• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI DAN OBJEK PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI DAN OBJEK PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI DAN OBJEK PENELITIAN

A. Budaya Agrari

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Agrari merupakan suatu hal yang terkait dengan pembagian, peruntukan, dan pemilikan lahan. Agraria sering dikaitkan dengan pertanahan. Dalam banyak hal, agrarian berhubungan erat dengan pertanian (dalam pengertian luas, agrikultur), karena pada awalnya, keagrarian muncul terkait denga pengolahan lahan.

Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan seumber daya hayati yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh bahan dasar pangan, bahan baku indusri, atau sumber energy, serta untuk mengelola lingkungan tempat manusia tersebut hidup. Menurut A.T. Mosher (1968:19), pertanian memilki definisi suatu bentuk proses produksi yang sudah khas berdasarkan pada proses pertumbuhan daripada hewan dan tumbuhan. Sedangkan menurut Sri Setyati Harjadi (1975) pertanian adalah usaha untuk mencapai hasil yang maksimum dengan mengelola faktor tanaman dan lingkungan. Orang yang bekerja dalam lingkup pertanian disebut petani. Menurut Slamet (2000) petani disebut sebagai petani asli apabila memiliki tanah sendiri, bukan sekedar menyewa ataupun menggarap lahan orang

(2)

lain. Berdasarkan hal tersebut, secara konsep, tanah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan petani.

Dalam pengertian luas, pertanian mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup bagi kepentingan umat manusia. Bentuk bercocok tanam melalui tumbuhan ataupun berternak dengan memanfaatkan hewa merupakan bentuk kegiatan yang menjadi bagian dari pertanian. Sedangkan dalam arti sempit, pertanian dapat dimaksud sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman.

B. Bentuk – Bentuk Pertanian

Beberapa usaha pertanian bahkan diberi nama khusus sesuai dengan subjek usaha pertanian tertentu. Usaha tani dengan subjek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar disebut dengan kehutanan. Subjek hewan darat kering khususnya semua varian vertebrata kecuali ikan dan kelompok amphibi atau serangga masuk dalam kelompok peternakan. Perikanan adalah usaha tani yang memiliki subjek hewan perairan. Baik itu air tawar atauapun air asin. Bahkan dalam bentuk budidaya sendiri, pertanian dapat dibedakan menjadi:

1) Sawah

Merupakan bentuk pertanian yang umumnya dipakai di Indonesia. Berupa lahan basah yang memerlukan banyak

(3)

air yang diperuntukan unutk irigasi, sawah lebak, swah tadah hujan, ataupun sawah pasang surut.

2) Tegalan

Adalah suatu daerah dengan lahan cenderung kering. Lahan tersebut sangat tergantung pada pengairan air hujan. Dapat ditanami musimana atatupun tahunan dan terpisah dari lingkungan seputaran rumah. Pada lahan tegalan, tanahnya sulit untuk dibuat irigasi dikarenakan bentuk permukaan tanah yang tidak rata. Saat musim kemarau lahan ini akan mongering dan sulit untuk ditanami bibit tanaman pertanian.

3) Pekarang

Adalah lahan yang letaknya di lingkungan rumah penduduk. Biasanya berada sangat dekat dengan rumah pemiliknya dan dipagari. Tanaman pekarangan umumnya merupakan tanaman produksi skala kecil.

4) Urban

Merupakan bentuk pertanian budidaya, pemrosesan, dan distribusi makanan di seputaran kota. Pertanian ini menggunakan lahan tempat tinggal seperti balkon, atap – atap bangunan, ataupun di dalam pot tanaman. Pertanian

(4)

jenis ini dapat juga melibatkan peternakan, perikanan, wanatani, dan hortikulur. Dalam arti sebenarnya, pertanian urban dapat didefinisika menjadi system produksi pangan yang terjadi di perkotaan.

Semua bentuk usaha dalam bidang pertanian pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi, sehingga memerlukan dasar – dasar ilmu mengenai pengelolaan tempat usaha, pemilihan bibit, bentuk budidaya, pengumpulan hasil panen, penyebaran produk, dan pemasaran. Sisi pertanian modern pada masa kini, juga memerhatiakan bentuk sustainable agriculture di mana lingkungan sekitar juga ikut diperhatikan. Kelestarian lingkungan akan mendukung lahan untuk tetap subur. Namun umumnya jenis pertanian modern seperti ini lebih sedikit hasilnya dibandingkan dengan pertanian konvensional.

C. Serjarah Pertanian Indonesia

Pertanian di Indonesia tidak lepas dari pembangunan usaha pertanian pada masa orde baru. Pada masa itu, pemerintah menerima beban berat dari terpuruknya perekonomian ordie lama. Untuk itu pemerintah membuat rancangan pembangunan yang disebut dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Program tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan seperti berikut (Liandari, 2016):

(5)

Dilaksankan pada tahun 1969 sampai dengan tahun 1974. Pada tahap ini pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan pertanian. Hal ini dilakukan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari hasil pertanian.

2. REPELITA II

Berlangsung dari tahun 1974 sampai dengan 1979. Prioritas yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri pengolahan bahan – bahan mentah hasil pertanian menjadi suatu bahan baku yang dapat digunakan. Bidang irigasi pertanian mendapatkan perbaikan pada saat tahapan ini berlangsung.

3. REPELITA III

Pada tahapan ini, semua sektor mendapatkan pembangunan yang sama dan dilakukan pemerataan. Termasuk bidang pertanian. Tahapan ini berlangsung antara tahun 1979 sampai dengan tahun 1984

4. REPLITA IV

Merupakan tahap peningkatan dari Repelita III yang memprioritaskan swasembada pangan dan meningkatkan

(6)

bentuk – bentuk industri yang mampu menghasilkan produk – produk industri. Pada tahapan ini Indonesia mencapai kemakmuran karena berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton di tahun 1984. Hal ini merupakan puncak kesuksesan swasembada beras yang mendapatkan ganjaran berupa penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) di tahun 1985. Program ini berlangsung dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1989 5. REPELITA V

Dilaksanakan dari tahun 1989 sampai dengan 1994, tahapan Repelita ini bertujuan untuk memberikan atensi lebih pada sektor pertanian dan industri. Hal ini dimaksud untuk menjaga agar tetap mampu swasembada pangan serta dapat meningkatkan hasil produksi pertanian lainnya dan menghasilkan produk yang dapat diekspor.

6. REPELITA VI

Merupakan tahapan akhir dari program Repelita. Dilaksanakan pada tahun 1994 sampai dengan 1999. Program ini menitikberatkan pada pembangunan sektor ekonomi. Program ini terganggu oleh dampak krisis moneter yang yang menyerang negara – negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

(7)

Berakhirnya era Repelita, sektor pertanian mengalami pasang surut. Kemampuan petani dan daya beli masyarakat dalam hal pangan menjadi faktor utama naik turunnya bidang ini. Pemerintah lantas berupaya untuk mengulangi lagi kesuksesan di masa lampau dengan program pertanian baru yang dilaksanakan pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Ketiga program tersebut adalah:

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Merupakan program yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Program ini dilakukan dengan meningkatkan hasil prodoksi pangan untuk menjaga ketersediaan pangan yang cukup di setiap daerah dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan.

2. Program Pengembangan Agribisnis

Merupakan program pengembangan agribisnis yang dilaksanakan melalui pengembangan daerah atau setra kawasan agribisni sebagai komoditas unggulan.

3. Program Kesejahteraan Petani

Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Upaya – upaya yang dilakukan antara lain dengan pemberdayaan, pendampingan, penyuluhan, penjaminan usaha, perlindungan harga beras dari tengkulak, kebijakan proteksi, dan juga promosi.

(8)

Program tersebut mencapai kesuksesan dikarenakan Indonesia mampu mencapai swasembada beras sejak tahun 2007 serta swasembada jagung di tahun 2008. Keberhasilan tersebut dilanjutkan dengan pembagunan pertanian pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan membuat 4 buah target, yaitu:

1. Pencapaian Swasembada dan Berkelanjutan

Dilakukan dengan meningkatkan produksi komoditas unggulan pada bidang pertanian dan peternakan.

2. Peningkatan Disersifikasi Pangan

Meningkatkan keberagaman konsumsi pangan agar tercapai strategi ketahanan pangan.

3. Peningkatan Daya Saing

Menambah nilai dan meningkatkan kualitas serta jumlah bahan mentah dan olahan produk pertanian sehingga dapat mendukung daya saing dan ekspor barang ke negera lain. 4. Peningkatan Kesejahteraan Petani

Berupaya untuk meningkatkan pendapatan petani yang akan berdampak pada makin membaiknya kesejahteraan petani.

(9)

Indonesia merupakan negara yang sempat menjadi lumbung beras pada tahun 1980an sampai dengan 1990an. Negara ini mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tanpa bantuan negara lain. Hal ini tak lepas dari berkembang dan majunya sektor pertanian di Indonesia, meskipun hanya terpacu di pulau Jawa. Banyak daerah di daerah pulau Jawa yang tahannya dijadikan lahan pertanian. Salah satunya adalah Yogyakarta.

Yogyakarta merupakan kota yang saat ini tumbuh dengan pesat melalui sektor pariwisatanya. Banyaknya obyek wisata yang tumbuh di kota pelajar ini tidak lepas dari bagaimana Yogyakarta mampu memadupadankan kearifan lokal dengan kebudayaan modern. Sehingga akan tetap menarik minat wisatawan dari berbagai golongan. Semakin banyaknya wisatawan yang datang, membuat pihak pemerintah Yogyakarta berangsur memenuhi kebutuhan pelancong yang datang. Dalam hukum ekonomi, selazimnya jika permintaan naik maka akan produsen akan meningkatkan jumlah barang atau jasanya. Hal ini terjadi pula pada Yogyakarta.

Hal ini berdampak pada lapangan pekerjaan dan juga infrastruktur kota gudeg ini. Lahan-lahan pertanian yang selama ini membentang luas, sedikit-demi sedikit beralih fungsi menjadi bangunan berbahan beton keras. Bangunan-bangunan tersebut didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata kota Yogyakarta yang semakin meningkat.

(10)

Tabel 1. Kepemilikan lahan pertanian dari tahun 2003 dengan 2013

dari Badan Pusat Statistik Yogyakarta

Pada tabel tersebut dapat dibaca bahwa tingkat kepemilikan lahan pertanian semakin jauh berkurang dalam kurun waktu 10 tahun. Peralihan ini tentunya dikarenakan banyak pemilik lahan pertanian menjual tanah mereka mereka untuk keperluan pengembangan pariwisata.

Banyaknya area wisata baru tentunya membuat lebih banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengelola sektor ini. Hal ini membuat banyak dari pemuda mengalihkan profesinya pada bidang yang lebih menjanjikan daripada mengelola lahan pertanian.

(11)

Tabel 2. Jumlah Usaha Pertanian tahun 2003 dan tahun 2013

Badan Pusat Statistik Yogyakarta

Tabel dari Badan Pusat Statistik Yogyakarta (BPS Yogya) tersebut mengindikasikan bahwa setiap tahunnya profesi bercocok tanam sudah jauh ditinggalkan peminatnya. Bukan tanpa sebab jika profesi ini tidak lagi menjadi andalan seperti nenek moyang orang Jawa. Kebutuhan ekonomi merupakan salah satu penyebab utama bercocok tanam ditinggalkan. Kaum muda millenial akan lebih tertarik pada profesi yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Dengan bentuk gaji yang tetap dan tidak berpengaruh pada cuaca ataupun hasil panen.

Data tersebut memang berbanding lurus dengan yang terjadi pada kenyataannya. Beberapa anak petani yang mampu disekolahkan

(12)

hingga perguruan tinggi oleh orang tuanya mulai dilarang meneruskan tradisi tersebut. Keterbatasan lahan dan tuntutan kemajuan membuat pemuda memilih pekerjaan lain.

E. Film Dokumenter

Film dokumenter ialah suatu karya film atau video yang berdasarkan pada realita serta fakta peristiwa, selain mengandung fakta film dokumenter juga mengandung subjektifitas pembuatnya (Mabruri, 2013:5). Sedangkan Kritikus Film asal inggris John Grierson berpendpat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Sehingga dapat di simpulkan bahwa film dokumenter adalah film non fiksi yang menceritakan realita /kenyataan suatu peristiwa tertentu.

Dalam film dokumenter di muat sebuah kenyataan yang terjadi di kehidupan nyata dan di dokumentasi kan melalui sebuah gambar bergerak. Dalam film dokumenter yang di rekam adalah sesuatu yang alami tanpa adanya rekayasa atau fiksi, sehingga film dokumenter menggambarkan sesuatu yang sebenarnya yang terjadi.

Film dokumenter pada awalnya hanya menceritakan sebuah perjalanan atau pendidikan, namun dengan mengikuti perkembangannya film dokumenter banyak menjadi sarana media kritik social terhadap suatu realitas social yang terjadi di kehidupan masyarakat. Film – film dokumenter tersebut mengangkat mengenai

(13)

kemiskinan, kesenjangan social, permasalahan social, pendidikan dan kesehatan. Namun tidak hanya itu, film dokumenter juga mengangkat sebuah biografi tokoh social ,tokoh publik maupun selebritas yang memberikan pengaruh kepada masyarakat social.

Dalam mengangkat sebuah isu, film dokumenter tentunya memliki tujuan yang tentunya akan memberikan efek yang dapat di jadikan contoh atau solusi dari permasalahan yang di filmkan, sehingga dengan mengangkat sebuah isuakan menjadi kepedulian atau pembelajaran bersama baik bagi masyarakat sosial, pengambil kebijakan dan pihak yang peduli akan isu tersebut.

Dengan mengunakan film dokumenter yang memiliki kelebihan dalam menyampaikan sebuah pesan, karena film dokumenter dikemas melalui multimedia yang mengabungkan unsur video, audio, grafis dan teks, sehingga akan menarik indra penglihatan dan pendengaran penerima informasi atau pesan. Selain itu, film sebagai sebuah karya visual juga bisa di saksikan secara berulang kali sesuai dengan tujuan pemutaran film dokumenter.

Film dokumenter sendiri dalam perkembangannya menjadi sebuah sarana perlawanan akan sebuah keputusan dari sebuah kebijakan sosial, seperti film “ Samin vs Semen “ atau film “ Jakarta Unfair “ yang di produksi Watchdoc, dengan film dokumenter tersebut akan membuka sebuah pemikiran akan efek dari sebuah keputusan yang di ambil.

(14)

Sebagai sebuah karya visual yang mengangkat sebuah permasalahan sosial, film dokumenter tentunya dapat di pertanggung jawabkan kebenaran akan isu yang di angkat tanpa adanya rekayasa, sehingga dengan gambaran secara nyata akan memunculkan sebuah solusi dari permasalahan yang di angkat sutradara.

Para pembuat film dapat banyak melakukan eksperimen dalam proses produksi film dokumenter , eksperimen yang di hasilkan menarik banyak penonton , sehingga menarik pada pembuat film dan broadcaster muda untuk membuat film dokumenter karena besarnya keuntungan yang di dapat dari penjualan film dokumenter. Sebagai contoh dapat kita lihat film – film documenter di stasiun televise khusus seperti National Geographic, Animal Planet, bahkan stasiun televisi Discovery Channel menasbihkan sebagai stasiun televise yang hanya menayangkan program – program dokumenter tentang keanekaragaman hayati dan budaya di dunia.

Tentunya hingga saat ini perkembangan film dokumenter serta pencinta film documenter terus berkarya dengan memproduksi – produksi berbagai film documenter yang mengangkat isu – isu faktual untuk di saksikan khalayak masyarakat.

1) Prinsip Bahasa Film

Film yang kita saksikan adalah bagian dari komunikasi yang di tuturkan melalui audio dan visual yang bersifat searah, lalu bagaimana caranya agar pesan yang ingin disampaikan dapat

(15)

diterima oleh penonton. Terdapat tiga unsur yang mendasarinya, yaitu : visual, audio, dan keterbatasan waktu.

a. Visual / Gambar

Visual adalah sekumpulan gambar yang tersusun dan di rangkai dalam suatu waktu. Gambar – gambar tersebut di namakan frame dan dimainkan dalam kecepatan tinggi sehingga menciptakan ilusi gerak. Gambar merupakan sarana utama dalam karya film yang berfungsi untuk menanamkan informasi kepada penonton karena hal pertama yang di rasakan oleh penonton adalah gambar.

b. Audio / Suara

Unsur kedua adalah suara , karena unsur gambar belum mampu menjelaskan atau kurang efektif dan efisien , selain itu juga kurang realistis. Sehingga unsure suara sangat penting karena berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang hendak di sampaikan melalui bahasa gambar.

Penambahan – penambahan tersebut bisa berupa sound effect atau ilustrasi musik, dengan penambahan tersebut di maksudkan untuk menciptakan mood atau suasana kejiwaan, memperkuat informasi sekaligus

(16)

mensuplai dan menguatkan pesan yang ingin kita sampaikan.

c. Keterbatasan waktu

Film mempunyai prinsip keterbatasan waktu karena film merupakan media elektronik yang mempunyai sifat selintas. Factor keterbatasan waktu juga yang mengikat dan membatasi penggunaan kedua unsur utama yaitu gambar dan suara, sehingga dalam mengemas film, pembuat harus paham bahwa hanya informasi penting saja yang harus di berikan kepada para penonton. F. Tahap Produksi Film 1) Materi Produksi Pada tahap awal yang di lakukan ketika akan membuat sebuah film documenter adalah mempelajari isu atau permasalahan yang ingin kita angkat dengan cara meriset, mendatangi langsung objek atau mencari data melalui internet atau sumber – sumber lainnya, sehingga data yang kita dapatkan akan menjadi sebuah sumber yang akan menentukan proses yang akan di lakukan. Dengan sumber yang ada tersebut akan dapat kita kelola kembali untuk lebih memahami isu yang ada, dengan begitu akan membuat sebuah isu yang kita angkat benar – benar sesuai dengan kondisi riil.

(17)

2) Sarana Produksi

Tentunya dalam setiap pembuatan karya audio visual memerlukan peralatan yang akan membantu berlangsungnya proses produksi, dengan alat – alat tersebut akan di gunakan sesuai dengan kebutuhan, namun setiap alat yang di gunakan tentunya perlu penyewaan dari pihak – pihak lain, sehingga membutuhkan biaya. 3) Biaya Produksi

Dalam proses produksi karya documenter ini , tentunya memerlukan pembiayaan yang akan memudahkan kelancaaran berlangsungnya proses produksi, sehingga perlu sejak awal di tentukan besaran dana dan biaya yang di tetapkan, dengan kondisi tersebut akan memudahkan pencarian donatur atau penyumbang dana. dana yang ada akan di gunakan dalam operasional selama proses produksi hingga pasca produksi dan akan di pertanggung jawabkan ketika film documenter telah jadi.

4) Tahap Produksi a) Pra Produksi

Yaitu proses menentukan ide yang akan di filmkan dengan pihak – pihak yang terlibat, selain itu juga menentukan pembagian tugas masing – masing individu sesuai dengan kemampuan sehingga akan membantu kelancaran berlangsungnya proses produksi yang akan di lakukan. Selanjutnya di tentukan naskah, kru, jadwal biaya,

(18)

narasumber, serta lokasi produksi, sehingga akan di persiapkan waktu yang tepat oleh masing – masing pihak. Tentunya tahapan pra produksi akan menentukan kelancaran proses kedepannya, sehingga perlu kerjasama semua pihak untuk menyajikan sebuah karya yang yang layak di saksikan. b) Produksi

Dalam proses ini, peran seorang sutradara sangat menentukan kelancaran proses produksi, dengan berbagai bantuan berbagai tenaga seperti Produser, Cameraman, Lighting, Soundman, talent, dan lainnya. Dengan bantuan pihak akan menentukan keberlangsungan proses produksi yang telah di tetapkan sebelumnya, sehingga semua pihak yang terlibat akan berusaha untuk kerja secara maksimal sesuai dengan jobdesk yang telah di tentukan sebelumnya.

Pada tahapan ini, seorang produser akan menghadapi 5 hal yang perlu dipikirkan secara mendalam. 5 tahapan dijabarkan oleh (Fred, 2007: 23 – 45) adalah:

1. Materi Produksi

Materi bias berasal dari mana dan dari apa saja, baik itu sebuah imajinasi, kehidupan manusia dan binatang, kisah nyata, cerita masyarakat modern beserta penderitaannya atau keberhasilannya. Semua itu bisa dijadikan materi produksi, dan dalam

(19)

hal ini kretivitas dan kepekaan produser harus digunakan. Dalam melihat kemungkinan berdasarakan sebuah pengalaman, pendidikan, dan sikap kritis. Terkadang visi produser memberikan pengaruh saat melakukan pemilihan materi.

2. Sarana Produksi

Merupakan alat penunjang untuk mewujudkan ide atau materi cerita menjadi sebuah film yang layak untuk ditonton dan dijual. Standarnya sebuah film audio visual memerlukan 3 alat pendukung yang wajib ada pada tiap produksi. Alat tersebut adalah kamera perekam, perekam suara, dan penunjang cahaya. Kepastian alat akan mendorong kelangsungan dan kelancaran.

3. Biaya Produksi

Keuangan merupakan pemegang peranan penting dalam proses produksi sebuah film. Adanya daftar keluar masuk dana dan diperlukannya dana tersebut memerlukan pembukuan yang baik. Perencanaan pengeluaran atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan. Financial oriented adalah rencana biaya produksi berdasarkan pada kemungkinan pendanaan yang ada dan quality

(20)

oriented adalah rencana produksi berdasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi.

4. Organisasi Produksi

Pembagian tugas dalam produksi film. 5. Tahapan Produksi

Langkah – langkah dalam melakukan produksi film.

c) Paska produksi

Hasil dari proses produksi akan masuk kedalam proses editing atau penyuntingan gambar yang di lakukan oleh seorang editor, selain itu juga di tambahkan berbagai unsur – unsur suara sebagai pelengkap serta penguatan dari cerita. Dalam proses ini, seorang editor akan di temani oleh cameramen serta sutradara, untuk mengetahui angle mana yang layak serta sesuai dengan kebutuhan cerita, hasil akhir ini yang tentunya di sajikan sebuah karya visual.

Gambar

Tabel	2.	Jumlah	Usaha	Pertanian	tahun	2003	dan	tahun	2013	 	 Badan	Pusat	Statistik	Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis deskripsi variabel budaya organisasi pada indikator adat atau aturan, dimana para karyawan seharusnya menaati apa yang diperintahkan oleh atasan

Hasil : pemahaman konsep dan keterampilan inkuiri sains siswa yang dibelajarkan menggunakan guided-Inquiry laboratory activities lebih baik dari verification

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perubahan pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan lama kerja mengalami peningkatan paling besar pada responden dengan lama

Sosialisasi/Penyuluhan dan Pelatihan terhadap Mitra Sosialisasi atau penyuluhan terhadap kelompok tani jeruk siam tentang teknologi pasca panen tepat guna, artinya

Loyalitas dari Volumers Surabaya sendiri tidak dapat diragukan lagi, mereka rela mengikuti tour yang diadakan oleh Volume (Tour Jatim – Bali), dengan menggunakan sepeda motor,

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari

137 tahun 2014; (2) kegiatan pembelajaran terdiri dari; (a) pijakan lingkungan main: 1) guru menata alat dan bahan main menggunakan peralatan yang ada di sentra

Dari beberapa polinomial khusus yaitu polinomial Hermite, polinomial Bessel, polinomial Laguerre dan polinomial Legendre, dapat juga dicari fungsi eigen dari operator