• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Bersalin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Bersalin"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN

A. Pengertian

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan mengumpulkan data obyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.

B. Tujuan

Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.

C. Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik kala I : 1. Menentukan Tinggi Fundus Uteri

Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus sedang tidak berkontraksi. Ukur tingggi fundus dengan menggunkan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simpfisis pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga kepuncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis dinding abdomen. Lebar pita harus menempel pada dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simphisis pubis dan puncak fundus adalah tinggi fundus. Ini sesuai dengan teori Mc. Donald.

2. Memantau kontraksi uterus

Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau kontraksi uterus. Letakkan tangan penolong pada atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit. Tentukan durasi setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif minimal 2 kali dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara 2 kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.

3. Memantau DJJ (denyut jantung janin)

Gunakan doopler/leenec untuk mendengarkan DJJ dan menghitung DJJ permenit. Lakukan penilaian DJJ pada lebih dari 1 kontraksi.Gunakan jarum detik (jam).nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Dengarkan DJJ minimal 60 detik. Gangguan kondisi janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 kali permenit atau lebih dari 160 kali permenit.

4. Menentukan presentasi bayi

5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin

Penilaiaan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas simphisis adalah proporsi yang belum masuk PAP (pintu atas panggul) dan sisanya menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin terlah masuk kedalam rongga panggul. Penurunan bagian terbawah janin dengan metode 5 jari :

(2)

c. 3/5 jika sebagian telah memasuki rongga panggul

d. 2/5 jika hanya sebagian terbawah janin masih berada diatas simphisis

e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari yang masih dapat meraba bagian bawah janin yang berada diatas simphisis

f. 0/5 jika bagian terbawah janin tidak dapat teraba dari pemeriksaan luar 6. Periksa Dalam (vaginal toucher).Sebelum melakukan periksa dalam cuci tangan

dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tentramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.

Persiapan alat :

1 Phantom ibu hamil lengkap 18. Reflek Hammer : 1 buah

2 Timbangan berat badan :1 buah 19. Larutan chlorine 0,5% 3 Pengukur tinggi badan :1 buah 20. Perlak pengalas : 1 buah 4 Pengukur lila : 1 buah

5 Tensimeter : 1 buah 6 Stetoskop : 1 buah 7 Thermometer : 1 buah 8 Jam tangan 9 Penlight : 1 buah 10Tissue 11 Toungespatel : 1 buah 12Doopler : 1 buah

13Metlin/pita pengukur : 1 buah 14Kapas sublimat

15Air DTT dan kom 1 buah

16Handscoon dalam bak instrument 17Bengkok : 1 buah

MEKANISME PERSALINAN (PENURUNAN KEPALA)

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak dikiri depan, 23% dikanan depan, 11% dikanan belakang dan 8% dikiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum.Sedangkan dalam proses persalinan ditentukan oleh 3 faktor “p” menurut Kampono dan M. Moegni (1999) yaitu :

1. Power

yaitu His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu), keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu

2. Passage

Yaitu keadaan jalan lahir

(3)

3. Passanger

Yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomic mayor)

Selama proses persalinan bayi melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul “seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :

1. Engagement 2. Descent 3. Fleksi 4. Internal rotation 5. Defleksi 6. Eksternal rotation 7. Ekspulsi

Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.

Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan pervaginam secara spontan.

Alat –alat yang perlu dipersiapkan :

1. Phantom bayi 2. Phantom panggul

BIDANG HODGE BIDANG PENURUNAN KEPALA JANIN

Bidang Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu Hodge

(4)

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:

Hodge I, Hodge II, Hodge III, dan Hodge IV. ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :

- Phantom kerangka Panggul

PENGUKURAN PANGGUL

Ukuran panggul luar :

a. Distansia spinarum : jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (Ind.23, Er.26) kurang lebih 24-26 cm

(5)

b. Distansia cristarum : jarak antara crista iliaca kanan dan kiri ( Ind.26, Er.29), kurang lebih 28-30 cm

c. Conjugata eksterna (Baudeloque) : jarak antara

pinggir atas simphisis dan ujung prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-V (Ind.18, Er.20) kurang lebih 18 cm

d. Ukurang lingkar panggul : dari pinggir atas

symphisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan trochanter mayor sepihak dan kembali melalui tempat-tempat yang sama dipihak yang lain (Ind.80, Er.90) kurang lebih 10,5cm)

Ukuran dalam panggul :

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea inniminata, dan pinggir atas simfisis pubis

1. konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm 2. konjugata transversa 12-13 cm

3. konjugata obliqua 13 cm

4. konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium

ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :

- Phantom Panggul - Pelvimetri

VAGINAL TOUCHER (VT)

(6)

VT adalah Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam liang sanggama untuk mngetahui :

1 Pasien yang baru datang, sudah inpartu/belum 2 Menetapkan titik awal suatu persalinan

3 Menetapkan ramalan perjalanan persalinan

VT dilakukan berdasarkan Indikasi, hal ini penting untuk mencegah timbulnya infeksi. 2 INDIKASI VT

1 Bila ketuban pecah sebelum waktunya

2 Untuk mengevaluasi pembukaan serviks uteri

3 Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan 4 Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam

3 KONTRA INDIKASI

1 Pasien hamil dengan perdarahan pervagina

2 Adanya infeksi daerah genetalia

4 HAL – HAL YANG DIPERHATIKAN SAAT VT :

Pencegahan infeksi a. Terhadap diri sendiri

- Pakai sarung tangan steril

- Bidan/nakes kemungkinan besar terkena infeksi b. Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim

- Lakukan vulva hygiene dengan benar

- Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri

- Masukkan jari tengah & jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan tidak boleh dikeluarkan sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi

5 YANG DI CARI PADA SAAT VT :

a. Perabaan serviks - Lunak atau kaku

- Pendataran (effecement) - Tebal tipisnya

- Pembukaan

- Kemana arah cerviks b. Ketuban

- Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak dalam his - Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah anak sudah

didasar panggul → bisa dipecahkan c. Bagian Terendah janin dan posisinya

- Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun

- Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubun-ubun kecil/besar

- Penurunan sesuai dengan bidang Hodge

- Apakah terdapat caput suksedaneum & seberapa besarnya

(7)

- Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala : misal tangan/lengan menumbung, atau tali pusat

- Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya

ALAT –ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :

1. APD lengkap (penutup kepala, kaca mata pelindung, masker, scoret, sepatu boot ) 2. Handscoon secukupnya 3. Larutan chlorine 0,5 % 4. Tempat sampah AMNIOTOMI A. Pengertian Amniotomi

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.

B. Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban

Ada beberapa istilah dalam nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh petugas kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:

(8)

Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi

2.Jernih (J)

Membran pecah dan tidak ada anoksia 3.Mekonium (M)

Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi

4.Darah (D)

Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi

5.Kering (K),

Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin.

E. Indikasi Amniotomi

1. Induksi persalinan

2. Persalinan dengan tindakan

3. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila diantisipasi terdapat gangguan pada janin.

4. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang memuaskan

5. Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya.

F. Kontra Indikasi Amniotomi

1. Bagian terendah janin masih tinggi 2. Persalinan preterm

3. Adanya infeksi vagina 4. Polihidramnion 5. Presentasi muka 6. Letak lintang 7. Placenta previa 8. Vasa previa G. Persiapan Alat

1. Persiapan ibu dan keluarga

(9)

2. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI) a. Perawatan sayang ibu

b. Pengosongan kandung kemih per 2 jam c. Pemberian dorongan psikologis

3. Persiapan penolong persalinan a. Perlengkapan pakaian

b. Mencuci tangan (sekitar 15 detik) 4. Persiapan peralatan

a. Ruangan b. Penerangan c. Tempat tidur d. Handscoon

e. Klem setengah kocher f. Bengkok

g. Larutan klorin 0.5% h. Pengalas

i. Bak instrument

H. Teknik Amniotomi

Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu : 1. Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga 2. Dengar DJJ dan catat pada Partograf

3. Cuci tangan

4. Gunakan handscoon DTT

5. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).

6. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.

7. Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan menggunakan separuh klem

(10)

Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)

8. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan

9. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.

10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress

11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

12. Cuci kedua tangan.

13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.

14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.

(11)

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

Keterampilan yang diajarkan dalam asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.

Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam pertolongan persalinan normal adalah:

a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.

b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.

c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.

d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.

e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.

(12)

g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai.

i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir

j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

ALAT – ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :

1. Phantom panggul : 1 buah

2. Phantom bayi : 1 buah

3. Phantom plasenta : 1 buah\

4. APD lengkap

Penutup kepala : 1 buah Kaca mata pelindung : 1 buah Masker :1 buah

Apron : 1 buah

Sepatu boot : 1 pasang

5. Partus set

Klem Kelly/kocher/talipusat : 2 buah Gunting tali pusat : 1 buah

Penjepit tali pusat : 1 buah ½ kocher : 1buah

Sarung tangan : 11/2 pasang Kateter nelaton : 1 buah Gunting episiotomi : 1 buah Kassa : secukupnya

6. Kapas DTT dalam kom : secukupnya

7. Spuit 3 ml : 1 buah

8. Oksitosin 10 IU : 1 ampul

9. Kateter delee : 1 buah

10. Kapas alcohol dalam kom : secukupnya

11. Kain bersih : 2 buah

12. Handuk : 1 buah

13. Perlak : 1 buah

14. Leenec/ doopler : 1 buah

15. Tensimeter : 1 buah

16. Larutan chlorine 0,5%

17. Air DTT dalam baskom

(13)

18. Tempat sampah : 1 buah

19. Baju ganti ibu : 1 stel

20. Pembalut : secukupnya

21. Waslap : 1 buah

22. Perlengkapan bayi (topi,guritan,baju,popok, kain bedong): 1 stel

(14)

EPISIOTOMI

1. PENGERTIAN

episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis.

2. TUJUAN EPISIOTOMI :

 Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii.

 Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.

 Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak atau mempersingkat kala II

 Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.

3. INDIKASI EPISIOTOMI :

(15)

 Tindakan epistomy dapat di lakukan apabila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kedalam vagina. Dengan tindakan epistomi diharapkan agar bukaan lebih lebar sehingga memudahkan pengeluaran bayi.

 Tindakan epistomi ini dilakukan, atas indikasi :

o Pada persalinan anak besar, sehingga untuk mencegah robekan perineum yang dapat terjadi akibat tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang

berlebihan

o Pada Perineum yang akan robek dengan sendiri ( menipis dan pucat ), sehingga mencegah ruptur perinii yang dapat menyebabkan robekan yang tidak teratur sehingga menyulitkan penjahitan dan hasil jahitannya pun tidak rapi.

o Pada persalinan prematur, dimana untuk melindungi kepala janin yang prematur dari perineum yang ketat sehingga tidak terjadi cedera dan pendarahan intrakranial

o Pada Perineum kaku, sehingga di harapkan dengan melakukan epistomi dapat mengurangi luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri alat kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi.

o Jika terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum), dimana episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum.

o Pada kasus letak / presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan tempat yang luas untuk persalinan yang aman untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi

o Adanya Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.

4. KONTRA INDIKASI :

a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam

b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

5. JENIS EPISIOTOMI

Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt. Namun menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis

(16)

episiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) dan Episiotomi mediolateral

Jenis Episiotomy Episiotomi Garis tengah (Midline Episiotomi)

o Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura

posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai serabut sfingter ani)

o Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:

 Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.

 Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.

 Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis

 Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan.

 Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan

 Dispareuni jarang terjadi

o Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet

(17)

atau laserasi menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga terjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.

Episiotomi Medio Lateral

o Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara spina ischiadica dan anus.

o Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3, dengan Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45 derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.

o Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum sehingga dapat mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada rectum.

o Kerugian episiotomi mediolateral

 Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus

 Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama

 Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis.

 Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar

(aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik

 Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang – kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)

 Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran introitus vagina

ALAT-ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :

1. Lidah sapi/gabus/phantom episiotomi : 1 buah

(18)

4. Lydocain hydrochloride 1 % : 1 ampul 5. Spuit 3cc : 1 buah

6. Bethadine 7. Heacting set

Bak instrument : 1 buah Gunting episiotomi : 1 buah Nald fooder : 1 buah

Benang chromic atau catgut Pinset : buah

Gunting benang : 1 buah Kassa secukupnya 8. Lampu sorot : 1 buah 9. Larutan chlorine 0,5% 10. Bengkok : 1 buah

(19)

PENJAHITAN LUKA PERENIUM Memeriksa laserasi Jalan Lahir

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perenium, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bias berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau haemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.

Laserasi dapat dikategorikan dalam :

1. Dearajat 1 : laserasi mengenai mukosa dan kulit perenium,

tidak perlu dijahit

2. Derajat 2 : Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan

jaringan perenium (perlu dijahit)

3. Derajat 3 : Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan

spinkter ani

4. Derajat 4 : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan

Referensi

Dokumen terkait