• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder Sinistra Di Rsud Sragen Management Physiotherapy In The Case Of Frozen Shoulder In Rsud Sragen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder Sinistra Di Rsud Sragen Management Physiotherapy In The Case Of Frozen Shoulder In Rsud Sragen."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN

A

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh:

Wahyu Ferianto

J 100 100 066

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN

Disusun oleh :

Wahyu Ferianto

J 100 100 066

Pembimbing

(3)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN

( Wahyu Ferianto, 2013, 74 halaman )

Abstrak

Latar Belakang : Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan keterbatasan gerak pada sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali penyebabnya. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu menjadi mengkerut dan membentuk

jaringan parut.

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi Short Wave Diathermy

dan TENS terhadap nyeri, Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi

manipulasi terhadap luas gerak sendi bahu, Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas

pemberian terapi latihan yang berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan hold relax pada kasus Frozen Shoulder.

Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian awal, nyeri diam T1 : 0 menjadi T6 : 0, nyeri tekan T1 : 3 menjadi T6 : i, nyeri gerak T1 : 5 menjadi T6 : 3, kekuatan

otot fleksi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, ekstensi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, abduksi T1 : 2 menjadi T6 :

3, adduksi T1 - T6 : 4, eksorotasi T1-T6 : 3, endorotasi T1: 3 menjadi T6 : 4, kemampuan

fungsional T1 : 3,6 menjadi T6 : 2,6, lingkup gerak sendi T1 : S ( 45˚-0˚-150˚ ) menjadi T6 :

S ( 50˚-0˚-160˚ ), T1 : F ( 95˚-0˚-38˚ ) menjadi T6 : ( 100˚-0˚- 40˚ ), T1 : T ( 20˚-0˚-110˚ )

menjadi T6 : ( 24˚-0˚-115˚ )

Kesimpulan : SWD, TENS, Terapi Manipulasi dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatakn kekuatan otot, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan meningkatkan

kemampuan fungsional.

(4)

MANAGEMENT PHYSIOTHERAPY IN THE CASE OF FROZEN SHOULDER IN RSUD SRAGEN

( Wahyu Ferianto, 2013, 74 pages)

Abstract

Background : Frozen shoulder is a condition range of motion in the shoulder joint that often occurs with no identifiable cause. Frozen shoulder causes the joint capsule that surrounds the

shoulder joint to contact and form scar tissue.

Aims of research : Result : After therapy for about six times the obtain result of the assesment of pain in silence pain T1 : 0 to T6 : 0, tenderness T1 : 3 to T6 : 1, motion pain T1

: 5 to T6 : 3. Muscle strength fleksor T1 : 3 to T6 : 4, exstensor T1 : 3 to T6 : 4, abduktor T1 :

2 to T6 ; 3, adductor T1-T6 : keep 4, exsorotator T1-T6 : keep 3, endorotator T1 : 3 to T6 : 4. Functional ability T1 : 3,6 to T6 : 2, 6. Range of motion T1 : S ( 65˚-0˚-150˚ ) to T6 : S ( 70˚ -0˚-160˚ ), T1 : F ( 95˚-0˚-38˚ ) to T6 : ( 100˚-0˚- 40˚ ), T1 : T (110˚-0˚-55˚ ) to T6 : ( 115˚-0˚ -60˚ )

Conclusion : SWD, TENS, Exercise Therapy can reduce pain, improve muscle strenght, increas rang of motion, improve functional ability.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit ini biasanya timbul pada saat bangun tidur pada pagi hari. Penderita

tidak sanggup menggosok gigi dan menyisir rambut karena pergelangan bahunya

terasa sakit bila diangkat atau digerakkan. Bila tidak diobati tentu akan membatasi

gerakan bahu dan bila penyakit menahun maka perlu dilakukan tindakan operasi

(Abidin, 2005).

Pada kasus frozen shoulder, fisioterapi berperan untuk mengurangi nyeri, mencegah kekakuan / keterbatasan sendi lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot

sekitar bahu, dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional pasien.

Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk memberikan terapi pada kasus ini

adalah short wave diathermy, micro wave diathermy, terapi latihan, infra red, transcutaneous electrical nerve stimulation, dan terapi manipulasi.

Berdasarkan bahasan di atas, penulis memilih judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Frozen Shoulder Sinistra“. Penatalaksanaan fisioterapi

tersebut berupa short wave diathermy, TENS, terapi manipulasi, dan terapi latihan dengan alasan karena pada kasus ini terdapat keluhan berupa nyeri, keterbatasan LGS,

serta penurunan kekuatan otot sekitar bahu dan kemampuan fungsional sendi bahu.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, dapat diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana short wave diathermy dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita frozen shoulder ?

2. Bagaimana TENS dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita frozen shoulder ?

3. Bagaimana pemberian terapi manipulasi dapat meningkatkan luas gerak sendi bahu

(6)

4. Bagaimana pemberian terapi latihan berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger

ladder, dan hold relax dapat meningkatkan luas gerak sendi dan kekuatan otot sekitar bahu dan kemampuan fungsional sendi bahu pada penderita frozen shoulder ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi short wave diathermy dan

TENS terhadap nyeri pada penderita frozen shoulder.

2. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi manipulasi terhadap luas

gerak sendi bahu pada penderita frozen shoulder.

3. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi latihan yang berupa

shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan hold relax pada penderita

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI KASUS 1. Frozen shoulder

a. Definisi

Frozen shoulder adalah istilah yang merupakan wadah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan lingkup gerak. Pembatasan

lingkup gerak sendi bahu akibat gangguan miofasial sering dimasukkan dalam frozen

shoulder. Dalam wadah tersebut ditampung juga bursitis subacromialis, tendinitis subscapularis, tendinitis bicipitalis, yang sebenarnya lebih tepat bila digolongkan ke dalam kelompok periartritis humeroscapularis (Sidharta, 1983).

b. Etiologi

Menurut Cluett (2007), frozen shoulder sering terjadi tanpa didahului cedera atau penyebab yang nyata. Ada pasien yang mengalami frozen shoulder setelah trauma shoulder, tetapi ini bukan penyebab yang lazim. Faktor etiologi frozen shoulder antara lain :

Usia dan jenis kelamin

Frozen shoulder paling sering terjadi pada orang yang berusia antara 40–60 tahun dan biasanya wanita lebih banyak daripada pria.

Gangguan endokrin

Penderita diabetes militus berisiko tinggi mengalami frozen shoulder. Gangguan endokrin yang lain misalnya masalah thyroid dapat juga mencetuskan kondisi ini.

Trauma sendi bahu

Pasien yang mengalami cedera atau menjalani operasi pada bahu dan disertai

imobilisasi sendi bahu dalam waktu lama akan berisiko tinggi mengalami frozen shoulder.

c. Patologi

Frozen shoulder dapat berawal dari tendinitis supraspinatus / bicipitalis atau bursitis subacromialis. Apabila gangguan-gangguan tersebut tidak diobati dan gerakan sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak pernah dilatih, maka lama-kelamaan akan terjadi

(8)

Frozen shoulder terdiri dari 3 fase yaitu : the freezing (painful phase), the frozen (stiff phase), dan the thawing (recovery phase)

a.Fase I _ the freezing (painful phase)

Gejala awal biasanya nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Nyerinya khas yaitu

memburuk pada malam hari dan saat tidur dipengaruhi oleh posisi miring ke sisi sakit.

Fase I akan berakhir dalam 2-9 bulan (Patient UK, 2006).

b.Fase II _ the frozen (stiff phase)

Pada fase ini derajat nyeri berkurang tapi kekakuan dan keterbatasan gerak masih

tersisa dan dapat memburuk. Semua gerakan bahu dipengaruhi oleh timbulnya nyeri,

tapi gerakan yang paling berat adalah gerak eksorotasi. Otot sekitar bahu akan

menurun kekuatan ototnya karena tidak digunakan. Fase II akan berakhir dalam 4-12

bulan (Patient UK, 2006).

c.Fase III _ the thawing (recovery phase)

Pada fase ini derajat kekakuan berkurang dan kemampuan gerak kembali normal atau

(9)

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

Pasien bernama Ny. S, berumur (62 tahun), jenis kelamin (perempuan), alamat (Babat

Ngawi), agama (Islam). Pada awal bulan Februari 2013, pasien mengelami kecelakaan

jatuh dari sepeda motor, saat itu pasien membonceng. Pasien jatuh dengan posisi miring

kekiri sehingga tangan pasien tertindih badan pasien, tetapi tangan pasien tidak

mengalami retak ataupun patah. Kemudian pasien dibawa ke RSUD Sragen untuk berobat

dan pasien diberi obat rawat jalan. Setelah itu pasien dianjurkan untuk melakukan terapi

di poli fisioterapi RSUD Sragen. Pasien mulai terapi tanggal 21 Februari 2013 sampai

saat ini. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan diagnosa fisioterapi sebagai berikut:

Impairment : - adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada bahu kiri

- penurunan kekuatan otot pada bahu kiri

- ada keterbatasan LGS bahu kiri

- penurunan kemampuan fungsional

Functional Limitation : terjadinya gangguan aktifitas fungsional

Disability : keterbatasan aktifitas sehari – hari

Pasien bernama Ny. S berusia 62 tahun dengan diagnosa frozen shoulder sinistra akibat post trauma mengalami nyeri pada bahu sebelah kiri, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, penurunan nilai kekuatan otot

bahu sebelah kiri, dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional bahu sebelah kiri.

Pasien telah menjalani program fisioterapi berupa pemberian SWD, TENS, dan terapi

latihan sebanyak enam kali terapi diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri

bahu sebelah kiri, peningkatan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, peningkatan

kekuatan otot bahu sebelah kiri, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Hasil yang diperoleh penulis seteleh 6 kali terapi adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi nyeri dengan VAS

2. Evaluasi LGS dengan goniometer

3. Evaluasi kekuatan otot dengan MMT

4. Evaluasi kemampuan fungsional

Evaluasi nyeri dengan VDS

Evaluasi LGS dengan goniometer

Bidang Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sagital Frontal transversal Ekstensi-fleksi Abduksi-adduksi Eksorotasi-endorotasi 45-0-150 95-0-38 20-0-110 45-0-150 95-0-38 22-0-110 48-0-155 98-0-39 23-0-111 48-0-153 98-0-39 23-0-113 48-0-153 98-0-39 24-0-113 49-0-160 99-0-39 24-0-115 50-0-160 100-0-40 24-0-115

Jenis nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

(11)

Evaluasi kekuatan otot dengan MMT

Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Eksorotasi Endorotasi 3 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4

Evaluasi pemeriksaan kemampuan fungsional

Jenis aktivitas T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Keramas

Menggosok punggung saat mandi

Memakai dan melepas baju

Mengkancingkan kemeja

Memakai celana

Mengambil benda diatas

Mengangkat beban 10 pon

Mengambil benda disaku belakang

Jumlah 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 4 4 3 2 2 5 5 2 27/8 3,4 4 4 3 2 2 5 5 2 27/8 3,4 4 3 2 1 1 4 4 2 21/8 2,6 4 3 2 1 1 4 4 2 31/8 2,6

B. Pembahasan Kasus

Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dan evaluasi dari kasus frozen shoulder akibat

post trauma diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri, peningkatan lingkup gerak

sendi, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional bahu

(12)

1. Nyeri

Nyeri timbul akibat dari adanya jaringan yang rusak atau tidak normal,

sehingga menstimulasi nociceptor. Pemberian SWD disini adalah yaitu dengan menggunakan efek panas dari SWD diharapkan panas yang diberikan akan

memberikan efek sedatif sehingga menurunkan nilai ambang rangsang. Efek panas

akan membuat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini akan memperlancar pembuangan zat “pain producing substance”. Dengan adanya nyeri pada bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar bahu yang bertujuan

memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak sehingga terhindar dari rasa nyeri. Reaksi

spasme ini akan menghambat sistem peredaran darah sekitar bahu yang

mengakibatkan reorganisasi jaringan dan pembuangan zat “pain producing substance” yang akan menambah nyeri sehingga timbul siklus yang tidak

menguntungkan. Dengan pengaruh panas yang dihasilkan pada pemberian SWD yang

diterima jaringan, akan menormalisasikan sel- sel yang abnormal. Hal ini akan

merileksasikan otot sekitar bahu sehingga nyeri akan berkurang. Ini berarti panas

yang diberikan dapat menaikan ambang nyeri, menurunkan sensibilitas muscle

spindle sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang (Mardiman, 1989)

2. Lingkup gerak sendi

Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap akan menyebabkan penguluran

struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang akan memelihara fleksibilitas dari

jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi (Cailliet,

1981). Pada kasus ini, peningkatan LGS dipengaruhi oleh terapi manipulasi dan terapi

latihan yang berupa latihan dengan menggunakan ladder finger, shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. Untuk meningkatkan luas gerak sendi ladder finger, shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. untuk memperbaiki gerakan fleksi dan abduksi sendi bahu.

3. Kekuatan otot

Pada kasus frozen shoulder penurunan kekuatan otot disebabkan karena

immobilisasi. Terapi latihan secara active resisted movement dan hold relax akan meningkatkan recruitment motor unit. Dengan bertambahnya motor unit yang terangsang maka semakin banyak serabut-serabut otot yang ikut berkontraksi

sehingga kekuatan otot meningkat (kisner, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

(13)

4. Kemampuan aktivitas fungsional

Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan free active exercise, active resisted exercise, shoulder wheel, overhead pulley, hold relax dan finger ladder menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga

mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan

fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur jaringan lunak

sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi

dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Priatna,

(14)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Permasalahan yang ditimbulkan dari kasus frozen shoulder sinistra akibat trauma

yaitu adanya nyeri disekitar bahu kanan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan

kekuatan otot, penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Pemberian terapi pada kondisi

frozen shoulder sinistra bertujuan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional bahu

kanan. Setelah mendapatkan terapi SWD (Short Wave Diathermy), TENS, terapi manipulasi dan terapi latihan sebanyak didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan nyeri,

peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot, adanya peningkatan

kemampuan aktivitas fungsional. Hal ini sedikit membuktikan bahwa pemberian terapi

SWD (Short Wave Diathermy), TENS dapat mengurangi nyeri, terapi manipulasi dan terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi, meningkatkan

kemampuan aktivitas fungsional pada kasus frozen shoulder dextra.

B. SARAN 1 Bagi penderita

Penulis menyarankan kepada pasien dengan kondisi frozen shoulder sinistra untuk melakukan latihan-latihan dirumah sesuai dengan edukasi yang diberikan oleh

terapis. Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain mengangkat beban terlalu berat.

2 Bagi para terapis

Penulis menyarankan kepada teman (fisioterapis) baik yang bekerja di instansi

rumah sakit maupun praktek klinik agar tidak ragu-ragu dalam memberikan pelayanan

fisioterapi pada pasien dengan kasus frozen shoulder, dikarenakan semua pasien dengan kasus frozen shoulder pasti mengalami permasalahan seperti yang disebutkan

di atas yang kesemuanya merupakan bidang kerja fisioterapis.

3 Bagi Instalasi Rumah Sakit

Saran untuk instansi rumah sakit swasta maupun negeri atau praktek klinik

bahwa setiap pasien dengan kasus frozen shoulder segera dirujuk ke fisioterapi untuk

diberikan tindakan fisioterapi untuk menghindari permaslahan yang timbul akibat

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, I., 2005; Frozen Shoulder (Bahu Beku); Diakses tanggal 4/5/2013, dari http://www.indonesia media.com/index1003.htm

Adams, J. C., 1964; Outline of Orthopaedic; Fifth Edition, E. S. Livingstone Ltd., Edinburgh and London, hal. 235-236.

American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00071&return_link=0

Apley, A. G. and Solomon, L., 1995; Buku Ajar Orthopedi & Fraktur Sistem Apley; Edisi

7, diterjemahkan oleh dr. Edy Nugroho, Widya Medika, Jakarta, hal. 11-12

Cailliet, R., 1980; The Shoulder in Hemiplegia; Second Printing, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 11-18.

Cluett, J., 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari http://www.orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder.htm

Hastono, S., 2002; Hubungan antara Faktor-faktor Motivasi dengan Motivasi Kerja Fisioterapi di Jakarta; Jurnal IFI, Jakarta, hal 32.

Kapandji, I. A., 1970; The Physiology of The Joints; Volume One, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, Melbourne and New York, hal. 28, 32.

Kessler, R. M. and Hertling, D., 1983; Management of Common Musculoskeletal Disorders; Harper & Row Publisher, Philadelphia, hal. 303-307.

Kisner, C. and Colby, L. A., 1996; Therapeutic Exercise Foundation and Technique; Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 47-49, 160-161, 163-164,184,

282-283.

Kuntono, H. P., 2004; Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu; disampaikan dalam Kupas

Tuntas Frozen Shoulder, Surabaya, hal. 3-9.

Licht, S., 1978; Therapeutic Exercise; dalam Basmajian, J. V. (ed); Therapeutic Exercise;

Third Edition, The William & Wilkins Co., USA, hal. 1.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian (Studi Kasus: Dapur Geulis). Dibimbing oleh MA’MUN SARMA. Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas kemurahan-Nya yang telah memberikan kemudahan, kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN AGROEKOLOGI TUMBUHAN OBAT TEKELAN (Eupatorium riparium Reg.) DI LERENG GUNUNG LAWU.. Bambang Pujiasmanto, MS.,

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh struktur corporate governance (ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komisaris independen,

Dalam penelitian pengaruh salinitas terhadap ikan sinodontis ini yang diberi perlakuan 0, 2, 4, dan 6 ppt tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup

Program Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Laporan tugas akhir ini dilatar belakangi permasalahan bagaimana cara

Terjadinya perubahan gaya hidup ( life style ) anak-anak masa kini tak terlepas dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Kini anak-anak lebih

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB). Melalui program sea farming ini, solusi terhadap