• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013 Oleh:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN TEGAL DARMASABA BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA KE DALAM KURIKULUM 2013

Oleh:

Ida Ayu Putu Ratna Dewi*, Prof. Dr. Bawa Atmadja. M.A**, Dr. Tuty Maryati, M.Pd*** Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Email: ratna.dewi634@yahoo.com, nengah_bawa_atmadja@gmail.com

,tuty_maryati_ragil@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan latarbelakang Tradisi Ngerebeg tetap dipertahankan. (2) Mendeskripsikan tata cara pelaksanaan Tradisi Ngerebeg. (3) Mendeskripsikan nilai-nilai dari Tradisi Ngerebeg yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Teknik penentuan lokasi penelitian,penelitian ini berlokasi di desa pakraman Tegal darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, (2) Pendekatan penelitian, menggunakan pendekatan kualitatif. (3) Teknik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling (4) Teknik pengumpulan data, melalui data primer dan data sekunder. (5) Teknik validitas atau teknik keabsahan data, dengan triangulasi data (6) Teknik analisis data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, pemertahanan Tradisi Ngerebeg di latar belakangi karena adanya suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah mengakar di masyarakat, di samping adanya alasan pelestarian budaya, melanjutkan tradisi dari desa asal, pelestarian budaya, penguatan solidaritas, aset ekonomi desa, penguatan ekonomi keluarga, memperkuat agama Hindu. Tata cara pelaksanaan tradisi Ngerebeg diantaranya: persiapan dan pelaksanaan upacara (tempat, waktu, perlengkapan, pemimpin dan peserta upacara). Nilai-nilai yang terdapat pada tradisi Ngerebeg diantaranya: nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetis, nilai social dan nilai politik.

Kata Kunci: Tradisi, Ngerebeg, nilai tradisi.

ABSTRACT

This study aimed (1) to describe the background of tradition Ngerebeg retained. (2) Describe the procedures of Tradition Ngerebeg. (3) Describe the values of tradition Ngerebeg utilized as a source of teaching history. This study uses a qualitative method by stages; (1) Location determination techniques of research, this research is located in Tegal, Darmasaba village, Abiansemal subdistrict, Badung regency (2) The research approach, using qualitative approach. (3) Determination techniques informant, using Primary and Secondary data. (4) Data collection techniques, (5) The validity of technique or techniques data authenticity, using Triangulasion data. (6) The data analysis technique. The results showed that, retention of Ngerebeg Tradition happends because of the existence of a trust and confidence that has become a root in the community, in addition to the grounds of cultural preservation, continuing the tradition of the original village, the fulfillment sense of security the abstract, cultural preservation, strengthening solidarity, economic asset village, economic strengthening families, strengthening the Hindu religion. The procedure for execution Ngerebeg tradition include: the preparation and execution of the ceremony (place, time, equipment, leaders and participants of the ceremony). The values contained in Ngerebeg tradition are: religious values, economic values, aesthetic values, social values and political values.

(2)

PENDAHULUAN

Bali mempunyai daya tarik tersendiri baik dari segi keindahan alam, keramahan penduduk maupun kebudayaannya yang memiliki keunikan dan kekhasan yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakatnya yang berciri sosial religius. Masyarakat Bali

memiliki nilai religius yang tinggi.

Implementasi dari nilai religius yang tinggi dapat dilihat pada pelaksanaan berbagai upacara ritual di sepanjang dinamika kehidupan masyarakatnya dan bahkan hampir di setiap sisi kehidupan masyarakat Bali tidak akan terlewatkan tanpa melalui sebuah upacara. Salah satu keunikan Bali yang menjadi daya tarik sendiri para wisatawan adalah masyarakatnya yang masih berpegangan pada tradisi-tradisi kuno yang tersebar di berbagai pelosok desa di Bali.

Tradisi berasal dari suatu

kebudayaan atau yang juga disebut

peradaban mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman perasaan suatu

bangsa yang kompleks, meliputi

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat serta pembawaan yang diperoleh dari anggota masyarakat. Istilah peradaban sering dipakai untuk

menyebut suatu kebudayaan yang

mempunyai sistem teknologi, ilmu

pengetahuan, seni bangunan, seni rupa dan sistem kenegaraan dan masyarakat

kota yang maju dan kompleks

(Koentjaraningrat, 2002:182). Kebudayaan juga dapat dikatakan sebagai identitas suatu bangsa maupun daerah tertentu. Mengenal kebudayaan suatu daerah atau bangsa berarti mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupan. Kebudayaan terdiri dari berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh

simbol-simbol yang menyusun

pencapaiannya secara tersendiri dari

kelompok-kelompok manusia, termasuk

didalamnya perwujudan benda-benda

materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas cita-cita atau paham dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai (Soelaeman, 2002:21).

Walaupun masyarakat Bali telah mengalami perubahan dalam berbagai hal seperti sudah berkembangnya teknologi serta banyaknya masyarakat yang meniru kehidupan budaya luar, tetapi dalam kenyataannya masih ada yang tetap

mempertahankan tradisi leluhurnya.

Kemajuan teknologi dan perkembangan kebudayaan modern pada saat ini tidak

mengikis kepercayaan umat Hindu

terhadap tradisi atau kebudayaan kuno yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dan dilakukan pada era modernisasi seperti sekarang ini adalah Tradisi Ngerebeg.

Walaupun tradisi ini dilaksanakan ditengah-tengah era modernisasi seperti

sekarang ini,tetapi masyarakat tetap

melaksanakan upacara tersebut,karena

mereka percaya bahwa tradisi tersebut mampu menetralisir sifat-sifat jahat yang ada di desa tersebut,jadi tradisi ini memiliki tujuan yaitu nyomnya butha agar tidak mengganggu masyarakat desa. Tradisi

Ngerebeg merupakan suatu kebudayaan

yang telah mengakar di kalangan

masyarakat Desa Pakraman Tegal

Darmasaba. Desa Tegal

Darmasaba,berada di Kecamatan

Abiansemal,Kabupaten Badung,Bali. Tradisi ini sangat unik, karena dalam proses pelaksanaan tradisi ini

berbeda dengan tradisi-tradisi pada

umumnya. Berbeda dengan tradisi Grebeg yang ada di Yogyakarta yang dilaksanakan

untuk memperingati kelahiran Nabi

Muhamad, Dalam proses pelaksanaannya dilakukan oleh anggota keraton dengan membawa gunungan dari buah. Dalam bahasa Jawa, kata garebeg, gerbeg atau grebeg, bermakna: suara angin menderu.

Sedangkan hanggarebeg, mengandung

makna mengiring raja, pembesar atau pengantin garebeg di Kesultanan

Yog-yakarta dan di Kesunan Surakarta

mempunyai makna khusus, yakni upacara

kerajaan yang diselenggarakan untuk

(3)

Muhammad SAW, merayakan Idul Fitri dan Idul Adha.

Sedangkan dalam tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Tegal Darmasaba diikuti

oleh seluruh masyarakat. Mereka

berkeliling di sekitar Desa Pakraman setempat dengan membawa berbagai peralatan seperti tombak,tedung dan lain

sebagainya. Iringan-iringan peserta

Ngerebeg dimeriahkan oleh suara gamelan

dan teriakan-teriakan yang membuat

suasana semakin semarak dan bernuansa religius.

Jika mengacu pada kuriulum 2013 mata pelajaran Sejarah di kelas X di SMA, Kompetensi Inti (KI) yang dibahas yaitu memahami, menerapkan, dan menganalisis

pengetahuan factual, konseptual,

procedural dalam ilmu pengetahuan,

teknologi, seni budaya dan humaniora

dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Sedangkan Kompetesi Dasarnya

(KD) yaitu menganalisis keterkaitan

kehidupan awal manusia Indonesia di

bidang kepercayaan, sosial, budaya,

ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini. Berdasarkan

indikator tersebut yaitu di kelas X sangat baik diterapkan dalam pembelajaran karena lebih membantu siswa lebih mengenal tradisi yang ada di wilayah Indonesia.

Tradisi Ngerebeg ini merupakan salah satu budaya lokal yang memiliki nilai-nilai karakter dan merupakan sumber sejarah,

serta dapat di integrasikan kedalam

kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Sejalan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji

dan menganalisis masalah tentang

pendidikan karakter melalui pendekatan budaya atau pun tradisi yang mengakar di masyarakat Desa Tegal Darmasaba yang

bernama tradisi Ngerebeg kedalam

pembelajaran sejarah.

Berdasar pada latar belakang

permasalahan terdapat tiga permasalahan yang dikaji pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1) Mengapa Tradisi Ngerebeg tetap pertahankan oleh masyarakat di Desa

Tegal Darmasaba?. 2) Bagaimana tata cara pelaksanaan Tradisi Ngerebeg di Desa Tegal Darmasaba Bali?. 3) Nilai-nilai apakah yang terdapat dalam Tradisi

Ngerebeg yang bisa dimanfaatkan pada

sumber pembelajaran Sejarah di SMA?.

Teori yang digunakan sebagai

landasan dalam penelitian ini adalah 1) pemertahanan tradisi yang terdiri dari

pengertian tradisi, latar belakang

pemertahanan tradisi, dan usaha

pemertahanan tradisi. 2) sistem ritual yang terdiri dari sistem keyakinan, sistem ritual/upacara, peralatan ritual, tempat dan waktu upacara, dan peserta upacara. 3) sumber belajar sejarah, yaitu dengan

menjadikan tradisi ngerebeg sebagai

pengayaan materi dalam pembelajaran sejarah.

Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan latar belakang tradisi

Ngerebeg di Desa Pakraman Tegal

Darmasaba masih tetap di pertahankan

oleh masyarakat setempat. 2)

Mendeskripsikan tata cara pelaksanaan Tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman

Tegal,Darmasaba,Badung. 3)

Mendeskripsikan nilai-nilai dari Tradisi Ngerebeg yang dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran Sejarah.

METODE

Penelitian ini menggunakan

rancangan deskriptif kualitatif yaitu

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Agar lebih mudah dalam mengkaji permasalahan yang diteliti,

penelitian ini menggunakan beberapa

metode yang meliputi : (1) Lokasi Penelitian tepatnya di Desa Tegal Dramasaba,

Kecamatan Abiansemal, Kabupaten

Badung, (2) Pendekatan Penelitian,

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif (3) Teknik Penentuan Informan, penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara

porposive sampling (4) Metode

Pengumpulan Data, Data dalam

penyusunan proses penelitian ini diperoleh melalui data skunder dan data primer (5) Teknik Validitas atau Teknik Keabsahan Data, pengecekan data digunakan untuk

(4)

kebenaran data penelitian kualitatif yang dilakukan dengan Triangulasi Data dan (6) Teknik Analisis Data, Pada analisis data

dalam penelitian kualitatif data yang

diperoleh bisa menggunakan berbagai kegiatan, yakni reduksi data, display, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Penentuan informan dalam penelitian ini dipilih secara porposive sampling atau sampel bertujuan. Informan merupakan penduduk asli desa Tegal Darmasaba dan penduduk pendatang yang mengetahui tentang tradisi Ngerebeg yang dilaksanakan di desa Tegal Darmasaba, Kecamatan Abiansemal. Prosedur pengambilan sampel secara purposive kemudian dikembangkan melalui teknik snowball. Data dalam penyusunan proses penelitian ini diperoleh melalui data skunder dan data primer. Data

skunder diperoleh dari buku-buku,

arsip/dokumen, sumber-sumber. Data

primer diperoleh melalui observasi wilayah dan diisi wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengumpulan data dengan

wawancara dan observasi yang

dilaksanakan berkaitan dengan tradisi

ngerebeg di Desa Pakrakan Tegal

Darmasaba diantaranya, yaitu:

1. Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Ngerebeg

Pemertahanan tradisi Ngerebeg

dilakukan oleh masyarakat Desa Pakraman darmasaba karena diyakini bahwa tradisi bagi suatu daerah pada dasarnya harus tetap dijunjung tinggi pelaksanaannya. Pemertahan tradisi disuatu tempat akan memberikan warna bagi corak kehidupan

masyarakat, yang tentunya akan

membedakan dengan desa maupun daerah

lain. Dalam mempertahankan tradisi

Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba

kuat dipengaruhi oleh beberapa alasan atau faktor-faktor, yaitu adanya sistem keyakinan, melanjutkan tradisi Ngerebeg dari desa asal yaitu Desa Bantiran,

pemenuhan rasa aman, pelestarian

budaya,aset ekonomi desa

pakraman,penguatan ekonomi

keluarga,dan memperkuat agama Hindu.

1) Keyakinan atau Kepercayaan

Setiap manusia sadar dan percaya akan adanya alam dunia yang tidak nampak yang berada diluar batas panca indra dan akalnya. Dunia adalah gaib atau supranatural. Makhluk dan kekuatan yang menduduki dunia gaib itu adalah dewa-dewa yang baik maupun yang jahat, makhluk-makhluk halus lainnya seperti roh-roh leluhur, roh-roh-roh-roh lainnya yang baik maupun yang jahat, kekuatan sakti yang

bias berguna maupun yang bias

menyebabkan bencana (Koentjaraningrat, 1985:231).

Bertolak dari hal tersebut, begitu pun dengan tradisi Ngerebeg di desa

pakraman Darmasaba yang masih

dipertahankan karena sarat akan keyakinan dan kepercayaan dari masyarakatnya, sehingga tradisi Ngerebeg masih tetap bertahan sampai sekarang.

2) Melanjutkan Tradisi dari Desa Asal

Tradisi Ngerebeg sebenarnya

adalah tradisi asli yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bantiran. Desa Bantiran adalah salah satu desa yang terletak tidak jauh dari wilayah desa Darmasaba. Asal – usul masyarakat Darmasaba adalah dari Desa Bantiran. Termasuk tradisi yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh

masyarakat desa Darmasaba adalah

berasal dari Desa Bantiran.

Berdasarkan latar belakang

terjadinya tradisi Ngerebeg ini,bahwa

dahulunya di Desa Bantiran terjadi wabah penyakit yang menyebabkan banyaknya korban berjatuhan. Akibat dari wabah itu,salah satu raja yang memipin Bali pada

masa itu,memberikan arahan agar

masyarakat Bantiran untuk sementara berpindah tempat ke desa lain yaitu desa

Darmasaba,dan untuk mengusir dan

menetralisir hal-hal negative yang terjadi

masyarakat desa Bantiran juga

melaksanakan sebuah tradisi yaitu

Ngerebeg.

Sampai saat ini tradisi Ngerebeg masih dilaksanakan oleh masyarakat desa Darmasaba. Tradisi ini masih dilanjutkan

oleh masyarakat Desa Darmasaba

dikarenakan sudah menjadi sebuah

kebiasaan dan kewajiban bagi masyarakat desa Darmasaba dengan harapan agar

(5)

sifat-sifat negatif bisa dinetralisirkan dengan upacara tersebut.

3) Pelestarian Budaya

Melihat kenyataan bahwa para generasi muda bangsa Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik ataupun lebih unik dan praktis, kebudayaan lokal banyak yang luntur akibat tidak ada generasi penerus yang akan mewarisinya. Perlunya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya budaya yang mana kebudayaan Bangsa ini

adalah budaya-budaya lokal adalah

kewajiban setiap lapisan masyarakat,

dimana peran setiap mereka yang terus berusaha untuk mewarisi kekuatan budaya lokal akan menjadi kekuatan budaya itu untuk tetap ada. Menurut Prebekel Desa Darmasaba I Wayan Kaler (58 tahun) (wawancara 7 Mei 2015) menyatakan secara singkat bahwa, tradisi Ngerebeg

merupakan suatu seni sakral yang

termasuk bagian dari kebudayaan lokal

khususnya bagi masyarakat Desa

Darmasaba yang harus dilestarikan. Di samping itu, dalam tradisi ini, dibutuhkan kreativitas seni dari para peserta Ngerebeg yang terdiri dari anak-anak remaja,dimana mereka kebanyakan mendapatkan tugas sebagai pengiring dalam tradisi ini.

4) Penguatan Solidaritas

Dilaksanakannya tradisi

Ngerebeg,maka secara tidak langsung

solidaritas antara masyarakat desa

Darmasaba akan menjadi kuat. Karena dengan dilaksanakannya tradisi ini seluruh masyarakat akan berkumpul dan saling berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Rasa kebersamaan akan dirasakan oleh masyarakat Desa Darmasaba karena di

dalam upacara Ngerebeg masyarakat

dituntut untuk saling bekerjasama anatara satu dengan lainnya untuk ngayah,seperti membawa umbul-umbul dan nyongsong Ida

Bhatara Patapakan.

5) Aset Ekonomi Desa Pakraman

Tradisi Ngerebeg memiliki efek ekonomi dalam tahap perluasan kerja yang efek terjadinya secara tidak langsung. Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg menjadi suatu tontonan bagi wisatawan, selanjutnya

kehadiran wisatawan tersebut mampu

menginspirasi masyarakat Desa

Dramasaba dalam berbagai bidang jasa

maupun lainnya. Dalam bidang

jasa,masyarakat desa Darmasaba yang berkecimpung di dunia pariwisata akan mengundang wisatawan-wisatawan untuk ikut serta menonton upacara Ngerebeg. Dengan cara tersebut masyarakat desa

secara tidak langsung sudah

memperkenalkan tradisi Ngerebeg di

kancah nasional maupun internasional. Selain itu masyarakat akan menyediakan jasa untuk dokumentasi upacara Ngerebeg tersebut,jadi jika ada wisatawan yang ingin

memiliki dokumentasi lengkap terkait

dengan pelaksanaan upacara Ngerebeg ini akan disediakan jasa dokumentasi dengan harga untuk wisatawan local sebesar Rp 30.000 sedangkan wisatawan internasional sebesar Rp 100.000. Ini membuktikan

bahwa upacara Ngerebeg sangatlah

berpengaruh dalam roda perekonomian masyarakat khususnya perekonomian desa

pakraman.

6) Penguatan Ekonomi Keluarga

Tradisi Ngerebeg ini memiliki efek

yang sangat kuat bagi roda

perekonomian,tidak hanya bagi

perekonomian desa tetapi juga

perekonomian keluarga. Tradisi ini mampu menarik seluruh masyarakat untuk datang dan menyaksikan tradisi tersebut,selain

desa Darmasaba lebih dikenal oleh

masyarakat luas,tradisi Ngerebeg juga

berpengaruh bagi masyarakat yang

mengais rejeki pada saat upacara tersebut

berlangsung. Dengan banyaknya

masyarakat yang datang baik untuk

berpartisipasi dan menonton

upacara,sangat menguntungkan bagi

pedagang yang berjualan di area pura,dan sangat berpengaruh dalam pendapatan

mereka yang bertambah dengan

dilaksanakan upacara Ngerebeg. 7) Memperkuat Agama hindu

Sangat disadari bahwa upacara

Ngerebeg akan memperkuat agama

Hindu,karena dilaksanakannya upacara

ini,masyarakat akan datang ke Pura dengan perlengkapan persembahyangan

(6)

melakukan persembahyangan,ini membuktikan bahwa tradisi atau upacara ini mampu memperkuat agama Hindu.

2. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi

Secara umum dalam tata cara pelaksanaan tradisi ngerebeg terdiri dari dari dua tahap yaitu tahap persiapan upacara dan tahap pelaksanaan upacara serta penutupan upacara. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut.

1) Persiapan Upacara

Persiapan diawali dengan

mengadakan suatu pertemuan atau

paruman yang dihadiri oleh Bendesa Adat, Kelian Desa, Wakil Kelian Desa, Jro Mangku serta pengurus-pengurus yang

mempunyai kepentingan. Pertemuan ini dilaksanakan di Pura Dalem. Pura Dalem dipilih sebagai tempat pertemuan karena selain terdapat wantilan,pura ini adalah pura pusat desa dan upacara Ngerebeg melibatkan seluruh banjar,jadi pertemuan

dilaksanakan di Pura Dalem desa

Darmasaba. Pertemuan tersebut akan membahas tentang besarnya biaya yang akan dikeluarkan, serta apa saja yang akan dihaturkan oleh karma desa Darmasaba. Kemudian bendesa adat akan menunjuk atau membagikan tugas kepada masing-masing banjar dinas untuk ngayah pada saat upacara Ngerebeg.

Pelaksanaan upacara Ngerebeg ini dibawah Koordinasi I Made Lepur (Bendesa Adat Tegal Darmasaba), sehingga sarana

yang dipersiapkan oleh krama desa

Pakraman Darmasaba seperti janur,

kelapa,babi. Dalam pembuatan banten untuk upcara Ngerebeg dibuat langsung oleh krama Desa Darmasaba secara bergotong royong. Sebelum pelaksanaan upacara Ngerebeg, beberapa kegiatan

dilakukan seperti gotong royong

membersihkan Pura, pemasangan

peralatan upacara seperti pemasangan umbul-umbul di depan Pura dan di sepanjang jalan yang akan dilewati oleh iring-iringan Ngerebeg, sarana upacara

yaitu membuat banten, serta

mempersiapkan hewan yang akan

digunakan sebagai sarana upacara yaitu

celeng butuhan.

2) Pelaksanaan Upacara (1) Tempat Upacara

Tradisi Ngerebeg dilaksananakan mulai dari Pura Dalem Gede yang dijadikan tempat penyimpanan banten,dan sarana upacara lainnya. Dipilihnya Pura Dalem

Gede sebagai tempat dilangsungkan

upacara Ngerebeg karena Gedong pusat pura yang ada di desa Darmasaba terletak di Pura Dalem tersebut.

Setelah dilakukannya

persembahyangan bersama,krama yang mendapatkan tugas untuk ngayah akan

melakukan ritual penyamblehan atau

penyembelihan terhadap babi butuhan bertempat di wantilan Pura Dalem. Disana

dilaksanakan Tradisi Ngerebeg dan

disepanjang jalan sampai perbatasan desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Upacara (2) Waktu Upacara

Tradisi Ngerebeg dilaksanakan

pada Wraspati Keliwon Langkir setiap 210 hari sekali,tepatnya hari kamis setelah hari

raya kuningan. Pelaksanaan Tradisi

Ngerebeg rutin dilaksanakan karena

kepercayaan leluhur yang dari turun temurun selalu dilaksanakan. Masyarakat Desa Pakraman Darmasaba tidak berani untuk tidak melaksanakan upacara ini dikarenakan takut ada sesuatu buruk yang akan terjadi untuk desa mereka. Dipilihnya

Wraspati Langkir sebagai hari dilaksanakan

upacara Ngerebeg dikarenakan hari itu memang tepat untuk dilaksanakannya upacara Ngerebeg.

(3) Perlengkapan Upacara

Pada pelaksanaan Tradisi Ngerebeg banyak diperlukan alat-alat atau bahan-bahan. Adapun beberapa alat-alat atau bahan-bahan dalam pelaksanaan Tradisi Ngerebeg antara lain,seperti tumpeng

(7)

solas,yang terdiri dari banten pejati

asoroh,1 banten gebogan alit,banten

pengambean asoroh tumpeng 2

bungkul,banten dapetan yang terdiri dari dapetan pokok satu rangkaian dengan tumpeng 3 bungkul.dapetan pengiring 4 tanding dengan tumpeng 4 bungkul,banten soda,peras asoroh 2 bungkul. Banten

tumpeng solas ini disertai dengan

biukaon,prascita,pengulapan. Selain itu

terdapat banten segehan agung yang berisikan tempeh,taledan,raka-raka

akebis-akebis sampian plaus,ituk-ituk 11 meider

berisi nasi sasah

putih,bawang,jahe,daksina jangkep beralas

ituk-ituk masibeh (entog-entog),payuk

pere,canang sari dan berisikan jinah bolong

200 kepeng. Selain itu terdapat juga banten

segehan panca warna dan celeng butuhan.

Perlengkapan lain yang juga

termasuk kedalam upacara Ngerebeg yaitu

umbul-umbul. Umbul-umbul ini dipilih

sebagai salah satu sarana atau alat upacara karena memiliki arti atau makna tersendiri bahwa diharapkan tidak ada gangguan atau hambatan pada saat

masyarakat melakukan upacara

Pengrebegan atau keliling desa,jadi

perjalanan peserta upacara pada saat

melakukan keliling desa diharapkan

berjalan lancar dengan adanya symbol keamanan yaitu umbul-umbul.

(4) Pemimpin Upacara dan Peserta

Upacara

Pada setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada tiga kelompok yang harus

dilibatkan yang disebut dengan Tri

manggalaning Yadnya yaitu 1) Sang

Sadaka, yaitu pendeta yang akan

memimpin secara ritual suatu upacara keagamaan, 2) Sang Widya, yaitu tukang

banten yang akan membuat dan mengatur

upakara atau sesaji. 3) Sang Yajamana,

yaitu umat yang menyelenggarakan

upacara keagamaan itu (Wiana, 1996 :13).

Begitu pula dalam upacara

Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba

yang dilaksanakan mulai dari Pura Dalem, dan perempatan melibatkan banyak orang, yang memimpin upacara (Sang Sadaka) Tradisi Ngerebeg adalah jro mangku

kahyangan 3,yaitu pemangku pura

puseh,dalem dan pura desa. Sedangkan

tukang bantennya adalah Kelian Desa Tegal Darmasaba (I Made Lepur ) yang dibantu oleh prajuru desa dan srati banten yang tugasnya di Pura Dalem. Pemangku dipilih dalam upacara ini dikarenakan upacara ini menggunakan banten alit,maka

dari itu masyarakat desa memilih

pemangku sebagai pemimpin upacara tersebut. Selain itu dalam upacara ini seluruh Bhatara Patapakan disetiap pura akan tedun,jadi dalam pelaksanaannya pemangku dari masing-masing pura harus

memimpin jalannya upacara. Dalam

upacara ini melibatkan seluruh masyarakat desa pakraman Darmasaba. Ada 12 banjar dinas yang terlibat dalam upacara ini. Seluruh masyarakat desa Darmasaba berbaur untuk melaksanakan upacara Ngerebeg.

(5) Prosesi Upacara 1. Upacara Pebersian

Upacara Pebersian ini,banten

prayascita dan biakaon akan dihaturkan

terlebih dahulu kepada ida batara

petapakan (barong,rangda),yaitu dengan

memercikan air suci (tirta) dihadapan

barong,dan rangda. Setelah itu air suci

akan dipercikan kepada masyarakat atau

pemedek yang mengikuti upacara

Ngerebeg. Tujuan dari upacara ini adalah

untuk membersihkan segala hal yang bersifat buruk baik yang ada di dalam diri kita maupun yang ada disekitar kita. Uapacara Pebersian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Upacara Pebersian 2. Upacara Persembahyangan

Upacara persembahyangan

dilakukan secara bersamaan oleh seluruh

masyarakat Desa Darmasaba yang

(8)

Persembahyangan ini dipimpin oleh seluruh mangku yang muput upacara.

Upacara persembahyangan ini

dilaksanakan di wantilan atau bale agung Pura Dalem. Tujuan dari persembahyangan ini yaitu untuk mewujudkan rasa bhakti

kehadapan Tuhan beserta segala

manifestasinya,selain itu untuk memohon

kesalamatan kehadapan Tuhan,dengan

diadakan upacara Ngerebeg maka

diharapkan Tuhan memberikan

keselamatan dan menjauhkan masyarakat Desa Pakraman Darmasaba dari sifat-sifat negative.

3. Penyamblehan

Penyambleh adalah penaburan

darah binatang korban dengan jalan

memotong leher binatang itu atau

menikamnya dengan keris. Upacara ini

menggunakan babi butuhan sebagai

penyambleh. Setelah babi ini

disembelih,darah dari kepala babi ini akan dioleskan disetiap Ida Batara Petapakan. Sedangkan badan babi akan dijadikan masakan yaitu lawar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Upacara Panyemblehan 4. Puncak Acara Ngerebeg

Setelah dilakukan

penyamblehan,upacara selanjutnya yaitu

puncak acara Pengrebegan. Sebelum

berkeliling desa,iring-iringan akan

mengelilingi wantilan atau bale agung terlebih dahulu sebanyak 3 kali. Pada puncak upacara ini Ida Batara Petapakan yang terdiri dari barong,barong landung dan

rangda akan tedun dan mengelilingi

wantilan dengan diiringi oleh pemedek atau masyarakat desa dan diiringi pula dengan gambelan. Setelah berkeliling sebanyak 3 kali,maka iring-iringan akan menuju desa

dan mengelilingi desa pakraman

Darmasaba.

Dalam setiap perjalanan

mengelilingi desa,iring-iringan akan

berhenti di setiap banjar dan pura. Selain itu iring-iringan akan membentuk lingkaran di setiap perempatan. Iring-iringan Ida

Batara Petapakan akan berhenti sejenak di

setiap banjar atau pura untuk melakukan

ritual persembahyangan,dengan sarana

banten segehan panca warna yang

dipimpin oleh jro mangku.Iring-iringan akan bersorak sambil berlari untuk mengelilingi desa. Tujuan dari upacara ini adalah untuk menetralisir sifat-sifat jahat atau negative yang ada di desa,selain itu juga untuk menghindari desa dari wabah penyakit (grubug). Puncak acara ngerebeg dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Puncak Acara Ngerebeg

(6) Upacara Penutupan

Upacara penutupan ini dilakukan

setelah dilaksanakannya upacara

Pengrebegan yaitu keliling desa dengan

iring-iringan Ida Bhatara Petapakan.

Setelah berkeliling desa,iring-iringan Ida

Bhatara Petapakan akan kembali ke Pura Dalem,sebelum iring-iringan masuk ke

dalam pura,jro mangku akan menghaturkan segehan warna lima di depan iring-iringan Ida Bhatara Petapakan. Upacara ini dilakukan di jaba Pura,ini dilakukan karena dihaturkan segehan warna lima memiliki arti yaitu sebagai persembahan untuk bhuta

kala,diharapkan para bhuta kala tidak

mengganggu pengiring maupun Bhatara

Patapakan. Dengan dihaturkannya segehan

warna lima oleh pemangku,berakhir pula upacara Pengrebegan tersebut.

3. Nilai-Nilai dan Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah

(9)

(1) Nilai Religius

Upacara sacral ngerebeg

merupakan suatu upacara untuk melakukan wujud bakti kehadapan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa dan meminta perlindungan

dari-Nya. Jadi dapat di ketahi bahwa tradisi

Ngerebeg memiliki nilai religius dalam

pelaksanaannya dan merupakan bagian utama dari nilai pendidikan karakter.

(2) Nilai Ekonomi

Tradisi Ngerebeg ini sangat

menguntungkan bagi para pelaku ekonomi desa khususnya para pedagang kecil.

Ekonomi adalah salah satu factor

pemertahanan tradisi Ngerebeg di Desa

Pakraman Darmasaba.

(3) Nilai Estetis

Nilai estetis terdapat dalam tradisi

Ngerebeg, seperti dalam hal seni dalam

musik gambelan maupun dalam membuat

banten.

(4) Nilai Sosial

Dalam pelaksanaan tradisi

Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba,

tentu tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu, yaitu konsep Tri Hita Karana. Dalam ajaran Agama Hindu, yaitu Tri Hita

Karana ditekankan untuk menjaga

harmonisasi antara manusia dengan sang penciptanya, manusia dengan sesame manusia serta manusia dengan alam.

(5) Nilai Politik

Tradisi Ngerebeg terkandung nilai politik,dimana dalam pelaksanaan upacara ini melibatkan prajuru desa atau pemimpin-pemimpin desa pakraman Darmasaba.

Dalam peranan prajuru desa dalam

upacara ini sangatlah penting,karena

prajuru desa yang mengatur seluruh serangkaian upacara Ngerebeg. Dalam upacara ini kelian adatlah yang mengatur dan menjadi ketua dalam upacara tersebut. Secara tidak langsung peran dari prajuru desa dalam upacara ini akan memperkuat posisi mereka masing-masing.

(6) Nilai Teoritis

Dalam tradisi ngerebeg adapun nilai teoritis yang dimiliki adalah bagaimana latar belakang terjadinya tradisi Ngerebeg, tata

urutan pelaksanaan tradisi Ngerebeg,

mengetahui nilai religious, nilai ekonomi, nilai estetika dan nilai politik yang terdapat

dalam tradisi Ngerebeg, untuk itu

diharapkan kedepanya bagi generasi muda

agar tradisi ini mampu dipelajari dan dpertahankan.

2) Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah

Pemanfaatan tradisi ngerebeg

sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran sejarah di SMA dapat

dilaksanakan dengan penyesuaian

kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran sejarah SMA. Tradisi ngerebeg tersebut digunakan sebagai pengayaan

materi ajar demi mempermudah

tercapainya tujuan pembelajaran.

Penyisipan ngerebeg sebagai pengayaan

materi dapat dilaksanakan melalui

pengembangan RPP yang disesuaikan dengan KI dan KD di silabus pada materi dan pokok bahasan yang sesuai.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasakan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Pelaksanaan Tradisi

Ngerebeg yang dilaksanakan oleh

masyarakat Desa Pakraman Darmasaba berpedoman pada loka dresta yaitu tradisi yang sudah diterima secara turun temurun

oleh masyarakat Desa Pakraman

Darmasaba. Tradisi ini sampai sekarang masih dipertahan dan tradisi ini dilakukan setiap wrespati ngepik yaitu hari kamis. Tradisi Ngerebeg masih bertahan sampai sekarang karena adanya kepercayaan dari para masyarakat jika tidak dilaksanaka akan terjadi suatu bencana yang melanda desa. Selain itu, ada faktor lain yang turut

mempengaruhi keberlangsungan tradisi

Ngerebeg antara lain :

keyakinan,melanjutkan tradisi dari desa asal yaitu desa Bantiran,pemenuhan rasa

aman,pelestarian budaya,penguatan

solidaritas,upacara Ngerebeg sebagai asset

ekonomi desa pakraman,penguatan

ekonomi keluarga,dan memperkuat agama Hindu. 2) Tradisi Ngerebeg memiliki

beberapa tata upacara sebagaimana

layaknya upacara lainnya. Tahap

pelaksanaan upacara Ngerebeg yaitu: (1)

Tahap Persiapan; (2) Pebersian (3)

Persembahyangan (4) Penyambleh (5) Puncak Upacara Ngerebeg,dan penutup. 3) Tradisi Ngerebeg merupakan salah satu

(10)

budaya lokal yang memiliki nilai-nilai dan

dapat di implementasikan ke dalam

pembelajaran sejarah. Adapun nilai-nilai dalam Tradisi Ngerebeg di Desa Pakraman Darmasaba yang dapat diimplementasikan ke dalam pelajaran Sejarah di antaranya : nilai religious, teoritis, estetis, sosial dan nilai politik.

Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran dan masukan

kepada Masyarakat Desa Pakraman

Darmasaba, siswa dan guru, masyarakat umum, dan pemerintah. Masyarakat Desa

Pakraman Darmasaba, hendaknya

pelaksanaan Tradisi Ngerebeg tetap

dipertahankan sebagai suatu warisan

budaya yang juga memiliki nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan sumber berpijak dan bertindak yang positif. Siswa dan guru, agar tradisi Ngerebeg diharapkan

dapat dipergunakan sebagai sumber belajar di luar sekolah sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya berkaitan

dengan sejarah kebudayaan dan

pendidikan karakter dapat ditingkatkan, dan

khusus untuk guru agar dapat

memanfaatkan sarana teknologi yang ada, guna mewujudkan strategi pembelajaran inovatif. Masyarakat umum, diharapkan dapat memfungsikan Tradisi Ngerebeg sebagai sumber belajar umum secara positif dan mampu melestarikan hasil budaya leluhur. Pemerintah yang terkait, diharapkan ikut serta menjaga eksistensi

Tradisi Ngerebeg melaui

kebijakan-kebijakan yang bisa menjaga dan

mempertahankan Tradisi Ngerebeg karena merupakan bagian dari warisan leluhur yang perlu dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraninggrat. 1985. Asas-asas Ritus

Upacara dan religi dalam Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka.

. 2002. Pengantar Ilmu

Antropologi. Jakarta : PT Renika Cipta.

Soelaeman, M. Munandar. 2002. Ilmu

Budaya Dasar Suatu Pengantar.

Bandung: PT Reflika Aditama. Wiana, K. 2002. Memelihara Tradisi Weda.

(11)

Gambar

Gambar 2. Upacara Pebersian  2.  Upacara Persembahyangan
Gambar 4. Puncak Acara Ngerebeg

Referensi

Dokumen terkait

Atas nikmat sehat yang telah Allah SWT berikan, penulis telah menyelesaikan skripsi berjudul Tradisi Jawa Dalam Acara Pernikahan Di Desa Dukuhbangsa Kecamatan

Nilai Tradisi Bahari Masyarakat Indramayu Dalam Pembelajaran Sejarah”. Dengan membawa siswa ke daerah laut, seperti bekas pelabuhan Ciamnuk, galangan kapal

Tarian Barong ialah sebuah tari tradisional yang biasa ditandai dengan adanya topeng hewan berkaki empat yang besar dan kostumnya dikenakan oleh satu hingga dua

memperingati hari Kol yang artinya hari ulang tahun seorang tokoh yang bernama Ki Buyut Terik (Sunan Nur Lali). Ia adalah seorang santri Sunan Giri yang diutus untuk

Setelah itu sang mayah penempuh mempersiapkan berbagai sarana upakara yangakan dibawa saat pelaksanaan Tradisi Mayah Penempuh, Tiga hari sebelum odalan di pura

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) ada tiga faktor yang melatarbelakangi pengerajin tenun songket memproduksi motif tradisional dan motif modern dilihat dari

Penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman Guliang Kangin, Bangli, Bali yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Guliang dijadikan sebagai Pengasingan dan Sejarah berdirinya Pura

Berdirinya Pura Majapahit tidak bisa dilepaskan kaitanya dengan tiga buah kerajaan yakni Mengwi, Jembrana dan Blambangan.Ketiga kerajaan inilah yang nantinya mendirikan