• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM POS SAHABAT ANAK OLEH DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN DI KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM POS SAHABAT ANAK OLEH DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN DI KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh: Gema Nugraha NIM. 6661110628

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Gema Nugraha NIM. 6661110628

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(3)
(4)
(5)
(6)

Ada saatnya hal yang tidak mungkin menjadi mungkin

Ada saatnya hal yang tidak masuk akal menjadi masuk akal

Tetap optimis dan yakin adalah kuncinya

Memupuk derita tidak akan ada ujungnya

Mulailah belajar menanam kepercayaan pada diri sendiri dan percaya mampu

melakukan sesuatu, kita bisa karena kita pernah mau mencoba

Skripsi ini kupersembahkan untuk,

(7)

v

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Program Pos Sahabat Anak Oleh Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang”. Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi

Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang

senantiasa memberikan bantuan, baik berupa bimbingan, dukungan moral dan

materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya

skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

(8)

vi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi I dan

Pembimbing Akademik yang terus menyemangati dan membimbing

peneliti dalam menyusun skripsi ini.

8. AnisFuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga

telah menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun

skripsi ini.

9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

10. Drs. H. Nahrawi, M.Si., Kasi Perlindungan Anak dan Lansia Dinas

Sosial Provinsi Banten.

11. Abdullah Alamudin. S.Sos.I M.Si., Staff Pelaksana Seksi

Perlindungan Sosial Anak dan Lansia.

12. Hendri Sudiani, S.Sos., Kasi Pelayanan dan Perlindungan Sosial Anak

dan Lansia Dinas Sosial Kota Serang.

13. Bambang Gartika S.E Kabid Penegakan Peraturan

(9)

vii Banten.

16. Holis, Petugas SATPOL PP dan Petugas Pos Sahabat Anak.

17. A.Ayi Asya’ari Petuagas SATPOL PP dan Petugas Pos Sahabat Anak.

18. Kedua Orang Tua, Ibuku Rohanah S.Pd dan Ayah ku Surya Jaya

Terimakasih banyak untuk segalanya.

19. Kedua saudara kandung, Kakakku Dian Yuana S.Pd dan Brigadir

Fajar Gumelar.

20. Teman-teman seperjuangan seluruh Mahasiswa Ilmu Administrasi

Negara Reguler dan Non-Reguler Angkatan 2011, Khususnya

teman-teman Administasi Negara Kelas C yang selama 4 tahun lebih telah

banyak mengisi cerita dan kehidupan peneliti selama di bangku

perkuliahan.

21. Lisa Rosalina, SP., yang telah banyak sekali membantu peneliti.

22. Sahabat sejati Gia Prasetya, SE, Abdillah Lutfi, Krisna Kristianning

Effendi, Ariawan Lesmana, Gesti Resti Fitri, Muhammad Amri

Pahlevi (alm), Metta Miftahul Jannah, Bima Yudha Saputra, dll.

23. Keluarga KKM 2014 Kelompok 123 Desa Cikedung Kec. Kasemen

yang penuh makna dan pengalaman.

24. Serta pihak lain yang membantu mendukung penelitian ini yang tidak

(10)

viii

Serang, 20 Juli 2016

(11)

ix

Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang.Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si dan Pembimbing II: Anis Fuad, S.Sos., M.Si

Program Pos Sahabat Anak di Kota Serang bertujuan untuk menekan jumlah anak jalanan di Kota Serang. Masalah anak jalanan adalah masalah yang sulit diselesaikan, karena anak jalanan muncul karena berbagai faktor. Pos Sahabat Anak merupakan solusi dari pemerintah daerah Provinsi Banten khusunya Dinas Sosial Provinsi Banten dalam mengatasi masalah anak jalanan di Kota Serang. Pos Sahabat Anak sudah dibangun di dua Kota, 3 di Kota Serang, dan 1 di Kota Cilegon. Kota Serang menjadi lokasi tujuan kebijakan atau pembangunan Pos Sahabat Anak karena Kota Serang adalah Ibu Kota Dari Provinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanan Program Pos Sahabat Anak di Kota Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara mendalam kepada narasumber-narasumber yang berkaitan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman yang mencangkup 4 kegiatan bersamaan antara lain pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa program Pos Sahabat Anak di Kota Serang belum efektif hal ini ditunjukan dengan Pelaksanaan program pos sahabat anak di Kota Serang memiliki beberapa hambatan, Dari mulai kurangnya saranan dan prasarana dilapangan, tidak adanya rumah singgah untuk anak jalanan, kurangnya penanganan yang lebih intensif kepada anak jalanan, tidak melibatkan lembaga diluar pemerintah, para petugas Pos Sahabat Anak yang belum kompeten dan belum memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan rasa empati kepada anak jalanan, dan kondisi sosial ekonomi dilingkungan anak jalanan masih belum mendukung program Pos Sahabat Anak di Kota Serang ini.

(12)

x

Service in Serang City of Banten. Departement of Public Administration. Social and political science faculty. Sultan ageng tirtayasa university . advisor I: Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si dan Advisor II: Anis Fuad, S.Sos., M.Si

SA POS program in serang city aims to reduce of street children in Serang city. The problem of street children is a difficult to be solved. Pos SA is a solution of the Banten provincial government especially Banten Provincial Social Service in addressing street children in the city of Serang. Pos SA have been built in two cities. three in Serang city, and one in the Cilegon. Serang city is a destination location or development policies Post SA because Serang City is the Capital Of Banten. The purpose of this study was to determine how the implementation of the Program of Post Sahabat Anak Kota Serang. The method used is descriptive method with qualitative approaches. depth interview was used in data collection techniques. In this study, the researcher used data analysis model developed by Miles and Hubberman which consists of four concurrent activities include data collection, data reduction, data presentation and verification of data. the results of this study showed the program Pos Sahabat Anak Kota Serang not effective yet. this is shown by the implementation of the program which has some problems such as the lack of involvement of institutions outside government, lack of proposition and infrastructure, the lack of a shelter for street children, the lack of handling more intensive to street children, the Post officer Sahabat Anak were not competent and do not have a sense of high responsibility and a sense of empathy for street children, and the socio-economic conditions in the environment.

(13)

xi

DAFTAR ISI

COVER ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 14

1.3. Batasan Masalah ... 15

1.4. Rumusan Masalah ... 15

1.5. Tujuan Penelitian ... 15

1.6. Manfaat Penelitian ... 15

(14)

xii

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Pengertian Kebijakan ... 19

2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik ... 20

2.1.2. Tahap-tahap Kebijakan Publik ... 22

2.1.3. Implementasi Kebijakan Publik ... 23

2.1.4. Model-model Implementasi Kebijakan ... 27

2.1.4.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabtier ... 27

2.1.4.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 29

2.1.4.3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 29

2.1.4.4. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn ... 32

2.1.5. Program Pos Sahabat Anak (PSA) ... 35

2.1.5.1. Definisi Program Pos Sahabat Anak... 35

2.1.5.2. Tujuan dan Program Pos Sahabat Anak ... 37

2.1.5.3. Landasan Hukum Pos Sahabat Anak Provinsi Banten ... 38

2.1.5.4. Tahapan Penanganan Pos Sahabat Anak ... 38

2.1.6. Anak Jalanan ... 40

2.2. Penelitian Terdahulu ... 42

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 45

(15)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ... 48

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

3.3.1. Lokasi Penelitian ... 50

3.3.2. Waktu Penelitian ... 50

3.4. Fenomena yang Diamati ... 51

3.5. Instrumen Penelitian ... 51

3.6. Informan Penelitian ... 52

3.7. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 55

3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.7.2. Analisis Data ... 65

3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian... 68

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kota Serang ... 70

4.1.1. Geografis Kota Serang ... 71

4.1.2. Administratif Kota Serang ... 71

4.1.3. Kondisi Demografis Kota Serang ... 73

4.2. Pos Sahabat Anak ... 77

4.2.1. Definisi Program Pos Sahabat Anak ... 77

4.2.2. Tujuan Program Pos Sahabat Anak ... 80

(16)

xiv

4.2.4. Tahapan Penanganan Pos Sahabat Anak ... 81

4.3. Profil dan Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 83

4.3.1. Visi-Misi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 83

4.3.2. Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 86

4.3.3. Tugas dan Fungsi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 86

4.4. Profil dan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 95

4.4.1. Profil Dinas Sosial Kota Serang ... 95

4.4.1.1. Kelembagaan ... 95

4.4.1.2. Kedudukan dan Visi Misi Dinas Sosial Kota Serang ... 95

4.4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi ... 96

4.4.1.4. Susunan Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 97

4.4.2. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 99

4.5. Profil SATPOL PP Kota Serang ... 100

4.5.1. Visi Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP Kota Serang) ... 101

4.5.2. Misi Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kota Serang ... 102

4.6. Struktur Organisasi Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Banten ... 102

4.6.1. Peran Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Banten ... 104

4.6.2. Fungsi Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Banten ... 105

4.7. Deskripsi dan Analisis data ... 106

4.7.1. Informan Penelitian ... 109

4.8. Deskripsi Hasil Penelitian... 113

(17)

xv

4.9.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 113

4.9.2. Sumber-sumber Kebijakan ... 121

4.9.2.1. Sumber Daya Manusia ... 121

4.9.2.2. Sumber Daya Anggaran ... 127

4.9.2.3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ... 130

4.9.2.4. Sumber Daya Waktu ... 134

4.9.3. Komunikasi Antar Organisasi ... 138

4.9.4. Karakteristik Agen Pelaksana ... 145

4.9.5. Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana ... 151

4.9.5.1. Inisiatif ... 151

4.9.5.2. Partisipatif ... 155

4.9.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ... 158

4.10. Pembahasan ... 169

4.10.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan... 170

4.10.2. Sumber-sumber Kebijakan ... 173

4.10.3. Komunikasi Antar Organisasi ... 177

4.10.4. Karakteristik Agen Pelaksana... 179

4.10.5. Sikap dan Kecenderungan Agen Pelaksana ... 180

4.10.5.1. Inisiatif ... 180

4.10.5.2. Partisipatif ... 180

(18)

xvi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 183

5.2 Saran ... 186

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Anak Jalanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

(jiwa), Tahun 2012 – 2014 ... 10

Tabel 1.2 Daftar Nama-nama Petugas Pos Sahabat Anak di Kota Serang ... 12

Tabel 3.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 53

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Penelitian ... 59

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 69

Tabel 4.1 Luas Daerah dan Pembagian Administratif di Kota Serang Tahun 2014 ... 72

Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Serang, Tahun 2014 ... 73

Tabel 4.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Serang, Tahun 2014 ... 74

Tabel 4.4 Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi Banten (jiwa), tahun 2014 ... 76

Tabel 4.5 Jumlah Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin di Kota Serang Tahun 2013 – 2016 ... 82

Tabel 4.6 Spesifikasi Informan Penelitian ... 110

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan ... 26

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier ... 28

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 39

Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 31

Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn ... 34

Gambar 2.6 Tahapan Penanganan ... 39

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir Penelitian ... 46

Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ... 68

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Umum Wawancara

Lampiran 4 Matirks Hasil Wawancara

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6 Catatan Lapangan

Lampiran 7 Catatan Bimbingan

Lampiran 8 Peraturan Daerah Provinsi Banten No 8 Tahun 2010

Lampiran 9 Form Pendataan Anak Jalanan

Lampiran 10 Data Anak Jalanan di Kota Serang Tahun 2016

Lampiran 11 Uraian Pos Sahabat Anak

(22)

1 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang yang pada dasarnya didirikan untuk

mensejahterakan rakyat, Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan

melakukan pembangunan secara fisik, maupun mental untuk mencapai tujuan seperti

yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mensejahterakan umum,

mencerdaskan kehidupan Bangsa. Secara garis besar Manusia sebagai Masayarakat

dalam suatu Negara berhak medapatkan kesejahteraan sebagaimana yang tertera

pada Undang-Undang di atas.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

diciptakan oleh sang Pencipta dalam keadaan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut

antara lain dan ditunjukan supaya antarmanusia dapat saling mengenal dan

tolong-menolong, hal ini tidak terlepas dari manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan satu dengan yang lainya. Laki-laki membutuhkan perempuan,

perempuan membutuhkan laki-laki, dan seorang pemimpin membutuhkan bawahan,

dan begitupun sebaliknya. Tidak seorang pun sanggup hidup secara individu tanpa

ada komunikasi dan bersosialiasi meskipun seluruh isi dunia diberikan kepadanya.

Perbedaan keadaan manusia ternyata tidak hanya terletak pada warna kulit,

suku, ras, bangsa ataupun agama. Tetapi juga dalam kehidupan dan ekonomi yang

(23)

ekonomi yang mapan, terdapat pula manusia yang kurang beruntung dalam memiliki

ekonomi di kehidupanya. Masyarakat seperti fakir miskin, anak jalanan, pengemis,

yang tidak memiliki tempat tinggal adalah sebagian contoh orang-orang yang

kurang beruntung dalam hal ekonomi di kehidupanya. Salah satu tujuan Negara

Indonesia adalah mensejahterakan dan memberikan keadilan kepada rakyat tanpa

memandang perbedaan dalam segala hal termasuk masyarakat yang kurang

beruntung dalam memiliki ekonomi dikehidupanya, selama mereka masih warga

Negara Indonesia mereka berhak menerima kesejahteraan dan keadilan yang

diberikan oleh Negara Indonesia. Begitu besarnya perhatian para perumus

Undang-Undang Dasar 1945 terhadap masalah ketimpangan ekonomi, sampai terdapat ayat

yang berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Bunyi

ayat tersebut terdapat pada pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

Masyarakat fakir, miskin, dan anak-anak yang terlantar di anggap sebagai kondisi

yang cukup memperihatinkan dalam kondisi perekonomian seseorang sehingga

Negara harus memberikan perhatian khusus bagi mereka. Hal ini dilakukan Negara

dengan melakukan pemeliharaan terhadap masyarakat fakir miskin dan anak-anak

jalanan. (sumber:http/www.bppk.kemenkeu.co.id, di akses pada 27 November 2015)

Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota yang seharusnya bisa melihat lebih

dekat kondisi dan keberadaan mereka tidak banyak melakukan tindakan nyata guna

mengatasi masalah mereka dari kehidupan nestapa tersebut. Jumlah pengemis,

pengamen, dan anak jalanan semakin mengalami peningkatan. Sebagaimana

diuraikan di atas, kondisi mereka yang terus bertambah tersebut seolah-olah menjadi

hal yang sudah di anggap wajar dan biasa bagi pemerintah. Seiring datangnya era

(24)

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, maka

setiap daerah memiliki hak untuk mengelola sendiri segala urusan pemerintahannya

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di daerahnya. Maka pemerintah daerah juga

memiliki kewenangan dalam mengelola fenomena sosial yang terjadi di Daerahnya

dan termasuk masalah anak jalanan yang menjadi salah satu masalah dalam setiap

Daerah otonom bahkan menjadi masalah di Indonesia.

Pada umumnya fenomena yang muncul di perkotaan seiring dengan berbagai

permasalahaan pembangunan yang dihadapi di era otonomi adalah kemiskinan dan

masalah sosial di masing-masing Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya

jumlah anak jalanan, jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun selalu mengalami

peningkatan. Juwartini (2004) menyebutkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini banyak pihak sangat berpengaruh

terhadap peningkatan anak jalanan di Indonesia. Senada dengan pernyataan tersebut,

Taufik (2007) menyebutkan bahwa krisis moneter yang melanda Indonesia berlanjut

dengan krisis ekonomi dan menjadi krisis multidimensi mengakibatkan semakin

banyak anak-anak usia sekolah terkena dampak dampaknya. Banyak diantara mereka

yang tidak bersekolah lagi karena orang tua terkena pemutusan hubungan kerja

ataupun kesulitan mencari pekerjaan. Banyak diantara mereka yang melakukan

kegiatan di jalanan ketika jam pelajaran sekolah sedang berlangsung. Mereka berada

di jalanan untuk hidup bebas, kegiatan anak jalanan biasanya dilakukan dengan

mengamen, mengemis, menjual koran, bahkan menjadi pemulung, dan masih banyak

(25)

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai

manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak adalah masa depan bangsa dan generasi

penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak

kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menegaskan bahwa pertanggung

jawaban orang tua, keluarga dan masyrakat, pemerintah dan Negara merupakan

kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan terlindungnya hak-hak anak.

Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin

pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang di

harapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, mandiri, memiliki

nasionalisme yang dijiwai akhlak dan nilai-nilai pancasila. Dan Undang-Undang

Tahun 1945 pasal 34 ayat (1) menegaskan bahwa fakir miskin, dan anak-anak

terlantar di pelihara oleh Negara. dalam pasal tersebut jelas menegaskan bahwa

Negara bertanggung jawab penuh dalam pemeliharaan dan pertanggung jawaban atas

masalah sosial yang di hadapi oleh Negara dan masyarakatnya, sehingga masalah

kemiskinan dan anak jalanan yang pada dasarnya adalah masalah sosial menjadi

salah satu tanggung jawab dari pemerintah dalam menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai Negara.

Anak jalanan adalah anak yang berusia 6 – 18 Tahun yang menghabiskan

waktu di jalanan maupun di tempat-tempat umum (Panduan Pendataan PMKS dan

(26)

The Street dan Children Of The Street namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu Children In The Street atau sering disebut juga Children From Families Of The Street. Pengertian untuk Children On The Street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi dijalanan yang masih memilikki hubungan

dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu

anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari ,

dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal dijalanan namun

masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala

ataupun dengan jadwal yang tidak rutin. Children Of The Street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagaian besar waktunya dijalanan dan tidak

memilikki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan keluarganya. Children In The Street atau Children From The Families Of The Street adalah anak-anak yang menghabiskan seuluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup

atau tinggalnya juga dijalanan. Umumnya aktivitas yang dilakukan anak jalanan

biasanya dengan mengemis ataupun mengamen di jalanan, di daerah perkotaan yang

menurut mereka tepat untuk melakukan aktivitas mengemis ataupun mengamen

dikarenakan roda perekonomian di Kota lebih besar di banding Kabupaten.

(sumber:http//www.rahamtullah.net, diakses pada 12 Desember 2015)

Keberadaan dan bertambahnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang

perlu mendapat perhatian, mengingat anak-anak yang melakukan kegiatan atau

tinggal di jalanan senantiasa berhadapan dengan situasi buruk. Seperti yang

diungkapkan oleh Kushartati (2004) yang menyebutkan bahwa anak jalanan sangat

rentan untuk mendapatkan situasi yang buruk seperti menjadi korban dari berbagai

(27)

ketindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba, objek sosial dan sebagainya. Dari

dahulu sampai sekarang masalah sosial yang selalu dihadapi oleh Bangsa dan Negara

ini adalah kemiskinan yang menjadi salah satu faktor adanya anak jalanan dan

kebijakan yang diambil untuk mengatasinya melalui berbagai program

penanggulangan kemiskinan yang menyebabkan meningkatnya jumlah anak jalanan.

Terdapat beberapa peraturan pemerintah terkait dengan upaya penanganan anak

jalanan ataupun pemulihan keberfungsian hak-hak anak, diantaranya:

1. Undang-undang Dasar tahun 1945, setiap anak berhak atas kelangsungan

hidup Tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi (pasal 28 B ayat (2))

2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Tentang

Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang hak-hak Anak)

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 Tentang

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 Tentang

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan

dan Anak

8. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 210, Tentang

(28)

9. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010, Tentang

Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat.

Fenomena anak jalanan di Kota Serang saat ini sangat memprihatinkan, ini

dilihat dari semakin banyaknya jumlah anak jalanan yang berada dijalanan atau

tempat umum yang menggantungkan nasib di jalanan bahkan hanya sekedar untuk

mencari uang jajan tambahan. Hampir di setiap lampu merah dan tempat tempat

umum lainya di Kota Serang, dapat dijumpai sejumlah anak jalanan yang

beraktivitas dan dapat dibilang menggangu aktivitas masyarakat umum. Aktivitas

anak jalanan di kota serang pada umumnya sering dapat kita jumpai pada waktu

malam hari, dengan bebas dan leluasa mereka melakukan aktivitasnya dijalanan

walaupun tidak sering juga kita jumpai anak jalanan pada waktu pagi dan sore hari,

karena pada dasarnya sejumlah anak jalanan di Kota Serang melakukan aktivitas di

jalanan setelah selelsai sekolah ataupun pada malam hari karena menghindari

panasnya terik sinar matahar,. Dan menghindari para petugas satpol PP dan petugas

Pos Sahabat Anak. Anak jaanan di Kota Serang dapat kita jumpai di alun-alun Kota

Serang, Di tempat tempat makan, taman kota, lampu merah ciceri, lampu merah

kebon jahe, lampu merah sempu, dan lampu merah palima. Tempat tempat tersebut

yang biasanya sering kita jumpai anak jalanan yang melakukan aktivitasnya terutama

pada malam hari.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002, Peratutan Daerah

Provinsi Banten No 8 Tahun 2010, dan peraturan Daerah Kota Serang No 2 Tahun

2010 maka Dinas Sosial Provinsi Banten berupaya mencari jalan keluar baik melalui

(29)

jumlah anak jalanan, yang tujuanya mewujudkan kesejahteraan dengan melibatkan

berbagai pihak, mengingat semakin banyaknya jumlah anak jalanan di kota serang,

Dinas Sosial Provinsi Banten mengharapkan dapat mengurangi jumlah anak jalanan

di kota Serang. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti laukan pada bulan

September 2015, kebijakan yang dibuat Pemerintah Dinas Sosial Provinsi Banten

untuk mengurangi jumlah anak di kota Serang adalah dengan membangun Pos

Sahabat Anak.

Pos Sahabat Anak adalah salah satu program Dinas Sosial Provinsi Banten,

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten No 8 Tahun 2010, Tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Dinas Sosial Provinsi Banten mencari jalan

keluar untuk mengatasi jumlah anak jalanan di Provinsi Banten terutama di Kota

Serang, dan berdasarkan Peraturan Derah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010

Provinsi Banten dalam pelaksanaanya melibatkan Dinas Sosial Kota Serang sebagai

salah satu Dinas yang mempunyai wewenang dalam daerahnya dalam mengatasi

masalah anak jalanan di Kota Serang dan salah satu bentuk koordinasi dan

memaksimalkan program Pos Sahabat Anak.

Pos Sahabat Anak adalah salah satu upaya Dinas Sosial Provinsi Banten dalam

menangani masalah sosial dijalanan terutama masalah anak jalanan yang ada di

Provinsi Banten, program Pemerintah Daerah ini mulai berjalan pada tahun 2013

dengan membangun beberapa pos yang di sebut dengan Pos Sahabat Anak,

Pembangunan Pos Sahabat anak dilakukan di beberapa titik di pinggir jalan di kota

Serang dan Cilegon yang di yakini banyak aktivitas anak jalanan disekitar daerah

tersebut, pembangunan Pos Sahabat Anak ini berlokasi di daerah Kota Serang seperti

(30)

sendiri berlokasi di dekat gerbang tol Cilegon timur. Dalam pelaksanaanya program

Pos Sahabat Anak ini melibatkan secara langsung masyarakat dan beberapa lembaga

sosial dalam program ini, hal ini dapat dilihat dengan para petugas yang berjaga di

Pos Sahabat Anak yang terdiri dari Tokoh Masyarakat (RT), anggota TKSK Kota

Serang, dan Satpol PP Kota Serang. Dalam pelaksanaanya disetiap pos di tempati

oleh masing-masing empat orang petugas disetiap Pos Sahabat Anak. Pembangunan

Pos Sahabat Anak ini dimaksudkan untuk mengawasi setiap aktivitas dan kegiatan

anak jalanan di kota Serang, dengan melakukan tindakan langsung berupa

penjaringan, pendekatan dan pendataan kepada setiap anak jalanan yang terlihat

melakukan aktivitas di jalanan Kota Serang, setiap anak jalanan yang terjaring akan

di data untuk di evaluasi oleh dinas Sosial Kota Serang dan Provinsi Banten. Untuk

setiap anak jaanan yang berasal dari Kota Serang akan di Kembalikan kepada

keluarga / walinya, sedangkan untuk anak yang sudah tidak memiliki orang tua / wali

akan di tawarkan untuk menjalani hidup di panti asuhan / pondok pesantren, dan jika

adapun anak jalanan yang bukan berasal dari kota Serang akan di data di dinas sosial

provinsi Banten untuk di kembalikan ke Kota asalnya karena tindakan dan aktivitas

mereka di jalanan di anggap menggangu ketertiban umum dan keindahan kota

Serang.

Dinas sosial provinsi dan kota mengakui masih banyak kekurangan dalam

program Pos Sahabat Anak ini mulai dari SDM untuk petugas yang berjaga dan

pengawas yang memantau kegiatan para agen pelaksana di lapangan, Anggaran

untuk gaji para petugas yang masih dalam kategori honorer dan untuk menindak

lanjuti setiap anak jalanan yang terjaring operasi petugas, dan Kondisi Pos yang

(31)

baik, tidak ada petugas yang berjaga di dalam pos sehingga pos yang tadinya

diharapakan sebagai tempat untuk para petugas memantau setiap kegiatan dan

aktivitas anak jalanan sekarang kondisinya menjadi tidak terawatt dan kumuh. Selain

itu juga dalam implementasinya masih ada beberapa masalah yang membuat

program Pos Sahabat Anak ini masih belum bisa di katakan optimal.

Ada beberapa faktor yang membuat program Pos Sahabat Anak masih belum

bisa dikatakan berjalan dengan optimal, diantaranya:

Pertama, masih banyaknya jumlah anak jalanan di Kota Serang, hal ini dilihat

dari jumlah anak jalanan yang ada di antara Kota/Kabupaten yang ada di Provinsi

Banten. Jumlah anak jalanan di Kota Serang masih menempati urutan pertama pada

Tahun 2014 dengan jumlah 309 anak jalanan, jumlah ini paling terbesar dari setiap

masing masing Kota/Kabupaten di Provinsi Banten pada Tahun 2014. Dari data

tersebut dapat dilihat bahwa masalah anak jalanan di Kota Serang sudah semakin

memprihatinkan.

Tabel 1.1

Jumlah Anak Jalanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten (jiwa), Tahun 2012 - 2014

Kabupaten/Kota 2012 2013 2014

Kabupaten / Regency

1. Pandeglang 8 33 19

2. Lebak 212 212 47

3. Tangerang 34 146 131

4. Serang 42 3 201

(32)

5. Tangerang 110 109 49

6. Cilegon 120 34 37

7. Serang 192 393 309

8. Tangerang Selatan 163 146 96

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Banten, 2015

Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat pada Tahun 2012 Kota Serang menempati

urutan kedua setelah Kabupaten Lebak dengan jumlah anak jalanan 192 Jiwa. Pada

Tahun 2013 Kota Serang menempati urutan pertama dengan jumlah anak jalanan

393 Jiwa. Dan pada tahun 2014 Kota Serang menempati urutan pertama dengan

jumlah anak jalanan 309 Jiwa. Selama 3 tahun berturut-turut jumlah anak jalanan di

Kota Serang mengalami Fluktuatif dengan jumlah anak jalanan terbanyak pada

Tahun 2013 dan terkecil pada Tahun 2012. Berdasarkan tabel 1.1 di atas menjadi

dasar pertimbangan penelitian menjadikan Kota Serang sebagai objek penelitian,

diantaranya adalah Kota Serang menduduki peringkat pertama dalam jumlah anak

jalanan di antara kota-kota lain yang ada di Provinsi Banten pada satu tahun terakhir.

Kedua, menurut hasil wawancara dengan Bapak Hasanudin S.pd.I selaku

petugas Pos Sahabat Anak di Alun-alun Timur Kota Serang, tidak adanya petugas

yang berjaga di Pos Sahabat Anak. Hal ini terjadi dikarenakan masih kurang

efektifnya lokasi pos sahabat anak yang di bangun untuk di tempati oleh empat

petugas dalam satu pos, dan masih kurangnya fasilitas yang memadai di dalam pos

sehingga rata-rata petugas mengawasi dari daerah sekitar pos seperti di

warung-warung atau tempat tempat lain untuk mengawasi aktivitas anak jalanan, dan tidak

jarang juga petugas memiih untuk berkeliling di sekitar area yang menurut mereka

(33)

Tabel 1.2

Daftar Nama-Nama Petugas Pos Sahabat Anak Di Kota Serang

No Nama Tempat Tugas Pos Sahabat Anak Jabatan

1 Nita Rusdamayanti,

S.Si Kebon Jahe Kota Serang Sakti Peksos

2 Wahyu Sukinta Kebon Jahe Kota Serang

Tokoh Masyarakat (RT)

3 Agus Dini R Kebon Jahe Kota Serang Tokoh

Masyarakat

4 Budi Setiawan Kebon Jahe Kota Serang SATPOL PP

Kota Serang

5 Holis Alun-alun Timur Kota Serang SATPOL PP

Kota Serang

6 Jupri Alun-alun Timur Kota Serang Tokoh

Masyarakat 7 Hasannudin, S.Pd.I Alun-alun Timur Kota Serang TKSK

8 Sinta Alun-alun Timur Kota Serang Sakti Peksos

9 A.Ayi Asya’ari Ciceri Kota Serang SATPOL PP

Kota Serang

10 Siti Rukamana P Ciceri Kota Serang Sakti Peksos

11 Novi Ciceri Kota Serang TKS Kota

Serang

12 Tatang Ciceri Kota Serang Tokoh

Masyarakat Sumber : Dinas Sosial Provinsi Banten, 2015

Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat dari total 3 Pos Sahabat Anak yang terletak

(34)

Pos Sahabat Anak memiliki jumlah petugas 4 orang yang berjaga disetiap Pos. Tugas

pokok dari setiap petugas yang berjaga di pos adalah mengamati aktivitas anak

jalanan yang berada dijalanan dan langsung melakukan tindakan dengan melakukan

pendekatan kepada anak jalanan dan pendataan secara langsung kepada setiap anak

jalanan yang mendapati sedang melakukan aktivitas dijalanan seperti mengamen,

dan meminta-minta. Dari tabel 1.2 diatas juga menjadi dasar perimbangan penelitian

karena pada kenyataanya dari setiap pos yang sudah didirikan tidak ada satupun

petugas yang berjaga di dalam Pos Sahabat Anak. Para Petugas Pos Sahabat Anak

yang berjaga di Pos Sahabat Anak merupakan honorer yang setiap bulan diberikan

upah sebesar lima ratus ribu rupiah dalam satu bulan yang diberikan dari APBD.

Ketiga, menurut hasil wawancara dengan Bapak Drs.H.Nahrawi.M.Si selaku

Kasi Perlindungan Anak Dan Lanjut Usia Dinas Sosial Provinsi Banten tidak adanya

penanganan lebih lanjut atau tempat seperti rumah singgah untuk setiap anak jalanan

yang di data oleh para petugas, rumah singgah yang dimaksud adalah seperti rumah

penampungan untuk setiap anak jalanan yang tertangkap atau setiap anak jalanan

yang didapati melakukan ativitas dijalanan dan diberikan pengarahan dan pelatihan

secara langsung menurut bakat dan hobi yang mereka suka, seperti pelatihan

membuat kerajinan tangan, kesenian, dan cara bekerja dengan baik dan benar untuk

anak jalanan yang berusia 17 sampai dengan 18 Tahun, Dan terkadang diberikan

uang santunan bagi anak jalanan yang sudah tidak memilik Ayah/Ibu ataupun

Tempat tinggal. sehingga anak jalanan tidak akan kembali lagi ke jalanan dan

bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi masalah rumah singgah sudah menjadi

pertimbangan bagi Dinas Sosial Provinsi Banten untuk secepatnya membangun

(35)

Keempat, dari hasil wawancara dengan Bapak Wahyu selaku Petugas Pos

Sahabat Anak di Kebon Jaher Kota Serang yang ditemui dirumah beliau di daerah

Kebon Jahe Kota Serang, kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

program Pos Sahabat Anak ini, kondisi Pos Sahabat Anak yang kecil dan tidak ada

fasilitas yang mendukung untuk kinerja para petugas sehingga pelaksanaan program

Pos Sahabat Anak dilapangan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Dalam hal ini

masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai dan kurang mendukung menjadi

salah satu faktor yang membuat para petugas tidak ada yang standby di Pos Sahabat Anak. Dalam masalah ini memperkuat indikasi bahwa tidak adanya petugas yang

berjaga di Pos Sahabat Anak adalah tidak memadainya sarana dan prasarana untuk

Atas dasar latar belakang pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian Skripsi dengan Judul : Implementasi Program Pos Sahabat Anak Oleh

Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, Maka peneliti mencoba mengidentifikasi

masalah yang terkait dengan pengimplementasian Program Pos Sahabat Anak (PSA)

oleh Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang serta yang berkaitan dengan

permasalahan-permasalahan lain nya sebagai berikut :

1. Jumlah anak jalanan di Kota Serang menempati urutan terbesar dari 8

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten.

2. Tidak adanya petugas yang berjaga di dalam Pos Sahabat Anak.

3. Tidak adanya penanganan lebih lanjut atau rumah singgah untuk anak

(36)

4. Kurangnya sarana dan prasanarana dilapangan untuk mendukung program

Pos Sahabat Anak di Kota Serang

1.3. Batasan Masalah

Batasan dari penelitian berusaha untuk mengetahui Bagaimana Implementasi

Dinas Sosial Kota Serang dalam menjalankan program Pos Sahabat Anak.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah terkait penelitian ini maka peneliti memberikan rumusan

masalah sebagai berikut : Bagaimana Implementasi Program Pos Sahabat Anak yang

dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana

implementasi program Pos Sahabat Anak yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota

Serang.

1.6. Manfaat penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

Memberikan penilaian dan perbandingan yang baik dari perkembangan

teori sectorkeilmuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan

(37)

mendapatkan gambaran baru selama penelitian dapat di jadikan

pemahaman untuk penelitian selanjutnya. Selain itu untuk menambah

khasanah keilmuan tentang teori-teori organisasi public dan non public

sebagai usaha memperkaya teori keilmuan tentang keadministrasinegaraan

bagi mahasiswa FISIP Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukan yang berguna bagi Dinas Sosial Provinsi

Banten dalam pencapaian kinerja pengimplementasian program Pos

Sahabat Anak. Dan berguna bagi para lembaga dan dinas dinas lain untuk

bekerjasama dalam mengatasi masalah anak jalanan di Kota Serang.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang

berujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari

penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai

“Implementasi program Pos Sahabat Anak oleh Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai

ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif (dari

umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi masalah untuk

mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau

(38)

fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil penelitian yang

diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan selanjutnya, bab ini juga membahas

mengenai manfaat penelitian, baik manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi

peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan

untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk

mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian

terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan

dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui kesamaan atau perbedaan

dari masing-masing penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, kerangka teori

menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam

penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Ruang

lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel penelitian

yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen penelitian

menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Informan

penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan

tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang memaparkan waktu

(39)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah dari

data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan sebagaimana

dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang sudah

dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik triangulasi untuk

mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan

lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat

mengemukakan berbagai keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk

penelitian eksperimen dan ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap

penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan penelitian.

Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat, jelas dan

mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan saran yaitu berisi

tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadao bidang yang diteliti secara praktis

(40)

19

DASAR PENELITIAN

2.1. Pengertian Kebijakan

Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk

mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu

mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Bagi para pemegang kekuasaan

yang berwenang dalam membuat kebijakan-kebijakan, tentu perlu pertimbangan

serta peninjauan secara seksama. Karena kebijakan-kebijakan yang dibuat memiliki

dampak yang luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu, namun masyarakat juga

dapat merasakan dampak tersebut.

Pada dasarnya, kebijakan dibuat untuk melakukan tindakan pencegahan dan

bukan saat telah terjadi atau sudah terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kebijakan didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar

dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta cara

bertindak (tentang pemerintah, organisasi, dan sebagainya). Sementara itu,

Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan definisinya secara lebih terperinci pada

makna kebijakan,

(41)

tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana” (United Nation, 1975).

Dengan banyaknya definisi kebijakan yang telah diberikan para pakar ahli,

memaknakan bahwa kebijakan memang melekat dalam kehidupan sehari-hari,

karena seringkali dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau

kegiatan-kegiatan. James Anderson sebagaimana dikutip oleh Solichin (2012: 8), menyatakan

bahwa kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan

tertentu yang dihadapi.

2.1.1.Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut public policy. Dengan adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang

harus diatasi, maka pemerintah perlu membuat suatu kebijakan publik. Kebijakan

yang merupakan sekumpulan keputusan-keputusan yang ditetapkan, yang bertujuan

dalam melindungi serta membatasi perilaku atau tindakan masyarakat sesuai dengan

norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Karena para pembuat kebijakan

perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dulu terkait isu-isu masalah apa yang

terjadi di masyarakat. Masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan kebijakan

publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak hanya didasarkan atas

prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas

(42)

Frederick (1963: 79), mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian

tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu, dengan ancaman peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan

tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang

ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Harold Laswell dan

Abraham Kaplan (1970: 71), kebijakan publik adalah suatu program yang

diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik

tertentu. Anderson (1978) sebagaimana dikutip Tachjan (2006: 16), mengemukakan

bahwa, “Public policies are those policies developed by governmental bodies and officials”. Maksudnya, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Adapun tujuan

penting dari kebijakan tersebut dibuat pada umumnya dimaksudkan untuk:

1. Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator)

2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara

sebagai perangsang, stimulator)

3. Menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator)

4. Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagi pembagi,

alokator).

Udoji (dalam Solichin, 2012), seorang pakar dari Nigeria (1981), telah

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling

(43)

Dari definisi-definisi di atas terkait kebijakan publik, dapat disimpulkan

beberapa karakteristik dari konsep kebijakan publik. Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud

atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh

pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.

Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan

perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.

Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Kelima, kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan

tindakan yang bersifat memerintah. Kebijakan publik yang bersifat memerintah

kemungkinan besar mempunyai sifat yang memaksa secara sah, yang mana hal ini

tidak dimiliki oleh kebijakan-kebijakan organisasi swasta.

Sebagaimana yang dikatakan Inu Kencana (2010) dalam bukunya Pengantar

Ilmu Pemerintahan, bahwa public policy dapat menciptakan situasi dan dapat pula diciptakan oleh situasi.

2.1.2.Tahap-tahap Kebijakan Publik

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn (2000 : 24), ialah

(44)

a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya

ditunda untuk waktu lama.

b. Formulasi Kebijakan

Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.

Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif,

keputusan peradilan, dan tindakan legislatif.

c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan

Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus di antara direktur lembaga, atau keputusan peradilan.

d. Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi

yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia.

e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan

Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan

apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan peradilan memenuhi

persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian

tujuan.

2.1.3. Implementasi Kebijakan Publik

Adanya kebijakan publik yang dibuat oleh aktor kebijakan, tentu bukan

semata-mata hanya menjadi “kumpulan lembaran kertas”. Namun juga perlu adanya

(45)

merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik. Dengan

implementasi atau penerapan, serangkaian keputusan yang disusun berdasarkan

analisis pada apa yang diharapkan untuk menuju keadaan yang lebih baik, dalam

proses pelaksanaan mencapai tujuan tersebut. Menjelaskan makna implementasi

dengan mengatakan bahwa:

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.”

Sementara Meter danHorn (1975), mendefiniskan implementasi kebijakan,

sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang

dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,

sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan itu sendiri. Dalam proses kebijakan publik, implementasi

kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi

kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis.

Pada praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan

apa yang sudah direncanakan dalam tahap formulasi kebijakan, atau antara visi

dengan realitas. Keadaan demikian oleh Hogwood dan Gunn (1986) disebut

(46)

Dimana kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil

akhir yang dikehendaki. Grindle (1980) (dalam Tachjan, 2006) menyebutkan 3 (tiga)

hambatan besar yang seringkali muncul dalam pelaksanaan suatu kebijakan publik,

yakni: (1) ketiadaan kerjasama vertikal, antara atasan dengan bawahan; (2) hubungan

kerja horizontal yang tidak sinergis; dan (3) masalah penolakan terhadap perubahan

yang datang dari publik maupun kalangan birokrasi sendiri.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang digunakan untuk

mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Untuk mengimplementasikan

kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan

(47)

Gambar 2.1

Sekuensi Implementasi Kebijakan

(Sumber: Riant Nugroho. 2009. Public Policy)

Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam sejarah

perkembangan studi implementasi kebijakan, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam bahasa Lester dan Stewart (2000: 108) istilah top-down dinamakan dengan “the command and control approach” (pendekatan kontrol dan komando) dan istilah bottom-up dinamakan “the market approach” (pendekatan pasar).

1. Pendekatan top-down

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kita dapat memandang proses

kebijakan sebagai suatu rangkaian perintah dimana para pemimpin politik

mengartikulasikan suatu preferensi kebijakan yang jelas yang akan

KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan

Publik Penjelas Program

Proyek

Kegiatan

(48)

dilaksanakan dengan cara semakin spesifik seiring dengan perjalanan

kebijakan tersebut melalui mesin administratif yang melayaninya.

Pendekatan ini menekankan pada sampai sejauh mana keberhasilan

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan pada aktivitas-aktivitas

dari mesin implementasi yang diberi mandat secara legal yang

menawarkan indikasi-indikasi jelas mengenai apa yang harus dipahami

oleh pelaksana dan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai.

2. Pendekatan bottom-up

Pendekatan ini dimulai dari semua publik dan para aktor swasta yang

terlibat dalam pelaksanaan program-program dan pengkajian tujuan-tujuan

pribadi dan organisasi mereka, strategi-strategi mereka, dan jaringan dari

kontak yang telah mereka bangun.Keunggulan terpenting dari pendekatan

bottom-up‟ adalah mengarahkan perhatian pada hubungan-hubungan formal dan informal yang membentuk jaringan kebijakan yang terlibat

dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.

2.1.4.Model-model Implementasi Kebijakan

2.1.4.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model dari kedua pakar kebijakan ini dikenal dengan istilah A Framework for Policy Implementation Analysis. Mazmanian dan Sabatier (1983) berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam

mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan

formal pada keseluruhan proses implementasi. Keduanya mengklasifikasikan proses

(49)
(50)

2.1.4.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III

Edward III (1980) (dalam Riant Nugroho, 2009), menegaskan bahwa masalah

utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation (kurangnya perhatian pada implementasi). Model yang ia namakan dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, diantaranya: 1) Komunikasi, 2)

Sumberdaya, 3) Disposisi, dan 4) Struktur Birokrat.

Gambar 2.3

Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III

(Sumber: Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik)

2.1.4.3.Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Pendekatan Grindle (1980) dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Kerangka pemikiran dari model ini berdasarkan jawaban

KOMUNIKASI

IMPLEMENTASI

STRUKTUR BIROKRASI

SUMBER DAYA

(51)

atas dua pertanyaan pokok, khususnya di negara berkembang, bahwa keberhasilan

implementasi ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut, yaitu: Content dan Context.

1. Content of Policy (Isi Kebijakan), mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Interest affected (Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi) b. Type of benefits (Tipe manfaat)

c. Extent of change envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai) d. Site of decision making (Letak pengambilan keputusan)

e. Program implementer (Pelaksana program)

f. Resources commited (Sumber-sumber daya yang digunakan)

2. Context of Policy(Konteks Implelementasi), terdiri dari poin-poin sebagai berikut:

a. Power, interest, and strategy of actor involved (Kekuasaan,kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat)

b. Institution and regime characteristic (Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)

(52)

Gambar 2.4

Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

(53)

2.1.4.4.Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Pendekatan top-down yang pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan, membuat dua pakar kebijakan untuk mengembangkan pendekatan tersebut, yakni

Metter dan Horn (1975). Model yang disebut dengan A Model of The Policy Implementation, merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja

implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan

berbagai variabel.

Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi selama proses implementasi

kebijakan publik, diantaranya:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan hanya-jika ukuran jika-dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2. Sumberdaya

(54)

implementasi kebijakan. Karena itu sumberdaya yang diminta dan dimaksud oleh Metter dan Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.

3. Krakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap atau Kecenderungan

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan ”dari atas” (top-down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

(55)

Gambar 2.5

Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn

(Sumber: Anggara, 2014. Kebijakan Publik)

Atas dasar pertimbangan penelitian, peneliti memilih teori dari Metter dan

Horn sebagai alat analisis dari penelitian Implementasi Program Pos Sahabat Anak

oleh Dinas Sosial Provinsi Banten Di Kota Serang, peneliti memilih teori dari Van

Metter dan Van Horn dikarenakan dalam teorinya Van Metter dan Van Horn

memperhatikan beberapa faktor keberhasilan dalam implementasi suatu kebijakan

seperti : standar atau ukuran kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi antar

organisasi dan aktivitas pelaksana, krakteristik agen pelaksana, sikap atau

kecenderungan (disposition) para pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Yang masih kurang diperhatikan oleh para pembuat kebijakan dan para agen

pelaksana dalam Implementasi Program Pos Sahabat Anak Oleh Dinas Sosial

Provinsi Banten Di Kota Serang sehingga dalam pelaksanaanya masih belum efektif.

Asumsi dasar peneliti ini berdasarkan dari fakta hasil observasi yang peneliti

(56)

2.1.5 Pengertian Pos Sahabat Anak

2.1.5.1 Definisi Program Pos Sahabat Anak

Permasalahan anak semakin hari semakin kompleks, khususnya permasalahan

anak jalanan di kota-kota besar, tidak terkecuali di Provinsi Banten. Sebagai daerah

penyangga Ibu Kota Jakarta, Provinsi Banten rentan sekali dimasuki limpahan anak

jalanan baik dari DKI ataupun daerah sekitarnya. Perlu antisipasi yang serius

menghadapi permasalahan ini, sehingga perlu adanya koordinasi yang sinergis antara

pemerintah provinsi dan kab/kota dalam penanganan anjal.

Salah satu upayanya adalah mengembangkan uji coba penanganan anak

jalanan berbasis masyarakat, dimana dalam hal ini masyarakat juga ikut berperan

aktif dalam rangka penanganan anak jalanan. Uji coba penanganan anak jalanan

berbasis masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam

meminimalisir kegiatan anak di jalanan.Salah satu bentuk kegiatan dalam

mengembangkan uji coba penanganan anak jalanan berbasis masyarakat, adalah

mendirikan Pos Sahabat Anak.Pos Sahabat Anak(PSA) merupakan salah satu

program pemerintah Daerah Provinsi Banten untuk menangani penyakit masyarakat

di jalanan.Pos sahabat anak didirikan dengan tujuan menghalau atau pun dapat

meminimalisir kegiatan anak di jalanan. Berbeda dengan pos pada umumnya pos

sahabat dalam melakukan penghalauan dengan metode bersahabat dengan anak,

sehingga tidak muncul konsep menyeramkan bagi anak.

Petugas pos sahabat anak terdiri dari unsur:

1. Satpol PP

2. Dinas Sosial Kabupaten/Kota

(57)

Dalam memberikan kesan bersahabat dengan anak, para petugas diberikan

bekal pelatihan penanganan sehingga apa yang dilakukan nanti tidak bertentangan

dengan Hak Azazi ataupun bertentangan dengan UU. No. 11 tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak selain itu petugas jaga akan dibuatkan seragam

khusus yang bersahabat dan tidak menggunakan atribut seragam masing-masing.

Di tahun 2013, pembangunan untuk pos sahabat anak sudah dilaksanakan

dengan konsep percontohan di 2 wilayah, yaitu Kota Serang dan Kota Cilegon.

Untuk wilayah Kota Serang didirikan 3 titik yang banyak anak jalanan melakukan

aktifitasnya yaitu:

1. Lampu merah Ciceri 2. Lampu Merah Kebon Jahe

3. Alun-alun Serang Barat (depan Ramayana)

Sedangkan untuk wilayah Kota Cilegon di bangun di 1 titik yaitu di

perempatan PCI. Pada pos sahabat anak tersebut akan dipasangkan CCTV yang

berfungsi untuk memonitor aktifitas keseharian terutama aktifitas anak di jalanan

yang terhubung langsung ke Dinas Sosial Kota dan Dinas Sosial Provinsi Banten.

Dengan bantuan CCTV ini, diharapkan dapat membantu Dinas Sosial

masing-masing wilayah untuk mengambil kebijakan selanjutnya.Pada tahun 2014 ini

pembangunan pos sahabat anak akan dikembangkan di beberapa wilayah

Kabupaten/Kota dengan kesiapannya masing-masing. Kesiapan berkaitan dengan

SDM dan pendukung lainnya, sehingga pos sahabat anak bisa berjalan secara

optimal.

Pos Sahabat Anak (PSA) mampu menjadi solusi bagi pemerintah daerah dan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan
Gambar 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Karya Tulis

Berdasarkan perbedaan persentase ketuntasan belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran teknik pemecahan

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kinerja PMO dengan keteraturan berobat dan kepatuhan minum obat pasien TB paru menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol umbi ubi ungu mempunyai efek penurunan kadar kolesterol dan kadar trigliserida pada tikus putih

Perubahan hormonal pada trimester tiga yang memengaruhi aliran darah ke paru-paru mengakibatkan banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas. Ini juga di dukung

pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan

Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan;.. Mengadukan pelaksana yang melakukan

Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingginya atau rendahnya populasi nyamuk pada suatu lingkungan.. Kelompok