• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN TAPAK DARA (Catharantus roseus L ) SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN galur Sprague Dawley

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN TAPAK DARA (Catharantus roseus L ) SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN galur Sprague Dawley"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN TAPAK DARA (Catharantus roseus L )

SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL TERHADAP TIKUS PUTIH

JANTAN galur Sprague Dawley

Sapta Rini Ardiyanti1, Min Rahminiwati 2 danBina Lohita Sari3 1&3

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Aalam, Universitas Pakuan Bogor 2

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

ABSTRAK

Tanaman tapak dara merupakan salah satu tanaman obat yang digunakan sebagai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol daun tapak dara dan untuk mengetahui dosis yang paling efektif terhadap penurunan kadar kolesterol. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Sprague Dawley sebagai hewan uji berjumlah 25 ekor tikus yang dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok dosis I diberi ekstrak etanol daun tapak dara peroral dengan dosis 36,4 mg/200g BB, kelompok dosis II 6,5 mg/200g BB, kelompok dosis III 203,84 mg/200g BB, kelompok kontrol positif diberi Simvastatin dosis 5,04 mg/200g BB dan kelompok kontrol negatif diberi larutan CMC-Na selama pengobatan 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun tapak dara dapat menurunkan kadar kolesterol dengan dosis yang paling efektif 203,84 mg/200 g BB.

Kata Kunci : Daun Tapak Dara , Kolesterol, Pakan Tinggi Kolesterol, PTU 0,01%.

EFFECTIVENESS OF ETHANOL VINCA LEAVES (Catharantus roseus L) ETANOL

EXTRACT FOR LOWERING CHOLESTEROL In Sprague Dawley Male Rat

Sapta Rini Ardiyanti1, Min Rahminiwati 2 danBina Lohita sari3 1 & 3

of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Science Aalam, University Pakuan Bogor 2

Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University.

ABSTRACT

The Vinca plant is one of the medicinal plants used in traditional medicine. This study aimed to test the effectiveness of the ethanol extract of the vinca leaves and to determine the most effective dose to decrease cholesterol. This study used 25 Sprague Dawley male rats strain. The rats sprated into 5 groups, each group consisting of 5 rats. The first group is recived a dose of etanol extract of vica leaves orally at a dose of 36.4 mg / 200g BB, second group cived a dose of 6.5 mg / 200g BB, third group III 203.84 mg / 200g BB, the positive control group cived simvastatin doses of 5, 04 mg / 200g BB and a negative control group treated with of CMC-Na solution for 14 days of treatment. The results showed that an ethanol extract of ethanol vinca leaves decrease cholesterol with the effective dose 203.84 mg / 200 g by weight.

Keywords: Leaf Tread Dara, Cholesterol, High Feed Cholesterol, PTU 0.01%.

PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskular sampai saat ini merupakan penyakit yang banyak diderita dan menyebabkan kematian di dunia termasuk Indonesia. Dari tujuh penyakit penting kardiovaskuler, penyakit jantung koroner (PJK) menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian akibat penyakit jantung (80%). Gaya hidup masyarakat Indonesia telah banyak mengalami perubahan, salah satu perubahan tersebut adalah pola makan yang

cenderung mengkonsumsi makanan tidak sehat. Makanan tidak sehat, seperti “junk food” menjadi pilihan yang sangat diminati oleh masyarakat pada saat ini, khususnya masyarakat perkotaan. Jenis makanan ini mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan dan dapat meningkatkan konsentrasi trigliserida dalam darah (Fred dan Rao,2003).

(2)

Konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam darah merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular. Kolesterol adalah salah satu lipid plasma yang utama dibutuhkan tubuh karena merupakan komponen struktural membran sel dan bahan awal pembentukan asam empedu serta hormon steroid. Senyawa ini diperoleh tubuh dari kolesterol yang terdapat dalam makanan dan dari biosintesis dalam tubuh terutama di hati. Sumber pembentukkan kolesterol adalah asetil-KoA yang dapat berasal dari senyawa karbohidrat (glukosa) dan lemak, terutama asam lemak jenuh. Menurut Murray (1997), kolesterol seperti halnya juga lipid plasma lainnya ditranspor dalam bentuk lipoprotein,terutama Low Density Lypoprotein (LDL), dan High Density Lypoprotein (HDL).

LDL merupakan lipoprotein utama pembawa kolesterol dalam plasma, mengandung ± 50% kolesterol dan berfungsi mengangkut kolesterol dari darah ke jaringan parifer.Kadar LDL dapat meningkat bila pemasukan kolesterol ke dalam tubuh tinggi, karena sebagian besar kolesterol darah berada dalam bentuk LDL, sedangkan HDL adalah lipoprotein yang mempunyai densitas lebih tinggi dari LDL karena komponen proteinnya lebih besar ± 50% dari pada trigliserida dan kolesterolnya. HDL berperan sebagai pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk selanjutnya dibuang ke dalam empedu dan diekskresikan melalui feses. HDL sering disebut sebagai factor pelindung dan homeostasis sirkulasi kolesterol dalam tubuh (Kamaludin,1993, Murray,1997, Katzung,2010).

Apabila terjadi peningkatkan kadar kolesterol darah yang tidak diikuti oleh pengeluaran yang seimbang maka akan terjadi penumpukan senyawa ini pada dinding pembuluh darah, lama kelamaan akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah tersebut. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah koroner, maka akan mengganggu suplai darah ke otot jantung dan mengganggu fungsi jantung. (Goodman, 2007, Guyton, 2007).

Tapak dara (Catharantus roseus L) adalah salah satu dari sekian banyak tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai obat. Secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan penyakit malaria, sembelit, diuretika, diabetes melitus, hipertensi dan hiperkolesterol. Tanaman tapak dara (Catharantus roseus L)

umumnya ditanam sebagai tanaman hias dan merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh di tempat terbuka atau terlindung pada bermacam-macam iklim, ditemukan dari dataran rendah sampai ketingggian 800 di atas permukaan laut. Tanaman ini mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan berbagai macam alkaloid seperti alkaloid vinblastin, vinkristin, dan leurosidin. (Depkes, 1995; Dalimartha, 2008).

BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan daun tapak dara segar, aquades, tablet Simvastatin®, Carboxil metil cellulose (CMC) 0,5%, PTU 0,01%, pakan tinggi kolesterol.

Alat yang digunakan yaitu Kandang hewan, Accu-chek®, batang pengaduk, beaker glass 250 ml, penggiling, krus, lampu fluoresens 20 watt, moisture balance, oven, pemanas air elektrik dan tempat minum, pipa kapiler, sonde lambung, strip kolesterol, tanur, timbangan, timbangan analitik.

METODE

Pembuatan Simplisia

Sebanyak 5 kg sampel daun tapak dara dikumpulkan dan dipisahkan dari pengotornya. Daun tapak dara dicuci dengan air mengalir hingga bersih, tapak dara ditiriskan, Dan dikeringkan di dibawah sinar matahri langsung sampai kering, daun tapak dara yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan grinder. Hasil dari penghalusan ini diayak dengan menggunakan mesh 30 dan ditimbang untuk mendapatkan bobot akhir. Simplisia serbuk disimpan dalam wadah yang kering dan bersih.

Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Tapak Dara

a) Penetapan Kadar Air

Prosedur penentuan kadar air simplisia dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance.

b) Penetapan Kadar Abu

Simplisia daun tapak dara sebanyak 2 – 3 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan krus dan ditara. Setelah ditara ratakan. Di pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis. Setelah dinginkan lalu timbang. Pijarkan krus dan ditara hingga bobot tetap. Syarat kadar

(3)

abu untuk simplisia daun tapak dara tidak lebih dari 11,5%

(DepKes RI, 2000).

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara

Ekstrak daun tapak dara dibuat dengan metode maserasi. Sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam botol coklat dan dituangi dengan 5 L penyari yaitu etanol 96%, lalu ditutup. Perendaman dilakukan selama 5 hari dengan penggantian penyari dan dilakuakan pengocokan sesekali dan disaring dengan kain batis kemudian diperas. Filtrat yang didapat dipekatkan dengan rotary evaporatorhingga di dapatkan ekstrak kental sebanyak 149 g dengan rendemen 29,8 %. Uji fitokimia

a) Uji Saponin

Ekstrak daun tapak dara sebanyak 2 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin (Marliana dkk., 2005).

b) Uji Tanin

Ekstrak daun tapak dara 0,5 gram dimasukkan kedalam tabung reaksi dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian dipanaskan di atas penangas air lalu diteteskan dengan larutan gelatin 1% dan natrium klorida 10% (1:1). Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan (Marliana dkk., 2005).Ujiflavonoid

Ekstrak daun tapak dara ditambah 0,1 mg serbuk magnesium, 0,4 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol, kemudian campuran dikocok. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Harborne, 2012).

c) Uji Alkaloid

Ekstrak daun tapak dara dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2N. Pengujian dilakukan menggunakan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah jingga, dan terbentuknya endapan putih kekuningan dengan pereaksi Meyer serta endapan cokelat dengan pereaksi Wagner (Harborne, 2012).

Kelompok Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Hewan uji yaitu tikus putih jantan galur Sprague Dawley dilelompokan dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, kelompok penelitian terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi ekstrak etanol daun tapak dara I, II dan III. Tikus putih jantan galur Srague-Dawley sebelum perlakuan dipuasakan selama ± 12 jam, kemudian diambil darahnya melalui ekor. Darah yang telah diambil kemudian diukur. Hari pertama perlakuan sampai hari ke-10 diberi pakan tinggi kolesterol setiap hari dan larutanProphylthiouracillum (PTU) 0,01% yang diberikan pada pagi hari dengan sonde lambung. Tikus dinyatakan objek percobaan bila kadar kolesterolnya ≥ 200 mg/dL dalam waktu 10 hari ± 7 hari.

1. Kelompok Kontrol positif (KKP): diberikan simvastatin secara oral sebanyak 5,04 mg/200 g BB(Bobot Badan)/hari dengan memberikan 1 ml suspensi simvastatin.

2. Kelompok Kontrol negatif : Kontrol negatif hanya diberikan pakan dan air minum tanpa diberikan suatu perlakuan. 3. Kelompok I : Dosis I, ekstrak daun

tapak dara dengan dosis 35 mg/200 g BB secara oral.

4. Kelompok II : : Dosis II, ekstrak daun tapak dara dengan dosis 6,5 mg/200 g BB secara oral.

5. Kelompok III : : Dosis III, ekstrak daun tapak dara dengan dosis 203,84 mg/200 g BB secara oral.

a. Perlakuan ekstrak etanaol daun tapak dara terhadap kolesterol setelah perlakuan dan perubahan bobot badan selama perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil determinasi di Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong bahwa daun tapak dara yang digunakan dalam penelitian ini adalah ( Catharantus Roseus L). Hasil pengujian kadar air pada serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun tapak dara 4,39% dan 8,74% menunjukkan bahwa serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun tapak dara memenuhi syarat secara umum bahwa kadar air simplisia tidak boleh lebih dari 11%. Sedangkan hasil pengujian kadar abu pada serbuk simplisia daun tapak dara sebesar 3,97 %. Hasil pengujian abu total memberikan gambaran mineral yang

(4)

terdapat di dalam serbuk simplisia yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

Tabel 1. Hasil Analisis Karakteristik Serbuk dan Ekstrak Kental

karakterisasi Sebuk Ekstrak Nilai

standar

Kadar air 4,39% 8,74% >11%

Kadar abu

total 3,97% - >5%

Hasil Analisis Fitokimia

Uji Fitokimia bertujuan untuk menguji keberadaan golongan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin dalam ekstrak etanol daun tapak dara. Senyawa dalam daun tapak dara seperti memiliki benerapa jenis senyawa seperti alkaloid, senyawa alkaloid ini terkandung beberapa senyawa seperti alkaloid vinka (vinkristin, vinblastin, dan vinorelbin), flavonoid dan isoflavonoid. Senyawa yang paling dominan yakni alkaloid vinka yaitu vinkristin, vinblastin dan vinorelbin. Zat itu merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen, dalam tapak dara juga terkandung tannin dan saponin. Sedangkan senyawa lainnya seperti flavonoid memiliki sifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan anti-inflamasi. dapat ditentukan dengan melihat perubahan warna setelah ditambahkan pereaksi yang spesifik untuk setiap uji kualitatif. Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun tapak dara dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2. Hasil Analisis Fitokimia Golongan Senyawa Hasil Hasil Analisis Serbuk Ekstrak Alkaloid -Bouchardat LP -Mayer LP -Dragendorff LP Endapan coklat hitam Endapan putih/kunin g Endapan jingga coklat + + + + + + Flavonoid Warna jingga + + Saponin Timbul buih + + Tanin -Larutan gelatin -Larutan FeCl3 Adanya Endapan putih Warna hitam kehijauan + + + +

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian. Sebelum dilakukan pengujian, semua hewan uji dipuasakan selam ± 12 jam dengan tidak diberikan makanan agar tidak mempengaruhi absobsi obat dalam tubuh. Setelah dipuasakan, semua tikus diperiksa kadar kolesterol dan diperoleh data kadar kolesterol puasa tikus berada pada keadaan normal dengan rata-rata 162,7 mg/dL. Tikus dikondisikan menjadi hiperkolesterolimia dengan pemberian pakan tinggi kolesterol dan pemberian PTU0,01% secara oral dengan dosis 25 mg/200 g BB.

Keadaan hiperlipidemia terjadi pada hari ke 10 dengan pemberian pakan tinggi kolesterol dan PTU 0,01% yang diberikan secara oral, Rata-rata kadar kolesterol sebelum diberikan pakan sebesar 162,7 mg/dl meningkat menjadi 259,35 mg/dl setelah induksi selama 10 hari. Tikus dikatakan hiperkolesterolemi apabila kolesterol total darah mengalami kenaikan sebesar 52,57 % setelah diinduksi dengan pakan kaya kolesterol Mustika (2010). Presentase peningkatan kadar kolesterol pada hari ke- 10 mengalami kenaikan sebesar 60,02 %, hal ini menujukkanbahwa hewan coba dapat dinyatakan hiperkolesterolemi.

Peningkatan Kadar kolesterol Tikus Setelah Induksi PTU 0,01% dan pakan kolesterol

Gambar 1. Grafik Rata-rata Hasil Pengukuran Kadar kolesterol Tikus Sebelum dan Setelah

Induksi

Tabel 3.Persentase Rata-rata Peningkatan Kadar kolesterol Setelah Induksi

No Perlakuan Kolesterol 1 (mg/dl) Kolesterol 2 (mg/dl) 1 Dosis 1 163,25 ± 7,41 250,00 ± 26,55 2 Dosis 2 176,50 ± 17,84 248,50 ± 31,82 3 Dosis 3 164,00 ± 13,04 265,00 ± 21,98 4 Kontrol Positif 161,75 ± 13,33 273,50 ± 11,09 0,00 100,00 200,00 300,00 1 2 3 4 5 6 k ad ar k olest er ol Perlakuan Sebelum Induksi Setelah Induksi

(5)

5 Kontrol Negatif 148,00 ± 6,06 259,75 ± 30,80

Rata-rata 162,70 ± 11,31 259,35 ± 24,44

Hasil Perlakuan Ekstrak terhadap Penurunan Kadar Kolesterol dan perubahan bobot badan

Tikus yang mempunyai kadar kolesterol darah ≥200 mg/dl (hiperkolesterolimia) dikelompokan menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok yang memperoleh dosis ekstrak etanol daun tapak dara dosis I (1 kali dosis) yaitu 35 mg/200 g BB, Ekstrak etanol daun tapak dara dosis II (dosis awal di bagi 5,6) yaitu 6,5 mg/200 g BB, Ekstrak etanol daun tapak dara dosis III (dosis awal dikali 5,6) yaitu 203,84 mg/200 g BB, Kontrol positif dengan Simvastatin 5,04 mg/200 g BB dan Kontrol negative dengan CMC.

Gambar 1. Grafik Rata-rata Hasil Pengukuran Kadar kolesterol Tikus Selama Perlakuan

Setelah perlakuan kadar kolesterol tikus kelompok yang memperoleh perlakuan menujukan adanya penurunan kadar kolesterol, ekstrak etanol daun tapak dara dosis I, II, III dan kontrol positif pada hari ke- 7 mengalami penurunan akan tetapi belum mencapai kadar normal. Namun pada hari ke-14 nilai kadar kolesterol sudah mendekati keadaan normal. Penurunan kadar kolesterol pada pemberisn ekstrak etanol daun tapak dara berdasarkan uji statistik (tablel 2) dosis III dan kontrol negatif berbeda sangat nyata.sedangkan pada dosis I dengan dosis II tidak berbeda nyata. Tapi kontrol negatif dengan dosis I dan dosis II memberikan respon yang berbeda nyata. Pada pemberian ekstrak etanol daun tapak dara pada dosis III

menujukkan respon yang signifikan dan merupakan dosis yang paling efektif. Pada kontrol negative yaitu kelompok yang memperoleh CMC menunjukkan tidak adanya respon yang signifikan, hal ini menyebabkan CMC tidak memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol.

Berdasarkan data yang diperoleh dari uji statistikyang telah dilakuakan maka dapat simpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun tapak dara dapat menurunkan kadar kolesterol dikareanakan kandungan zat aktif yang terdapat dalam daun tapak dara yaitu senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid berfungsi untuk melancarakan peredaran darah ke seluruh tubuh, mencegah terjadianya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kolesterol dan mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah serta mengurangi resiko penyakit jantung koroner (Apriyanti, 2012)

Tabel 4. Kadar kolesterol selama perlakuan

Dosis Setelah

induksi

Kadar kolesterol Rata-rata

Hari ke 7 Hari ke 14 I 250,00ab 200,75cd 175,75cd 208,83bc II 248,50ab 220,50bc 187,75cde 218,92b III 265,00a 152,00ef 124,50f 180,50d KP 261,00a 172,50de 132,25f 192,75cd KN 259,75a 261,00a 253,75ab 258,17a Rata-rata 259,35a 201,35b 174,80c

Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Badan

Berat badan tikus mengalami perubahan selama perlakuan sebelum dilakukannya induksi, setelah

induksi dengan pakan tinggi kolesterol dan setelah pengobatan dengan ekstrak etanol daun tapak dara. Perubahan bobot badan tikus setelah perlakuan. 0 50 100 150 200 250 300 Setelah induksi

Hari ke-7 Hari ke-14

k ad ar k ol est er ol WAKTU Dosis I Dosis II Dosis III Kontrol (+) Kontrol (-) 0 50 100 150 200 250 300 b ob ot b ad an perlakuan sebelum induksi setelah induksi setelah pengobatan

(6)

Gambar 3. Histogram Rata-rata Hasil Penimbangan Berat Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh ekstrak etanol daun tapak dara (Catharantus roseus L) terhadap penurunan kadar kolesterol pada tikusSprague-Dawley jantan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dosis I, II, III dan lama perlakuan ekstrak Etanol Daun Tapak Dara (Catharantus roseus L)memiliki efektivitas sebagai Penurun Kolesterol pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

2. Dosis III merupakan dosis yang paling efektif dalam menurunan kadar kolesterol darah pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai identifikasi senyawa-senyawa yang efektif yang terkandung dalam ekstrak etanol daun tapak dara yang berfungsi sebagai penurun kadar kolesterol.

2. Perlu dibuat dalam sediaan farmasi sebagai penurun kadar kolesterol.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, M. 2012. 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat dan Paling Dicari. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Materia Medika Indonesia, (Jilid VI), Depkes RI, Jakarta.

__________. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Trubus Agriwidya,Jakarta.

Fred, S.K. dan S.P. Rao. 2003. Sugars, Hypertriglyceridemia, and Cardiovascular Disease. American Society for Clinical Nutrition 78(23): 873-880.

Goodman dan Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Volume I.Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta

Guyton, A.C. & J.E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Ke-9. Terj.daei: Text book of medical physiologi, oleh Setiawan, I. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 1428 hlm.

Harborne, J.B. 2012, Metode Fitokima: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan kedua, Diterjemahkan oleh: Kosasih. Bandung: Penerbit ITB.

Kamaludin, M. dan Totong. 1993, Cermin Dunia Kedokteran, Farmakoogi Obat Anti Hiperlipidemia,

LaboratoriumFarmakologi Fakultas KedokteranUniversitas Sriwijaya, Palembang.

Katzung, B.G. 2010, Farmakoogi Dasar dan Klinik, Edisi 10, FakultasKedokteran Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta.

Marliana, S.D., Suryanti, V ., Suyono. 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Biofarmasi 3 (1): 26-31.

Murray, R.K,, D.K. Granner., P.A. Mayes and

V.W. Rodwell. 1997. Biokima

Harper,edisi ke-24, Diterjemahkan oleh A.Hartono. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

(7)

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Fitokimia  Golongan
Tabel 4. Kadar kolesterol selama perlakuan  Dosis   Setelah

Referensi

Dokumen terkait

Jelaskan bagaimana proses produksi animasi dengan lengkap dari awal pembuatan sampai tahap akhir (20 Point).. Sebutkan jenis-jenis teknik animasi

 Apakah organisasi telah mengidentifikasi operasi dan kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi bahaya, dimana penerapan pengendalian diperlukan untuk mengelola resiko

Dengan latar belakang perkembangan dunia telematika yang semakin cepat baik dari sisi teknologi (alat) maupun pengguna (kebutuhan), maka diperkirakan timbulan limbah

Untuk menganalisis bagaimana implementasi sosialisasi dan promosi yang dilakukan oleh pemerintah dan seberapa paham masyarakat mengetahui tentang adanya kebijakan

Uji t untuk variabel portofolio aset teknologi informasi pemanufakturan dengan lingkungan industri sebagai variabel pemoderasi pada persamaan regresi menunjukkan nilai

Lebih dari 84 tahun yang lalu para pemuda Indonesia telah mengikrarkan bentuk perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan. Ikrar kesepakatan para pemuda tersebut diwujudkan

Ada dua jenis tungku yang digunakan yaitu yang pertama : tungku drum modifikasi dengan pipa pengalir asap berbentuk spiral, tungku kedua adalah tungku yang

If you paraphrase or quote specific, retrievable information from social media, provide an in-text citation (with the author and date) and a reference list entry (with the