dengan menggunakan metode Dynamic Bayesian Network. Data

Akustik yang menyangkut arsitektural merupakan sebuah cabang.. AKBAR ALI ABDUL FATAH AMMAR TANJUNG 13.11.0128 | 182 pengendalian pada ruang arsitektural yang dapat

Setelah paket data dari tiap node sensor dapat dikirim dari perangkat mikro kemudian dikirim melalui xbee perangkat akhir dan dikirim ke koordinator, maka yang

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Media ular dan tangga dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas delapan di SMP 3

The application you will be building is a multiuser chat client running in Flash with a PHP socket server to handle the connections. This multiuser chat application will allow

Jika kuitansi sudah langsung diserahkan sekalian dengan invoice dan faktur pajak, maka dari bagian keuangan mengeluarkan tanda terima atas penye rahan kwitansi dan

Jadi simpulannya adalah dari ketujuh puisi yang terdapat pada buku paket “Inilah Bahasa Indonesiaku” semuanya terdapat nilai pendidikan dan hal ini sangat aik