• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjadi Hayek. Oleh: Rofi Uddarojat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menjadi Hayek. Oleh: Rofi Uddarojat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Menjadi Hayek Oleh: Rofi Uddarojat

Tulisan ini dibuat untuk mengenang ulang tahun Hayek ke-116 tahun pada 8 Mei 2015 lalu. Hanya ada sedikit hal yang mengubah dunia: salah satunya adalah gagasan. Hanya dengan kepercayaan atas ide dan gagasan, maka kegigihan, kerja keras, dan seluruh daya perwujudan akal progresif manusia bisa dimunculkan. Walaupun begitu, menjadi manusia dengan kepercayaan dan keyakinan penuh kepada gagasan tidaklah mudah, di tengah godaan besar atas pragmatisme, penyimpangan, dan keuntungan-keuntungan sesaat yang tidak memiliki akar kuat pada gagasannya. Dalam hal ini para ideologis – dalam pengertian terbatas tentang kepercayaan atas ide-ide – mempunyai tempat yang mulia dalam akar pemikiran mereka. Friedrich A. Hayek merupakan salah satu manusia yang percaya kepada ide dan gagasan. Menurutnya, keterbatasan pengetahuan manusia adalah nyata. Dengan demikian, kebebasan kepada seluruh individu harus diberikan tanpa syarat apapun, kecuali prinsip “harm principle” yang mengatur batasan antar individu itu sendiri. Siapapun yang berusaha ingin mengatur perencanaan jalan hidup seorang individu, misalnya melalui entitas negara, harus menyadari keterbatasan pengetahuan alamiah manusia atas manusia lainnya. Untuk kemajuan peradaban manusia, Hayek mengajukan tesis “spontaneous order” atau “tatanan spontan” yang menjelaskan bahwa tanpa perencanaan terpusat dari suatu komando otoritas tertentu, manusia bisa saling berinteraksi sendiri dan menghasilkan kemajuan. Justru, tanpa adanya perencanaan terpusat, sebuah pasar tidak menjadi chaos. Dengan akal kreatifnya, manusia bisa menegosiasikan keinginan dan kepentingan pribadinya masing-masing untuk menghasilkan kemajuan besar manusia. (Argumen ini kemudian bukan menjustifikasi kelompok anarkisme yang mengandaikan tidak adanya negara. Hayek mengandaikan negara hadir dalam tatanan spontan hanya sebagai “wasit” yang mengatur “aturan main” tanpa mengintervensi permainan itu sendiri).

Hayek konsisten dalam hal ini. Sehingga pasca Perang Dunia II, ketika tren intervensionisme negara dalam perekonomian sedang mengalami kejayaannya, Hayek meluncurkan artikel – yang kemudian dia bukukan dengan judul yang sama berjudul “Road to Serfdom” atau yang berarti “Jalan Menuju Perbudakan”. Hayek mengkritik pendekatan intervensionisme dalam ekonomi yang melanda dunia, khususnya Eropa dengan maraknya program nasionalisasi aset-aset. Intervensionisme ini melanda Eropa, selain karena domino gerakan kiri di seluruh

(2)

dunia, juga karena pengaruh Keynesianisme. Menurut Hayek, pelanggaran sedikit pun atas kebebasan, dengan dominannya intervensi negara atas politik dan perekonomian akan mengantarkan kepada “jalan menuju perbudakan”. Hayek mencontohkan fenomena munculnya Hitler dan Nazi di Eropa, pertama kali karena adanya toleransi terhadap besarnya peran negara untuk mengurusi kehidupan warganya. Fasisme Nazi – yang merupakan akronim dari National Socialism – diibaratkan oleh Hayek sebagai puncak dari perbudakan manusia atas manusia lain, yang dimulai dari niat kecil untuk mengatur manusia lain. Sosialisme, kolektivisme, dan intervensi negara lainnya menjadi awal dari perbudakan.

Selain beberapa buku yang sangat berpengaruh, pemikiran Hayek dalam memperjuangkan gagasan kebebasan dilengkapi dengan Esai panjangnya di tahun 1949 yang berjudul “Intellectuals and Socialism” yang menjelaskan tentang kecenderungan kelompok dominan baru di negara-negara demokratis bernama intelektual lebih memihak sosialisme, dibandingkan liberalisme. Kelompok intelektual, menurut Hayek bukanlah kalangan cendekiawan ataupun akademisi, tetapi kalangan terdidik yang memiliki opini yang berpengaruh ke dalam pembuatan kebijakan. Kelompok intelektual bisa berprofesi sebagai apapun, karena kelompok ini bukan pada profesi tertentu, tetapi pada kemampuan mengubah pandangan masyarakat luas. Hayek menyebut kelompok seperti ini sebagai “professional second hand-dealers of ideas”, seringkali dengan mereka ini lah kita mempelajari gagasan-gagasan baru. Bukan dari para pakar langsung.

Sosialisme bisa mengambil simpati dan keberpihakan kaum intelektual. Dan liberalisme, pada saat itu, belum cukup memiliki pengaruh di kalangan intelektual sehingga tidak memiliki suara ke publik. Oleh karenanya Hayek mengajak pejuang kebebasan di seluruh dunia untuk merebut pengaruh kelompok intelektual di negara-negara demokratis.

Cerita menarik tentang obrolan Hayek dengan Sir Anthony Fisher, seorang pengusaha yang terinspirasi dengan tulisan “The Road to Serfdom”, dan oleh karenanya ingin terjun ke dunia politik. Hayek langsung menolaknya, “No you’re not! Society’s course will be change only by a change in ideas. First you must reach the intellectuals, the teachers, and writers, with reasoned argument. It will be their influence on society which will prevail, and the political will follow.”

Kemudian Fisher mengubah haluannya dengan mendirikan lembaga pemikiran atau Think-Tank, yang bernama Institute of Economic Affairs – yang di kemudian hari menjadi suplai pemikiran kebijakan di era Perdana Menteri Margaret Thatcher.

(3)

Sejarah mencatat tentang kemenangan dari keyakinan penuh atas gagasan episode ini. Keynes dan Sebuah Versus

Perang Dunia Kedua pecah. London School of Economics (LSE) yang berada di Central London diungsikan ke Peterhouse College, Cambridge. Hayek yang pada saat itu baru saja menjadi visiting professor di LSE harus mengungsi ke King’s College, yang disediakan oleh teman dan sekaligus rival intelektualnya yang bernama John Maynard Keynes. Diceritakan bahwa keduanya, Hayek dan Keynes, pada periode tersebut seringkali duduk-duduk di atap gedung menonton bom-bom Jerman berjatuhan, sambil berdebat tentang studi ekonomi. Dua pemikir ekonomi inilah yang kemudian memimpin pertarungan ide gagasan abad 20. Keynes memiliki pemikiran tentang peran negara yang lebih besar dalam menggerakkan perekonomian, salah satunya dengan perencanaan. Diibaratkan bahwa untuk mengatasi pengangguran, pemerintah harus membuat proyek pemerintah yang menyerap banyak tenaga kerja. Bahkan bila pekerjaan itu sendiri tidak diperlukan. Kebijakan seperti ini diharapkan bisa menyerap tenaga kerja, memulihkan daya beli dan kemudian mengembalikan konsumsi masyarakat.

Usai Perang Dunia Kedua, Keynes memimpin para pemimpin dunia untuk membangun sistem ekonomi dunia yang bisa mencegah krisis dan perang dunia, dalam sebuah konferensi bernama Bretton Wwoods – yang kemudian dikenal sebagai Bretton Woods System – yang membentuk tiga organisasi dunia yaitu Lembaga Keuangan Dunia (IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia (GATT yang kemudian berubah menjadi WTO). Hal ini menjadi lucu, karena para pengkritik ekonomi pasar seringkali menempatkan sasaran kritiknya melalui performa IMF, Bank Dunia, dan WTO yang dianggap merugikan negara-negara berkembang dan menguntungkan negara-negara maju. Padahal ketiga organisasi internasional ini dibangun atas kepercayaan besar atas sistem perencanaan ekonomi, bukan pasar bebas. Pada masa itu, gagasan Keynes menjadi arus besar pemikiran ekonomi di dunia. Pasca depresi besar di 1930 yang melanda Amerika Serikat, ekonomi pasar atau laissez-faire menjadi dalang datangnya krisis dan intervensionisme menjadi sesuatu yang dianggap wajib bagi pemerintah agar mencegah krisis kembali datang. Negara-negara blok barat seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat menganut Keynesianisme sebagai kebijakan perekonomian mereka. Di saat negara-negara blok timur dan Asia menganut komunisme dan otoritarianisme, negara-negara barat “juga” menganut intervensionisme negara dalam

(4)

perekonomian. Film dokumenter “Commanding Heights: Battle for World Economy” mengibaratkan dua pertiga dunia pada masa itu menganut pendekatan “kolektivisme”, dengan blok barat dan blok timur menganutnya dalam porsinya masing-masing.

Hayek mencoba menentang arus besar gagasan dunia pada masa itu. Hayek menulis esai “Road to Serfdom” yang dikecam oleh seluruh lapisan opini publik. Atas konsekuensi tulisannya tersebut, Hayek mendapatkan pengucilan akademik dan intelektual selama bertahun-tahun karena menentang arus besar pandangan kaum intelektual. Hanya ada satu universitas yang mau menerima Hayek sebagai profesor, yaitu University of Chicago. Chicago, atau yang terkenal dengan sebutan mazhab ekonomi Chicago. Sistem ekonomi campuran, dengan pengaruh Keynesianisme, merengkuh kesuksesan besar. Tak ada yang menerima gagasan pasar bebas Hayek.

Sebelum itu, Hayek mencoba untuk mendapatkan teman seperjuangan yang sama-sama memperjuangkan kebebasan. Hayek mengumpulkan kaum akademisi dan ekonom pembela kebebasan di sebuah hotel di pegunungan Pelerin, Swiss, yang kemudian menginspirasi pembentukan organisasi yang membela kebebasan ekonomi dan politik bernama “Mont-Pelerin Society”. Di pertemuan pertama tahun 1947 Milton Friedman muda mengikuti pertemuan tersebut, dan di situ lah ia terkena makian Ludwig Von Mises yang tersohor “You’re all bunch of socialist!” ketika berdebat mengenai persoalan redistribusi pendapatan. Mont-Pelerin Society menjadi wadah Hayek memperjuangkan kebebasan walaupun dengan pengucilan intelektualnya masa itu.

Di tahun 1970-an terjadi krisis ekonomi yang belum pernah muncul sebelumnya. Krisis ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang stagnan, di mana pengangguran meningkat dan inflasi yang tinggi. Kondisi ini mustahil terjadi dalam teori ekonomi Keynesian, karena pengangguran dan inflasi terjadi dalam waktu yang bersamaan. Masa inilah di mana banyak orang kembali menengok ekonomi pasar sebagai solusi perekonomian global. Di Inggris muncul Margaret Thatcher yang memulai deregulasi dan liberalisasi perekonomian. Di Amerika Serikat muncul Ronald Reagan yang dalam batas tertentu melakukan hal yang sama dengan Thatcher (walaupun sebagian orang menolak Reagan, karena kebijakan intervensi negara yang justru meningkat di era Reagan). Di belahan dunia lain muncul Deng Xiaoping, yang mulai meliberalisasi perekonomian China menuju pasar bebas. Era 1970-2000 menjadi rentang tahun bagi banyak negara dunia menerapkan liberalisasi ekonomi demi mencapat kesejahteraannya. Hayek, yang dalam beberapa dekade sebelumya tidak mendapatkan

(5)

apresiasi atas pemikirannya, kemudian mendapatkan Hadiah Nobel Ekonomi di tahun 1974. Baik Hayek, maupun Keynes merupakan sosok yang percaya dengan gagasan. Pemikiran keduanya telah membentuk perdebatan gagasan ekonomi di abad 20 dalam membantu masyarakat dunia mencapai kesejahteraannya. Keynes memiliki impian untuk menghindarkan dunia dari malaise 1930 dan bencana perang dunia. Hayek memiliki keinginan untuk menghindarkan totalitarian Nazi di Jerman dengan menentang perencanaan terpusat dan menghadirkan kebebasan bagi seluruh umat manusia.

Gagasan keduanya telah membentuk dunia di abad 20. Kontribusi keduanya penting bagi dunia. Tetapi saya memilih menjadi Hayek, yang percaya pada gagasan bahwa manusia (individu) dilahirkan bebas tanpa perlu perencanaan dan pengaturan dari manusia lain untuk menentukan jalan hidupnya. Karena hanya dengan kebebasan individu, manusia bisa mencapai kemajuan seperti sekarang ini.

Referensi

Dokumen terkait

Peranan manusia yang sangat besar terhadap perubahan mangrove yang terjadi di Pulau Batam, Rempang, dan Galang menunjukkan bahwa di wilayah tersebut sedang mengalami

Induk betina Bayu menyumbang 13 populasi, Lamuru 1l populasi, Toray, Bisma dan Sukmaraga masing-masing menyumbang 9 populasi, dan Srikandi Kuning menyumbang 6 populasi

 Permintaan bahasa data mining dan ad hoc data mining / Data mining query languages and ad hoc data mining− Data mining Query language yang memungkinkan pengguna untuk menggambarkan

menunrt Taliziduhu Ndraha menyediakan bemmcam- mircarn alat yang dapat di gunakan manusia untuk (a) mengidentifikasikan masalah SDM, (2) menerangkan gejala SDM, (3) meramalkan

Menentukan faktor yang paling menentukan tingkat kerentanan sosial banjir lahar dapat dilakukan dengan melakukan penyusunan skenario pembobotan yang sebanyak-banyaknya..

Kesamaan posisi antara kejadian hujan yang teridentifikasi dari citra MTSAT 2R dengan kejadian hujan hasil pengukuran stasiun hujan dapat digunakan untuk mengetahui jenis

Banyak perpustakaan memiliki akun media sosial dan banyak juga yang telah memposting informasi secara rutin, namun apakah posting-an tersebut dibaca atau mendapat respon

Karakteristik jenis endapan yang terbentuk di lingkungan pengendapan di daerah muara Sungai Bogowonto dan sekitarnya merupakan hasil dari proses geomorfologi fluvial, angin