• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT

Menimbang : a. bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki dan/atau menguasai aset yang perlu diberdayakan secara optimal, agar dapat meningkatkan pendapatan daerah;

b. bahwa untuk lebih memberdayakan aset daerah sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, perlu meninjau kembali Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b di atas,

perlu ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli 1950);

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) Jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4052);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

(2)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem

dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain;

12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 13 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 15);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT dan

GUBERNUR JAWA BARAT MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.

4. Dinas adalah Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.

5. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air adalah Dinas Pengelolaan Sumber

(3)

6. Dinas Bina Marga adalah Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat.

7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.

8. Dinas Perikanan adalah Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat.

9. Balai Pengelolaan Taman Budaya adalah Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.

10. Balai Pengelolaan Museum Negeri Sribaduga adalah Unit Pelaksana

Teknis pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. 11. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi

Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroaan

Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun,Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi sejenis, Lembaga Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta Badan Usaha lainnya.

13. Barang Daerah adalah semua kekayaan Pemerintah Daerah baik yang

dimiliki maupun dikuasasi yang berwujud, baik yang bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya, yang selanjutnya disebut Kekayaan Daerah.

14. Pengelolaan Kekayaan Daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan

terhadap barang Pemerintah Daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga pengadaan, penyimpanan, penyaluran inventarisasi, penggunaan pengendalian, pemeliharaan, penghapusan, penjualan/sewa beli, pelepasan dan pengguna usaha serta penatausahaannya.

15. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

16. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

17. Retribusi Jasa Pelayanan Industri Kecil Menengah adalah pungutan

daerah atas penggunaan sarana dan prasarana pada Dinas untuk pengembangan usaha industri kecil menengah.

18. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SPTRD

adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

19. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan

pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

20. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas

waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah.

(4)

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besaran jumlah retribusi yang terutang.

22. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

23. Pendaftaran dan Pendataan adalah rangkaian kegiatan untuk

memperoleh data/informasi serta penatausahaan yang dilakukan oleh petugas retribusi dengan cara penyampaian SPTRD kepada wajib retribusi untuk diisi secara lengkap dan benar.

24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi, karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang.

25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disebut

SKRDKB adalah surat ketetapan yang memutuskan besaran retribusi daerah yang terutang.

26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang

selanjutnya disebut SKRDKBT adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi daerah yang telah ditetapkan.

27. Penagihan Retribusi Daerah adalah rangkaian kegiatan pemungutan

retribusi daerah yang diawali dengan penyampaian surat peringatan dan surat teguran agar yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi sesuai dengan jumlah retribusi yang terutang.

28. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama wajib

retribusi yang tercantum pada SKRD, SKRDKB atau SKRDKBT yang belum kadaluwarsa dan retribusi lainnya yang masih terutang.

BAB II RETRIBUSI Bagian Kesatu

Nama, Subjek, Objek dan Penggolongan Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan Daerah.

Pasal 3

(1) Obyek retribusi adalah pelayanan pemberian hak pemakaian kekayaan

Daerah yang meliputi Tanah, Ruangan, Alat-alat berat, Taman Budaya, sarana dan prasarana pelabuhan perikanan.

(2) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang

memakai/menggunakan/menikmati kekayaan Daerah. Pasal 4

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah digolongkan sebagai retribusi jasa usaha.

(5)

Bagian Kedua

Prinsip-Prinsip Penggunaan dan Tarif Retribusi Pasal 5

(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu pemakaian

kekayaan Daerah.

Pasal 6

(1) Prinsip tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Struktur dan besarnya tarif digolongkan kepada jenis dan peruntukan

kekayaan milik Daerah yang digunakan. Pasal 7

Tarif retribusi didasarkan pada kebijakan daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Pasal 8

Besaran tarif retribusi tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Wilayah Pemungutan

Pasal 9

(1) Retribusi dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan pemakaian

kekayaan Daerah diberikan.

(2) Penggunaan kekayaan milik Daerah di luar wilayah Daerah pemberi

pelayanan, kewenangan pemungutan retribusi didasarkan. Bagian Keempat

Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pasal 10

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Pemungutan retribusi diawali dengan pengisian SPTRD.

(3) Atas dasar data dari SPTRD, dilakukan perhitungan besarnya retribusi.

(4) Retribusi ditetapkan dengan menggunakan SKRD.

(5) Berdasarkan SKRD, retribusi terutang ditagihkan kepada wajib retribusi.

(6) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

disetorkan ke Kas Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Bendaharawan Penerima Pembantu Unit Pelayanan Pendapatan Daerah pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat setempat.

(6)

(8) Pengaturan lebih lanjut tentang tata cara pemungutan retribusi ditetapkan oleh Gubernur.

Bagian Kelima Sanksi Administrasi

Pasal 11

(1) Dalam hal wajib bayar tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari besaran retribusi yang terutang atau kurang bayar, dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan sejak keterlambatan harus dibayar dan disetorkan ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Penerima Pembantu Unit Pelayanan Pendapatan Daerah pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat setempat.

Bagian Keenam

Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi Pasal 12

(1) Gubernur dapat memberikan pengurangan, keringanan dan

pembebasan retribusi.

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan

retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Gubernur.

Bagian Ketujuh

Pembetulan, Pengurangan Ketetapan, Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi dan Pembatalan

Pasal 13

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan

STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penetapan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

(2) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau

penghapusan sanksi administrasi berupa denda dan kenaikan retribusi yang terutang, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan wajib retribusi atau bukan karena kesalahannya.

(3) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau

pembatalan ketetapan retribusi yang tidak benar.

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan secara tertulis oleh wajib retribusi kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, paling lambat 30 hari sejak tanggal diterimanya SKRD dan STRD, dengan memberikan alasan yang jelas.

(7)

Bagian Kedelapan

Tata Cara Penyelesaian Keberatan Pasal 15

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan keberatan atas SKRD

dan STRD.

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

disampaikan secara tertulis kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal ditetapkannya SKRD dan STRD, kecuali terdapat alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran retribusi.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), diputuskan

oleh Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima.

Bagian Kesembilan

Kadaluwarsa Retribusi dan Penghapusan Piutang Retribusi karena Kadaluwarsa Penagihan

Pasal 16

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah

melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran;

b. Adanya pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung

maupun tidak langsung. Pasal 17

(1) Piutang retribusi yang dapat dihapuskan adalah piutang retribusi yang tercantum dalam SKRDLB dan SKRDKBT, yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena wajib retribusi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, tidak dapat ditemukan, tidak mempunyai harta kekayaan lagi atau karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa.

(2) Untuk memastikan kewajiban retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilakukan pemeriksaan setempat terhadap wajib retribusi, sebagai dasar untuk menentukan besaran retribusi yang tidak dapat ditagih lagi.

(8)

(3) Piutang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dihapuskan setelah adanya laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau setelah adanya penelitian administrasi mengenai kadaluwarsa penagihan retribusi oleh Dinas.

(4) Atas dasar laporan dan penelitian administrasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), setiap akhir tahun takwim, Dinas membuat daftar penghapusan piutang untuk setiap jenis retribusi yang berisi nama wajib retribusi, jumlah retribusi yang terutang, jumlah retribusi yang telah dibayar, sisa piutang retribusi dan keterangan wajib retribusi.

(5) Dinas menyampaikan usul penghapusan piutang retribusi kepada

Gubernur pada setiap akhir tahun takwim, yang dilampiri daftar penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Gubernur menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang

sudah kadaluwarsa.

(7) Tata cara penghapusan retribusi ditetapkan oleh Gubernur.

BAB III

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 18

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dilakukan oleh Dinas.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 19

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 20

Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini, harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 21

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pemakaian Kekayaan Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(9)

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat.

Ditetapkan di Bandung pada tanggal

GUBERNUR JAWA BARAT,

DANNY SETIAWAN Diundangkan di Bandung

pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT,

LEX LAKSAMANA

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode snowball throwing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan pencapaian KKM mata pelajaran IPS materi

Seluruh lansia beserta staf dari Panti Werdha Pangesti, khususnya Mbak Sari yang telah membantu dalam proses penelitian serta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan

55 (Revised 2011) are classified as financial assets at fair value through profit or loss, loans and receivables, held-to-maturity investments, or available-for-sale

Analisis Keuntungan (Profitabilitas) Rasio ini disebut juga sebagai ratio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

Dari tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa motivasi Masyarakat Kecamatan Medan Selayang masuk BPJS Kesehatan menuruti pendapat orang lain atau kelompok preferen secara

Usaha kuliner atau makanan kemasan memiliki peluang besar untuk  memperluas pasar karena usaha kuliner merupakan sebuah usaha yang dibutuhkan setiap hari oleh konsumen dan di

Perusahaan minyak lain yang datang untuk berinvestasi di Hindia-Belanda adalah Shell Transport and Trading Co , 3 perusahaan ini pun mendapat konsesi di Balikpapan yang

*) Laporan yang disampaikan ke Biro PSPN merupakan gabungan dari Kantor Pusat dan Kantor Cabang Bank **) Apabila terdapat pemesanan Warkat dan atau Dokumen Kliring lebih dari