• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, 6 Desember Tim Pelaksana Pusat Kota Tegal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, 6 Desember Tim Pelaksana Pusat Kota Tegal"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pendirian Klinik IPTEK Mina Bisnis di Kota Tegalyang diinisiasi oleh

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan

salah satu upaya Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam mempercepat

penanggulangan kemiskinan masyarakat pesisir melalui pemanfaatan

potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang proporsional dan

berkeadilan bersifat partisipatif dan berbasis techno-enterprenership.

Laporan ini merupakan bentuk pertanggungawaban akhir pelaksana

tingkat pusat dalam memfasilitasi kegiatan Klinik Iptek Mina Bisnis Kota

Tegal. Kami menyadari adanya berbagai keterbatasan dalam penyusunan

Laporan ini, oleh karenanya kami memohon maaf dan mengharapkan kritik

serta saran yang bersifat konstruktuf demi perbaikan pekasanaan Klinik

Iptek khususnya di Kota Tegal pada masa yang akan datang.

Jakarta, 6 Desember 2012

(2)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

Ringkasan Eksekutif ... vi

I.

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Kegiatan ... 4

II. METODOLOGI ... 5

2.1. Dasar Pemikiran ... 5

2.2. Keterkaitan Dengan Isu Strategis ... 6

2.3. Tahapan Pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis ... 7

2.4. Waktu dan Rencana Aksi ... 9

2.5. Bentuk Rencana Aksi ... ... 10

2.6. Sistem Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

3.1. Potensi Kelautan dan Perikanan Kota Tegal ... 13

3.2. Permasalahan Sektor Kelautan dan Perikanan ... 16

3.3. Pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis di Kota Tegal ... 19

3.4. Fungsi Klinik Iptek Mina Bisnis ... 23

3.4.1. Wadah Pengawalan Teknologi ... 23

3.4.2. Wadah Peningkatan Kapasitas SDM ... 24

3.4.3. Wadah Penguatan Kelembagaan Ekonomi ... 25

3.4.4 Wadah Informasi Perluasan Pasar ... 25

3.5. Dukungan Terhadap KIMBis ... 38

3.6. Model Penerapan ... 39

3.6.1. Komponen Dasar Model Kelembagaan Penerapan IPTEK ... 39

3.6.2. Model Penerapan Iptek KP (Pendekatan Sistem) ... 44

3

.6.3. Implementasi Model Penerapan Iptek ... 45

3.7. Dampak Keberadaan Klinik Iptek Mina Bisnis ... 48

V.

PENUTUP ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(3)

iii

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1. Rencana Aksi Kegiatan KIMBis di Kota Tegal, Tahun 2012 ... 9

Tabel 3.1. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut ... 13

Tabel 3.2. Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kota Tegal, Tahun 2010 ... 14

Tabel 3.3. Jumlah Pengolah dan Pedagang Pengumpul ... 15

Tabel 3.4. Permasalahan Utama Sektor Perikanan di PPP Tegalsari ... 18

Tabel 3.5. Sharing Program KIMBis dan UPS Tegal Tahun 2012 ... 32

Tabel 3.6. Jenis Instansi Pemerintah, serta bentuk dukungan terhadap Pelaksanaan Fungsi KIMBis Kota Tegal ... 38

Tabel 3.7. Entitas Subsistem Pra Produksi dalam Sistem Usaha Perikanan di Kota Tegal ... 46

Tabel3.8. Entitas Subsistem Produksi Primer dalam Sistem Usaha Perikanan di Kota Tegal ... 46

Tabel 3.9. Entitas Subsistem Produksi Sekunder dalam Sistem Usaha Perikanan di Kota Tegal ... 47

Tabel 3.10. Entitas Subsistem Pemanfaat Limbah dalam Sistem Usaha Perikanan di Kota Tegal ... 47

(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 3.1. Permasalahan dalam setiap Subsistem Usaha Perikanan di

Kota Tegal ... 18 Gambar 3.2. Bagan Kepengurusan KIMBis di Kota Tegal ... 20 Gambar 3.3. Model Penerapan IPTEK Kelautan dan Perikanan Di Kota

Tegal (Pendekatan Sistem) ... 44 Gambar 3.4. Kemasan Produk Olahan Kulit Ikan Buntal Dan Terasi Rebon

Yang Masih Sederhana ... 49 Gambar 3.5. Kemasan produk olahan yang lebih cantik ... 59

(5)

v No Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Analisis Usaha Pempek Ikan di Kota Tegal ... 55 Lampiran 2 Analisis Usaha Terasi Ikan per hari ... 56 Lampiran 3 Analisis Usaha Kerupuk Kulit Ikan Buntal ... 57 Lampiran 4 Kegiatan Pengawalan Teknologi oleh KIMBis Berdasarkan

Fungsinya ... 58 Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan ... 61

(6)

vi KIMBis dibentuk sebagai wadah komunikasi, advokasi/ pendampingan, serta konsultasi antara kelompok masyarakat nelayan yang beraktivitas di daerah pesisir dengan stakeholder terkait, sehingga dapat dikembangkan techno-entrepreneurship untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat nelayan. Dengan demikian program Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis IPTEK Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu kegiatan yang melengkapi berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kehidupan Nelayan di wilayah pesisir.

Salah satu lokasi sasaran KIMBis yaitu Kota Tegal. Beberapa alasan didirikannya KIMBis di Kota Tegal yaitu merupakan salah satu wilayah yang memiliki produksi perikanan tangkap yang cukup tinggi di Jawa Tengah dengan jumlah produksi ikan sebanyak 25,231 ton (12,9% dari total produksi di Jawa Tengah), 2) jumlah nelayan 36,7% dari total jumlah penduduknya. Sebagai wilayah dengan identitas kota Bahari, kota Tegal, mempunyai kegiatan perikanan laut dengan dua PPI yaitu PPI Pelabuhan, PPI Muarareja dan satu PPP yaitu PPP Tegalsari, kondisi usaha pengolahan yang sampai saat ini masih dilakukan secara tradisional sehingga mneyebabkan masih rendahnya nilai tambah produk yang dihasilkan serta daya saing produk rendah karena mutu serta kualitasnya yang kalah bersaing. Sehingga tujuan dari kegiatan ini pada tahun 2012 adalah 1) Membentuk Klinik Iptek Mina Bisnis, 2) mensosialisasikan keberadaan Klinik Iptek Mina Bisnis pada instansi terkait dan masyarakat, 3) Memfungsikan Klinik Iptek Mina Bisnis sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, introduksi teknologi kelautan dan perikanan berupa pengawalan teknologi dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat, 4) Model Kelembagaan Penerapan Iptek KP, dan 5) menganalisis prakiraan dampak keberadaan Klinik Iptek Mina Bisnis dalam rangka peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat.

Tahapan pembentukan klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) diantaranya adalah 1) Survey Potensi dan Permasalahan Pada Lokasi Sasaran, 2) Sosialisasi Klinik IPTEK Mina Bisnis, 3) Rapat Pembentukan Klinik IPTEK Mina Bisnis, 4) d. Rapat Pengurus Klinik IPTEK Mina Bisnis, dan 5) Menetapkan Lokasi Sekretariat Klinik Iptek Mina Bisnis.

(7)

vii tujuan dari pembentukan KIMBis tersebut. Kemudian kegiatan sosialisasi dilanjutkan dengan Lokakarya program dengan mengundang perwakilan dari Dinas Kelautan Kota Tegal serta pengurus KIMBis tingkat daerah yang telah dibentuk sebelumnya agar lebih mengenal program-program dan rencana aksi KIMBis. Kegiatan sosialisasi juga dilakukan mengenai acara-acara sosial seperti penanaman mangrove dan bersih pantai serta talkshow di radio setempat untuk memperkenalkan keberadaan KIMBis tersebut, disamping menyampaikan program-program KIMBis di hadapan Walikota Tegal beserta jajarannya yang diharapkan ditinaklanjuti dengan pembahasan MoU.

Berdasarkan fungsinya, melakukan beberapa kegiatan pengawalan teknologi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Kegiatan tersebut diantaranya: a) Layanan Konsultasi KIMBis bagi pelaku usaha, b) Pendampingan Kegiatan Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan dan Pendampingan Pembentukan Poklahsar Baru, c) Pendampingan pembentukan dan pengembangan koperasi UMKM nelayan dan pengolah, d) Survey Identifikasi dan Pengumpulan Informasi Penyebab Bau Kurang Sedap Di Kota Tegal, e) pengawalan teknologi pengolahan produk perikanan.

Model Kelembagaan Penerapan Iptek KP dari KIMBis Tegal dilakukan melalui pendekatan sistem. Sistem tersebut mencakup analisis kelayakan dan analisis kebutuhan. Komponen dasar model yang dibentuk terdiri dari kelembagaan penerapan IPTEK dan Teknologi Penguatan Kelembagaan Usaha. Teknologi yang disampaikan sangat terkait dengan teknologi penyediaan bahan baku berkualitas, peningkatan teknologi pengolahan fillet, teknologi olahan ikan dan teknologi tepung ikan. Implementasi model penerapan Iptek sangat dipengaruhi oleh seluruh subsistem yang terlibat, mulai dari kelembagaan KIMBis, teknologi yang akan disampaikan, kontrol, pelaku usaha yaitu kelompok sasaran. Model yang dibentuk bersifat dinamis, dapat disesuaikan dengan kondisi serta lingkungan yang dapat berubah. Sistem usaha perikanan di Kota Tegal terbentuk terdiri dari subsistem usaha pra produksi, produksi primer, subsistem produksi sekunder dan pemanfaat limbah hasil olahan. Penerapan Iptek dilakukan melalui kegiatan peningkatan kualitas bahan baku, peningkatan teknologi, peningkatan kapasitas SDM, penguatan kelembagaan dan upaya perluasan pasar. Kegiatan penerapan teknologi yang

(8)

viii kelembagaan tersebut dengan adanya perubahan sikap prilaku pengolah, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, efisiensi biaya, peningkatan kapasitas usaha, peningkatan nilai tambah, perluasan pasar. Disamping output yang dikehendaki (acceptable outputs), harus diantisipasi pula output yang tidak dikehendak (unacceptable outputs). Untuk kasus ini, output yang dikehendaki berakibat pada peningkatkan mutu dan kualitas yang diharapkan dapat meningkatkan nilai jual, namun teknologi yang disampaikan berdampak pada output yang tidak dikehendaki seperti menambah beban biaya operasional, sementara permintaan pasar yang ada masih terbatas utk kualitas yang buruk. Dampak langsung yang dirasakan yaitu kemandirian tumbuhnya kelembagaan usaha yang kuat, (bankable, capable).

Keberadaan KIMBis Tegal memberikan dampak positif diantaranya adalah ragam olahan yang lebih banyak, pasar produk olahan yang lebih luas, tampilan produk yang lebih baik, kemudahan akses terhadap kelembagaan keuangan, munculnya Poklahsar lainnya, peningkatan kelas Poklahsar dari pemula ke madya, promosi melalui berbagai pameran dan terbitnya sertifikasi PIRT .

(9)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi secara sederhana berdasarkan definisi dari Kementerian Pemukiman dan Prasarana wilayah, dapat dipahami sebagai upaya melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang ditandai oleh membaiknya faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut adalah kesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Pembangunan ekonomi wilayah memberikan perhatian yang luas terhadap keunikan karakteristik wilayah (ruang). Pemahaman terhadap sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan/infrastruktur dan kondisi kegiatan usaha dari masing-masing daerah di Indonesia serta interaksi antar daerah (termasuk diantara faktor-faktor produksi yang dimiliki) merupakan acuan dasar bagi perumusan upaya pembangunan ekonomi nasional ke depan.

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan melibatkan peran serta seluruh pelaku baik pemerintah maupun swasta dalam upaya mewujudkan tujuannya yaitu kesejahteraan masyarakat. Pelaku yang terlibat dalam usaha perikanan terdiri dari nelayan, pengolah, pedagang dan layanan jasa lainnya. Gambaran umum masyarakat pelaku usaha perikanan seperti nelayan pada umumnya hidup dalam keterbatasan, baik secara ekonomi, sosial, politik maupun pendidikan. Menurut Boedhisantoso (1999) dalam Wahyono et al. (2001), keterbatasan ekonomi dapat dilihat pada tingkat pendapatan nelayan yang umumnya rendah. Keterbatasan sosial nelayan lebih kepada ketidakmampuan nelayan dalam mengambil bagian pada kegiatan ekonomi pasar yang secara umum menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya pengembangan organisasi nelayan di luar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal. Keterbatasan nelayan dalam pengembangan organisasi merupakan akibat dominasi negara yang kuat terhadap masyarakat lokal sehingga menyebabkan tatanan masyarakat tidak berkembang dengan baik. Keterbatasan pendidikan dapat dilihat pada kondisi sumber daya manusia yang masih rendah, terutama jika dibandingkan dengan komunitas lain di luar nelayan. Hal ini umumnya terjadi karena fasilitas pendidikan

(10)

2 yang jauh dari tempat tinggalnya, juga karena tempat tinggal nelayan yang berada di pulau-pulau kecil (Wahyono, 2001).

Upaya yang telah dan sedang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup nelayan yaitu melalui program pengentasan kemiskinan. Kementrian Kelautan dan Perikanan melaksanakan program pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat yaitu program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN). Upaya untuk meningkatkan kehidupan nelayan sebagai bagian dari program Pro-Rakyat memiliki delapan strategi yaitu pembuatan rumah sangat murah, pekerjaan alternatif dan tambahan bagi keluarga nelayan, diversifikasi usaha pengembangan skema UKM-KUR, pembangunan SPBU solar, pembangunan cold storage, angkutan umum murah, fasilitas sekolah dan puskesmas, fasilitas bank rakyat.

Program Peningkatan Kehidupan Nelayan yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan tentunya dapat dilakukan melalui transfer teknologi yang dihasilkan di bidang kelautan dan perikanan kepada masyarakat. Salah satu program yang telah dilakukan yaitu program Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis IPTEK Kelautan dan Perikanan. Bentuk program dilakukan melalui pendirian Klinik Iptek Minabisnis (KIMBis) di 10 (sepuluh) lokasi terpilih.

KIMBis didirikan berfungsi sebagai wadah komunikasi, advokasi/ pendampingan, serta konsultasi antara kelompok masyarakat nelayan yang beraktivitas di daerah pesisir dengan stakeholder terkait, sehingga dapat dikembangkan techno-entrepreneurship untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat nelayan. Dengan demikian program Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis IPTEK Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu kegiatan yang melengkapi berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kehidupan Nelayan di wilayah pesisir.

Salah satu lokasi sasaran KIMBis yaitu Kota Tegal. Beberapa alasan didirikannya KIMBis di Kota Tegal yaitu:

1) merupakan salah satu wilayah yang memiliki produksi perikanan tangkap yang cukup tinggi di Jawa Tengah dengan jumlah produksi ikan sebanyak 25,231 ton (12,9% dari total produksi di Jawa Tengah)

2) jumlah nelayan 36,7% dari total jumlah penduduknya. Sebagai wilayah dengan identitas kota Bahari, kota Tegal

3) mempunyai kegiatan perikanan laut dengan dua Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yaitu PPI Pelabuhan, PPI Muarareja dan satu Pelabuhan Perikanan Pantai

(11)

3 (PPP) yaitu PPP Tegalsari. Perkembangan produksi dan nilai produksi yang dilelangkan di dua buah PPI dan sebuah PPP kota Tegal menunjukkan bahwa kegiatan perikanan laut memiliki potensi ekonomi yang strategis untuk dikembangkan, hal ini dapat diindikasikan bahwa PPI/PPP merupakan pusat pengembangan ekonomi dari daerah yang bersangkutan.

4) sebagai sentra usaha filet ikan serta olahan ikan tradisional lainnya yang berkembang sejak tahun 2004. Kondisi usaha pengolahan sampai saat ini, masih dilakukan secara tradisional sehingga mneyebabkan masih rendahnya nilai tambah produk yang dihasilkan serta daya saing produk rendah karena mutu serta kualitasnya yang kalah bersaing.

Dengan seluruh potensi yang ada, ternyata belum memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat kelautan dan perikanan di wilayah tersebut khususnya nelayan. Terbukti dengan jumlah nelayan miskin di Kota Tegal sebanyak 4.963 RTP

(klik@headline.com, 2011) dari 7,87 juta penduduk miskin di pesisir Indonesia.

Oleh sebab itu agar kesejahteraan keluarga nelayan di Kota Tegal dapat terwujud, maka perlu ada berbagai upaya yang dilakukan oleh seluruh pelaku usaha yang terlibat dalam usaha perikanan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memperkenalkan teknologi dan rekayasa sosial ekonomi sehingga memberi lapangan kerja alternatif yang dapat memacu berkembangnya ekonomi kawasan pada masyarakat nelayan dan pesisir. Dari sisi pengolahan ikan, belum terlihat adanya aplikasi teknologi modern sehingga berdampak pada rendahnya nilai tambah produk yang dihasilkan.

Pengembangan ekonomi kawasan melalui pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan pada berbagai daerah pesisir. Pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat nelayan berbasis Iptek melalui pendekatan techno-preneurship (Zulham, 2011)

(12)

4 1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini pada tahun 2012 adalah : 1. Membentuk Klinik Iptek Mina Bisnis

2. Mensosialisasikan keberadaan Klinik Iptek Mina Bisnis pada instansi terkait dan masyarakat

3. Memfungsikan Klinik Iptek Mina Bisnis sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, introduksi teknologi kelautan dan perikanan berupa pengawalan teknologi dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat

4. Model Kelembagaan Penerapan Iptek KP

5. Menganalisis prakiraan dampak keberadaan Klinik Iptek Mina Bisnis dalam rangka peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat.

(13)

5

II.

METODOLOGI

2.1. Dasar Pemikiran

Klinik IPTEK Mina Bisnis merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang sifatnya untuk memotivasi masyarakat kelautan dan perikanan agar kehidupan ekonominya lebih meningkat, bersinergi dengan berbagai kegiatan dalam Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) yang ada. Sasaran dari Klinik IPTEK Mina Bisnis ini adalah masyarakat (nelayan miskin) di desa pesisir, yang basis ekonomi desanya ditopang oleh kegiatan perikanan. Walaupun sasaran Klinik IPTEK Mina Bisnis adalah nelayan miskin, namun untuk meningkatkan kehidupan mereka maka pelaksanaan kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis harus mengikutsertakan masyarakat lain yang terkait dengan kehidupan masyarakat nelayan tersebut, dan/atau program lain yang telah ada dalam masyarakat tersebut. Kelompok sasaran dari Klinik Iptek Mina Bisnis di Kota Tegal adalah nelayan, pengolah filet, pengolah diversifikasi produk ikan, pengolah tepung ikan. Nelayan yang dimaksud di atas adalah nelayan pemilik kapal 5 GT dan nelayan ABK pada kapal cantrang.

Klinik IPTEK Mina Bisnis ini bukan merupakan kelembagaan yang dibentuk untuk menyalurkan bantuan, tetapi untuk mendorong peningkatan keterampilan dalam menyokong kehidupan masyarakat dengan pendekatan techno-preneurship. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan dalam Klinik IPTEK Mina Bisnis dilaksanakan bersinergi dengan kegiatan lain dari berbagai program pembangunan yang terdapat di lokasi tersebut.

Pembentukan Klinik IPTEK Mina Bisnis di wilayah pesisir diperlukan karena: Kebutuhan masyarakat nelayan makin berkembang sementara kapasitas mereka untuk memanfaatkan potensi lingkungannya masih terbatas. Kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat nelayan semakin rumit, padahal mereka belum mampu menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri.

Terkait dengan dua hal yang telah disebutkan di atas, maka wadah Klinik IPTEK Mina Bisnis dibangun berdasarkan pada pendekatan partisipasi masyarakat (bottom up approach), sedangkan aktivitas kegiatan yang telah dirumuskan masyarakat difasilitasi oleh pemerintah melalui pendekatan (top down approach). Dengan demikian pendekatan dalam Klinik IPTEK Mina Bisnis ini dilakukan melalui dua pendekatan tersebut (pendekatan ini disebut sebagai pendekatan gabungan).

(14)

6 Pendekatan gabungan ini didasarkan pada pemikiran bahwa di dalam masyarakat terjadi segmentasi kelompok masyarakat akibat kepentingan ekonomi yang dikemas dalam bentuk hubungan patron client yang mempunyai tujuan yang berbeda. Sementara pemerintah mempunyai tujuan utama untuk mengentaskan kemiskinan.

2.2. Keterkaitan dengan Isu Strategis

Klinik Iptek Minabisnis di bentuk sebagai wadah yang sifatnya memotivasi masyarakat nelayan agar kehidupannya meningkat melalui peningkatan

kapasitas sosial, ekonomi, kelembagaan, dan teknologi. Pendekatan yang paling

relevan untuk pengembangan ekonomi masyarakat nelayan dan pesisir lainnya harus berlandaskan pada apa yang mereka butuhkan dan dapat mereka lakukan. Upaya tersebut dilakukan melalui program-program pemerintah yang terkait dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat nelayan.

- Pengembangan ekonomi masyarakat tergantung pada tingkat perkembangan

Klinik IPTEK Mina Bisnis. Pada Klinik IPTEK Mina Bisnis yang mandiri dan maju pengembangan ekonomi ini dapat diarahkan ke industrialisasi perikanan. Pada tingkat pemula dan perintis pengembangan ekonomi hanya dapat dilakukan sebagai kegiatan pemberdayaan ekonomi rumah tangga.

- Melalui Klinik Iptek Minabisnis dapat menghasilkan kegiatan yang responsif

gender. Klinik Iptek Minabisnis dapat mewadahi partisipasi dan penguasaan

perempuan dan laki-laki dalam memanfaatkan/ mendapat akses dari program/ kegiatan yang dikembangkan agar keduanya, baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan hasil yang setara.

- Klinik IPTEK Mina Bisnis yang dibangun dengan kelembagaan yang terstruktur dapat dijadikan wadah untuk melaksanakan program PNPM Mandiri. Keberadaan Manajer dan asisten manajer Klinik IPTEK Mina Bisnis dapat memberi asistensi dan mengawal pelaksanaan PUMP.

- Pendirian Klinik Iptek Minabisnis di lokasi sentra usaha kelautan dan perikanan merupakan bentuk representasi upaya pelaksanaan program peningkatan

kehidupan nelayan

- Klinik IPTEK MINA BISNIS merupakan forum komunikasi, advokasi, konsultasi bagi masyarakat nelayan dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu dalam peningkatan kesejahteraan nelayan. Klinik IPTEK Mina Bisnis merupakan wadah yang secara tidak langsung telah mengakomodasi

(15)

7 program pemuda mandiri pedesaan, karena pengurus Klinik IPTEK Mina Bisnis sebagian besar merupakan kader pembangunan desa. Beberapa kegiatan seperti kewirausahaan dan diseminasi Iptek melibatkan pemuda yang diharapkan menjadi motor penggerak dari pemberdayaan.

2.3. Tahapan Pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis

Tahapan pembentukan klinik IPTEK Mina Bisnis diawali dengan kegiatan survey potensi dan permasalahan pada lokasi sasaran. Hasil survey ini akan menjadi penjelas tentang pentingnya pembentukan Klinik IPTEK Mina Bisnis pada lokasi tersebut, sehingga Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) yang dibentuk diterima oleh masyarakat setempat. Tahapan pelaksanaan serta program kegiatan KIMBis ini diantaranya:

a. Survei Potensi dan Permasalahan Pada Lokasi Sasaran

Survei potensi dan permasalahan ini dilakukan dalam rangka memperoleh informasi lapangan yang akurat tentang potensi dan permasalahan berupa potensi sumberdaya, perkembangan perekonomian, serta karakteristik sosial dan budaya pada daerah sasaran. Survei ini dilakukan secara cepat melalui pendekatan Rapid Rural Appraisal (RRA) oleh tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat. Informasi tambahan tentang potensi dan permasalahan pada daerah sasaran dapat juga diperoleh dari hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk memperkaya hasil dari RRA. Hasil survei potensi dan permasalahan pada lokasi tersebut mengidentifikasi kelompok masyarakat yang dapat diajak bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pada Klinik IPTEK Mina Bisnis. Selain itu, dapat menentukan kader yang dapat melaksanakan aktivitas rutin pada klinik IPTEK Mina Bisnis.

Survei potensi dan permasalahan tersebut diawali dengan melakukan silaturahmi atau pertemuan awal antara tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan program yang dimaksud dan menggali berbagai informasi yang berguna untuk pengembangan KIMBis. Hasil RRA tersebut dirumuskan dalam bentuk laporan kegiatan survei.

b. Sosialisasi Klinik IPTEK Mina Bisnis

Sosialisasi Klinik IPTEK Mina Bisnis dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan Program Peningkatan Kehidupan Nelayan, pembentukan Klinik IPTEK Mina Bisnis

(16)

8 dengan dasar dari hasil survei melalui pendekatan RRA tentang potensi dan permasalahan pada lokasi yang telah dilakukan. Sosialisasi ini dilakukan pada Pemda setempat (Walikota, Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Tegal, Pelabuhan Perikanan Pantai/PPP, Dinas Perindustrian, UKM dan Koperasi, Bappeda), Universitas setempat (Universitas Pancasakti), masyarakat luas. Dalam kegiatan sosialisasi ini menjelaskan tentang karakteristik potensi sumberdaya; potensi ekonomi serta karakteristik sosial ekonomi dan budaya setempat terkait dengan tujuan program yang akan dilaksanakan;

c. Rapat Pembentukan Klinik IPTEK Mina Bisnis

Rapat pembentukan klinik dipimpin oleh tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat dihadiri oleh perwakilan masyarakat, LSM, perangkat desa, dan tokoh masyarakat lainnya. Rapat ini dilaksanakan pada lokasi kegiatan. Pada rapat ini tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat harus menetapkan lokasi sekretariat KIMBis di lokasi sasaran, menjelaskan organisasi pelaksanaan Program PKN termasuk struktur organisasi KIMBis, menentukan pengurus harian yang akan melaksanakan kegiatan rutin pada KIMBis dan menjadwalkan rapat pengurus KIMBis.

d. Rapat Pengurus Klinik IPTEK Mina Bisnis

Rapat pengurus klinik dilakukan oleh Pelaksana KIMBis di Lokasi yang dihadiri oleh anggota masyarakat dan/atau tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat. Pada rapat pengurus klinik tersebut: Menetapkan beberapa kelompok sasaran yang akan bergabung dengan KIMBis; Menyepakati aktivitas rutin dan waktu pelaksanaan kegiatan rutin dalam KIMBis; Merumuskan jenis-jenis kegiatan dan pengawalan teknologi yang akan dilaksanakan dalam kegiatan KIMBis sesuai waktu yang telah disepakati.

e. Menetapkan Lokasi Sekretariat Klinik Iptek Mina Bisnis

Salah satu wujud fisik KIMB adalah berupa terbentuknya sekretariat yang secara statis berupa lokasi fisik sekretariat KIMBis di lokasi kegiatan sebagai representasi keberadaan Balitbang Kelautan dan Perikanan dalam mendukung program pembangunan KP di lokasi tersebut. Secara dinamis, pelaksana KIMBis diharapkan proaktif dalam menggali informasi dan permasalahan pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.

Lokasi KIMBis di Kota Tegal telah ditetapkan lokasinya berdasarkan hasil survey tahun sebelumnya yaitu di PPP Tegalsari. Lokasi ini didasarkan pada hasil MoU antara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dengan badan Litbang Kelautan dan Perikanan.

(17)

9 2.4. Waktu dan Rencana Aksi Kegiatan

Secara garis besar, detail waktu dan rencana aksi kegiatan yang disusun mengacu pada jadwal di tingkat pusat seperti tercantum pada Tabel 1. Waktu dan Rencana Aksi Kegiatan dirumuskan melalui tahapan sebagaimana tersebut dalam sub bab 2.3.

Tabel 1. Rencana Aksi Kegiatan KIMBis di Kota Tegal, Tahun 2012

No Rencana Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Keterangan

1 Pembentukan KIMBis a. Survey Potensi dan Permasalahan di Lokasi Sasaran

6-10 Maret 2012 Dilakukan oleh pengurus tingkat pusat

b. Sosialisasi KIMBis 14 Maret 2012 Dilakukan oleh manager tingkat pusat

c. Rapat Pembentukan KIMBis

14 Maret 2012 d. Rapat Awal Pengurus

KIMBis 15 Maret 2012 Pembahasan tentang program kerja e. Menetapkan Lokasi

Sekretariat KIMBis Sudah dilakukan tahun 2011 Di PPP Tegalsari 2 Sosialisasi KIMBis pada

Instansi Terkait dan masyarakat desa

21 Mei 2012 Walikota Tegal, Dinas KP Kota Tegal, Dinas LH, SKPD terkait

3 Memfungsikan KIMBis

a. Rapat kerja KIMBis Dilakukan tiap bulan tahun 2012

Didampingi oleh pengurus tingkat pusat

b. Lokakarya Program 19 – 21 Maret

2012 Dilakukan di Bogor c. Pengawalan teknologi dan peningkatan kapasitas masyarakat Disesuaikan dengan jadwal program dari Pengurus Klinik tingkat Pusat

Dibimbing oleh peneliti atau tenaga ahli

professional

d. Observasi Studi

Banding (opsional) Disesuaikan dengan jadwal program dari Pengurus Klinik tingkat Pusat

Sekitar Jakarta, Bogor, Sukabumi

4 Menganalisis prakiraan dampak keberadaan KIMBis

Oktober 2012 Dilakukan survey dampak

5 Seminar Hasil Kegiatan 29 Juni 2012

Desember 2012 Dilakukan pada Monev BBPSEKP 6 Pembuatan Laporan

Kegiatan Rutin

Tanggal 20 tiap bulan

Disusun oleh pengurus tingkat pusat berdasarkan hasil laporan pengurus Klinik di lokasi

(18)

10

No Rencana Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Keterangan

7 Pembuatan Laporan Akhir

November-Desember 2012 Disusun oleh pengurus tingkat pusat berdasarkan hasil laporan pengurus Klinik di lokasi

2.5. Bentuk Rencana Aksi

Secara generik, bentuk rencana aksi yang dilakukan dalam pengembangan ekonomi kawasan berbasis IPTEK dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di Kota Tegal – Jawa Tengah dirumuskan melalui serangkaian kegiatan sebagai berkut:

a. Lokakarya Program

Lokakarya program KIMBis dilakukan setelah semua perangkat organisasi Pelaksana KIMBis telah terbentuk. Lokakarya program ini dilakukan di Jakarta. Peserta lokakarya adalah Pelaksana KIMBis di Lokasi kegiatan. Lokakarya program membahas manajemen pengelolaan KIMBis; Penetapan kegiatan, target kegiatan serta tingkat capaian kegiatan pada KIMBis serta strategi pelaksanaan kegiatan pada KIMBis.

b. Pengawalan teknologi dan peningkatan kapasitas masyarakat

Pengawalan teknologi dan peningkatan kapasitas masyarakat merupakan aktivitas rutin dari KIMBis. Pengawalan teknologi dan peningkatan kapasitas masyarakat pada KIMBis didasarkan pada kegiatan yang telah ditetapkan melalui Rapat Pengurus KIMBis. Kegiatan pengawalan teknologi dilakukan pada lokasi kegiatan. Pelaksanaan pengawalan teknologi di bawah koordinasi tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat. Tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat memfasilitasi kegiatan pengawalan teknologi tersebut.

Pengawalan teknologi akan dilakukan sesuai dengan jadwal rutin yang telah disepakati dalam Rapat Pengurus KIMBis dan dilaksanakan di lokasi KIMBis. Pada kasus tertentu pengawalan teknologi tersebut dapat dilakukan di luar lokasi KIMBis, karena terkait dengan peralatan dan faktor teknis lainnya.

Peserta pengawalan teknologi adalah kelompok sasaran dari KIMBis tersebut. Kelompok sasaran tersebut mencakup masyarakat nelayan yang aktivitas kehidupannya tergantung penuh pada aktivitas perikanan, pengolah filet, pengolah produk perikanan, dan pengolah tepung ikan. Pengawalan teknologi bimbingan akan dilakukan oleh pelatih yang kompeten sesuai dengan kegiatan yang dilatih.

(19)

11 Pelatih berasal unit Litbang terkait, Ditjen Teknis, swasta. Lama pengawalan teknologi tergantung dari kegiatan yang disepakati dalam KIMBis tersebut. Materi pengawalan teknologi disesuaikan dengan kebutuhan kelompok sasaran KIMBis, namun lebih diarahkan kepada adopsi teknologi tepat guna dan membangun kewirausahaan (entrepreneurship) dalam masyarakat.

Pendampingan setelah pengawalan teknologi dari setiap kegiatan KIMBis tersebut dilakukan oleh tim Pelaksana KIMBis di Lokasi yang terdiri dari Manajer KIMBis dan Asisten Manajer Klinik. Dalam pelaksanaan pendampingan, Pelaksana KIMBis di lokasi bermitra dengan penyuluh termasuk penyuluh mandiri, petugas teknis perikanan, perguruan tinggi, serta SKPD yang terdapat di lokasi tersebut.

c. Seminar Hasil Kegiatan

Seminar hasil kegiatan KIMBis akan dilakukan pada Bulan Desember setiap tahun, waktu pelaksanaan seminar hasil kegiatan ditentukan oleh Koordinator Pelaksana Program setelah berkonsultasi dengan Penanggung Jawab Kegiatan atau mengikuti jadwal kegiatan monitoring dan evaluasi akhir BBPSEKP.

Pada seminar hasil kegiatan, Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat akan menyampaikan profil KIMBis di lokasi masing-masing, hasil pencapaian dari target

kegiatan yang ditetapkan, kendala-kendala pelaksanaan kegiatan, dampak dari keberadaan KIMBis terhadap perkembangan ekonomi masyarakat dan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan untuk mengembangkan KIMBis tersebut, serta peluang perluasan pengembangan KIMBis pada lokasi lain di wilayah pesisir tersebut.

Seminar hasil kegiatan ini akan dilakukan di Jakarta. Peserta dari seminar ini adalah perwakilan dari Pelaksana KIMBis di Lokasi, satker lingkup Badan Litbang Kelautan dan Perikanan dan satker lain lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.

d. Observasi Studi Banding

Observasi studi banding ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada Pelaksana Kegiatan Tingat Pusat dan Pelaksana KIMBis di Lokasi. Sasaran dari observasi studi banding ini adalah mempelajari keberhasilan pemberdayaan masyarakat pada satu atau dua Program Pemberdayaan Masyarakat lain yang telah berhasil. Observasi studi banding ini sifatnya opsional.

Observasi studi banding ini dilaksanakan setelah seminar hasil kegiatan pada bulan Desember setiap tahun. Hasil observasi studi banding ini dapat

(20)

12 membantu menyempurnakan strategi pencapaian target yang telah disepakati bersama dengan kelompok sasaran dalam KIMBis tersebut. Observasi studi banding ini dimaksudkan juga untuk mempelajari manajemen pengelolaan kegiatan dan kelembagaan pemberdayaan masyarakat pada lokasi studi banding.

2.6. Sistem Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi, KIMBis Tegal melakukan koordinasi dengan beberapa instansi baik yang dari pusat maupun daerah demi kelancaran kegiatan yang dilakukan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaku usaha perikanan. Sistem koordinasi yang dilakukan tersebut memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Penentuan jadwal dan tempat kegiatan (koordinasi antara KIMBis Tegal, KKP, PPP Tegalsari, pemprov atau pemkot).

2. Materi Kegiatan dan Narasumber (koordinasi antara KIMBis Tegal dengan instansi tempat narasumber atau langsung kepada individu yang menjadi narasumber jika dia seorang wirausaha atau pensiunan)

3. Peserta kegiatan (koordinasi antara KIMBis Tegal dengan Kelompok Sasaran) 4. Hasil Pelaksanaan Kegiatan (koordinasi antara KIMBis Tegal dengan PPP

Tegalsari atau Pemprov dan Pemkot dan hasil pelaksanaan kegiatan dimunculkan dalam bentuk berita acara kegiatan)

5. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan (Koordinasi antara KIMBis Pusat dengan KIMBis Tegal).

Melalui beberapa tahapan koordinasi pelaksanaan kegiatan di atas, telah dilaksanakan beberapa kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi. diantaranya adalah kegiatan pendampingan pembentukan dan pengembangan koperasi UMKM nelayan dan pengolah, Pendampingan terhadap Pengolah Minyak Hati Ikan Pari, Survey Identifikasi dan Pengumpulan Informasi Penyebab Bau Kurang Sedap Di Kota Tegal, Sosialisasi Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI), Pengawalan Teknologi Diversifikasi Produk Olahan Ikan, Pendampingan Teknologi Pengolahan Tepung Ikan, Pendampingan Teknologi Alat Tangkap Ramah Lingkungan, Penanganan Ikan Sebagai Bahan Baku Olahan dan Sertifikasi Pengolahan Ikan.

(21)

13

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Potensi Kelautan dan Perikanan Kota Tegal

Secara geografis kota Tegal terletak pada koordinat 109 0 08’ BT – 109 0 10’ BT dan 06 0 50’ LS – 06 0 53’LS, dan merupakan persinpangan tiga jalur utama trans-jawa yang menuju ke Jakarta–Semarang/ Surabaya (jalur pantura) dan Purwokerto/ Yogyakarta (jalur selatan). Sedangkan secara administratif kota Tegal mempunyai wilayah seluas 39,68 km2, yang terdiri dari 4 (empat) wilayah kecamatan dengan 27 (dua puluh tujuh) kelurahan, dimana 4 (empat) kelurahan diantaranya mempunyai daerah pantai yang merupakan basis kegiatan perikanan dengan panjang garis pantai 7,5 km.

Kota Tegal merupakan salah satu daerah sentra perikanan yang ada di Jawa Tengah. Bila dilihat dari potensi sumberdaya alamnya, Kota Tegal dapat dikatakan sebagai salah satu wilayah yang memiliki produksi perikanan tangkap yang cukup tinggi dengan jumlah produksi ikan sebanyak 25.231 ton (12,9% dari total produksi di Jawa Tengah). Sebagai wilayah dengan identitas Kota Bahari, Kota Tegal memiliki dua pangkalan pendaratan ikan yakni PPI Muarareja dan PPI Pelabuhan; dan satu pelabuhan perikanan pantai yaitu PPP Tegalsari.

Tabel 2. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut

Tahun Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) 2007 2008 2009 2010 2011 20.591.607 19.538.491 25.285.303 20.323.865 29.516.013 97.364.289.000 124.899.612.000 147.611.365.000 135.616.286.000 198.911.948.000 Sumber: Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, 2012

Menurut data dari dinas kelautan dan perikanan Kota Tegal, pada tahun 2010 Jumlah kapal perikanan ada sebanyak 943 unit, nelayan berjumlah 12.651 orang, dan alat tangkap yang ada sebanyak 943 unit yang didominasi oleh alat tangkap cantrang (52%), purse seine (18%), jaring arad (11%) dan lain-lainnya (19%). Perkembangan produksi perikanan di Kota Tegal dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami peningkatan rata per tahun sebesar 12% sedangkan dari rata-rata nilai produksi perikanan pertahunnya meningkat sebesar 21%.

(22)

14 Tabel 3. Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kota Tegal, Tahun

2010.

No POTENSI JUMLAH

1 Tempat Pelelangan ikan ( Unit ) 3

2 Kapal Perikanan ( Unit )

- Kapal Motor - Motor Tempel 943 683 260 3 Nelayan ( Orang ) - Pemilik / Juragan - Motor ( Pandega ) 12.651 620 12.031 4 Alat Tangkap ( Unit )

- Purse seine - Gill Net KM - Trammel Net - Jaring Arad - Cantrang - Pukat Pantai - Badong - Lain-lain 943 168 23 87 106 492 19 46 2 Sumber: Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, 2012

Selama ini, kegiatan pengolahan ikan di Kota Tegal mampu menunjang kebutuhan akan protein hewani dan memberikan kontribusi yang besar bagi pemerintah daerah setempat. Pengolahan ikan pindang di Kelurahan Tegalsari termasuk ke dalam kegiatan usaha home industry. Terdapat 3 jenis skala usaha, yaitu industri ikan pindang skala kecil, sedang dan besar, dengan rincian:

1. Skala Kecil : mampu menghasilkan produk < 0,5 ton/hari 2. Skala Sedang : mampu menghasilkan produk 1-3 ton/hari 3. Skala Besar : mampu menghasilkan produk > 3 ton/hari

Aktivitas pengolahan ikan yang diusahakan oleh penduduk sekitar PPI Tegalsari cukup berkembang karena bahan baku berupa ikan yang didaratkan setiap hari tersedia di TPI baik PPI Tegalsari, PPI Pelabuhan maupun PPI Muarareja, sehingga tidak perlu mendatangkan bahan baku dari luar. Kegiatan pengolahan ikan masih dilakukan secara tradisional berupa industri rumah tangga (home industry), seperti pengolahan ikan segar (pendinginan), ikan asin (pengasinan), ikan pindang (pemindangan), filet ikan, ikan asap (pengasapan), kerupuk ikan/udang, dan terasi.

(23)

15 Tabel 4. Jumlah Pengolah dan Pedagang Pengumpul

NO JENIS USAHA JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pengolah Ikan Asin Pengolah Ikan Segar Pengolah Ikan Filet

Pengolah Ikan Pengasapan/ Pemindangan

Pengolah Ikan Terasi

Pengolah Krupuk Ikan/ Udang Pengumpul Benih Ikan Lele Pengepul ikan lele

Penampung limbah padat filet ikan Tepung ikan 62 38 39 24 5 11 10 4 3 12 2 Sumber: Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, 2012

Kelurahan Tegalsari sebagai salah satu wilayah di Kota Tegal memiliki potensi perikanan yang sangat besar sebagai sentra di bidang perikanan yang penting di Kota Tegal. Menurut data Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal (2005), PPP Tegalsari ternyata memiliki produksi dan nilai produksi yang cukup tinggi dibandingkan dengan PPI lain di Kota Tegal. Dari data mata pencaharian penduduk Kota Tegal, sebanyak 36,7% berprofesi sebagai nelayan (Data Monografi Kelurahan Tegalsari, 2004). Masyarakat sekitar PPP Tegalsari merupakan masyarakat pesisir yang menyandarkan hidupnya pada usaha perikanan laut dan kegiatan penangkapan ikan, pengolahan hasil sampai pemasaran serta distribusi hasil perikanan.

Ikan-ikan yang didaratkan dari hasil tangkapan tersebut sebagian besar masuk ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang ada di Tegal. Sejak diresmikan pada tahun 2004, kegiatan industri perikanan di kawasan PPP Tegalsari terus meningkat. Industri perikanan yang berkembang yaitu filet ikan di Blok A dan J sebanyak 39 unit, pengolahan tepung ikan sebanyak 16 unit di Blok J dan ikan asin sebanyak 62 unit pengolahan ikan segar sebanyak 38 unit, pengolahan ikan asap sebanyak 24 unit, pemindangan sebanyak 5 unit, pengolahan ikan terasi sebanyak 11 unit, pengolahan kerupuk ikan/udang sebanyak 10 unit, penampung limbah padat filet ikan serta tepung ikan sebanyak 14 unit yang kapasitas kecil serta 2 pabrik tepung ikan dengan kapasitas besar. Keberadaan usaha filet ikan menjadi paling penting sebagai pusat kegiatan usaha pengolahan yang akan berdampak pada usaha lainnya. Rata-rata produksi filet ikan di Tegal sebanyak 3 ton per hari.

Di bidang Perikanan, Kelurahan Tegalsari memiliki potensi yang sangat besar sebagai sentra di bidang perikanan yang penting di Kota Tegal. Hal ini

(24)

16 dibuktikan dengan jumlah penduduk sekitar 36,70 % adalah sebagai nelayan (Data Monografi Kelurahan Tegalsari, 2004). Masyarakat sekitar PPI Tegalsari merupakan masyarakat pesisir yang menyandarkan hidupnya pada usaha perikanan laut dan kegiatan penangkapan ikan, pengolahan hasil sampai pemasaran serta distribusi hasil perikanan. Analisis usaha mengenai pengolahan produk perikanan yang dilakukan oleh kelompok pengolahan disajikan pada Lampiran.

3.2 Permasalahan Sektor Kelautan dan Perikanan

Pengolahan hasil perikanan di wilayah Tegal masih didominasi oleh unit pengolahan tradisional berskala rumah tangga (skala mikro). Berbagai permasalahan yang terjadi pada UPI yang ada di Tegal seperti permodalan, IPTEK, manajemen dan pemasaran, tingkat pendidikan SDM pengolah, kualitas produk dan kemasan yang belum memadai.

Permasalahan lainnya pada kegiatan pengolahan filet ikan yaitu sebagian besar rumah pengolahan filet masih belum ada yang tersertifikasi. Hal ini disebabkan oleh standar yang ditetapkan belum terpenuhi, diantaranya yaitu ruang kerja yang cukup untuk melakukan aktivitas usaha dan higienis, ketersediaan air bersih yang cukup. Hal ini menyebabkan produk hasil olahan fillet bermutu rendah, yang mengakibatkan harga produk tidak dapat bersaing, bahkan sering ditolak oleh konsumen. Dampak lainnya bagi lingkungan yaitu polusi bau serta pencemaran lingkungan akibat sanitasi lingkungan yang buruk.

Sistem rantai dingin belum diterapkan sepenuhnya oleh pengolah. Ikan hasil tangkapan nelayan setelah diturunkan dari kapal langsung diangkut ke pengolah menggunakan becak maupun mobil kecil, sehingga rantai dingin belum secara optimal diterapkan. Hal ini menyebabkan kondisi ikan yang akan difilet sudah menurun kualitasnya.

Seluruh permasalahan tersebut memerlukan perhatian dua aspek yakni aspek teknis dan aspek bisnis dan kelembagaan. Aspek teknis terdiri dari : 1) Lokasi, dimana lokasi unit pengolah harus jauh dari sumber kontaminan potensial, dan mudah dijangkau; 2) Bangunan UPI, harus terpisah dari rumah tinggal, berlantai, dinding, langit-langit, pintu dan jendela yang mudah dibersihkan, terdapat ventilasi dan sirkulasi udara dan penerangan yang baik, adanya saluran pembuangan dan MCK yang memenuhi syarat; 3) Tata letak, harus memperhatikan tata ruang proses pengolahan yaitu mulai dari bahan baku diangkut dari dari pintu masuk, pencucian, sortir, pengolahan, sampai dengan produk akhir harus diangkut keluar melalui pintu

(25)

17 keluar, serta alokasi ruangan harus sesuai dengan fungsi; 4) Penerapan sanitasi dan higiene, harus memperhatikan kwalitas dan kecukupan air dan atau es, kondisi peralatan/perlengkapan yang dipergunakan, fasilitas sanitasi dan higiene harus tersedia di ruang proses dan terjaminnya kebersihan lingkungan dan kesehatan pengolah (pemilik dan buruh); 5) Pengelolaan produksi, harus memperhatikan penanganan dan penyimpanan bahan baku, penggunaan, penanganan dan penyimpanan bahan tambahan dan bahan penolong, pengendalian pengolahan, penanganan dan penyimpanan produk akhir, dan pengendalian mutu; 6) Pengembangan produk, harus memperhatikan diversifikasi produk, dan program pengembangan produk; pengemasan dan pelebelan yang baik serta informasi produk; dan 7) serta penampungan dan penanganan limbah.

Selain aspek teknis tersebut diatas pengolah yang baik harus memenuhi persyaratan dari aspek bisnis dan kelembagaan yang terdiri dari: 1) Ekonomi dan bisnis, harus memperhatikan masalah kontinuitas produksi, luasnya jangkauan pemasaran produk, tingkat perkembangan asset dan mempunyai rencana pengembangan usaha (Bisnis plan); dan 2) Legalitas dan kelembagaan usaha, status unit usaha seperti nomor Pendaftaran Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, organisasi usaha dan penerapan manajemen serta administrasi usaha; Bila kedua aspek tersebut dapat diimplementasikan secara baik maka daya saing hasil produksi pengolahan dapat meningkat. Disamping itu pada Gambar 3.1 dapat dilihat permasalahan yang terjadi mulai dari ikan di tangkap sampai pada pengolahannya. Secara ringkas, permasalahan dalam pembangunan sector kelautan dan perikanan di Kota Tegal, dapat dilihat pada gambar di bawah.

(26)

18 Gambar 3.1. Permasalahan dalam Setiap Subsistem Usaha Perikanan

di Kota Tegal

Berbagai potensi dan permasalahan dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Kota Tegal secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4. Permasalahan Utama Sektor Keluatan dan Perikanan di PPP Tegalsari

Jenis Usaha Potensi Permasalahan

Perikanan Tangkap - Terkenal sebagai Kota Bahari - Potensi sumberdaya perikanan tangkap di kota Tegal cukup besar - Memiliki infrastruktur pendaratan ikan - 36,7% jumlah penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan - Jumlah kapal cntrang

menggunakan freezer di kapal 40 unit/530 unit total kapal cntrang

- Masih terdapat alat tangkap yang tidak ramah lingkungan( jaring arad dan cantrang)

- Fenomena berkembangnya kapal freezer dg alat tangkap cantrang berpengaruh negatif terhadap informasi data hasil tangkapan dan by catch yg di buang di laut - Limbah plastik yg di bawa oleh nelayan

kapal cantrang non freezer utk bungkus ikan akan menjadi masalah lingkungan - Sistem lelang tidak jalan

- Pelaksanaan Cold Chain system belum dilakukan dikapal cantrang non freezer - Sanitasi lingkungan dan Higiene di

pelabuhan tdk diterapkan

- Patron klien nelayan dg pengolah /pemilik kapal

(27)

19 Lanjutan Tabel 5.

Jenis Usaha Potensi Permasalahan

Pengolahan − 70 % dari total hasil tangkapan sbg bahan baku usaha fillet

− Sebagai sentra fillet ikan sejak tahun 2004

− Perminataan pasar produk filet potensial

− Potensi produksi tepung ikan sebagai pemanfaat limbah hasil olahan fillet − Produksi minyak

ikan dari air rebusan limbah ikan

− Limbah fillet

mencapai 50-70 ton per hari

− Sampai saai ini belum satu UPI fillet pun yang tersertifikasi

− Belum diterapkannya sanitasi dan higiene di UPI

− Pasar terbatas utk home industri − Harga produk olahan fillet masih rendah

karena termasuk kualitas 3

− Hasil analisis Lab. Menunjukkan produk filletnya masih mengandung salmonella − Kekurangan pasokan air di rumah olahan

fillet

− Tidak diterapkannya HACCP − Sanitasi dan higiene lingkungan

pengolahan buruk

− Bahan baku yang digunakan berkualitas rendah

− Prosedur engolahan tepung ikan blm diterapkan

Sumber: Data Primer, 2012

3.3. Pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis di Kota Tegal

Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) di Kota Tegal merupakan forum komunikasi dan konsultasi bagi masyarakat perikanan khususnya nelayan dan pengolah ikan serta wadah kegiatan penguatan usaha perikanan dalam pengembangan ekonomi kawasan. Program komunikasi dan konsultasi yang ditawarkan dalam KIMBis di Kota Tegal adalah penguatan usaha perikanan khususnya nelayan dan pengolah ikan melalui pengawalan teknologi dan uji aplikasi baik yang dihasilkan oleh Balitbang KP maupun dari Ditjen Teknis KKP.

Kegiatan pembentukan Klinik Iptek Mina Bisnis di Kota Tegal (KIMBis Tegal) diawali dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pengurus tingkat pusat dengan mengadakan pertemuan formal dan informal dengan calon kelompok sasaran, serta pemangku kepentingan lain di lokasi. Upaya ini dilakukan untuk memberitahukan keberadaan KIMBis serta membangun sinergitas dengan satuan kerja lingkup Balitbang KP, pemerintah daerah setempat, dan SKPD.

Kegiatan sosialisasi formal dalam rangka Pembentukan Pengurus KIMBis di Kota Tegal diawali dengan sosialisasi kepada para stakeholder agar lebih dikenal

(28)

20 oleh masyarakat luas terutama para pelaku usaha perikanan (Nelayan dan Pengolah ikan) dalam rangka pengembangan kawasan serta supaya peran KIMBis lebih optimal di masyarakat. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh ± 30 orang yang berasal dari berbagai instansi diantaranya adalah PPP Tegalsari, Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Tegal, Dinas Koperasi Perindustrian dan UKM, Fakultas Perikanan Universitas Pancasakti, HNSI, Nelayan dan Pengolah Ikan, serta dari Polres Tegalsari. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan atau menyebarkan informasi mengenai pembentukan KIMBis di Tegal yang diprakarsai oleh BBPSEKP. Susunan Acara terdiri dari Pembukaan yang dilakukan oleh Kepala PPP Tegalsari (diwakili oleh KTU PPP Tegalsari (M. Irfan), dilanjutkan dengan Presentasi Sosialisasi dan Pembentukan KIMBis oleh Manajer Tingkat Pusat (Yayan Hikmayani, M.Si) dan diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang diikuti oleh seluruh peserta rapat.

Paparan Sosialisasi dan Pembentukan KIMBis di Kota Tegal berisikan : 1) latar belakang, tujuan dan sasaran pembentukan KIMBis; 2) kegiatan KIMBis; 3) Struktur Organisasi KIMBis; 4) Monitoring dan Evaluasi KIMBis; dan 5) Strategi Pengembangan KIMBis. Dari hasil rapat pembentukan klinik Iptek maka telah tersusun struktur organisasi KIMBis Kota Tegal seperti pada Gambar 3.2.

(29)

21 Setelah terbentuknya pengurus KIMBis tingkat daerah, maka dilakukan lokakarya terhadap pengurus tersebut di Bogor. Pelaksanaan lokakarya program yang dilakukan tanggal 21 dan 22 Maret 2012 di Hotel Papyrus Bogor bertujuan untuk menyampaikan prinsip-prinsip yang harus diketahui pelaksana kegiatan pengembangan KIMBis, dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat, meskipun disepakati masih perlu peningkatan kapasitas pelaksana kegiatan pengembangan KIMBis. Peningkatan kapasitas ini utamanya terkait pemahaman pelaksana kegiatan akan fungsi dan pengelolaan KIMBis. Dari KIMBis Kota Tegal dihadiri oleh Manajer, asisten bidang promosi dan pemasaran serta perwakilan dari Dinas Pertanian Peternakan dan Kelautan Kota Tegal (KCD).

Pada lokakarya telah pula disampaikan kegiatan pemberdayaan pada masyarakat pada sektor kelautan dan perikanan pada masing-masing wilayah Kabupaten/Kota yang diharapkan dapat mendukung rencana aksi kegiatan KIMBis. Meskipun demikain bukan tidak mungkin, KIMBis berupaya untuk mencarikan sumber-sumber aktivitas pemberdayaan masyarakat baik di tingkat Provinsi maupun Pusat serta CSR perusahaan tertentu. Disamping itu disepakati perlunya aktifitas formal dalam bentuk surat menyurat guna kepemilikan bukti otentik komunikasi dan koordinasi antar kelembagaan terkait. Bahkan bila diperlukan dapat saja ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Dinas KP Kabupaten/Kota dengan Satker Eselon II Lingkup Badan Litbang KP.

Hasil rumusan dari lokakarya tersebut diantaranya:

1. Kegiatan dan program penyuluhan perikanan siap diintegrasikan terhadap kegiatan pengembangan KIMBis, meskipun masih memerlukan penyusunan rencana bersama antara kedua kegiatan dilingkup penyuluhan perikanan dan pengembangan KIMBis. Dalam hal ini termasuk optimalisasi rencana kegiatan, sekretariat kegiatan, dana dan fasilitas.

2. KIMBis telah terbentuk dan telah dipersiapkan termasuk pengurus sesuai Petunjuk Teknis pelaksanaan pelaknsaaan kegiatan Pengembangan Klinik Iptek Mina Bisnis, pada delapan lokasi yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kota Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Konawe Utara. Untuk penyempurnaan Petunjuk Teknis telah dibentuk tim yang kiranya memerlukan urun rembuk seluruh satker teknis lingkup Badan Litbang KP, yang pada akhirnya Petunjuk Teknis tersebut harus disepakati menjadi petunjuk teknis ditingkat Badan Litbang KP.

(30)

22 3. Pada prinsipnya telah ada dan telah disampaikan rencana aksi kegiatan pada masing-masing KIMBis, meskipun masih perlu penyempurnaan lebih lanjut, terutama koordinasi yang harus dilaksanakan dalam memecahkan suatu permasalahan yang sama untuk beberapa lokasi. Dalam hal ini perlu puila diidentifikasi apakah yang diperlukan tersebut merupakan komponen teknologi atau paket teknologi.

4. Pusat kegiatan KIMBis pada prinsipnya berbasis di desa, namun demikian wilayah kerjanya dapat saja dimulai dari desa dan berkembang menjadi beberapa kawasan yang lebih luas sesuai dengan karakteristik fisik dan sosial masing-masing wilayah

Selain kegiatan sosialisasi mengenai pembentukan pengurus KIMBis dan program-program serta rencana aksi , juga dilakukan sosialisasi dan koordinasi mengenai program dan keberadaan KIMBis Tegal dengan tujuan untuk mengenalkan KIMBis kepada stakeholder dan masyarakat luas serta sinkronisasi kegiatan KIMBis dengan kegiatan pemda setempat agar berjalan harmonis dan searah. Beberapa kegiatan tersebut diantaranya:

a. Acara Penanaman Mangrove dan Bersih Pantai

Pada tanggal 4 Mei 2012, Pengurus KIMBis Kota Tegal ikut serta berpartisipasi dalam acara bersih pantai yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah. Acara bersih pantai yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal. Sebelumnya KIMBis Tegal ikut juga berpartisipasi dalam acara penanaman mangrove di Tegalsari. Dalam acara tersebut hadir juga Walikota Tegal dan jajarannya. Selain mengikuti acara tersebut, pengurus KIMBis mencoba memperkenalkan keberadaan KIMBis ke Walikota yang disambut dengan baik.

b. Pertemuan dengan Walikota Tegal

Pada tanggal 21 Mei 2012 telah dilakukan pertemuan Manajemen KIMBis dengan Walikota dan jajarannya yang diterima di Kantor Walikota. Hadir juga Kabalai Sosek, Peneliti dari BBPPPPBKP (Sugiono, MSi) dan Bapak Kukuh (P3SLP). Pertemuan tersebut untuk mempresentasikan tentang program kerja KIMBis tegal tahun 2012. Hasilnya disambut baik oleh Walikota karena kondisi saat ini yang meresahkan untuk Kota Tegal yaitu adanya polusi udara yang diduga berasal dari pengolahan tepung ikan, sehingga sangat diharapkan berperan dalam penanganan

(31)

23 bau dengan teknologi yang dimiliki oleh Badan Litbang KP. Juga diperlukan program lainnya terkait dengan pembangunan kelautan dan perikanan di Kota Tegal terutama sesuai dengan Visi Kota Tegal tahun 2013 yaitu Tegal Maritim sehingga peranan KIMBis menjadi lebih besar lagi. Disampikan bahwa untuk menindaklanjuti kerjasama antara Badan Litbang dengan Pemkot dan SKPD terkait. Hadir dalam pertemuan tersebut yaitu Bappeda, Dinas LH, Dinas Kelutan dan Pertanian.

c. Pertemuan Lanjutan dengan SKPD terkait

Pada tanggal 23 Mei 2012 telah dilakukan rapat untuk pembahasan MoU antara Badan Litbang dengan Walikota Tegal dan Perjanjian Kerjasama antara BBPSEKP dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi, Dinas Kelautan dan Pertanian. Hadir dalam rapat tersebut yaitu Bappeda, Dinas Pemukiman, Dinas LH, Dinas Koperasi dan UMKM, P3. Hasil rapat tersebut ada perbaikan pasal dalam MOU terkait dengan redaksional. Juga dilakukan prioritas kegiatan yang akan dilakukan tahun 2012 yang akan didukung oleh dinas terkait. Disamping itu juga dilakukan pembahasan tentang rencana alokasi anggaran untuk mendukung KIMBis tahun 2013 diantaranya KIMBis ke depan akan dialokasikan sebagai lembaga pusat informasi layanan untuk nelayan dengan menempatkan fish finder, dan teknologi lainnya. Perbaikan IPAL di lokasi pelabuhan sepenuhnya menggunakan teknologi yang disampikan Badan Litbang dan akan dialokasikan dananya, juga program lainnya yang sudah di buat KIMBis

d. Talkshow dengan radio setempat (Radio Sebayu FM)

Talkshow dengan radio setempat (Radio Sebayu FM) pada tanggal 11 Juni 2012 dengan tema: “Sosialisasi Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) Kota Tegal”. Acara ini diselenggarakan oleh bagian Hubungan Masyakarat dan Protokol Setda Kota Tegal untuk kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Tegal dalam rangka terselenggaranya kegiatan penyebaran informasi publik. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempromosikan KIMBis Tegal kepada seluruh masyarakat kota Tegal.

3.4. Fungsi Klinik Iptek Mina Bisnis

3.4.1 Wadah Pengawalan Teknologi

Salah satu fungsi KIMBis adalah menjadi wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis teknopreneurship. Implementasi kegiatan klinik dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, yang bertujuan untuk memperbaiki proses usaha yang selama ini dijalankan oleh para pelaku usaha. Penerapan

(32)

24 teknologi yang dilakukan di Tegalsari oleh KIMBis didasarkan pada kondisi serta permasalahan yang ada di lokasi dan dipetakan pada program kegiatan melalui Rapat Pengurus KIMBis. Kegiatan pengawalan teknologi dilakukan pada lokasi kegiatan. Pelaksanaan pengawalan teknologi di bawah koordinasi tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat. Tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat memfasilitasi kegiatan pengawalan teknologi tersebut dengan mengundang narasumber yang professional dan ahli di bidangnya baik yang berasal dari Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, Ditjen Teknis KKP maupun swasta yang telah sukses di bidangnya yang dapat memberikan pengalaman usaha kepada pelaku usaha di Kota Tegal. Materi pengawalan teknologi disesuaikan dengan kebutuhan kelompok sasaran KIMBis, namun lebih diarahkan kepada adopsi teknologi tepat guna dan membangun kewirausahaan (entrepreneurship) dalam masyarakat.

Peserta pengawalan teknologi adalah kelompok sasaran dari KIMBis tersebut. Kelompok sasaran tersebut mencakup pelaku usaha yang aktivitas kehidupannya tergantung penuh pada aktivitas perikanan, seperti nelayan, pengolah filet ikan, pengolah produk perikanan dan kelompok masyarakat lainnya yang ingin meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat setempat (istri nelayan, pemuda/anak nelayan dan unsur pemuda yang mencari pekerjaan agar lebih kreatif).

Pendampingan setelah pengawalan teknologi dari setiap kegiatan KIMBis tersebut dilakukan oleh tim Pelaksana KIMBis di Lokasi yang terdiri dari Manajer KIMBis dan Asisten Manajer Klinik. Dalam pelaksanaan pendampingan, Pelaksana KIMBis di lokasi dapat bermitra dengan penyuluh termasuk penyuluh mandiri, petugas teknis perikanan, perguruan tinggi, serta LSM yang terdapat di lokasi tersebut. beberapa pengawalan teknologi yang dilakukan di Kota Tegal berdasarkan isu-isu dan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:

a. Teknologi perbaikan mutu bahan baku b. Perbaikan teknologi pengolahan filet c. Perbaikan Teknologi produk olahan ikan d. Perbaikan Teknologi tepung ikan

3.4.2 Wadah Peningkatan kapasitas SDM

Kondisi pengolah filet ikan di Tegal cukup terampil, padahal pengolahan filet ikan ini cukup sulit dan memerlukan ketelitian. Umumnya pemfilet ikan ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita yang memiliki kejelian yang cukup tinggi.

(33)

25 Namun, yang perlu ditingkatkan adalah pengetahuan pengolah mengenai mencari peluang pasar. Peluang pasar yang berkembang, dapat meningkatkan mutu produk yang harus sesuai dengan permintaan pasar tersebut.

Masih rendahnya pengetahuan mengenai pengolahan ikan yang baik (HACCP. GMP, sistem rantai dingin/cold chain system) menyebabkan masih belum diterapkannya hal-hal tersebut. pengetahuan ini dapat diperoleh melalui pelatihan dan pendampingan serta pencarian informasi dari berbagai sumber.

Peningkatan keterampilan perlu dilakukan terhadap pengolah produk perikanan agar produknya lebih baik dan lebih beragam. Pengolahan yang biasa dilakukan adalah produk pempek, nugget dan kaki naga, padahal masih banyak pengolahan produk untuk meningkatkan peluang pasar.

3.4.3 Wadah Penguatan Kelembagaan ekonomi

Usaha filet ikan sebagian besar kondisinya dimiliki oleh pemodal/juragan sehingga keberadaan koperasi atau lembaga ekonomi tidak terlalu penting. Kelembagaan ekonomi khususnya sebagai penyedia permodalan dibutuhkan oleh nelayan dan pengolah produk perikanan. Permodalan terebut dibutuhkan untuk memperbesar skala usaha dan modal melaut bagi nelayan agar tidak terjerat oleh juragan. Kelembagaan yang sudah dibentuk dan belum dilegalisasi saat ini yaitu koperasi “Sari Ulam” yang ke depan koperasi tersebut harus difungsikan disamping sebagai lembaga pemasaran bagi produk hasil olahan ikan juga sebagai lembaga permodalan khususnya bagi pelaku usaha pengolahan ikan.

3.4.4 Wadah Informasi Perluasan Pasar

Pemasaran filet ikan dari Kota Tegal didistribusikan mulai dari Jakarta, Bandung, Palembang, Sidoarjo dan Cirebon, serta daerah lainnya. Pasar dari produk filet tersebut adalah usaha olahan ikan. Masih rendahnya mutu filet ikan tersebut menyebabkan harganya masih rendah dan peluang pasar yang masih terbatas untuk pengolahan produk ikan lainnya (otak-otak, siomay). Untuk meningkatkan kinerja pemasaran di masa yang akan datang perlu upaya memperbaiki kelemahan dalam pemasaran seperti

- Perbaikan kualitas

- Sistem distribusi dengan menerapkan cold chain system

Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, maka KIMBis Tegal mencoba melakukan pengawalan teknologi terhadap kelompok sasaran berdasarkan survei potensi dan

(34)

26 permasalahan yang ada di lapangan. Kegiatan-kegiatan pengawalan tersebut diantaranya:

a. Layanan Konsultasi KIMBis

Layanan konsultasi dilakukan setiap hari dari hari senin sampai dengan hari Jumat pada jam kerja. Layanan konsultasi ini dilakukan untuk menampung permasalahan-permasalahan usaha perikanan yang dihadapi oleh para pelaku usaha perikanan. Layanan ini diterima oleh pengurus KIMBis Kota Tegal yang selalu stand by di Kantor KIMBis. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian disampaikan kepada pengurus KIMBis tingkat pusat untuk mendapatkan jawaban atau solusi terhadap permasalahan tersebut. Layanan ini juga menjadi salah satu bahan/sumber untuk memfungsikan KIMBis dalam pengawalan teknologi.

b. Pendampingan pembentukan dan pengembangan koperasi UMKM pengolah

Kegiatan ini dilakukan oleh pengurus KIMBis tingkat daerah setiap minggu. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendampingi kelompok pengolah dan pemasar ikan dalam rangka penguatan kelembagaannya. Selain itu juga pengurus KIMBis mengawal para pengolah ikan yang akan membentuk kelompok baru. Sudah terbentuk 2 poklahsar baru yang dikawal dan didampingi pengurus KIMBis dalam prosesnya yaitu Poklahsar Sari Laut dan Poklahsar Harum Sari.

c. Pendampingan pembentukan dan penguatan koperasi UMKM Pengolah

Kegiatan dilaksanakan dilaksanakan tanggal 22 Mei di Aula PPP Tegalsari. Jumlah peserta sebanyak 30 orang terdiri dari pengolah, nelayan dan pembudidaya Ikan dan PPL. Narasumber dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan UMKM Kota Tegal dan dari Koperasi Bina Umat Mandiri sebagai salah satu kpperasi unggulan yang sudah berhasil di Kota Tegal. Dinas Koperasi dan UKM membawakan materi berjudul “Pendirian Koperasi” sedangkan Koperasi BUM membawakan materi mengenai Profil KJKS Bina Umat Mandiri Tegal untuk menyampaikan sejarah berdiri, manajemen dan pengelolaan agar koperasi berjalan baik dan sukses.

d. Pendampingan terhadap Pengolah Minyak Hati Ikan Pari

Berdasarkan layanan konsultasi yang dilakukan KIMBis setiap harinya, terdapat konsultasi mengenai pengolahan minyak hati ikan pari yang meminta pendampingan mengenai pengolahannya untuk lebih baik. Pengolahan Minyak hati ikan pari ini dilakukan oleh salah satu pengolah ikan di Tegal bernama Pak Daryono. Pengolahan minyak ikan ini dilakukan secara sederhana dengan alat seadanya dan

(35)

27 tempat yang seadanya pula (di pinggir kali tanpa memperhatikan sanitasi tempat pengolahan). Pengolahan minyak ikan ini dilakukan oleh pak Daryono karena didasarkan oleh banyaknya sumberdaya hati ikan pari yang belum termanfaatkan serta adanya pasar yang memungkinkan untuk dipenetrasi. Minyak hati ikan pari ini dijual ke Bandung sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak dan ikan. Kondisi hati ikan pari ini yang dihasilkan bukan termasuk food grade dan warnanya pun hitam pekat sehingga harganya pun murah sekitar Rp. 10.000 per liter.

Proses pengolahan yang dilakukan oleh pak Daryono, hati ikan pari dipanaskan dalam tong seadanya (direbus) dan dibiarkan selama berjam-jam sampai minyaknya keluar. Selain itu, bahan baku yang digunakan sudah dalam kondisi busuk (BS). Menurut ahli minyak ikan dari BBP4B-KP, Dra. Tri Murtini, M.Si. yang telah melakukan survey dan pendampingan ke Tegal, proses pengolahan tersebut salah dilakukan. Pada prinsipnya, pengolahan minyak harus dilakukan tanpa pemanasan, seharusnya menggunakan asam formiat 1,5 – 2 persen. Selain itu juga harus menggunakan bahan baku yang masih segar serta memerlukan peralatan untuk memisahkan minyaknya. Proses perebusan tersebut akan merusak kadar Free Fatty Acid (FFA) menjadi tinggi yaitu 15 persen, padahal kadar FFA yang seharusnya adalah 4 %.

e. Survey Identifikasi dan Pengumpulan Informasi Penyebab Bau Kurang Sedap Di Kota Tegal

Pada tanggal 13-15 Juni 2012, tim peneliti Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) Kota Tegal melakukan survei guna mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi penyebab bau yang kurang sedap yang terjadi di Kota Tegal. Diduga bau yang tidak sedap itu terutama berasal dari beberapa pengolah tepung ikan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari. Tim peneliti yang melakukan survei terdiri dari tiga orang, satu wakil dari KIMBis (Subhechanis Saptanto, M.S.E), dan dua dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan/BBP4B-KP yang merupakan pakar tepung ikan (Dr. Bagus Sediadi Bandol Utomo) dan ahli minyak ikan (Dra Jovita Tri Murtini, M.S.).

Pada tanggal 13 Juni 2012, tim berangkat dari Jakarta menuju Tegal, malam harinya tim melakukan survei awal bersama petugas KIMBis untuk melihat kondisi lingkungan di sekitar Pelabuhan terutama dalam hubungannya dengan pengolahan tepung ikan. Keesokan harinya tim melanjutkan survei ke pengolah tepung ikan (dua pengolah tradisional dan satu perusahaan tepung ikan skala besar) dan dilanjutkan dengan observasi mengenai pengolahan minyak hati ikan.

Gambar

Tabel 1. Rencana Aksi Kegiatan KIMBis di Kota Tegal, Tahun 2012  No  Rencana Kegiatan  Waktu
Tabel 2. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut
Tabel 3.4.   Permasalahan  Utama  Sektor  Keluatan  dan  Perikanan  di  PPP  Tegalsari
Gambar 3.2. Bagan Kepengurusan KIMBis di Kota Tegal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengambilan sampel terhadap sejumlah wisatawan dan peneliti yang pernah berkunjung ke Desa Wisata Cibuntu, untuk dinilai

Untuk itu sebagai model alternatif, De Jong and Kiers pada tahun 1992 memperkenalkan Principal Covariate Regression (PCovR), yaitu model regresi yang menggambarkan pola

Penarikan contoh yang dilakukan untuk survei ini adalah dengan menggunakan empat tahapan, namun untuk penelitian kali ini yang digunakan hanya tiga tahapan awal yaitu,

Instalasi gizi RSUP Prof Dr.R.D.Kandou belum memiliki tenaga gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi dengan gelar Registered Dietisien dan belum memiliki dokter

Surface Plasmon dapat dihasilkan dalam lapisan tipis (30-50 nm) secara terus menerus dengan menggunakan konfigurasi saat cahaya masuk pada lapisan suatu medium dengan indek

Dari beberapa uraian penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis ingin melakukan pengembangan aplikasi untuk mendeteksi pergerakan sendi pada pasien

Demonstrasi ilmu tingkat tinggi melalui perantaraan poci arak sangat menakjubkan, segala gerakan yang dilakukan para tokoh kosen ini merupakan intisari dari seluruh ilmu silat mereka

Pencatatan dilakukan sesuai nomor rekening pembiayaan, tanggal tagihan angsuran, jumlah berapa kali nasabah menunggak, tanggal transaksi, jumlah nominal pembayaran