• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sanitasi Dan Plumbing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Sanitasi Dan Plumbing"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITASBALIKPAPAN

FAKULTASTEKNIKSIPILDANPERENCANAAN

Tugas Mata Kuliah Menggambar Rekayasa TUGAS3

PERANCANGANSANITASI AIR BERSIH, KOTOR DAN PLUMBING

Oleh:

Nama : Riswan Gunawan

Tri Handoko

Alfani Wida Pratama Hasanudin Damanik Maulana Ishak Ivan Susanto

Jurusan/Fakultas : TeknikSipildanPerencanaan

Dosen : Hj. Andi Marini, ST.

DiajukanuntukMemenuhiTugasMataKuliahSemester I Menggambar Rekayasa

(2)

BAB1

SISTEMPLUMBINGDANSANITASI

2.1 Umum

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan perlatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas (kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan (elearning.gunadarma.ac.id, 2011), sedangkan pengertian plambing menurut SNI 03 – 6481 – 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan

Sistem Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar, tentang peralatan dan instalasinya.

Secara garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu (: a. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan

tekanan cukup dan air panas bila diperlukan

b. Membuang air kotor tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya

Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03- 6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.

2.2 JenisPeralatanPlambing

Alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air panas atau air dingin dan untuk mengeluarkan air buangan. Untuk lebih sederhananya plambing dipasang pada

(3)

ujung akhir pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan air dan ujung awal pipa yang berfungsi untuk memasukkan air.

2.2.1 Dalampengertiankhusus, jenis peralatan Plambing meliputi :

2.2.1.1 Peralatan untuk penyediaan instalasi air bersih/air minum dan air panas, adapun peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground water tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa transfer yang sering dipakai, antara lain :

a. End Suction Pump

b. Horizontal Split Case Pump c. Multi Stage Pump

d. Centrifugal Pump

2. Pressure Tank, berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari keadaan start-stop yang terlalu sering. Beberapa jenis pressure tank yang sering dipakai, antara lain :

a. Diaphragma Pressure Tank

b. Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank 3. Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa

Gambar Check valve

(4)

Gambar Gate Valve

5. Ball Valve, pengatur jumlah aliran air di dalam pipa.

Gambar Ball Valve

(5)

Gambar Butterfly Valve

7. Floating Valve, klep pengatur buka-tutup aliran air ke tanki. 8. Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap.

9. Strainer, berfungsi sebagai filter air.

10. Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan. 11. Pressure Gauge, pengukur tekanan.

12. Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan. 13. Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran. 14. Water Meter, pengukur debit air.

2.2.1.2 Peralatan untuk pembuangan 1. Jenis air buangan

Air buangan atau limbah (waste water) adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri.

Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing.

(6)

b. Air bekas : Air buangan yang bersal dari alat plambing lainnya seperti bak mandi (bath tub), bak cuci tangan bak dapur dan sebagainya.

c. Air hujan : Air dari atap, halaman dan sebagainya.

d. Air buangan khusus : Air yang mengandung gas, racun dan bahan- bahan berbahaya yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air yang bersifat radio aktif dan lain-lain.

2. Sistem pembuangan air

a. Sistem pembuangan air kotor dan bekas

Sistem Campuran : Sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran.

Sistem terpisah : Sistem pembuangan dimana air kotor dan bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk daerah dimana tidak tersedia roil umum yang dapat menampung air bekas dan air kotor maka system pembuangan air kotor akan disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu.

b. Sistem pembuangan air hujan

Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Bila dicampurkan, kemungkinan apabila saluran tersebut tersumbat oleh sebab apapun ada kemungkinan air hujan akan mengakibatkan air balik dan masuk ke dalam alat plambing terendah dari sistem tersebut.

Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat saluran tersebut. Drainase atap harus memenuhi ketentuan berikut :

(7)

1) Drainase atap harus kedap air

2) Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak.

Saringan harus menonjol sekurang-kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh < 1,5 kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap atau geladak tempat menjemur,geladak parkir atau tempat sejenis dipasang rata dengan permukaan geladak dan jumlah luas lubangnya tidak boleh < 2 kali luas penampang talang tegak.

c. Sistem gravitasi dan sistem bertekanan

Sistem gravitasi : umumnya diusahakan agar air buangan dapat dialirkan secara gravitasi dengan mengatur tata letak kemiringan pipa pembuangan

Sistem bertekanan : dalam sistem ini air buangan dikumpulkan dalam bak penampung dan kemudian dipompakan ke luar dengan menggunakan pompa motor listrik dan bekerja secara otomatis. 3. Komponen sistem pembuangan

Uraian tentang beberapa bagian penting dari komponen sistem pembuangan adalah sebagai berikut :

a. Pipa pembuangan alat plambing

Pipa pembuangan yang menghubungkan pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan lainnya dan biasanya dipasang tegak.

b. Cabang mendatar

Semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.

c. Pipa tegak air buangan

Pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.

(8)

Pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.

e. Pipa atau saluran pembuangan gedung

Pipa pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas, atau air hujan dari pipa-pipa tegak air buangan.

f. Riol gedung

Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan roil umum.

2.2.1.3 Peralatan ven

1. Ketentuan umum

a. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit

Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya.

Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya.

b. Ukuran ven pipa tegak

Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka.

c. Ukran ven pipa tunggal

Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani.

d. Ukuran ven pipa pelepas ofset

Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter tegak vena tau pipa tegak air buangan (yang terkecil di antara keduanya).

(9)

Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak vena tau pipa tegak buanagn (yang terkecil di antara keduanya).

f. Pipa ven untuk bak penampung

Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm.

2. Penentuan ukuran ven

Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pada pipa ven tersebut. (Lihat Tabel 2.1). Bagian pipa ven mendatar, tidal termasuk bagian “pipa ven di bawah lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.

Tabel 2.1 Ukuran pipa tegak ven dan ven cabang

Sumber: SNI 03-7065-2005 2.2.1.4 Peralatan saniter (Plumbing Fixtures)

Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat populer karena biayanya dalam hal ini pembuatanya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik.

(10)

Jenis peralatan saniter antara lain :

1. Kloset, dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya (Lihat Gambar 2.5) :

a. Tipe Wash-Out

Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini sekarang dilarang di Indonesia karena kontruksinya berdampak pada timbulnya bau yang tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna.

b. Tipe Wash-Down

Tipe ini lebih baik daripada wash-out, bau yang timbul akibat sisa kotoran lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out. c. Tipe Siphon

Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air buangan tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih berkurang lagi pada tipe ini.

d. Tipe Siphon-jet

Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak.

e. Tipe Blow-Out

Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat, tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2, dan menimbulkan suara berbisik.

(11)

Sumber: SNI-03-6481-2000

GambarBerbagaiJenisKlosetDudukdanJongkok

GambarContohJenisKlosetDuduk(kiri)danJongkok(kanan)

2. Peturasan

Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, di mana yang paling banyak digunakan adalah tipe wash-down (Lihat Gambar 2.7 dan 2.8). Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang” terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Dalamnya talang 15 cm atau lebih.

(12)

b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan.

c. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang belakang talang dengan lapisan air.

d. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.

Sumber:SNI-03-6481-2000

GambarJenisPeturasan

Sumber:SNI-03-6481-2000

(13)

GambarContohPeturasananak-anak(kiria)danbidet(kanan)

3. Fitting Saniter

Beberapa jenis fitting saniter antara lain : a. Keran air, ada beberapa macam yaitu :

1) Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

2) Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci tangan.

3) Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu keran atau katup pelampung.

(14)

Gambar Wastafel

(15)

Gambar Shower

b. Katup gelontor dan tangki gelontor

1) Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor, untuk kloset dan peturasan.

2) Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang harus dijalankan oleh orang.

2.2.2 Dalampengertianumum, jenis peralatan Plambing meliputi : 2.2.2.1 Peralatan pemadam kebakaran

1. Sistem hidran

a. Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran 1) Automatic-Wet

Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis. 2) Automatic-Dry

Suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value.

(16)

- Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.

3) Semi Automatic-Dry

Sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.

4) Manual-Wet

Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper. 5) Manual-Dry

Suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection

b. Keluar Sistem Stand Pipe 1) Kelas I

Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 2½ inchi untuk mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran berat. 2) Kelas II

Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose connection 1 inchi jika

(17)

kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.

3) Kelas III

Suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter 1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection berdiameter 2½ inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.

c. Design/Perancangan

1) Penentuan letak hose connection

Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit) atau melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran.

2) Ukuran minimum stand pipe

Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi.

3) Tekanan minimum sistem

Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow- ratenya, dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection terjauh untuk yang berdiameter 2½ inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang berdiameter 1½ inchi.

4) Tekanan maksimum hose connection

Tekanan residual pada hose connection berdiameter 1½ inchi yang digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar). Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 100 psi, maka pressure regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik dan residual pada

(18)

outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 1½ inchi dan 175 psi untuk hose connection lainnya.

5) Flow rate (debit) minimum pada stand pipe

Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus memiliki flow rate minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika luas area melebihi 80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh harus didisain untuk 500 gpm.

6) Flow rate minimum pada hidran gedung Debit air minimum gedung 400 l/menit 7) Prosedur perhitungan

Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru. 8) Drain dan Test riser

Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device. Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat dilihat pada Tabel 2.2.

(19)

Tabel 2.2 Ukuran Stand pipe Drain

Sumber: NFPA 14, “Standar Installation for Standpipe and Hose Systems” 9) Suplai Air (Water Supply)

Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit.

2. Sistem sprinkle

Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya:

a. Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau melalui riser

b. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung atau melalui riser

c. Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung atau melalui riser.

Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu (Departemen Pekerjaan Umum, 1987): a. Dry Pipe System

Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe

Ukuran Stand Pipe Ukuran Drain Connection Sampai dengan 2 in

2 ½ in, 3 in, atau 3 ½ in 4 in atau lebih besar

¾ in atau lebih besar 1¼ in atau lebih besar

(20)

valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.

b. Wet Pipe System

Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.

c. Deluge System

Sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada. d. Preaction System

Suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.

e. Combined Dry Pipe-Preaction

Sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air, yaitu :

a. Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal

(21)

Tabel 2.3 Warna Cairan dan Temperatur Sprinkler

Sumber:DepartemenPekerjaanUmum,1987

b. Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam

bohlam kaca (glass bulb), sampai bulb pecah.

GambarSprinklerjenis fusible element(kiri)dan bulb(kanan)

Gambar Sprinkle

Tabel 2.3 menunjukkan rata-rata temperatur Sprinkler berdasarkan warna dari cairan.

Rata – rata Temperatur Warna dari cairan bola 57 68 79 93 141 182 204 – 260 Jingga Merah Kuning Hijau Biru Ungu ( Mauve ) Hitam

(22)

2.3 Syarat-syaratdanMutuBahanPlambing

2.3.1 Syaratalat-alatplambingberdasarkanjeniskategori

Syarat-syarat yang mengatur tentang alat-alat Plambing diatur dalam SNI 03 – 6841 – 2000, berdasarkan jenis kategori bangunan yaitu :

2.3.1.1Rumah tinggal, dimana dalam setiap rumah tinggal sekurang – kurangnya dilengkapi dengan :

1. Sebuah bak cuci dapur. 2. Sebuah kloset.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 4. Sebuah tempat cuci tangan.

5. Sebuah pengering lantai.

2.3.1.2Rumah Susun, dimana dalam setiap unit harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan :

1. Sebuah bak cuci dapur. 2. Sebuah kloset.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 4. Sebuah tempat cuci tangan.

5. Sebuah pengering lantai.

Disamping itu, setiap unit rumah tinggal harus dilengkapi dengan bak cuci pakaian atau perlengkapan penyambungan untuk mesin cuci pakaian, kecuali bila unit rumah tinggal tersebut disediakan untuk penghuni tidak tetap.

Setiap rumah susun harus juga dilengkapi dengan sebuah ruang cuci pakaian bersama, dengan perlengkapan alat plambing sebagai berikut:

1. Sebuah tempat cuci pakaian dengan dua bak untuk setiap 10 unit rumah tinggal, atau

2. Sebuah mesin cuci pakaian untuk setiap 20 unit rumah tinggal.

Bila unit rumah tinggal tersebut hanya merupakan akomodasi tidur, maka untuk setiap enam unit, harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan :

(23)

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 3. Sebuah tempat cuci tangan.

4. Sebuah pengering lantai.

5. Untuk ruang toilet laki – laki, jumlah kloset dapat diganti dengan peturasan (urinoir) tidak lebih dari sepertiga jumlah kloset yang disyaratkan.

2.3.1.3Hunian usaha/niaga, dimana ketentuan minimum alat plambing dalam hunian usaha/niaga dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 2.4 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian usaha

2.3.1.4Hunian industri, kententuan yang berlaku sama halnya dengan hunian usaha/niaga, kecuali untuk industri pengecoran logam yang kriteria jumlah alat plambing harus di sesuaikan dengan Tabel 3.5

Tabel 2.5 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian industri

(24)

2.3.1.5Hunian Gudang, ketentuan alat plambing minimum sama dengan yang disyaratkan untuk hunian usaha. Alat plambing juga dapat dipasang pada bangunan yang berdekatan, jika jarak mendatar dari tempat kerja ke toilet tidak lebih dari 150 m dan kedua bangunan tersebut berada dibawah satu pengelolaan.

2.3.1.6Hunian kumpulan, kecuali hunian ibadah dan sekolah, maka kapasitas alat plambing minimum ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.6

Tabel 2.6 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian kumpulan

1. Pancaran air minum atau alat sejenis harus disediakan untuk setiap 1000 orang pengunjung atau sekurang – kurangnya sebuah alat plambing sejenis tersebut disediakan pada setiap tingkat bangunan atau balkon.

2. Bila dalam ruangan proyektor terdapat lebih dari satu proyektor, maka harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan; sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan di lantai yang bersangkutan dan terletak 6 – 7 m dari ruang proyektor tersebut.

3. Alat plambing untuk pengunjung dapat pula digunakan oleh karyawan, akan tetapi setidak -tidaknya fasilitas toilet karyawan harus sesuai dengan jumlah dan jenis yang disyaratkan untuk karyawan seperti pada hunian usaha.

4. Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

(25)

2.3.1.7Hunian ibadah, khususnya untuk masjid, haus disediakan sekurang – kurangnya satu kran wudhu setiap 50 orang jemaah. Untuk kapasitas lebih dari 500 orang jemaah, harus ditambah dengan sebuah kran untuk setiap kenaikan 200 orang. Di tempat ibadah harus ada sekurang – kurangnya sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan, fasilitas ini boleh berada pada bangunan yang berdekatan letaknya, bila berada dibawah satiu pengelolaan. Fasilitas toilet laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.8Sekolah, penyediaan alat plambing di sekolah dilakukan berdasarkan kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki –laki dan sebuah kloset untuk setiap 35 orang murid perempuan di Sekolah Dasar. 2. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki – laki dan sebuah

kloset untuk setiap 45 orang murid perempuan di Sekolah Menengah. 3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 50 orang murid.

4. Sebuah peturasan untuk setiap 30 orang murid laki – laki.

5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 150 orang murid, tetapi sebuah alat plambing sejenis sekurang – kurangnya disediakan pada tiap lantai yang terdapat ruang kelas.

Bila terdapat lebih dari 5 orang karyawan dan guru, alat plambing harus disediakan lagi, sekurang – kurangnya jenis dan jumlahnya sama dengan yang disyaratkan pada hunian usaha. Alat plambing yang disediakan untuk murid harus terpisah dari alat plambing yang disediakan untuk guru dan karyawan. Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah, mudah dicapai serta mudah digunakan.

2.3.1.9Hunianlembaga, dimana hunian tersebut berada dalam pengawasan maka harus dilengkapi dengan alat plambing sekurang – kurangnya adalah sebagai berikut:

1. Sebuah bak cuci dapur. 2. Sebuah kloset.

(26)

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 4. Sebuah bak cuci tangan.

5. Sebuah pengering lantai.

Bila akomodasi tidur diatur sebagai kamar terpisah, maka di dekat setiap enam kamar tidur di lengkapi sekurang-kurangnya dengan :

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 3. Sebuah bak cuci tangan.

4. Sebuah pengering lantai.

Bila akomodasi tidur diatur seperti asrama,, maka untuk setiap 15 orang penghuni, pada tempat di dekatnya harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan:

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus. 3. Sebuah bak cuci tangan.

4. Sebuah pengering lantai.

Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.10 Hunian lembaga lingkup terbatas, dalam hal ini kecuali rumah sakit maka harus dilengkapi dengan alat plambing untuk tiap lantai sesuai dengan ketentuan – ketentuan sebagai berikut;

1. Sebuah kloset untuk setiap 25 orang penghuni laki – laki dan sebuah kloset untuk setiap 20 orang penghuni perempuan.

2. Sebuah peturasan untuk setiap 50 orang penghuni laki – laki. 3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 orang penghuni. 4. Sebuah dus untuk setiap 10 orang penghuni.

5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50 orang penghuni.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha,

(27)

selain itu fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.11 Rumah sakit, alat - alat plambing yang harus tersedia adalah sebagai berikut:

1. Sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 tempat tidur. 2. Sebuah dus, bak mandi atau bak air mandi untuk setiap 20 tempat tidur. Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.12Rumah sakit jiwa, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak cuci tangan.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus untuk setiap 8 orang paisen.

4. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50 tempat tidur.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.13Lembagapemasyarakatan, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sebuah kloset, sebuah tempat cuci tangan dan sebuah pengering lantai di setiap sel.

2. Sebuah dus untuk setiap 10 orang, ditempatkan di setiap lantai dimana sel itu berada.

(28)

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan terpisah dari fasilitas toilet narapidana, selain itu fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.14Kolam renang dan pemandian umum, jumlah dan jenis alat plambing, sekurang – kurangnya harus terdiri dari :

1. Sebuah kloset untuk setiap 60 orang laki – laki. 2. Sebuah kloset untuk setiap 40 orang perempuan. 3. Sebuah peturasan untuk setiap 40 orang laki – laki. 4. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang laki – laki. 5. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang perempuan. 6. Sebuah dus untuk setiap 40 orang laki – laki.

7. Sebuah dus untuk setiap 40 orang perempuan.

Fasilitas dus untuk mandi di kolam renang umum dan tempat pemandian umum lainnya, harus dipisahkan untuk laki – laki dan perempuan, harus mudah dicapai oleh semua pengunjung pada setiap saat dan harus ditempatkan sedemikian rupa sebelum memasuki daerah pemandian. Untuk sekolah yang mempunyai kolam renang, jumlah dus sekurang – kurangnya harus sepertiga jumlah murid dari kelas yang terbesar.

2.3.1.15Rumahmakan,kantindan kafetaria, alat plambing yang harus tersedia sekurang – kurangnya satu mesin cuci atau tempat cuci berbak tiga yang cocok, untuk mencuci secara efektif dan bersih sebelum alat – alat tersebut dipakai kembali. Untuk mesin cuci atau bak cuci tersebut, harus digunakan air panas.

2.3.1.16Dapur rumah makan atau kantin, harus menyediakan sekurang – kurangnya sebuah bak tempat cuci tangan, khusus untuk keperluan karyawan dapur.

(29)

2.3.1.17Hunian sementara, seperti fasilitas toilet sementara untuk pekerja yang sedang membangun atau mengadakan perubahan, perbaikan, pembongkaran gedung pada suatu proyek dengan dasar satu unit untuk setiap 30 orang.

Fasilitas toilet tersebut terdiri dari kloset biasa atau kloset kimia yang mudah dicapai oleh pekerja dan harus terletak tidak lebih dari empat tingkat diatas atau dibawah tempat bekerja, serta terlindung dari pandangan dan bahaya kejatuhan benda. Hunian sementara ini harus dipelihara sesuai dengan persyaratan kesehatan, sehingga selalu siap pakai. Bila proyek telah selesai, fasilitas dan sistem pembuangannya harus di bongkar, sekitarnya harus dibersihkan, didefinisikan dan lubang kloset tersebut harus ditimbun dengan tanah yang baik dan bersih.

2.3.1.18Fasilitas khusus, apabila terdapat kemungkinan kontaminasi kulit oleh bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada kulit, maka untuk tiap 5 orang harus disediakan sebuah bak cuci tangan yang mudah dicapai.

Jika terdapat kemungkinan terkena suhu yang tinggi, kontaminasi kulit oleh bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada kulit, maka untuk setiap 15 orang harus disediakan sekurang – kurangnya satu dus yang mudah di capai. Jika orang bekerja dengan bahan yang sangat mengiritasikan harus disediakan dus darurat dalam jarak maksimum 10 meter dari tempat tersebut. Dus ini tidak boleh dilengkapi dengan air panas, dan tidak pula pengering lantai.

2.3.2 MutuBahanplambing

Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus diperhatikan syarat- syaratdaribahanPlambing, yaitu :

1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan 2. Tidak menimbulkan gangguan suara 3. Tidak menimbulkan gangguan radiasi 4. Tidak merusak perlengkapan bangunan

(30)

5. Instalasi harus kuat dan bersih

Selain syarat-syarat di atas harus pula diperhatikan cara-carapemasangan yang baik, seperti penyambunganhubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang kecil atau sebaliknya.

Instalasi plambing harus menggunakan bahan-bahan yang mutu bahannya memenuhisyarat-syarat sebagai berikut :

1. Daya tahan bahan harus lama, minimal 30 th 2. Permukaan harus halus dan tahan air

3. Tidak ada bagian – bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-bahan yang dimaksud

4. Bebas dari kerusakan, baik mekanis maupun yang lain 5. Mudah pemeliharaannya

6. Memenuhi peraturan yang berlaku

2.4 Alat-alatPendukungPlambing

Dalam perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah pipa. Pipa- pipa yang digunakan dalam perancangan plambing terdiri dari:

1. Pipa baja (galvanis)

Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian dari suatu tower air, sebagai penghubug dari mesin air ke tendon di atas tower. Pipa ini dapat juga digunakan sebagai penyalur adukan beton ke bangunan selama masa konstruksi.

(31)

2. Pipa PVC

Pipa PVC biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam gedung. Pipa PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah, menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh panas,menciptakan sambungan permanen yang tahan kebocoran.

Gambar2.16PipaPVC

3. Pipa Tembaga

Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.

(32)

2.5 SistemInstalasi Plumbing

Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi plambing adalah pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan bahan-bahan utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity. Uraian pekerjaan sistem plumbing :

1. Sistem Air Bersih

Pipa air bersih per lantai dilayani oleh 2 pipa tegak (sisi kiri dan sisikanan).

2. Sistem Air Kotor

Pipa air kotor, air bekas dari toilet dan air buangan dari dapur, pantry dilayani dengan pipa terpisah. Pipa tegak air kotor dan air bekas disambungkan ke pipa eksisting di halaman menuju tangki septik. Sedangkan pipa tegak air buangan dari dapur dan pantry dialirkan ke penangkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran luar.

3. Sistem Air Hujan

Roof drain dipasang pada lantai atap. Setiap pipa tegak air hujan harus diarahkan ke sumur resapan terlebih dahulu dan kemudian limpahannya dialirkan ke sistem drainase halaman. Pipa tegak air hujan yang difungsikan juga sebagai pipa kondensat drain dari instalasi AC, harus diisolasi dengan ketebalan minimal 25mm.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam instalasi sistem plumbing : 1. Bahan Pipa :

a. Pemilihan bahan pipa untuk instalasi plumbing harus disesuaikan dengan jenis air yang dialirkan.

b. Pipa harus memenuhi standar yang berlaku, misalnya SNI, SII, JIS, JWWA, dsb.

c. Bahan pipa dan standar untuk pemakaian tertentu (air dingin, air panas, buangan dan ven) dapat dilihat dibawah.

2. Sambungan (fiting) dan perlengkapan yaitu Berfungsi untuk menyambung 2 pipa

(33)

Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa

Macamnya : gate valve, globe valve, butterfly valve, check valve, dll.

GambarMacam-macamvalve

2.5.1 PersyaratanPemasangan

1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.

2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.

3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta penghalang lainnya.

4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan digambar.

5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.

(34)

6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan- sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.

7. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.

a. Dibagian dalam bangunan.

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 % b. Dibagian luar bangunan.

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 % Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1%

8. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan. Drain dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan.

9. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.

10. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.

11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.

12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik.

13. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, sleeves pipa harus disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api,

(35)

ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakal dengan bahan rock-wool.

14. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plugs (tidak boleh terbuat dari kayu) untuk mencegah masuknya benda-benda lain.

15. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.

16. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

2.6 SistemPemipaan 2.6.1 SistemInstalasi

Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan mesin atau pompa. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk kebutuhan sehari-hari diatas kapal serta masih banyak lagi fungsi lainnya. Sistem perpipaan harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum bengkokan dan sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa harus dilindungi dari kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa melalui sekat yang diisolasi harus merupakan sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang cukup tanpa merusak isolasi.

Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan- peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung permesinan.

(36)

2.6.2 JenisPipa

Berdasarkan klasifikasi pengguna (user), pipa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Standard pipe

a. Mechanical service pipe

Mechanical service pipe digunakan untuk kepentingan structural dan mekanikal. Berdasarkan ketebalan dinding, mechanical service pipe dibagi menjadi 3 kelas, yaitu standard weight, extra strong, double extra strong. Mechanical service pipe ada dalam bentuk seamless dan welded pipe. Jenis ini berdiameter sampai 12 inchi.

b. Refrigerator pipe

Refrigerator pipe digunakan untuk membawa refrigerant, dan berdiameter ¾ - 2 inchi.

c. Dry-kiln pipe

Dry-kiln pipe digunakan untuk industri kayu, dan diproduksi dalam ukuran pipa standar ¾, 1 dan 1¼ inchi.

Gambar Standard Pipe

2. Pressure pipe

Pressure pipe digunakan untuk membawa fluida atau gas pada tekanan atau temperatur normal, subzero, atau tinggi. Pressure pipe mempunyai ukuran ⅛ inchi. Nominal size sampai 36 inchi.

(37)

Gambar2.20 Pressure Pipe

3. Line pipe

Line pipe diproduksi dalam bentuk welded dan seamless. Jenis pipa ini ini mempunyai ukuran ⅛ inchi. Digunakan untuk membawa gas, minyak atau air.

Gambar Line Pipe

4. Water-well pipe

Diproduksi dalam bentuk welded atau seamless dengan bahan steel. Digunakan untuk membawa air untuk digunakan di perkotaan maupun industri. Jenis pipa ini mempunyai ukuran ⅛ - 96 inchi, dengan berbagai ketebalan dinding.

(38)

Gambar Water Well Pipe

5. Oil country goods

Casing digunakan sebagai structural retainer untuk dinding sumur minyak atau gas dan juga untuk mengeluarkan fluida yang tidak diinginkan, dan untuk melindungi dan mengalirkan minyak atau gas dari sumber di bawah permukaan menuju permukaan tanah.

Gambar Oil Country Goods

6. Carbon steel

(39)

7. Carbon Moly

GambarCarbon Moly Pipe

8. Galvanees

Gambar Galvanees Pipe

10. Stainless Steel

(40)

11. PVC (Paralon)

Gambar PVC Pipe

7. Chrom Moly

Gambar Chrom Moly Pipe

Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Vibre Glass

(41)

2. Aluminium

GambarAluminium Pipe

3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)

4. Cooper (Tembaga)

Gambar Cooper Pipe

5. Red Brass (kuningan merah)

(42)

6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)

Gambar Nickel cooper Pipe

7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)

2.6.3 PipaAirKotordanAirBuangan

1. Ukuran Minimum Pipa Cabang Mendatar.

Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayaninya Diameter perangkap dan pipa pengering alat plambing dapat dilihat dalam tabel 5.6

2. Ukuran Minimum Pipa Tegak

Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak tersebut.

3. Pengecilan Ukuran Pipa

Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran air buangan. Pengecualian hanya ada pada kloset, dimana pada lubang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa ( reducer ) 100 x 75 mm. Cabang mendatar yang melayani

(43)

Tabel 2.7 Diameter pipa air kotor dan air buangan

satu kloset harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 75 mm, dan untuk dua kloset atau lebih sekurang-kurangnya 100 mm.

4. Pipa di Bawah Tanah

Pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah atau di bawahnya lantai bawah tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm

5. Penentuan Ukuran Instalasi Pipa Air Kotor dan Air Buangan

Dalam penentuan ukuran instalasi pipa air kotor dan air buangan pada perencanaan ini menggunakan metoda Unit Alat Plambing. Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :

a. Menentukan daerah yang akan dilayani oleh pipa air kotor atau air buangan, Lihat pada gambar isometri pipa air kotor dan air buangan b. Melihat nilai Unit alat plambing sebagai beban ( table 2.7 ).

c. Menentukan ukuran pipa air kotor atau air buangan ( table 2.8 ).

Diameterpipa(mm) Unitalatplambing 32 40 50 65 75 100 125 150 200 250 300 375 1 3 5 10 14 96 216 372 840 1500 2340 3500

(44)

Tabel 2.8 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok

Alat plambing

Diameter perangkap Minimum (mm)

Unit alat plambing sebagai Beban

1 Kloset : tangki gelontor 75 4

katup gelontor 8

2 Peturasan :

Tipe menempel di dinding 40 4

Tipe gantung di dinding 40-50 4

Tipe dengan kaki, siphon jet atau blow-out 75 8

Untuk umum, model palung setiap 0,60 m 2

3 Bak cuci tangan (lavatory) 32 1

4 Bak cuci tangan (wash basin ) :

Ukuran biasa 32 1

Ukuran kecil 25 0,5

5 Bak cuci, praktek dokter gigi 32 1

Alat perawatan gigi 32 0,5

6 Bak cuci, salon dan tempat cukur 32 2

7 Pancuran minum 32 0,5

8 Bak mandi :

Berendam (bath tub ) 40-50 3

Model Jepang ( untuk di rumah ) 40 2

Untuk umum 50-75 04-06

9 Pancuran mandi :

Untuk rumah 50 2

Untuk umum, tiap pancuran 3

10 Bidet 32 3

(45)

12 Bak cuci pakaian 40 2 13 Kombinasi bak cuci biasa dan bak cuci

pakaian 50

14 Kombinasi bak cuci dapur dengan

penghancur kotoran 40

3

4

15 Bak cuci tangan, kamar bedah

Ukuran besar 2

Ukuran kecil 1,5

16 Bak cuci, laboratorium kimia 40-50 1,5

17 Bak cuci, macam-macam :

Dapur, untuk rumah 40-50 02-04

Dapur, dengan penghancur makanan,

untuk rumah 40-50 3

Hotel, komersial 50 4

Bar 32 1,5

Dapur kecil, cuci piring 40-50 02-04

18 Mesin cuci :

Untuk rumah 40 2

Paralel, dihitung setiap orang - 0,5

19 Buangan lantai (floor drain ) 40 0,5

50 1

75 2

20 Kelompok alat plambing dalam kamar mandi terdiri dari satu kloset, satu bak cuci

tangan, satu bak mandi rendam atau satu pancuran mandi :

Dengan kloset tangki gelontor

(46)

21 Pompa penguras (sump pump ), untuk setiap 3,8 liter/min

Sumber:http://pksm.mercubuana.ac.id/

GambarIsometriInstalasiPipaAirKotor,AirBuangan,danVen

2.6.4 SpesifikasiBahanDanPerpipaan 1. Spesifikasi Pipa Air Bersih

(47)

Tabel 2.9 Spesifikasi Pipa Air Bersih

2. Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler

Tabel 2.10 Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler

3. Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor (sewage water), Air Bekas (waste water) & Air Bekas Dapur (kitchen waste water)

Tabel 2.11 Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor, Air Bekas dan Air Bekas Dapur

(48)

4. Daftar Katup

Tabel 2.12 Daftar Katup

5. Persyaratan Jenis Peralatan

(49)

2.6.5 PenggantungdanPenunjangPipa

1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan- gerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.14 Persyaratan Penggantung dan Penunjang Pipa

2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini:

(a) Perubahan arah (600 mm dari perubahan arah). (b) Titik percabangan (600 mm dari titik percabangan).

(c) Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis. 3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut:

a) Diameter Batang

UkuranPipa Batang

Sampai 20 mm 6 mm

25 mm s/d 50 mm 9 mm

65 mm s/d 150 mm 13 mm

(50)

300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanan 5. Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas. Penunjang pipa lebih dihitung dengan faktor keamanan dari 2 5 terhadap kekuatan puncak. B) Bentuk Gantungan

 Untuk air panas : Brass roller guide type.

 Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.

4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak. 5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar

zinchromat sebelum dipasang.

6. Penunjang dan penggantung yang berdekatan dengan peralatan harus diberi steel spring atau mounting dengan ketentuan tidak lebih dari 25 mm defleksi statik.

(51)

GambarPengikatanPipapadapermukaandinding

2.6.6 PemasanganPipaAirUtamadalamTanah

1. Jalur pipa dalam tanah harus ditanam dengan kedalaman 750 mm dengan lebar yang cukup untuk bekerja.

2. Dasar galian harus dipadatkan sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.

3. Jika jalur pipa melewati batuan/karang, karang harus digali 150 mm lebih dalam dari elevasi dasar ipa yang akan ditanam kemudian diisi dengan tanah.

4. Jika jalur pipa melewati jalan kendaraan, area parkir kendaraan, pipa harus dilindungi dengan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 4, setebal 150 mm disekeliling pipa.

(52)

Setiap belokan jalur pipa harus diberi alas beton minimum 900 mm sebelum dan 900 mm sesudah belokan. Setiap sambungan pipa harus dibiarkan terbuka selama dilakukan tes

tekanan.

2.6.7 PemasanganPipaAirLimbahdanPipaLogamdalamTanah 1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.

2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.

3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan adukan semen.

4. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan.

5. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa. 6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.

7. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar.

8. Khusus untuk pipa logam, harus dilapisi flinkote kemudian dibalut dengan bituminous sheet tebal 2 mm.

2.6.8 Katup

Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini :

a) Sambungan masuk dan keluar peralatan.

b) Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah. DiruangMesin

UkuranPipa UkuranKatup

Sampai 75 mm 20 mm

100 s/d 200 mm 40 mm 250 atau lebih besar 50 mm

lain-lain 20 mm

c) Ventilasi udara otomatis.

(53)

e) Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan kebawah.

f) Katup by-pass.

g) Katup yang digunakan untuk tekanan kerja diatas 19 bar harus tipe flanged cast steel.

2.7 Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia (Wikipedia, 2011). Pengertian lain dari sanitasi adalah sarana untuk mencegah kontak manusia dari bahaya limbah untuk meningkatkan kesehatan. Sarana pencegahan dapat berupa solusi engineering (misalnya selokan dan pengolahan limbah), teknologi sederhana (misalnya septic tank) atau dengan melakukan pembersihan (http://inspeksisanitasi.blogspot.com, 2011).

Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3/hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dantanah, tanpamelaluipengolahan terlebihdahulu.61,5 %darijumlahtersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang dibuangkekolamataupantai(http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).

Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman – kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).

(54)

Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit akibat pembuangan limbah yang buruk, dibutuhkan sanitasi yang baik dalam pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah.

2.7.1 AirBersih 2.7.1.1SumberAir

Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah, contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat).

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah: 1. Sumur pompa/galian = 5 – 15 m

2. Sumur pompa dengan mesin = 15 – 40 m

3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50 - 100 m 4. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m

2.7.1.2KarakteristikAirBersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya (Wikipedia.com, 2011).

Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih adalah 1. Persyaratan kualitatif

Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih, persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990.

(55)

a. Syarat-syarat fisik

Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (tawar).

b. Syarat-syarat kimia

Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia tersebut adalah pH, zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN). c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis

Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gatroenteritis.

d. Syarat-syarat radiologis

Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan kuantitatif

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan sesuai jumlah penghuni yang menempati gedung.

3. Persyaratan kontinuitas

Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

2.7.1.3 KebutuhanAir

Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas bangunan.

Kebutuhan air didasarkan atas kebutuhan sebagai berikut: 1. Kebutuhan berdasarkan penggunaan

(56)

b. Mandi dan membilas bekas BAK/BAB

c. Mencuci tangan, pakaian, peralatan dan perlengkapan d. Proses industri

2. Kebutuhan yang sifatnya Sirkulasi a. Air Panas

Tabel 2.15 Pemakaian Air Panas Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Sumber : SNI 03 -7065-2005 Tata cara perencanaan sistem plambing

b. Water Cooling/AC

c. Kolam Renang, Air Mancur/Taman 3. Kebutuhan yang sifatnya Tetap

a. Air Hidran b. Air Sprinkler

4. Kebutuhan Air Cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan a. Kolam penyerapan (infiltrasi)

(57)

Tabel 2.16 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Sumber: SNI-03-7065-2005 Keterangan Tabel 2.1:

1)

Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000

2)

Permen Kesehatan RI No: 986/Menkes/Per/XI/1992

2.7.2 SistemPenyediaanAirBersih

Sistem Penyediaan air bersih terbagi menjadi empat system, yaitu: 1. Sistem Sambung Langsung

No

Penggunaan Gedung

Pemakaian

Air Satuan

1 Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari 2 Rumah susun 1001) Liter/penghuni/hari

3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari

4 Rumah sakit 5002) Liter/tempat tidur pasien/hari 5 Sekolah dasar 40 Liter/siswa/hari

6 SLTP 50 Liter/siswa/hari

7 SMU/SMK dan lebih

tinggi 80 Liter/siswa/hari

8 Ruko/rukan 100 Liter/penghuni & pegawai/hari 9 Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari 10 Toserba, toko pengecer 5 Liter/m2

11 Restoran 15 Liter/kursi

12 Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari 13 Hotel melati/penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari

14 Gedung pertunjukkan,

bioskop 10 Liter/kursi

15 Gedung serba guna 25 Liter/kursi

16 Stasiun, terminal 3 Liter/penumpang tiba & pergi

17 Peribadatan 5 Liter/orang,

(58)

Sistem Sambung langsung merupakan system yang menyambungkan langsung pipa distribusi dengan pipa utama penyedia air bersih (PDAM). System ini diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil, karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama terebut.

2. Sistem Tangki Atas

Cara kerja sistem tangki atas yaitu air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah atau dipasang pada lantai terendah, kemudian dipompakan ke tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh lantai. 3. Sistem Tangki Tekan

Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa ke dalam tangki tertutup yang mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektor tekanan, yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai. 4. Sistem Tanpa Tangki

Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. Kelebihan sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat, apabila cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air. Kekurangannya adalah penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya lebih besar dibandingkan dengan tangki atap dan harga awal lebih tinggi dikarenakan harga sistem pengaturannya.

(59)

2.7.3 SistemPembuanganLimbahRumahTangga

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Air buangan atau limbah dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : 1. air kotor

Air kotor adalah air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya ( black water ).

2. Air bekas

Air bekas adalah air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu.

3. Air hujan.

Sistem pembuangan air hujan harus terpisah dari sistem pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang terendah.

4. Air buangan khusus.

Air buangan khusus adalah air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.

(60)

2.7.4SistemPembuangan

Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan berdasarkan cara pembuangannya: a. Sistem pembuangan air campuran yaitu sistem pembuangan dimana air kotor

dan air bekas dialirkan kedalam satu saluran /pipa.

b. Sistem pembuangan air terpisah yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas masing-masing dialirkan secara terpisah atau menggunakan pipa yang berlainan.

Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan perletakannya:

a. Sistem pembuangan gedung yaitu sistem pembuangan yang berada didalam gedung.

b. Sistem pembuangan luar yaitu sistem yang berada diluar gedung, disebut juga riol gedung.

Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan cara pengalirannya yaitu: a. Sistem gravitasi adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi dengan

mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa buangan

b. Sistem bertekan adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak penampung dan kemudian dipompa keluar dengan menggunakan pompa yang berkerja otomatik.

2.7.4.1CaraPengolahanAirBuangan 1. Sistem Individual

Sistem Individual yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan ke dalam lubang penampungan dan diolah/diuraikan secara anaerobik

2. Sistem Komunal

Sistem Komunal yaitu buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan saluran air buangan (Sewerage) kota dan berakhir pada instalasi pengolahan air buangan, untuk kemudian air yang telah memenuhi syarat di buang ke badan air penerima. Sebelum air buangan dari peralatan saniter maupun dari buangan dapur dibuang ke saluran umum / kota maka harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan Sewage Treatment Plant ( STP ), sehingga memenuhi ambang baku yang dipersyaratkan.

(61)

STP jenis Extended Aeration Actived Sludge Process

GambarInstalasiSTP STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC)

GambarSTPJenis Rotating Biological Contactor(RBC)

2.7.4.2ProsesPengolahanAirBuangan

Pada prinsipnya proses pengolahannya dilakukan dalam 2 tahap yaitu : 1. Tahap pengolahan awal

Berupa penyaringan terhadap benda – benda kasar dan terdiri dari unit saringan kasar dan pengendapan pasir.

(62)

Berupa penguranagan benda – benda atau partikel – partikel padat dan terdiri dari unit pengendapan.

b. Tahap pengolahan kedua

Berupa penguraian bahan – bahan organik dalam air buangan, dengan bantuan mikroorganisme, oksigen dan/atau berupa pemisahan bahan kimia yang tidak dikehendaki dengan mengikat bahan tersebut dengan bahan kimia lain agar terbentuk “FLOK” yang dapat mengedap. Unit pengolahan terdiri dari unit biologi dan unit kimia dan unit pengendapan – pengendapan.

2. Tahap pengolahan Lumpur

Penstabilan endapan lumpur dari unit pengendapan yang terjadi dan terdiri dari unit pencerna dan pengering. Air buangan secara partial terdiri dari cairan dan padatan sedangkan air buangan secara fisik, kimia dan bakteriologi mengandung senyawa organic, senyawa K dan bakteri (patogen dan tidak patogen).

2.7.5 SistemPembuanganLimbahPadat

Limbah padat adalah limbah padat akibat kegiatan manusia dan binatang, yang tidak berguna, tidak diinginkan atau berbahaya. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula.

Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang ditimbulkannya sistem pengelolaan dilakukan menurut:

1. Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan. 2. Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi berbahaya. 3. Limbah padat yang tidak dapat ditimbun.

Di dalam pengolahannya dilakukan melalui tiga cara yaitu pemisahan, penyusutan ukuran dan pengomposan. Dimaksud dengan pemisahan adalah pengambilan bahan tertentu kemudian diolah kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Penyusutan ukuran bertujuan untuk memudahkan pengolahan limbah selanjutnya, misalnya pembakaran.

Dengan ukuran lebih kecil akan lebih mudah membawa atau membakar pada tungku pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun

(63)

berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat organik dalam limbah dipecah sehingga menghasilkan humus yang berguna untuk memperbaiki struktur tanah. Banyak jenis limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya dilakukan menurut kriteria yang telah ditetapkan.

(64)

0,5m menit 0,0083m s 0,00332m

BAB

2

CONTOH

PERHITUNGAN

3.1 PompaAngkat

Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebutuhan air pada jam puncak ( Qh maks ) yaitu 0,5 m3/menit. Kecepatan aliran pompa

diasumsikan 3 m/s dengan menggunakan rumus :

A  Q V

Dimana : Q = Kapasitas pompa A = Luas penampang pipa V = Kecepatan aliran pompa

Sehingga akan didapat diameter pipa angkat dan kecepatan aliran.

A Q V Qh V  3 3m s  0,0083m 3m s 3 s  0,0028m3 A r2 r2  A   0,0028m2 3,14 r  0,0298m  30mm D  60mm  65mm Pemeriksaan : v  3 2 2,5 m s 3ms

Dari perhitungan diatas kita dapatkan bahwa diameter pipa angkat adalah 65 mm Dengan kecepatan aliran adalah 2,5 m/s

Untuk mencari besar head pompa yang diperlukan dapat dinyatakan dengan rumus berikut :

Besar head total ( H ) = Dimana :

hahphl

v2 2g H = Head total pompa (m)

Gambar

Gambar Berbagai Jenis Kloset Duduk dan Jongkok
Gambar 2.8 Peturasan Palung
Gambar 2.10 Keran
Gambar  Wastafel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, mengatur mengenai Kawasan Tanpa Rokok, sebagaimana dinyatakan dalam

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Persaudaraan Setia Hati Terate telah menyelenggarakan Parapatan Luhur 2016 yang menghasilkan penyempurnaan Anggaran

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Menghafal Mufrodat Pada Pelajaran Bahasa Arab Kelas 1 di SD Ma’arif NU Hasanudin Surabaya”.. Bagaimana penerapan media

selaku dosen pembimbing kami yang telah meluangkan waktunya untuk membantu, membimbing dan memberikan saran selama penyusunan skripsi ini.. Segenap Staf pengajar Universitas

Mampu menjelaskan hubungan media pembelajaran dalam upaya membangkitkan motivasi belajar Media pembelajaran dan motivasi pembelajaran Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab 150 menit

Aliran cairan dielektrik yang mengalir pada celah antara benda kerja dengan elektroda kawat berfungsi untuk membawa geram saat pemotongan dengan wirecut proses

[r]

Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak.Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto