SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh: Gema Nugraha NIM. 6661110628
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
Gema Nugraha NIM. 6661110628
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Ada saatnya hal yang tidak mungkin menjadi mungkin
Ada saatnya hal yang tidak masuk akal menjadi masuk akal
Tetap optimis dan yakin adalah kuncinya
Memupuk derita tidak akan ada ujungnya
Mulailah belajar menanam kepercayaan pada diri sendiri dan percaya mampu
melakukan sesuatu, kita bisa karena kita pernah mau mencoba
Skripsi ini kupersembahkan untuk,
v
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Program Pos Sahabat Anak Oleh Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang”. Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi
Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang
senantiasa memberikan bantuan, baik berupa bimbingan, dukungan moral dan
materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya
skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Imam Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
vi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi I dan
Pembimbing Akademik yang terus menyemangati dan membimbing
peneliti dalam menyusun skripsi ini.
8. AnisFuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga
telah menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun
skripsi ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
10. Drs. H. Nahrawi, M.Si., Kasi Perlindungan Anak dan Lansia Dinas
Sosial Provinsi Banten.
11. Abdullah Alamudin. S.Sos.I M.Si., Staff Pelaksana Seksi
Perlindungan Sosial Anak dan Lansia.
12. Hendri Sudiani, S.Sos., Kasi Pelayanan dan Perlindungan Sosial Anak
dan Lansia Dinas Sosial Kota Serang.
13. Bambang Gartika S.E Kabid Penegakan Peraturan
vii Banten.
16. Holis, Petugas SATPOL PP dan Petugas Pos Sahabat Anak.
17. A.Ayi Asya’ari Petuagas SATPOL PP dan Petugas Pos Sahabat Anak.
18. Kedua Orang Tua, Ibuku Rohanah S.Pd dan Ayah ku Surya Jaya
Terimakasih banyak untuk segalanya.
19. Kedua saudara kandung, Kakakku Dian Yuana S.Pd dan Brigadir
Fajar Gumelar.
20. Teman-teman seperjuangan seluruh Mahasiswa Ilmu Administrasi
Negara Reguler dan Non-Reguler Angkatan 2011, Khususnya
teman-teman Administasi Negara Kelas C yang selama 4 tahun lebih telah
banyak mengisi cerita dan kehidupan peneliti selama di bangku
perkuliahan.
21. Lisa Rosalina, SP., yang telah banyak sekali membantu peneliti.
22. Sahabat sejati Gia Prasetya, SE, Abdillah Lutfi, Krisna Kristianning
Effendi, Ariawan Lesmana, Gesti Resti Fitri, Muhammad Amri
Pahlevi (alm), Metta Miftahul Jannah, Bima Yudha Saputra, dll.
23. Keluarga KKM 2014 Kelompok 123 Desa Cikedung Kec. Kasemen
yang penuh makna dan pengalaman.
24. Serta pihak lain yang membantu mendukung penelitian ini yang tidak
viii
Serang, 20 Juli 2016
ix
Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang.Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si dan Pembimbing II: Anis Fuad, S.Sos., M.Si
Program Pos Sahabat Anak di Kota Serang bertujuan untuk menekan jumlah anak jalanan di Kota Serang. Masalah anak jalanan adalah masalah yang sulit diselesaikan, karena anak jalanan muncul karena berbagai faktor. Pos Sahabat Anak merupakan solusi dari pemerintah daerah Provinsi Banten khusunya Dinas Sosial Provinsi Banten dalam mengatasi masalah anak jalanan di Kota Serang. Pos Sahabat Anak sudah dibangun di dua Kota, 3 di Kota Serang, dan 1 di Kota Cilegon. Kota Serang menjadi lokasi tujuan kebijakan atau pembangunan Pos Sahabat Anak karena Kota Serang adalah Ibu Kota Dari Provinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanan Program Pos Sahabat Anak di Kota Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara mendalam kepada narasumber-narasumber yang berkaitan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman yang mencangkup 4 kegiatan bersamaan antara lain pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa program Pos Sahabat Anak di Kota Serang belum efektif hal ini ditunjukan dengan Pelaksanaan program pos sahabat anak di Kota Serang memiliki beberapa hambatan, Dari mulai kurangnya saranan dan prasarana dilapangan, tidak adanya rumah singgah untuk anak jalanan, kurangnya penanganan yang lebih intensif kepada anak jalanan, tidak melibatkan lembaga diluar pemerintah, para petugas Pos Sahabat Anak yang belum kompeten dan belum memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan rasa empati kepada anak jalanan, dan kondisi sosial ekonomi dilingkungan anak jalanan masih belum mendukung program Pos Sahabat Anak di Kota Serang ini.
x
Service in Serang City of Banten. Departement of Public Administration. Social and political science faculty. Sultan ageng tirtayasa university . advisor I: Ipah Ema Jumiati S.IP., M.Si dan Advisor II: Anis Fuad, S.Sos., M.Si
SA POS program in serang city aims to reduce of street children in Serang city. The problem of street children is a difficult to be solved. Pos SA is a solution of the Banten provincial government especially Banten Provincial Social Service in addressing street children in the city of Serang. Pos SA have been built in two cities. three in Serang city, and one in the Cilegon. Serang city is a destination location or development policies Post SA because Serang City is the Capital Of Banten. The purpose of this study was to determine how the implementation of the Program of Post Sahabat Anak Kota Serang. The method used is descriptive method with qualitative approaches. depth interview was used in data collection techniques. In this study, the researcher used data analysis model developed by Miles and Hubberman which consists of four concurrent activities include data collection, data reduction, data presentation and verification of data. the results of this study showed the program Pos Sahabat Anak Kota Serang not effective yet. this is shown by the implementation of the program which has some problems such as the lack of involvement of institutions outside government, lack of proposition and infrastructure, the lack of a shelter for street children, the lack of handling more intensive to street children, the Post officer Sahabat Anak were not competent and do not have a sense of high responsibility and a sense of empathy for street children, and the socio-economic conditions in the environment.
xi
DAFTAR ISI
COVER ... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 14
1.3. Batasan Masalah ... 15
1.4. Rumusan Masalah ... 15
1.5. Tujuan Penelitian ... 15
1.6. Manfaat Penelitian ... 15
xii
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1. Pengertian Kebijakan ... 19
2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik ... 20
2.1.2. Tahap-tahap Kebijakan Publik ... 22
2.1.3. Implementasi Kebijakan Publik ... 23
2.1.4. Model-model Implementasi Kebijakan ... 27
2.1.4.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabtier ... 27
2.1.4.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 29
2.1.4.3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 29
2.1.4.4. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn ... 32
2.1.5. Program Pos Sahabat Anak (PSA) ... 35
2.1.5.1. Definisi Program Pos Sahabat Anak... 35
2.1.5.2. Tujuan dan Program Pos Sahabat Anak ... 37
2.1.5.3. Landasan Hukum Pos Sahabat Anak Provinsi Banten ... 38
2.1.5.4. Tahapan Penanganan Pos Sahabat Anak ... 38
2.1.6. Anak Jalanan ... 40
2.2. Penelitian Terdahulu ... 42
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 45
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ... 48
3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 50
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50
3.3.1. Lokasi Penelitian ... 50
3.3.2. Waktu Penelitian ... 50
3.4. Fenomena yang Diamati ... 51
3.5. Instrumen Penelitian ... 51
3.6. Informan Penelitian ... 52
3.7. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 55
3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.7.2. Analisis Data ... 65
3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian... 68
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kota Serang ... 70
4.1.1. Geografis Kota Serang ... 71
4.1.2. Administratif Kota Serang ... 71
4.1.3. Kondisi Demografis Kota Serang ... 73
4.2. Pos Sahabat Anak ... 77
4.2.1. Definisi Program Pos Sahabat Anak ... 77
4.2.2. Tujuan Program Pos Sahabat Anak ... 80
xiv
4.2.4. Tahapan Penanganan Pos Sahabat Anak ... 81
4.3. Profil dan Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 83
4.3.1. Visi-Misi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 83
4.3.2. Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 86
4.3.3. Tugas dan Fungsi Dinas Sosial Provinsi Banten ... 86
4.4. Profil dan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 95
4.4.1. Profil Dinas Sosial Kota Serang ... 95
4.4.1.1. Kelembagaan ... 95
4.4.1.2. Kedudukan dan Visi Misi Dinas Sosial Kota Serang ... 95
4.4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi ... 96
4.4.1.4. Susunan Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 97
4.4.2. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 99
4.5. Profil SATPOL PP Kota Serang ... 100
4.5.1. Visi Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP Kota Serang) ... 101
4.5.2. Misi Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kota Serang ... 102
4.6. Struktur Organisasi Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Banten ... 102
4.6.1. Peran Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Banten ... 104
4.6.2. Fungsi Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Banten ... 105
4.7. Deskripsi dan Analisis data ... 106
4.7.1. Informan Penelitian ... 109
4.8. Deskripsi Hasil Penelitian... 113
xv
4.9.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 113
4.9.2. Sumber-sumber Kebijakan ... 121
4.9.2.1. Sumber Daya Manusia ... 121
4.9.2.2. Sumber Daya Anggaran ... 127
4.9.2.3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ... 130
4.9.2.4. Sumber Daya Waktu ... 134
4.9.3. Komunikasi Antar Organisasi ... 138
4.9.4. Karakteristik Agen Pelaksana ... 145
4.9.5. Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana ... 151
4.9.5.1. Inisiatif ... 151
4.9.5.2. Partisipatif ... 155
4.9.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ... 158
4.10. Pembahasan ... 169
4.10.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan... 170
4.10.2. Sumber-sumber Kebijakan ... 173
4.10.3. Komunikasi Antar Organisasi ... 177
4.10.4. Karakteristik Agen Pelaksana... 179
4.10.5. Sikap dan Kecenderungan Agen Pelaksana ... 180
4.10.5.1. Inisiatif ... 180
4.10.5.2. Partisipatif ... 180
xvi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 183
5.2 Saran ... 186
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Anak Jalanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
(jiwa), Tahun 2012 – 2014 ... 10
Tabel 1.2 Daftar Nama-nama Petugas Pos Sahabat Anak di Kota Serang ... 12
Tabel 3.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 53
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Penelitian ... 59
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 69
Tabel 4.1 Luas Daerah dan Pembagian Administratif di Kota Serang Tahun 2014 ... 72
Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Serang, Tahun 2014 ... 73
Tabel 4.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Serang, Tahun 2014 ... 74
Tabel 4.4 Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi Banten (jiwa), tahun 2014 ... 76
Tabel 4.5 Jumlah Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin di Kota Serang Tahun 2013 – 2016 ... 82
Tabel 4.6 Spesifikasi Informan Penelitian ... 110
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan ... 26
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier ... 28
Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 39
Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 31
Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn ... 34
Gambar 2.6 Tahapan Penanganan ... 39
Gambar 2.7 Kerangka Berfikir Penelitian ... 46
Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ... 68
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Umum Wawancara
Lampiran 4 Matirks Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 6 Catatan Lapangan
Lampiran 7 Catatan Bimbingan
Lampiran 8 Peraturan Daerah Provinsi Banten No 8 Tahun 2010
Lampiran 9 Form Pendataan Anak Jalanan
Lampiran 10 Data Anak Jalanan di Kota Serang Tahun 2016
Lampiran 11 Uraian Pos Sahabat Anak
1 1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang yang pada dasarnya didirikan untuk
mensejahterakan rakyat, Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan
melakukan pembangunan secara fisik, maupun mental untuk mencapai tujuan seperti
yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mensejahterakan umum,
mencerdaskan kehidupan Bangsa. Secara garis besar Manusia sebagai Masayarakat
dalam suatu Negara berhak medapatkan kesejahteraan sebagaimana yang tertera
pada Undang-Undang di atas.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
diciptakan oleh sang Pencipta dalam keadaan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
antara lain dan ditunjukan supaya antarmanusia dapat saling mengenal dan
tolong-menolong, hal ini tidak terlepas dari manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan satu dengan yang lainya. Laki-laki membutuhkan perempuan,
perempuan membutuhkan laki-laki, dan seorang pemimpin membutuhkan bawahan,
dan begitupun sebaliknya. Tidak seorang pun sanggup hidup secara individu tanpa
ada komunikasi dan bersosialiasi meskipun seluruh isi dunia diberikan kepadanya.
Perbedaan keadaan manusia ternyata tidak hanya terletak pada warna kulit,
suku, ras, bangsa ataupun agama. Tetapi juga dalam kehidupan dan ekonomi yang
ekonomi yang mapan, terdapat pula manusia yang kurang beruntung dalam memiliki
ekonomi di kehidupanya. Masyarakat seperti fakir miskin, anak jalanan, pengemis,
yang tidak memiliki tempat tinggal adalah sebagian contoh orang-orang yang
kurang beruntung dalam hal ekonomi di kehidupanya. Salah satu tujuan Negara
Indonesia adalah mensejahterakan dan memberikan keadilan kepada rakyat tanpa
memandang perbedaan dalam segala hal termasuk masyarakat yang kurang
beruntung dalam memiliki ekonomi dikehidupanya, selama mereka masih warga
Negara Indonesia mereka berhak menerima kesejahteraan dan keadilan yang
diberikan oleh Negara Indonesia. Begitu besarnya perhatian para perumus
Undang-Undang Dasar 1945 terhadap masalah ketimpangan ekonomi, sampai terdapat ayat
yang berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Bunyi
ayat tersebut terdapat pada pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
Masyarakat fakir, miskin, dan anak-anak yang terlantar di anggap sebagai kondisi
yang cukup memperihatinkan dalam kondisi perekonomian seseorang sehingga
Negara harus memberikan perhatian khusus bagi mereka. Hal ini dilakukan Negara
dengan melakukan pemeliharaan terhadap masyarakat fakir miskin dan anak-anak
jalanan. (sumber:http/www.bppk.kemenkeu.co.id, di akses pada 27 November 2015)
Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota yang seharusnya bisa melihat lebih
dekat kondisi dan keberadaan mereka tidak banyak melakukan tindakan nyata guna
mengatasi masalah mereka dari kehidupan nestapa tersebut. Jumlah pengemis,
pengamen, dan anak jalanan semakin mengalami peningkatan. Sebagaimana
diuraikan di atas, kondisi mereka yang terus bertambah tersebut seolah-olah menjadi
hal yang sudah di anggap wajar dan biasa bagi pemerintah. Seiring datangnya era
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, maka
setiap daerah memiliki hak untuk mengelola sendiri segala urusan pemerintahannya
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di daerahnya. Maka pemerintah daerah juga
memiliki kewenangan dalam mengelola fenomena sosial yang terjadi di Daerahnya
dan termasuk masalah anak jalanan yang menjadi salah satu masalah dalam setiap
Daerah otonom bahkan menjadi masalah di Indonesia.
Pada umumnya fenomena yang muncul di perkotaan seiring dengan berbagai
permasalahaan pembangunan yang dihadapi di era otonomi adalah kemiskinan dan
masalah sosial di masing-masing Daerah. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya
jumlah anak jalanan, jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Juwartini (2004) menyebutkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini banyak pihak sangat berpengaruh
terhadap peningkatan anak jalanan di Indonesia. Senada dengan pernyataan tersebut,
Taufik (2007) menyebutkan bahwa krisis moneter yang melanda Indonesia berlanjut
dengan krisis ekonomi dan menjadi krisis multidimensi mengakibatkan semakin
banyak anak-anak usia sekolah terkena dampak dampaknya. Banyak diantara mereka
yang tidak bersekolah lagi karena orang tua terkena pemutusan hubungan kerja
ataupun kesulitan mencari pekerjaan. Banyak diantara mereka yang melakukan
kegiatan di jalanan ketika jam pelajaran sekolah sedang berlangsung. Mereka berada
di jalanan untuk hidup bebas, kegiatan anak jalanan biasanya dilakukan dengan
mengamen, mengemis, menjual koran, bahkan menjadi pemulung, dan masih banyak
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai
manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak adalah masa depan bangsa dan generasi
penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak
kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menegaskan bahwa pertanggung
jawaban orang tua, keluarga dan masyrakat, pemerintah dan Negara merupakan
kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan terlindungnya hak-hak anak.
Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang di
harapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, mandiri, memiliki
nasionalisme yang dijiwai akhlak dan nilai-nilai pancasila. Dan Undang-Undang
Tahun 1945 pasal 34 ayat (1) menegaskan bahwa fakir miskin, dan anak-anak
terlantar di pelihara oleh Negara. dalam pasal tersebut jelas menegaskan bahwa
Negara bertanggung jawab penuh dalam pemeliharaan dan pertanggung jawaban atas
masalah sosial yang di hadapi oleh Negara dan masyarakatnya, sehingga masalah
kemiskinan dan anak jalanan yang pada dasarnya adalah masalah sosial menjadi
salah satu tanggung jawab dari pemerintah dalam menyelesaikan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai Negara.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 6 – 18 Tahun yang menghabiskan
waktu di jalanan maupun di tempat-tempat umum (Panduan Pendataan PMKS dan
The Street dan Children Of The Street namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu Children In The Street atau sering disebut juga Children From Families Of The Street. Pengertian untuk Children On The Street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi dijalanan yang masih memilikki hubungan
dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu
anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari ,
dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal dijalanan namun
masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala
ataupun dengan jadwal yang tidak rutin. Children Of The Street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagaian besar waktunya dijalanan dan tidak
memilikki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan keluarganya. Children In The Street atau Children From The Families Of The Street adalah anak-anak yang menghabiskan seuluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup
atau tinggalnya juga dijalanan. Umumnya aktivitas yang dilakukan anak jalanan
biasanya dengan mengemis ataupun mengamen di jalanan, di daerah perkotaan yang
menurut mereka tepat untuk melakukan aktivitas mengemis ataupun mengamen
dikarenakan roda perekonomian di Kota lebih besar di banding Kabupaten.
(sumber:http//www.rahamtullah.net, diakses pada 12 Desember 2015)
Keberadaan dan bertambahnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang
perlu mendapat perhatian, mengingat anak-anak yang melakukan kegiatan atau
tinggal di jalanan senantiasa berhadapan dengan situasi buruk. Seperti yang
diungkapkan oleh Kushartati (2004) yang menyebutkan bahwa anak jalanan sangat
rentan untuk mendapatkan situasi yang buruk seperti menjadi korban dari berbagai
ketindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba, objek sosial dan sebagainya. Dari
dahulu sampai sekarang masalah sosial yang selalu dihadapi oleh Bangsa dan Negara
ini adalah kemiskinan yang menjadi salah satu faktor adanya anak jalanan dan
kebijakan yang diambil untuk mengatasinya melalui berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang menyebabkan meningkatnya jumlah anak jalanan.
Terdapat beberapa peraturan pemerintah terkait dengan upaya penanganan anak
jalanan ataupun pemulihan keberfungsian hak-hak anak, diantaranya:
1. Undang-undang Dasar tahun 1945, setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup Tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi (pasal 28 B ayat (2))
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Tentang
Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang hak-hak Anak)
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 Tentang
Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 Tentang
Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan
dan Anak
8. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 210, Tentang
9. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010, Tentang
Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat.
Fenomena anak jalanan di Kota Serang saat ini sangat memprihatinkan, ini
dilihat dari semakin banyaknya jumlah anak jalanan yang berada dijalanan atau
tempat umum yang menggantungkan nasib di jalanan bahkan hanya sekedar untuk
mencari uang jajan tambahan. Hampir di setiap lampu merah dan tempat tempat
umum lainya di Kota Serang, dapat dijumpai sejumlah anak jalanan yang
beraktivitas dan dapat dibilang menggangu aktivitas masyarakat umum. Aktivitas
anak jalanan di kota serang pada umumnya sering dapat kita jumpai pada waktu
malam hari, dengan bebas dan leluasa mereka melakukan aktivitasnya dijalanan
walaupun tidak sering juga kita jumpai anak jalanan pada waktu pagi dan sore hari,
karena pada dasarnya sejumlah anak jalanan di Kota Serang melakukan aktivitas di
jalanan setelah selelsai sekolah ataupun pada malam hari karena menghindari
panasnya terik sinar matahar,. Dan menghindari para petugas satpol PP dan petugas
Pos Sahabat Anak. Anak jaanan di Kota Serang dapat kita jumpai di alun-alun Kota
Serang, Di tempat tempat makan, taman kota, lampu merah ciceri, lampu merah
kebon jahe, lampu merah sempu, dan lampu merah palima. Tempat tempat tersebut
yang biasanya sering kita jumpai anak jalanan yang melakukan aktivitasnya terutama
pada malam hari.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002, Peratutan Daerah
Provinsi Banten No 8 Tahun 2010, dan peraturan Daerah Kota Serang No 2 Tahun
2010 maka Dinas Sosial Provinsi Banten berupaya mencari jalan keluar baik melalui
jumlah anak jalanan, yang tujuanya mewujudkan kesejahteraan dengan melibatkan
berbagai pihak, mengingat semakin banyaknya jumlah anak jalanan di kota serang,
Dinas Sosial Provinsi Banten mengharapkan dapat mengurangi jumlah anak jalanan
di kota Serang. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti laukan pada bulan
September 2015, kebijakan yang dibuat Pemerintah Dinas Sosial Provinsi Banten
untuk mengurangi jumlah anak di kota Serang adalah dengan membangun Pos
Sahabat Anak.
Pos Sahabat Anak adalah salah satu program Dinas Sosial Provinsi Banten,
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten No 8 Tahun 2010, Tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Dinas Sosial Provinsi Banten mencari jalan
keluar untuk mengatasi jumlah anak jalanan di Provinsi Banten terutama di Kota
Serang, dan berdasarkan Peraturan Derah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010
Provinsi Banten dalam pelaksanaanya melibatkan Dinas Sosial Kota Serang sebagai
salah satu Dinas yang mempunyai wewenang dalam daerahnya dalam mengatasi
masalah anak jalanan di Kota Serang dan salah satu bentuk koordinasi dan
memaksimalkan program Pos Sahabat Anak.
Pos Sahabat Anak adalah salah satu upaya Dinas Sosial Provinsi Banten dalam
menangani masalah sosial dijalanan terutama masalah anak jalanan yang ada di
Provinsi Banten, program Pemerintah Daerah ini mulai berjalan pada tahun 2013
dengan membangun beberapa pos yang di sebut dengan Pos Sahabat Anak,
Pembangunan Pos Sahabat anak dilakukan di beberapa titik di pinggir jalan di kota
Serang dan Cilegon yang di yakini banyak aktivitas anak jalanan disekitar daerah
tersebut, pembangunan Pos Sahabat Anak ini berlokasi di daerah Kota Serang seperti
sendiri berlokasi di dekat gerbang tol Cilegon timur. Dalam pelaksanaanya program
Pos Sahabat Anak ini melibatkan secara langsung masyarakat dan beberapa lembaga
sosial dalam program ini, hal ini dapat dilihat dengan para petugas yang berjaga di
Pos Sahabat Anak yang terdiri dari Tokoh Masyarakat (RT), anggota TKSK Kota
Serang, dan Satpol PP Kota Serang. Dalam pelaksanaanya disetiap pos di tempati
oleh masing-masing empat orang petugas disetiap Pos Sahabat Anak. Pembangunan
Pos Sahabat Anak ini dimaksudkan untuk mengawasi setiap aktivitas dan kegiatan
anak jalanan di kota Serang, dengan melakukan tindakan langsung berupa
penjaringan, pendekatan dan pendataan kepada setiap anak jalanan yang terlihat
melakukan aktivitas di jalanan Kota Serang, setiap anak jalanan yang terjaring akan
di data untuk di evaluasi oleh dinas Sosial Kota Serang dan Provinsi Banten. Untuk
setiap anak jaanan yang berasal dari Kota Serang akan di Kembalikan kepada
keluarga / walinya, sedangkan untuk anak yang sudah tidak memiliki orang tua / wali
akan di tawarkan untuk menjalani hidup di panti asuhan / pondok pesantren, dan jika
adapun anak jalanan yang bukan berasal dari kota Serang akan di data di dinas sosial
provinsi Banten untuk di kembalikan ke Kota asalnya karena tindakan dan aktivitas
mereka di jalanan di anggap menggangu ketertiban umum dan keindahan kota
Serang.
Dinas sosial provinsi dan kota mengakui masih banyak kekurangan dalam
program Pos Sahabat Anak ini mulai dari SDM untuk petugas yang berjaga dan
pengawas yang memantau kegiatan para agen pelaksana di lapangan, Anggaran
untuk gaji para petugas yang masih dalam kategori honorer dan untuk menindak
lanjuti setiap anak jalanan yang terjaring operasi petugas, dan Kondisi Pos yang
baik, tidak ada petugas yang berjaga di dalam pos sehingga pos yang tadinya
diharapakan sebagai tempat untuk para petugas memantau setiap kegiatan dan
aktivitas anak jalanan sekarang kondisinya menjadi tidak terawatt dan kumuh. Selain
itu juga dalam implementasinya masih ada beberapa masalah yang membuat
program Pos Sahabat Anak ini masih belum bisa di katakan optimal.
Ada beberapa faktor yang membuat program Pos Sahabat Anak masih belum
bisa dikatakan berjalan dengan optimal, diantaranya:
Pertama, masih banyaknya jumlah anak jalanan di Kota Serang, hal ini dilihat
dari jumlah anak jalanan yang ada di antara Kota/Kabupaten yang ada di Provinsi
Banten. Jumlah anak jalanan di Kota Serang masih menempati urutan pertama pada
Tahun 2014 dengan jumlah 309 anak jalanan, jumlah ini paling terbesar dari setiap
masing masing Kota/Kabupaten di Provinsi Banten pada Tahun 2014. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa masalah anak jalanan di Kota Serang sudah semakin
memprihatinkan.
Tabel 1.1
Jumlah Anak Jalanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten (jiwa), Tahun 2012 - 2014
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014
Kabupaten / Regency
1. Pandeglang 8 33 19
2. Lebak 212 212 47
3. Tangerang 34 146 131
4. Serang 42 3 201
5. Tangerang 110 109 49
6. Cilegon 120 34 37
7. Serang 192 393 309
8. Tangerang Selatan 163 146 96
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Banten, 2015
Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat pada Tahun 2012 Kota Serang menempati
urutan kedua setelah Kabupaten Lebak dengan jumlah anak jalanan 192 Jiwa. Pada
Tahun 2013 Kota Serang menempati urutan pertama dengan jumlah anak jalanan
393 Jiwa. Dan pada tahun 2014 Kota Serang menempati urutan pertama dengan
jumlah anak jalanan 309 Jiwa. Selama 3 tahun berturut-turut jumlah anak jalanan di
Kota Serang mengalami Fluktuatif dengan jumlah anak jalanan terbanyak pada
Tahun 2013 dan terkecil pada Tahun 2012. Berdasarkan tabel 1.1 di atas menjadi
dasar pertimbangan penelitian menjadikan Kota Serang sebagai objek penelitian,
diantaranya adalah Kota Serang menduduki peringkat pertama dalam jumlah anak
jalanan di antara kota-kota lain yang ada di Provinsi Banten pada satu tahun terakhir.
Kedua, menurut hasil wawancara dengan Bapak Hasanudin S.pd.I selaku
petugas Pos Sahabat Anak di Alun-alun Timur Kota Serang, tidak adanya petugas
yang berjaga di Pos Sahabat Anak. Hal ini terjadi dikarenakan masih kurang
efektifnya lokasi pos sahabat anak yang di bangun untuk di tempati oleh empat
petugas dalam satu pos, dan masih kurangnya fasilitas yang memadai di dalam pos
sehingga rata-rata petugas mengawasi dari daerah sekitar pos seperti di
warung-warung atau tempat tempat lain untuk mengawasi aktivitas anak jalanan, dan tidak
jarang juga petugas memiih untuk berkeliling di sekitar area yang menurut mereka
Tabel 1.2
Daftar Nama-Nama Petugas Pos Sahabat Anak Di Kota Serang
No Nama Tempat Tugas Pos Sahabat Anak Jabatan
1 Nita Rusdamayanti,
S.Si Kebon Jahe Kota Serang Sakti Peksos
2 Wahyu Sukinta Kebon Jahe Kota Serang
Tokoh Masyarakat (RT)
3 Agus Dini R Kebon Jahe Kota Serang Tokoh
Masyarakat
4 Budi Setiawan Kebon Jahe Kota Serang SATPOL PP
Kota Serang
5 Holis Alun-alun Timur Kota Serang SATPOL PP
Kota Serang
6 Jupri Alun-alun Timur Kota Serang Tokoh
Masyarakat 7 Hasannudin, S.Pd.I Alun-alun Timur Kota Serang TKSK
8 Sinta Alun-alun Timur Kota Serang Sakti Peksos
9 A.Ayi Asya’ari Ciceri Kota Serang SATPOL PP
Kota Serang
10 Siti Rukamana P Ciceri Kota Serang Sakti Peksos
11 Novi Ciceri Kota Serang TKS Kota
Serang
12 Tatang Ciceri Kota Serang Tokoh
Masyarakat Sumber : Dinas Sosial Provinsi Banten, 2015
Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat dari total 3 Pos Sahabat Anak yang terletak
Pos Sahabat Anak memiliki jumlah petugas 4 orang yang berjaga disetiap Pos. Tugas
pokok dari setiap petugas yang berjaga di pos adalah mengamati aktivitas anak
jalanan yang berada dijalanan dan langsung melakukan tindakan dengan melakukan
pendekatan kepada anak jalanan dan pendataan secara langsung kepada setiap anak
jalanan yang mendapati sedang melakukan aktivitas dijalanan seperti mengamen,
dan meminta-minta. Dari tabel 1.2 diatas juga menjadi dasar perimbangan penelitian
karena pada kenyataanya dari setiap pos yang sudah didirikan tidak ada satupun
petugas yang berjaga di dalam Pos Sahabat Anak. Para Petugas Pos Sahabat Anak
yang berjaga di Pos Sahabat Anak merupakan honorer yang setiap bulan diberikan
upah sebesar lima ratus ribu rupiah dalam satu bulan yang diberikan dari APBD.
Ketiga, menurut hasil wawancara dengan Bapak Drs.H.Nahrawi.M.Si selaku
Kasi Perlindungan Anak Dan Lanjut Usia Dinas Sosial Provinsi Banten tidak adanya
penanganan lebih lanjut atau tempat seperti rumah singgah untuk setiap anak jalanan
yang di data oleh para petugas, rumah singgah yang dimaksud adalah seperti rumah
penampungan untuk setiap anak jalanan yang tertangkap atau setiap anak jalanan
yang didapati melakukan ativitas dijalanan dan diberikan pengarahan dan pelatihan
secara langsung menurut bakat dan hobi yang mereka suka, seperti pelatihan
membuat kerajinan tangan, kesenian, dan cara bekerja dengan baik dan benar untuk
anak jalanan yang berusia 17 sampai dengan 18 Tahun, Dan terkadang diberikan
uang santunan bagi anak jalanan yang sudah tidak memilik Ayah/Ibu ataupun
Tempat tinggal. sehingga anak jalanan tidak akan kembali lagi ke jalanan dan
bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi masalah rumah singgah sudah menjadi
pertimbangan bagi Dinas Sosial Provinsi Banten untuk secepatnya membangun
Keempat, dari hasil wawancara dengan Bapak Wahyu selaku Petugas Pos
Sahabat Anak di Kebon Jaher Kota Serang yang ditemui dirumah beliau di daerah
Kebon Jahe Kota Serang, kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program Pos Sahabat Anak ini, kondisi Pos Sahabat Anak yang kecil dan tidak ada
fasilitas yang mendukung untuk kinerja para petugas sehingga pelaksanaan program
Pos Sahabat Anak dilapangan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Dalam hal ini
masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai dan kurang mendukung menjadi
salah satu faktor yang membuat para petugas tidak ada yang standby di Pos Sahabat Anak. Dalam masalah ini memperkuat indikasi bahwa tidak adanya petugas yang
berjaga di Pos Sahabat Anak adalah tidak memadainya sarana dan prasarana untuk
Atas dasar latar belakang pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian Skripsi dengan Judul : Implementasi Program Pos Sahabat Anak Oleh
Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, Maka peneliti mencoba mengidentifikasi
masalah yang terkait dengan pengimplementasian Program Pos Sahabat Anak (PSA)
oleh Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang serta yang berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan lain nya sebagai berikut :
1. Jumlah anak jalanan di Kota Serang menempati urutan terbesar dari 8
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten.
2. Tidak adanya petugas yang berjaga di dalam Pos Sahabat Anak.
3. Tidak adanya penanganan lebih lanjut atau rumah singgah untuk anak
4. Kurangnya sarana dan prasanarana dilapangan untuk mendukung program
Pos Sahabat Anak di Kota Serang
1.3. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian berusaha untuk mengetahui Bagaimana Implementasi
Dinas Sosial Kota Serang dalam menjalankan program Pos Sahabat Anak.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah terkait penelitian ini maka peneliti memberikan rumusan
masalah sebagai berikut : Bagaimana Implementasi Program Pos Sahabat Anak yang
dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
implementasi program Pos Sahabat Anak yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang.
1.6. Manfaat penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan penilaian dan perbandingan yang baik dari perkembangan
teori sectorkeilmuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan
mendapatkan gambaran baru selama penelitian dapat di jadikan
pemahaman untuk penelitian selanjutnya. Selain itu untuk menambah
khasanah keilmuan tentang teori-teori organisasi public dan non public
sebagai usaha memperkaya teori keilmuan tentang keadministrasinegaraan
bagi mahasiswa FISIP Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan yang berguna bagi Dinas Sosial Provinsi
Banten dalam pencapaian kinerja pengimplementasian program Pos
Sahabat Anak. Dan berguna bagi para lembaga dan dinas dinas lain untuk
bekerjasama dalam mengatasi masalah anak jalanan di Kota Serang.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang
berujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari
penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai
“Implementasi program Pos Sahabat Anak oleh Dinas Sosial Provinsi Banten di Kota Serang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai
ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif (dari
umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi masalah untuk
mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau
fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil penelitian yang
diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan selanjutnya, bab ini juga membahas
mengenai manfaat penelitian, baik manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi
peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan
untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk
mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian
terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan
dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui kesamaan atau perbedaan
dari masing-masing penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, kerangka teori
menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam
penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Ruang
lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel penelitian
yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen penelitian
menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Informan
penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan
tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang memaparkan waktu
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah dari
data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan sebagaimana
dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang sudah
dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik triangulasi untuk
mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan
lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat
mengemukakan berbagai keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk
penelitian eksperimen dan ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap
penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan penelitian.
Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat, jelas dan
mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan saran yaitu berisi
tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadao bidang yang diteliti secara praktis
19
DASAR PENELITIAN
2.1. Pengertian Kebijakan
Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk
mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu
mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Bagi para pemegang kekuasaan
yang berwenang dalam membuat kebijakan-kebijakan, tentu perlu pertimbangan
serta peninjauan secara seksama. Karena kebijakan-kebijakan yang dibuat memiliki
dampak yang luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu, namun masyarakat juga
dapat merasakan dampak tersebut.
Pada dasarnya, kebijakan dibuat untuk melakukan tindakan pencegahan dan
bukan saat telah terjadi atau sudah terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kebijakan didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta cara
bertindak (tentang pemerintah, organisasi, dan sebagainya). Sementara itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan definisinya secara lebih terperinci pada
makna kebijakan,
tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana” (United Nation, 1975).
Dengan banyaknya definisi kebijakan yang telah diberikan para pakar ahli,
memaknakan bahwa kebijakan memang melekat dalam kehidupan sehari-hari,
karena seringkali dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan. James Anderson sebagaimana dikutip oleh Solichin (2012: 8), menyatakan
bahwa kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan
tertentu yang dihadapi.
2.1.1.Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut public policy. Dengan adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang
harus diatasi, maka pemerintah perlu membuat suatu kebijakan publik. Kebijakan
yang merupakan sekumpulan keputusan-keputusan yang ditetapkan, yang bertujuan
dalam melindungi serta membatasi perilaku atau tindakan masyarakat sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Karena para pembuat kebijakan
perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dulu terkait isu-isu masalah apa yang
terjadi di masyarakat. Masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan kebijakan
publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak hanya didasarkan atas
prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas
Frederick (1963: 79), mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian
tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu, dengan ancaman peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan
tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang
ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Harold Laswell dan
Abraham Kaplan (1970: 71), kebijakan publik adalah suatu program yang
diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik
tertentu. Anderson (1978) sebagaimana dikutip Tachjan (2006: 16), mengemukakan
bahwa, “Public policies are those policies developed by governmental bodies and officials”. Maksudnya, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Adapun tujuan
penting dari kebijakan tersebut dibuat pada umumnya dimaksudkan untuk:
1. Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator)
2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara
sebagai perangsang, stimulator)
3. Menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator)
4. Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagi pembagi,
alokator).
Udoji (dalam Solichin, 2012), seorang pakar dari Nigeria (1981), telah
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling
Dari definisi-definisi di atas terkait kebijakan publik, dapat disimpulkan
beberapa karakteristik dari konsep kebijakan publik. Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud
atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.
Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan
perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.
Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Kelima, kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan
tindakan yang bersifat memerintah. Kebijakan publik yang bersifat memerintah
kemungkinan besar mempunyai sifat yang memaksa secara sah, yang mana hal ini
tidak dimiliki oleh kebijakan-kebijakan organisasi swasta.
Sebagaimana yang dikatakan Inu Kencana (2010) dalam bukunya Pengantar
Ilmu Pemerintahan, bahwa public policy dapat menciptakan situasi dan dapat pula diciptakan oleh situasi.
2.1.2.Tahap-tahap Kebijakan Publik
Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn (2000 : 24), ialah
a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya
ditunda untuk waktu lama.
b. Formulasi Kebijakan
Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.
Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif,
keputusan peradilan, dan tindakan legislatif.
c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan
Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
legislatif, konsensus di antara direktur lembaga, atau keputusan peradilan.
d. Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi
yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia.
e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan
Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan
apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan peradilan memenuhi
persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian
tujuan.
2.1.3. Implementasi Kebijakan Publik
Adanya kebijakan publik yang dibuat oleh aktor kebijakan, tentu bukan
semata-mata hanya menjadi “kumpulan lembaran kertas”. Namun juga perlu adanya
merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik. Dengan
implementasi atau penerapan, serangkaian keputusan yang disusun berdasarkan
analisis pada apa yang diharapkan untuk menuju keadaan yang lebih baik, dalam
proses pelaksanaan mencapai tujuan tersebut. Menjelaskan makna implementasi
dengan mengatakan bahwa:
“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.”
Sementara Meter danHorn (1975), mendefiniskan implementasi kebijakan,
sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang
dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,
sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan
atau sasaran kebijakan itu sendiri. Dalam proses kebijakan publik, implementasi
kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi
kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis.
Pada praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan
apa yang sudah direncanakan dalam tahap formulasi kebijakan, atau antara visi
dengan realitas. Keadaan demikian oleh Hogwood dan Gunn (1986) disebut
Dimana kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil
akhir yang dikehendaki. Grindle (1980) (dalam Tachjan, 2006) menyebutkan 3 (tiga)
hambatan besar yang seringkali muncul dalam pelaksanaan suatu kebijakan publik,
yakni: (1) ketiadaan kerjasama vertikal, antara atasan dengan bawahan; (2) hubungan
kerja horizontal yang tidak sinergis; dan (3) masalah penolakan terhadap perubahan
yang datang dari publik maupun kalangan birokrasi sendiri.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan
dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang digunakan untuk
mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Untuk mengimplementasikan
kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan
Gambar 2.1
Sekuensi Implementasi Kebijakan
(Sumber: Riant Nugroho. 2009. Public Policy)
Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam sejarah
perkembangan studi implementasi kebijakan, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam bahasa Lester dan Stewart (2000: 108) istilah top-down dinamakan dengan “the command and control approach” (pendekatan kontrol dan komando) dan istilah bottom-up dinamakan “the market approach” (pendekatan pasar).
1. Pendekatan top-down
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kita dapat memandang proses
kebijakan sebagai suatu rangkaian perintah dimana para pemimpin politik
mengartikulasikan suatu preferensi kebijakan yang jelas yang akan
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan
Publik Penjelas Program
Proyek
Kegiatan
dilaksanakan dengan cara semakin spesifik seiring dengan perjalanan
kebijakan tersebut melalui mesin administratif yang melayaninya.
Pendekatan ini menekankan pada sampai sejauh mana keberhasilan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan pada aktivitas-aktivitas
dari mesin implementasi yang diberi mandat secara legal yang
menawarkan indikasi-indikasi jelas mengenai apa yang harus dipahami
oleh pelaksana dan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai.
2. Pendekatan bottom-up
Pendekatan ini dimulai dari semua publik dan para aktor swasta yang
terlibat dalam pelaksanaan program-program dan pengkajian tujuan-tujuan
pribadi dan organisasi mereka, strategi-strategi mereka, dan jaringan dari
kontak yang telah mereka bangun.Keunggulan terpenting dari pendekatan
„bottom-up‟ adalah mengarahkan perhatian pada hubungan-hubungan formal dan informal yang membentuk jaringan kebijakan yang terlibat
dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.
2.1.4.Model-model Implementasi Kebijakan
2.1.4.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Model dari kedua pakar kebijakan ini dikenal dengan istilah A Framework for Policy Implementation Analysis. Mazmanian dan Sabatier (1983) berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam
mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan
formal pada keseluruhan proses implementasi. Keduanya mengklasifikasikan proses
2.1.4.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III
Edward III (1980) (dalam Riant Nugroho, 2009), menegaskan bahwa masalah
utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation (kurangnya perhatian pada implementasi). Model yang ia namakan dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, diantaranya: 1) Komunikasi, 2)
Sumberdaya, 3) Disposisi, dan 4) Struktur Birokrat.
Gambar 2.3
Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III
(Sumber: Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik)
2.1.4.3.Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
Pendekatan Grindle (1980) dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Kerangka pemikiran dari model ini berdasarkan jawaban
KOMUNIKASI
IMPLEMENTASI
STRUKTUR BIROKRASI
SUMBER DAYA
atas dua pertanyaan pokok, khususnya di negara berkembang, bahwa keberhasilan
implementasi ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut, yaitu: Content dan Context.
1. Content of Policy (Isi Kebijakan), mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Interest affected (Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi) b. Type of benefits (Tipe manfaat)
c. Extent of change envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai) d. Site of decision making (Letak pengambilan keputusan)
e. Program implementer (Pelaksana program)
f. Resources commited (Sumber-sumber daya yang digunakan)
2. Context of Policy(Konteks Implelementasi), terdiri dari poin-poin sebagai berikut:
a. Power, interest, and strategy of actor involved (Kekuasaan,kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat)
b. Institution and regime characteristic (Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)
Gambar 2.4
Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
2.1.4.4.Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn
Pendekatan top-down yang pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan, membuat dua pakar kebijakan untuk mengembangkan pendekatan tersebut, yakni
Metter dan Horn (1975). Model yang disebut dengan A Model of The Policy Implementation, merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan
berbagai variabel.
Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi selama proses implementasi
kebijakan publik, diantaranya:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan hanya-jika ukuran jika-dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
2. Sumberdaya
implementasi kebijakan. Karena itu sumberdaya yang diminta dan dimaksud oleh Metter dan Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.
3. Krakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.
4. Sikap atau Kecenderungan
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan ”dari atas” (top-down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Gambar 2.5
Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn
(Sumber: Anggara, 2014. Kebijakan Publik)
Atas dasar pertimbangan penelitian, peneliti memilih teori dari Metter dan
Horn sebagai alat analisis dari penelitian Implementasi Program Pos Sahabat Anak
oleh Dinas Sosial Provinsi Banten Di Kota Serang, peneliti memilih teori dari Van
Metter dan Van Horn dikarenakan dalam teorinya Van Metter dan Van Horn
memperhatikan beberapa faktor keberhasilan dalam implementasi suatu kebijakan
seperti : standar atau ukuran kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi antar
organisasi dan aktivitas pelaksana, krakteristik agen pelaksana, sikap atau
kecenderungan (disposition) para pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Yang masih kurang diperhatikan oleh para pembuat kebijakan dan para agen
pelaksana dalam Implementasi Program Pos Sahabat Anak Oleh Dinas Sosial
Provinsi Banten Di Kota Serang sehingga dalam pelaksanaanya masih belum efektif.
Asumsi dasar peneliti ini berdasarkan dari fakta hasil observasi yang peneliti
2.1.5 Pengertian Pos Sahabat Anak
2.1.5.1 Definisi Program Pos Sahabat Anak
Permasalahan anak semakin hari semakin kompleks, khususnya permasalahan
anak jalanan di kota-kota besar, tidak terkecuali di Provinsi Banten. Sebagai daerah
penyangga Ibu Kota Jakarta, Provinsi Banten rentan sekali dimasuki limpahan anak
jalanan baik dari DKI ataupun daerah sekitarnya. Perlu antisipasi yang serius
menghadapi permasalahan ini, sehingga perlu adanya koordinasi yang sinergis antara
pemerintah provinsi dan kab/kota dalam penanganan anjal.
Salah satu upayanya adalah mengembangkan uji coba penanganan anak
jalanan berbasis masyarakat, dimana dalam hal ini masyarakat juga ikut berperan
aktif dalam rangka penanganan anak jalanan. Uji coba penanganan anak jalanan
berbasis masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam
meminimalisir kegiatan anak di jalanan.Salah satu bentuk kegiatan dalam
mengembangkan uji coba penanganan anak jalanan berbasis masyarakat, adalah
mendirikan Pos Sahabat Anak.Pos Sahabat Anak(PSA) merupakan salah satu
program pemerintah Daerah Provinsi Banten untuk menangani penyakit masyarakat
di jalanan.Pos sahabat anak didirikan dengan tujuan menghalau atau pun dapat
meminimalisir kegiatan anak di jalanan. Berbeda dengan pos pada umumnya pos
sahabat dalam melakukan penghalauan dengan metode bersahabat dengan anak,
sehingga tidak muncul konsep menyeramkan bagi anak.
Petugas pos sahabat anak terdiri dari unsur:
1. Satpol PP
2. Dinas Sosial Kabupaten/Kota
Dalam memberikan kesan bersahabat dengan anak, para petugas diberikan
bekal pelatihan penanganan sehingga apa yang dilakukan nanti tidak bertentangan
dengan Hak Azazi ataupun bertentangan dengan UU. No. 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak selain itu petugas jaga akan dibuatkan seragam
khusus yang bersahabat dan tidak menggunakan atribut seragam masing-masing.
Di tahun 2013, pembangunan untuk pos sahabat anak sudah dilaksanakan
dengan konsep percontohan di 2 wilayah, yaitu Kota Serang dan Kota Cilegon.
Untuk wilayah Kota Serang didirikan 3 titik yang banyak anak jalanan melakukan
aktifitasnya yaitu:
1. Lampu merah Ciceri 2. Lampu Merah Kebon Jahe
3. Alun-alun Serang Barat (depan Ramayana)
Sedangkan untuk wilayah Kota Cilegon di bangun di 1 titik yaitu di
perempatan PCI. Pada pos sahabat anak tersebut akan dipasangkan CCTV yang
berfungsi untuk memonitor aktifitas keseharian terutama aktifitas anak di jalanan
yang terhubung langsung ke Dinas Sosial Kota dan Dinas Sosial Provinsi Banten.
Dengan bantuan CCTV ini, diharapkan dapat membantu Dinas Sosial
masing-masing wilayah untuk mengambil kebijakan selanjutnya.Pada tahun 2014 ini
pembangunan pos sahabat anak akan dikembangkan di beberapa wilayah
Kabupaten/Kota dengan kesiapannya masing-masing. Kesiapan berkaitan dengan
SDM dan pendukung lainnya, sehingga pos sahabat anak bisa berjalan secara
optimal.
Pos Sahabat Anak (PSA) mampu menjadi solusi bagi pemerintah daerah dan