• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS Frozen Shoulder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KASUS Frozen Shoulder"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS

FROZEN SHOULDER FROZEN SHOULDER

Disusun Guna memen

Disusun Guna memenuhi Syarat Salah Satu Tuhi Syarat Salah Satu Tugas Formatif ugas Formatif Kepanitraan KlinikKepanitraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf

Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Tugurejo Semarang RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh : Disusun Oleh : Sukma Wijayanti Sukma Wijayanti 012085788 012085788 Pembimbing Pembimbing dr. Noorjanah, Sp.S dr. Noorjanah, Sp.S FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG SEMARANG 2013 2013 STATUS MAHASISWA STATUS MAHASISWA

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF

(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG

Kasus : Frozen Shoulder

 Nama Mahasiswa : Sukma Wijayanti

 NIM : 01.208.5788

I. IDENTITAS PENDERITA

 Nama : Ny. Polimeri Liquidani

Umur : 51 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

Alamat : Puri anjasmoro A 10/3

 No CM : 42-09-29

Dirawat di ruang : -Tanggal masuk RS :

-Mengetahui,

II. DAFTAR MASALAH

 NO Masalah Aktif Tanggal NO Masalah Tidak Aktif Tanggal Dokter Ruangan ( ) Koordinator Mahasiswa ( ) Dokter Pembimbing ( )

(3)

1.

2.

Bahu sebelah kanan terasa kaku

 Nyeri pada bahu kanan bila digerakkan dan diangkat

2 Agustus 2013

III. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Agustus 2013 di Poli Saraf RSUD Tugurejo Semarang

1. Keluhan Utama : bahu kanan terasa kaku 2. Riwayat Penyakit Sekarang :

o Lokasi : bahu sampai lengan sebelah kanan

o Onset : keluhan dirasakan ± sudah 1 bulan lebih, keluhan dirasakan secara perlahan

o Kualitas : bahu kanan nyeri dan kaku saat digerakkan terutama  bila untuk mengangkat tangan

o Kuantitas : pasien kesulitan dalam melakukan aktivitas terutama saat memakai baju

o Factor memperberat : nyeri bila tangan diangkat o Factor memperingan :

-o Gejala penyerta : nyeri pada bahu kanan Riwayat Penyakit Sekarang / Kronologis :

Pasien datang ke Poli Saraf RSUD Tugurejo dengan keluhan bahu sebelah kanan terasa kaku, keluhan sudah dirasakan ± sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya  pasien merasa bahu kanannya terasa kaku, bila digerakkan terasa nyeri kemudian  pasien memeriksakannya di klinik tapi tidak berkurang keluhannya malah semakin  berat, pasien juga kesulitan bila melakukan aktifitas terutama aktifitas yang harus mengangkat bahu seperti memakai baju. Karena keluhan tidak berkurang pasien memeriksakan tangannya ke poli saraf. Pasien mengaku jarang melakukan angkat-angkat berat, riwayat trauma disangkal. Rasa kelemahan, kesemutan pada tangan kanan disangkal. Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini

(4)

Riwayat Penyakit dahulu

 Riwayat Hipertensi : disangkal

 Riwayat DM : disangkal

 Riwayat stroke : disangkal  Riwayat trauma : disangkal Riwayat Keluarga

 Riwayat Hipertensi : disangkal

 Riwayat DM : disangkal

 Riwayat stroke : disangkal

 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama yang dialami  pasien.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi

Pasien bekerja sebagai guru, tinggal dengan anak dan suaminya. Suami juga bekerja sebagai guru. Biaya pengobatan ditanggun sendiri.

IV. PEMERIKSAAN FISIK Status Present

 Keadaan umum : baik

 Kesadaran : Composmentis

 GCS : E4M6V5

Tanda Vital

  Nadi : 100x/menit, reguler, isi cukup, ekual  Pernapasan : 22 x/menit, reguler

 Suhu : 37 0C

 TD : 100/70 mmHg

Status Generalis

 Kepala : normocephal, distribusi rambut merata. Tanda-tanda trauma (-)

 Mata : CA (-/-), SI (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor 3mm/3mm  Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-) napas cuping hidung (-)

(5)

 Mulut

 Mukosa bibir lembab, sianosis (-),  Lidah : simetris, tremor (-)

 Leher : Tidak terlihat pembesaran KGB atau pembesaran kelenjar tyroid, kaku kuduk (-).

Status Internus  Torax :

o Inspeksi :

 Pergerakan dinding dada simetris.  Retraksi intercostal (-/-).

 Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-) o Palpasi :

  Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa  Vokal fremitus dextra-sinistra sama.

 Iktus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis kir i. o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

o Auskultasi : Vesikuler + / +, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop (-)  Abdomen

o Inspeksi : Supel o Palpasi

  Nyeri tekan : Tidak ada  Hepar : Tidak teraba  Splen : Tidak teraba  Ballotement : /

-o Perkusi : Timpani

o Auskultasi : Bising usus (+) N

STATUS NEUROLOGIS

 Kesadaran : Compos mentis

 Kuantitatif (GCS) : E4M6V5  Mata : pupil isokor, reflek cahaya (+/+)  Tingkah laku : dalam batas normal  Perasaan Hati : dalam batas normal

(6)

 Orientasi : Orientasi baik, masih mengenal tempat, waktu dan orang.  Cara Berpikir : kesan dalam batas normal

 Daya Ingat : kesan dalam batas normal  Kecerdasan : kesan dalam batas normal

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS A. Nervi Cranialis

 N I. (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri

Daya pembau  Normal Normal

 N II. (OPTIKUS) Kanan Kiri

Daya penglihatan Fundus Okuli Lapang penglihatan  Normal Tidak dilakukan  Normal  Normal Tidak dilakukan  Normal

 N III.(OKULOMOTORIUS) Kanan Kiri

reflek cahaya langsung

Gerak mata ke atas

Gerak mata ke bawah

Gerak mata media

Ukuran pupil Bentuk pupil Diplopia  Normal  Normal  Normal  Normal 3 mm Bulat, isokor (-)  Normal  Normal  Normal  Normal 3 mm Bulat, isokor (-)

(7)

Gerak mata lateral bawah Diplopia  Normal (-)  Normal (-)

 N V. (TRIGEMINUS) Kanan Kiri Menggigit Membuka mulut sensibilitas reflek kornea  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal

 N VI. (ABDUSEN) Kanan Kiri Gerak mata ke lateral

Diplopia

 Normal (-)

 Normal (-)

 N VII. (FASIALIS) Kanan kiri Kedipan mata Lipatan naso-labia Sudut mulut Mengerutkan dahi Mengerutkan alis Menutup mata  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal  Normal

 N VIII. (AKUSTIKUS) Kanan kiri Mendengar suara Normal Normal

(8)

Penurunan pendengaran (-) (-)

 N IX. (GLOSOFARINGEUS) Kanan kiri

Arkus faring sengau tersedak  Normal (-) (-)  Normal (-) (-)

 N X. (VAGUS) Kanan kiri

Bersuara Menelan (+) (+) (+) (+)

 N XI. (AKSESORIUS) Kanan kiri

Memalingkan kepala

mengangkat bahu

Sikap bahu

trofi otot bahu

(+) (+)  Normal Eutrofi (+) (+)  Normal Eutrofi

 N XII. (HIPOGLOSUS) Kanan kiri

Sikap lidah

kekuatan lidah

Artikulasi

trofi otot lidah

Tremor lidah Menjulurkan lidah  Normal  Normal  Normal (-) (-)  Normal, bisa  Normal  Normal  Normal (-) (-)  Normal, bisa

(9)

ANGGOTA GERAK ATAS

Lengan Atas Lengan Bawah Tangan

D S D S D S

Gerakan terbatas Bebas Bebas bebas bebas bebas

Kekuatan 2 5 5 5 5 5

Tropi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus N N N N N N

SENSIBILITAS Jenis

Rangsang

Lengan atas Lengan bawah Tangan Kanan Kiri Kanan kiri kanan kiri

Taktil N N N N N N

 Nyeri + + + + + +

Posisi N N N N N N

ANGGOTA GERAK BAWAH

Tungkai atas Tungkai bawah Kaki

D S D S D S

(10)

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 Tonus N N N N N N Trofi Eu Eu Eu eu Eu eu Sensibilitas : nyeri + + + + + + taktil + + + + + +  posisi N N N N N N REFLEX FISIOLOGI Reflex Biceps : +/+ Reflex Trisep : +/+ Reflex Radius: +/+ Reflex Patella : +/+ Reflex Achilles: +/+ Reflex Glabella : tdl

Refleks Patologik Dextra Sinistra

Babinski - -Chaddocck - -Oppenheim - -Gordon - -Schaeffer - -Gonda - -Rossolimo - -Mendel-Bechterew - -Pemeriksaan Klonus

 Klonus paha/ lutut : -

(11)

-PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF  Miksi

 Inkontinesia urin : Negatif   Retensio urin : Negatif   Defekasi

 Inkontinensia alvi : Negatif   Retensio alvi : Negatif 

PEMERIKSAAN TAMBAHAN  Test Mossley : +  Test Appley : +  Test Yergerson : +

V. RESUME

Pasien seorang wanita usia 51 tahun datang ke Poli Saraf RSUD Tugurejo dengan keluhan bahu sebelah kanan terasa kaku, keluhan sudah dirasakan ± sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasa bahu kanannya terasa kaku, bila digerakkan terasa nyeri kemudian pasien memeriksakannya di klinik tapi tidak berkurang keluhannya malah semakin berat, pasien juga kesulitan bila melakukan aktifitas terutama aktifitas yang harus mengangkat bahu seperti memakai baju. Karena keluhan tidak berkurang pasien memeriksakan tangannya ke poli saraf.

Pemeriksaan Fisik :  Status present

KU : baik, Kesadaran : Compos Mentis, GCS :15

TD : 100/70 mmHg, Nadi :100x/menit RR : 22x/menit T : 370c  Status Generalis

Dalam batas normal  Status neurologis :

(12)

Motorik :

Kekuatan :

2/5/5 5/5/5 5/5/5 5/5/5

Sup. Inf. Gerakan : terbatas/ bebas bebas/bebas R. Fisiologi : +/+ +/+

R. Patologi : (-) Sensibilitas : dbn

Vegetasi : dalam batas normal

VI. DD

 Frozen shoulder  Bursitis subacromial  Tendinitis bicipitalis

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : frozen shoulder Diagnosis Tropis : glenohumeral Diagnosis Etiologi : inflamasi VIII. INITIAL PLAN

 IpDx

o Foto Rongent cervical-thorakal AP, lateral

o MRI

 IpTx

o Non Medika Mentosa  Fisioterapi  Active exercise  SWD o Medika Mentosa   Na diclofenak 2x50 mg  Diazepam 2x2mg

(13)

 Ranitidin 2x500 mg

 Sohobion 1x1

 IpMx

o Monitoring KU  IpEx

o Menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit pasien

o Sarankan pada pasien agar patuh dalam pengobatan yang sudah diberikan. o Disarankan sering melakukan streching

IX. PROGNOSIS

Ad sanam : dubia ad bonam Ad vital : dubia ad bonam Ad fungsional : dubia ad bonam

(14)

FROZEN SHOULDER 

Definisi

Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.

Anatomi dan Fisiologi

Sendi pada bahu terdiri dari tiga tulang yaitu tulang klavikula, skapula, dan humerus. Terdapar dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu yaitu sendi akromiklavikular dan glenohumeral. Sendi glenohumeral lah yang berbentuk

“ball-and-socket” yang memungkinkan untuk terjadi ROM yang luas. Struktur  -struktur yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff. Tulang-tulang pada  bahu disatukan oleh otot, tendon, dan ligament. Tendon dan ligament membantu member kekuatan dan stabilitas lebih. Otot-otot yang menjadi bagian dari rotator cuff adalah m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor, dan m. subscapularis.

Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan menjaga stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung ke humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal.

Otot-otot pada rotator cuff menjada “ball” dalam “socket” pada sendi

glenohumeral dan memberikan mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder. Terdapat dua bursa untuk memberi bantalan dan melingungi dari akromion dan memungkinkan gerakan sendi yang lancar.

Saat terjadi abduksi lengan, rotator cuff memampatkan sendi glenohumeral, sebuah istilah yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression), untuk memungkinkan otot deltoid yang besar untuk terus mengangkat lengan. Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan naik sampai sebagian keluar dari fosa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.

(15)

 Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada  penderita diabetes.

Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau  berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih sering pada pasien dengan diabetres dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh. Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit. Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.

Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan hipertriglicemi. Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung, tuberkulosis, dan berbagai kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS, namun asosiasi ini sebagian besar hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi case control.

Etiologi

Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi mendara yang menyebabkan sendi tidak digunakan. Idiopatic frozen shoulder sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.

Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar collum dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak menjadalani fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama  juga dapat menyebabkan frozen shoulder.

Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan tetapi  pada sepertiga kasus pergerkana yang terbatas dapat terjadi pada kedua lengan.

Patofisiologi

Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap

(16)

nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasi en yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan  bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon

subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.

Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul yang  berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan

untuk tulang humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri. Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan  prolifrasi aktif fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas

sehingga menyebabkan matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang menyebabkan kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu  juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder.

Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan  penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi.

Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.

Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vakuler  pada frozen shoulder.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari frozen shoulder memiliki cirri khas yaitu terbagi dalam tiga fase, nyeri, kaku, dan perbaikan. Proses alamiah dari fase-fase ini biasanya  berjalan selama 1 hingga 3 tahun.

Fase pertama sering disebut juga sebagai painful atau freezing stage, fase ini diawalin dengan rasa nyeri pada bahu. Pasien akan mengeluhkan nyeri saat tidur dengan posisi miring dan akan membatasi gerak untuk menghindari nyeri. Pasien

(17)

akan sering mengeluhkan nyeri pada daerah deltoid. Sering kali pasien tidak akan meminta bantuan medis pada fase ini, karena dianggap nyeri akan hilang dengan sendirinya. Mereka dapat mencoba mengurangi nyeri dewngan analgesic. Tidak ada trauma sebelumnya, akan tetapi pasien akan ingat pertama kali dia tidak bisa melakukan kegiatan tertentu akibat nyeri yang membatasi pergerakan. Fase ini dapat berlangsung selama 2 sampai 9 bulan.

Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan bahu menjadi sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit untuk melalukan kegiatan sehari-hari, terutama yang memerlukan terjadinya rotasi interna dan externa serta mengangkat lengan seperti pada saat keramas atau mengambil sesuatu yang tinggi. Saat in pasien biasanya mempunyai keluahans spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan hingga 1 tahun.

Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai  bisa menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk

melakukan aktivitas akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi internal dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang. Terdapat pula restriksi pada rotasi eksternal.

Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan  berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,

karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.

Faktor Resiko

Frozen shoulder lebih sering terjadi pada wanita. Frozen shoulder sering terjadi pada orang yang pernah mengalami trauma atau operasi pada sendi bahu.

(18)

Orang dengan diabetes, penyakit jantung, penyakit paru, hipertiroid, dan hipertriglisemi cenderung berisiko untuk mengalami frozen shoulder.

Pemeriksaan Penunjang

Pada prinsipnya diagnosa frozen shoulder ditegakan berdasarkan manifestasi klinis. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis hanya dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan lab kadang dilakukan karena sering pada penderita fronzen shoulder merupakan penderita diabetes yang tidak diketahui.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan  pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk mengurangi nyeri.

Langkah selanjutnya biasanya melibatkan satu atau serangkaian suntikan steroid (sampai enam) seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu dilakukan dalam beberapa bulan. Injeksi biasanya diberikan dengan bantuan radiologis, bisa dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan untuk memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison injeksikan  pada sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu  juga dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada kapsul untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang meragukan kegunaan terapi tersebut.

Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter dapat merekomendasikan manipulasi dari bahu dibawah anestesi umum untuk melepaskan perlengketan. Opersai dilakukan pada kasus yang cukup parah dan sudah lama terjadi. Biasanya operasi yang dilakukan berupa arthroskopi.

Mungkin diperlukan juga fisioterapi dan latihan gerak. Fisioterapi dapat  berupa pijatan atau pemeberian panas.

(19)

Prognosis

Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Infrared dapat mengurangi nyeri pada bahu kanan dalam kondisi Frozen Shoulder Dextra , Manipulasi dapat meningkatkan lingkup gerak sendi pada bahu

Untuk mengetahui pengaruh SWD dan terapi latihan dalam mengurangi nyeri. dan spasme pada sendi bahu pada kasus

lingkup gerak sendi pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva. Untuk mengetahui Apakah dengan pemberian Terapi

S berusia 62 tahun dengan diagnosa frozen shoulder sinistra akibat post trauma mengalami nyeri pada bahu sebelah kiri, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi

tenaga kesehatan umumnya bahwa terapi latihan dan terapi manipulasi secara dini dan intensif sangat efektif untuk meningkatkan lingkup gerak sendi bahu pada pasien frozen

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA AKIBAT CAPSULITIS ADHESIVE DI RSUD KARANGANYAR” telah disetujui dan

Adhesive capsulitis (AC), yang disebut juga sebagai arthrofibrosis atau frozen shoulder adalah kondisi bahu dimana terdapat pengurangan range- of-motion (ROM) aktif

Pada kasus frozen shoulder kapsul Artikularis glenohumeral mengalami perubahan : mengalami synovitis atau peradangan maupun degenerasi pada cairan synovium pada sekitar