PEDOMAN PELAYANAN
KESEHATAN LANSIA
PUSKESMAS PONOROGO UTARA
KABUPATEN PONOROGO
2 KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2017 ini mendapat kesempatan untuk melaksanakan akreditasi.
Akreditasi bagi Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk menunjang pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo maka diperlukan pedoman pelayanan di Puskesmas Ponorogo Utara.
Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat member manfaat dan bagi Puskesmas Ponorogo Utara, sehingga akreditasi di Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.
Plt Kepala Puskesmas Ponorogo Utara
dr. Mietha Ferdiana Putri NIP. 19870429 201411 2 001
3 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas Ponorogo Utara adalah salah satu dari UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo dengan wilayah kerja yang mencakup 10 dari 21 kelurahan yang ada di Kecamatan Ponorogo.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Ponorogo Utara adalah “Masyarakat Kecamatan Ponorogo Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.”
Berdasarkan visi Puskesmas Ponorogo Utara, maka misi Puskesmas Ponorogo Utara antara lain :
1. Menyediakan upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan;
2. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan;
3. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;
4. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; 5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Ponorogo Utara menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, salah satunya adalah pelayanan pemeriksaan umum.
Dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan umum di Puskesmas, agar dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas Ponorogo Utara menyusun “PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA PUSKESMAS PONOROGO UTARA.”
B. TUJUAN PEDOMAN 1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan kesehatan lansia yang bermutu di Puskesmas Ponorogo Utara.
2. TUJUAN KHUSUS
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Ponorogo Utara.
4 C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia adalah Petugas Pelayanan di unit pelayanan kesehatan lansia Puskesmas Ponorogo Utara.
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
Ruang lingkup pedoman pelayanan kesehatan lansia ini meliputi unit pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Ponorogo Utara.
E. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia adalah proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan lansia, mulai pengkajian, perencanaan layanan, pemberian layanan dan evaluasi pemberian layanan.
5 BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan Pemeriksaan Umum di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas. Adapun tenaga di Unit Pelayanan Kesehatan Lansia Puskesmas Ponorogo Utara adalah sebagai berikut :
No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1 Penanggung jawab pelayanan kesehatan lansia
Dokter Umum 1
2 Dokter pelaksana layanan Dokter Umum 1
3 Perawat D3 Keperawatan 2
B. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan Kesehatan Lansia Puskesmas Ponorogo Utara buka setiap hari kerja sesuai jam pelayanan sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : 08.00 – 13.00
- Jumat : 08.00 – 11.00
6 BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang langsung terkait dengan Pelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam upaya mendukung Pelayanan Puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.
A. DENAH RUANG PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
KETERANGAN :
a. Luas ruangan 5 x 4 m²
b. Ruangan kering dan tidak lembab c. Memiliki ventilasi yang cukup d. Memiliki cahaya yang cukup e. Lantai terbuat dari keramik f. Dinding dicat warna cerah
B. STANDAR FASILITAS
Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lansia mengacu pada Standar Fasilitas Pemeriksaan Umum menurut Permenkes Nomer 75 Tahun 2014 yaitu sebagai berikut :
NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM
PERALATAN I. SET PEMERIKSAAN UMUM
1. Anuskop 3 buah
2. Baki logam tempat alat steril bertutup 2 buah 3. Bingkai uji-coba untuk pemeriksaan refraksi 1 buah 4. Buku Ishihara Tes 1 buah 5. Corong telinga/Speculum telinga ukuran kecil, besar, sedang 1 set
MEJA ADMIN MEJA PELAYANAN MEJA PELAYANAN BED PASIEN LEMARI OBAT Lemari Arsip Trolly Tindakan
7
6. Emesis basin /Nierbeken besar 1 buah 7. Garputala 512 Hz, 1024 Hz, 2084 Hz 1 set 8. Handle kaca laring 1 buah 9. Handle kaca nasopharing 1 buah 10. Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 set 11. Kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6 1 set 12. Kaca pembesar untuk diagnostik 1 buah 13. Lampu kepala/Head Lamp + Adaptor AC/DC 1 buah 14. Lampu senter untuk periksa/pen light 1 buah 15. Lensa uji-coba untuk pemeriksaan refraksi 1 set 16. Lup binokuler (lensa pembesar) 3-5 Dioptri 1 buah 17. Metline ( pengukur lingkar pinggang ) 1 buah 18. Opthalmoscope 1 buah
19. Otoscope 1 buah
20. Palu reflex 1 buah 21. Pelilit kapas/Cotton applicator Sesuai kebutuhan 22. Skinfold calliper 1 buah
23. Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet Chart) 1 buah 24. Spekulum vagina (cocor bebek) sedang 3 buah 25. Spekulum hidung dewasa 1 buah 26. Sphygmomanometer untuk dewasa 1 buah 27. Stetoskop untuk dewasa 1 buah 28. Sudip lidah logam/spatula lidah logam panjang 12 cm 4 buah 29. Sudip lidah logam/spatula lidah logam panjang 16,5 cm 4 buah 30. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya 1 buah 31. Termometer untuk dewasa 1 buah 32. Timbangan dewasa 1 buah 33. Tonometer Schiotz 1 buah
II. BAHAN HABIS PAKAI
1. Alkohol Sesuai Kebutuhan 2. Povidone Iodine Sesuai Kebutuhan 3. Podofilin Tinctura 25% Sesuai Kebutuhan 4. Kapas Sesuai Kebutuhan 5. Kasa non steril Sesuai Kebutuhan 6. Kasa steril Sesuai Kebutuhan 7. Masker wajah Sesuai Kebutuhan 8. Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan 9. Sarung tangan steril Sesuai Kebutuhan 10. Sarung tangan non steril Sesuai Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1. Bantal 1 buah
2. Baskom cuci tangan 1 buah
3. Kasur 1 buah
4. Lampu spiritus 1 buah 5. Lemari alat 1 buah 6. Meja instrumen 1 buah 7. Meteran tinggi badan 1 buah
8. Perlak 2 buah
9. Pispot 1 buah
8
11. Seprei 2 buah
12. Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah
13. Stop Watch 1 buah
14. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan
pembuka penutup 2 buah
IV. MEUBELAIR
1. Kursi Kerja 3
2. Lemari arsip 1
3. Meja tulis ½ biro 1
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Buku Register Pasien Rawat Jalan Sesuai Kebutuhan 2. Kertas HVS Sesuai Kebutuhan 3. Buku Register Tindakan Sesuai Kebutuhan 4. Buku Register Surat Keterangan Sehat Sesuai Kebutuhan 5. Buku Register Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan 6. Form Rujukan Sesuai Kebutuhan 7. Form Rujukan Internal Sesuai Kebutuhan 8. Form resep Sesuai Kebutuhan 9. Form Surat Keterangan Sehat Sesuai Kebutuhan 10. Form Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan 11. Kwitansi bukti pelayanan Sesuai Kebutuhan
9 BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Ponorogo Utara merupakan pelayanan “one stop service”, dimana pelayanan terpadu dan terpusat di unit
pelayanan lansia mulai dari pengkajian, pemeriksaan penunjang hingga pemberian obat. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan citra puskesmas yang santun lansia dengan memprioritaskan pelayanan pada lansia.
Lingkup kegiatan di Unit Pelayanan Kesehatan Lansia adalah : 1. Pengkajian Awal
2. Perencanaan Layanan Klinis
3. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent) 4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga 5. Perencanaan Rujukan
6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik 7. Pengelolaan dan Pemberian Obat
B. LANGKAH KEGIATAN 1. Pengkajian Awal
Ketika pasien diterima di Puskesmas untuk memperoleh pelayanan perlu dilakukan kajian awal yang lengkap dalam menetapkan alasan kenapa pasien perlu mendapat pelayanan klinis di Puskesmas. Pada tahap ini, Puskesmas membutuhkan informasi khusus dan prosedur untuk mendapat informasi, tergantung pada kebutuhan pasien dan jenis pelayanan yang harus diberikan. Kajian dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam lingkup praktik, profesi, perizinan, undang-undang dan peraturan terkait atau sertifikasi. Dalam hal ini, di unit pelayanan kesehatan lansia, kajian awal dilakukan oleh perawat dan dokter, dalam bentuk pengkajian awal keperawatan dan pengkajian awal medis.
Pengkajian awal dilakukan dengan prinsip SOAP, yaitu : - Subyektif
Data subyektif pasien didapatkan dari anamnesa pasien / keluarganya. Data subyektif antara lain memuat keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi, informasi lainnya yang dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnosa.
10 Data obyektif pasien didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas terhadap pasien, baik pemeriksaan fisik maupun penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, status generalis, status lokalis, dan pemeriksaan fisik lain yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa, misalnya pemeriksaan laboratorium, ECG dan sebagainya. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan tetapi tidak dapat dilakukan di Puskesmas Ponorogo Utara, maka dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan lain yang bekerja sama dengan Puskesmas Ponorogo Utara.
- Assesment
Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan menetapkan pelayanan/tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut dan evaluasinya.
Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat keputusan perlunya review/kajian ulang pada situasi yang meragukan.
- Planning (Perencanaan Layanan)
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan.
Hasil dari pengkajian awal ditulis di lembar pengkajian awal pasien rawat jalan, dan disimpan dalam berkas rekam medik pasien.
2. Perencanaan Layanan Klinis
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan.
Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap layanan yang akan diperoleh. Pasien/keluarga diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun rencana layanan klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun rencana layanan tersebut harus memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh pasien.
Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan layanan terpadu yang melibatkan tim kesehatan. Rencana layanan terpadu meliputi: tujuan layanan yang akan diberikan, pendidikan kesehatan pada pasien dan/atau keluarga pasien, jadwal kegiatan, sumber daya yang akan digunakan, dan kejelasan tanggung
11 jawab tiap anggota tim kesehatan dalam melaksanakan layanan. Pelaksanaan layanan terpadu / antar profesi dilaksanakan dengan rujukan internal Puskesmas.
3. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent/informed choice. Untuk menyetujui/memilih tindakan, pasien harus diberi penjelasan/konseling tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan, karena diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan. lnformed consent dilakukan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan secara tertulis pada lembar inform consent. 4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga
Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien/keluarga. Pasien/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien, oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan pasien/keluarga perlu dipadukan dalam pelayanan klinis.
Setiap kali selesai melakukan edukasi kepada pasien / keluarga maka dilakukan penilaian terhadap efektivitas penyampaian informasi kepada pasien/keluarga pasien agar mereka dapat berperan aktif dalam proses layanan dan memahami konsekuensi layanan yang diberikan. Hasil pelaksanaan edukasi ditulis di dalam lembar catatan penyampaian edukasi dan disimpan di dalam berkas rekam medis.
5. Perencanaan Rujukan
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang rencana rujukan. Informasi tentang rencana rujukan harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh pasien/keluarga pasien. Informasi tentang rencana rujukan diberikan kepada pasien/keluarga pasien untuk menjamin kesinambungan pelayanan. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien meliputi: alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya, jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas yang mana yang dipilih, serta kapan rujukan harus dilakukan. Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi mengenai kondisi pasien dikirim bersama pasien.
12 Salinan resume pasien tersebut diberikan kepada fasilitas kesehatan penerima rujukan bersama dengan pasien. Resume tersebut memuat kondisi klinis pasien, prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik
Jika puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan yang lebih tinggi atau fasilitas kesehatan lain, maka perlu dilakukan tindak lanjut terhadap pasien melalui proses kajian, dan sesuai prosedur yang berlaku, dengan emperhatikan rekomendasi tindak lanjut dari sarana kesehatan yang memberikan umpan balik rujukan.
7. Pengelolaan dan Pemberian Obat
Sebagai pelaksana pelayanan “one stop service” unit pelayanan kesehatan
lansia juga memberikan pelayanan pemberian obat kepada pasien. Stok obat disediakan di unit pelayanan kesehatan lansia dengan mengajukan permintaan di gudang obat. Petugas pelayanan kesehatan lansia melakukan pengelolaan obat sebagaimana dilakukan di kamar obat sesuai dengan standard an prosedur yang telah ditetapkan. Setiap bulan petugas unit pelayanan kesehatan lansia melakukan pelaporan ke bagian gudang obat. Dalam hal pemberian obat kepada pasien, petugas harus memperhatikan prinsip “12 tepat” yaitu :
1) Tepat pasien 2) Tepat obat 3) Tepat dosis obat 4) Tepat waktu pemberian 5) Tepat cara pemberian (rute) 6) Tepat dokumentasi
7) Tepat edukasi kesehatan perihal medikasi pasien 8) Tepat memperhatikan Hak pasien untuk menolak 9) Tepat pengkajian
10) Tepat evaluasi.
11) Tepat reaksi terhadap makanan 12) Tepat reaksi dengan obat lain
13 BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Lansia direncanakan dalam Perencanaan Puskesmas..
Untuk pengadaan logistik, unit pelayanan kesehatan lansia setiap awal tahun membuat pengajuan logistik yang dibutuhkan kepada tim perencanaan Puskesmas.
14 BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi atas permasalahan ini.
Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran-sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:
NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PONOROGO UTARA
TARGET
1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%
2. Peningkatan komunikasi efektif 100%
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien 100% 4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan
keperawatan
100%
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas ≥75%
6. Tidak terjadinya pasien jatuh 100%
1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor rekam medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat pendaftaran, pemberian obat, pengambilan spesimen atau pemberian tindakan
2. Peningkatan komunikasi efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera/ cito.
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien
Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.
15 Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilayani oleh bagian farmasi dikurangi kejadian kesalahan pemberian obat dibagi jumlah seluruh pasien yang mendapat pelayanan obat.
4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas
Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Ponorogo Utara wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:
a. Sebelum kontak dengan pasien b. Setelah kontak dengan pasien c. Sebelum tindakan aseptik
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
6. Tidak terjadinya pasien jatuh
Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Ponorogo Utara dilakukan pengkajian terhadap kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien yang beresiko jatuh dengan memberi tanda gelang berwarna kuning.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan lingkungan yang aman.
16 BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Untuk keamanan dan kenyamanan bagi setiap petugas yang memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit, maka petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikaan keamanan diri dengan menerapkan prinsip PPI, termasuk di Unit Pelayanan Pemeriksaan Umum.
17 BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan / medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien.
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan sebagai berikut:
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama. c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian. c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar
18 BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia Puskesmas Ponorogo Utara ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Ponorogo Utara. Untuk keberhasilan pelaksanaan pelayanan diperlukan komitmen dan kerja sama semua pihak.
Hal tersebut akan menjadikan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Ponorogo Utara semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra puskesmas dan kepuasan terhadap proses pelayanan kesehatan lansia kepada pasien maupun masyarakat.
19 DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Standar Puskesmas. Jawa Timur : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.