• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shareholders khususnya, dan Stakeholders pada umumnya (Mas Acmad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shareholders khususnya, dan Stakeholders pada umumnya (Mas Acmad"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Cadburry Report GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para Shareholders khususnya, dan Stakeholders pada umumnya (Mas Acmad Daniri,2005). Sedangkan Menurut Sutojo dan John Aldridge (2005; 1) kata Governance diambil dari kata latin, yaitu Gubernance yang artinya mengarahkan dan mengendalikan. Dalam ilmu manajemen bisnis kata tersebut diadaptasi menjadi Corporate Governance yang artinya sebagai upaya mengarahkan (Directing) dan mengendalikan (Control) kegiatan organisasi termasuk perusahaan. Organization for Economic Coorperation and Development (OECD) (2005;2) mendefinisikan GCG adalah The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board objectives of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance.

Pengertian GCG menurut versi Menteri Badan Usaha Milik Negara dalam No KEP-117/M/MBU/2002.

“GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

(2)

lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. Pengertian GCG menurut World Bank yang dikutip dalam buku Membangun Good Corporate Governance oleh iman dan amin (2002;5) adalah.

“Hukum dan peraturan dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisein, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang, yang berkesinambungan bagi para pemegang pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan”.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa GCG adalah merupakan suatu aturan atau prinsip yang harus di implementasikan oleh seluruh elemen – elemen di dalam perusahaan guna dapat mengarahkan dan mengendalikan perilaku yang baik guna mencapai tujuan perusahaan yaitu keuntungan secara ekonomi dan juga meningkatkan nilai perusahaan untuk jangka panjang.

2.1.2 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip utama dari GCG yang menjadi indikator dalam mengimplementasikan GCG banyak disebutkan oleh beberapa sumber diantarnya :

1. Menurut Mentri Badan Usaha Milik Negara No KEP-117/M/MBU/2002 menyebutkan prinsip GCG adalah:

 Transparasi  Kemandirian  Akuntabilitas

 Pertanggung jawaban  Kewajaran/keadilan

(3)

2. Menurut Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 terdapat lima prinsip dasar yaitu :

Transparasi (Transparency) Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban (Responsibillity) Indepensi (Independency)

Kewajaran (Fairness)

3. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN INDONESIA yaitu:

 Transparasi  Akuntabilitas  Responsibilitas  Independensi

 Kewajaran dan Kesadaran

Dari beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 dimesi Good Corporate Governance yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Transparasi

Secara umum bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya

2. Akuntabilitas

Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, system dan pertanggungjawaban di setiap elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan

(4)

fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan manager.

3. Responsibilitas

Kepatuhan perusahaan terhadap aturan aturan baik aturan pemerintah, aturan lembaga terkait sampe aturan yang dibuat lingkungan sekitar. 4. Independensi

Perusahaan dapat menjalankan kegiatan perusahaan dengan mandiri tanpa adanya benturan kepentingan dan intervensi dari pihak yang tidak berwenang.

5. Kewajaran dan Kesetaraan

Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain.

2.1.3 Tujuan Good Corporate Governance

Menurut Organization for Economic Co Operation and Development (OECD) Tujuan GCG adalah :

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Right Of Share Holder) Hak hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunnya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.

(5)

3. Peranan Stakeholder yang terkait dengan perusahaan (The Role Of Share Holders).Peranan Pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.

4. Keterbukaan dan transparansi (Disclosure and Transparency).

Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparasi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan (Stakeholder).

5. Akuntabilitas dewan komisaris ( The resposibillities of the board).

Tanggung Jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. (2002:10).

Dari kelima Tujuan yang dijabarkan oleh OCDC menunjukan isyarat bagaimana penting hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik . Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG Bank harus melakukan penilaian sendiri Self Assessment secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan GCG menurut 9/12/DPNP Tanggal 30 Mei 2007 yaitu:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris. 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi.

3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite. 4. Penanganan benturan kepentingan.

5. Penerapan fungsi kepatuhan. 6. Penerapan fungsi audit intern. 7. Penerapan fungsi audit ekstern.

8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern. 9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (Related Party) dan penyediaan

(6)

10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal.

11. Rencana strategis Bank.

2.1.4 Implementasi Good Corporate Governance

Dalam Implementasi prinsip prinsip GCG dapat menggunakan beberapa pendekatan. Hasil penelitian OECD (2002) mengatakan bahwa penerapan GCG di berbagai negara berbeda berbeda tergantung pada sejarah, tradisi budaya, efesiensi sistem pengadilan dan struktur politik negara serta tingkat perkembangan ekonominya (Etty Retno;2004).

Implementasi pada mekanisme Corporate Governance diharapkan dapat mengurangi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari adanya masalah keagenan. Pada gilirannya hal tersebut akan menimbulkan perasaan aman pada seluruh pemegang saham ataupun investor lainnya bahwa hak-hak mereka diperhatikan dan dilindungi. Manajemen ataupun pemegang saham mayoritas sebagai pengendali perusahaan diharuskan untuk bertindak dalam koridor aturan yang ada dan tidak dapat lagi bertindak semaunya mengeksploitasi ketidakmampuan ataupun keterbatasan informasi yang dimiliki investor.

Selain itu, kesadaran mengenai praktik Good Corporate Governance akan mendorong transparansi perusahaan. Investor akan mengapresiasi nilai informasi lengkap yang disajikan perusahaan untuk membantu mereka mengevaluasi kinerja sekaligus prospek perusahaan di masa datang. Penerapan Good Corporate Governance juga dapat mencegah terjadinya praktik-praktik yang tidak sehat seperti perdagangan orang dalam (Insider Trading), akuisisi internal dan transaksi hubungan istimewa yang merugikan pemegang saham minoritas. Selain itu,

(7)

penerapan tata kelola perusahaan yang baik mendorong terciptanya iklim persaingan yang sehat dalam suasana keterbukaan informasi. Dengan demikian, apabila semua perusahaan menerapkan mekanisme Good Corporate Governance diharapkan bahwa kinerja perusahaan di Indonesia akan meningkat. Pada akhirnya hal ini tentunya akan mempengaruhi persepsi investor mengenai investasi di Indonesia, dan juga pada jumlah premium yang bersedia dibayar oleh investor untuk perusahaan yang melaksanakan Good Corporate Governance (KNKG, 2009).

2.1.5 The Indonesian Intitute for Corporate Governance (IICG)

The Indonesian Intitute for Corporate Governance (IICG) merupakan lembaga yang didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 adalah sebuah lembaga independen yang melakukan kegiatan diseminasi dan pengembangan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di Indonesia. IICG memiliki visi Menjadi lembaga independen dan bermartabat untuk mendorong terciptanya nilai perilaku bisnis yang sehat serta menjadi inspirasi IICG untuk senantiasa berupaya memasyarakatkan konsep, praktik dan manfaat GCG kepada dunia bisnis khususnya dan masyarakat luas pada umumya. Kegiatan utama yang dilakukan oleh IICG adalah melakukan riset penerapan GCG yang hasilnya berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). (IICG, 2011)

Dalam penyelenggaraan CGPI, IICG setiap tahunnya selalu melakukan pengembangan metodologi dan cakupan responden agar hasil

(8)

riset dapat lebih representatif guna memberikan gambaran penerapan GCG di Indonesia. Dengan metodologi dan cakupan yang representatif, pemberian penghargaan dan Brenchmark akan lebih terpercaya dan dapat memberikan dampak edukasi yang luas bagi kalangan dunia usaha di Indonesia.

2.2 Teori Keagenan

Menurut Sutedi (2012; 14) untuk memahami Corporate Governance jalan yang paling dekat adalah memahami teori agensi (Agency Theory). Teori ini memberikan wawasan analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan agen dengan prinsipal atau prinsipal dengan prinsipal. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer dan investor. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.

Agency Relationship adalah kontrak dimana satu atau lebih orang (disebut Owners atau pemegang saham atau pemilik) menunjuk seorang lainnya (disebut agen atau pengurus/manajemen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik. Pekerjaan tersebut termasuk pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan, dalam hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di bank tersebut secara maksimal. Bila

(9)

kedua pihak memaksimalkan perannya (Utility Maxmiizers), cukup beralasan apabila manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Hal ini sangat beralasan sekali karena pada umumnya pemilik memiliki Welfare Motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya manajemen lebih bersifat jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan Sustanability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji. Dengan adanya monitoring cost tersebut manajemen akan senantiasa memaksimalkan kesejahteraan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktik akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen dan Mekling,1976).

Corporate Governance merupakan konsep didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima Return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu Corporate Governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer ( Shleifer dan Vishny,1997), dengan kata lain yakni Corporate Governance diharapkan berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan.

(10)

2.3 Bank

2.3.1 Pengertian Bank

Menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang pokok-pokok Perbankan pasal 1 ayat 2 Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak . Menurut SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian Bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Sedangkan pengertian bank menurut Kasmir (2006; 2) adalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta jasa-jasa lainnya.

2.3.2 Jenis Bank

Menurut Undang-Undang RI. Nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan terdiri dari :

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (Commercial Bank)

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

(11)

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut : 1) Bank milik pemerintah

2) Bank milik swasta nasional 3) Bank milik koperasi

4) Bank milik asing 5) Bank milik campuran

2.4 Kinerja Keuangan 2.4.1 Pengertian Kinerja

Kinerja perusahaan menurut Bastian (2001; 329) yaitu:

”Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasara, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (Strategic Planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam periode tertentu”.

Menurut Mulyadi (2001; 415), pengertian kinerja adalah :

”Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba”.

Dari dua pengertian tentang kinerja dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan ukuran pencapaian yang dapat dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu operasional perusahaan dalam segi keuangan maupun non keuangan. Dimana kinerja dapat dijadikan penilaian pencapaian visi misi dan target perusahaan.

2.4.2 Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi Irham (2012) pengertian kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu peusahaan telah

(12)

melaksanakan dengan mengunakan aturan – aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Sedangkan menurut Sucipto (2003) Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut penghimpunan dana maupun aspek penyalur dana yang biasannya diukur dengan aspek indikator kecukupan modal, liquiditas dan profitabilitas. Sehingga dapat dikatakan Kinerja perusahaan adalah hasil dari serangkaian proses yang dilakukan oleh manajamen dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada diperusahaan, salah satu alat yang dapat mengukur kinerja perusahaan yaitu dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan.

2.4.3 Penilaian Kinerja Keuangan perusahaan

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Pemegang saham memiliki wewenang untuk meminta pertanggung jawaban atas kinerja keuangan perusahaan termasuk memberi tuntutan kepada perusahaan untuk memberikan timbal balik atas penanaman modal yang telah dipercayakan. Jadi dalam menilai kinerja

(13)

keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. (Ermayanti, 2009). 2.4.4 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan perusahaan

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih

2. Untuk mengetahui tingkat solvablitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilias atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas utang-utangnya termasuk membayar kembali pokok utangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.4.5 Penilaian Kinerja Keuangan Perbankan

Penilaian kinerja keuangan bank sangat penting untuk setiap stakeholder bank yaitu manajemen bank, nasabah, mitra bisnis, dan pemerintah di dalam pasar

(14)

keuangan yang kompetitif. Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan regulasi bank dengan baik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Kinerja keuangan perbankan sendiri sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank.

Teori manajemen keuangan menyediakan banyak variasi indeks untuk mengukur kinerja suatu bank, salah satu diantaranya adalah rasio keuangan. Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan adalah Thompson (1991), menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah bank. Payamta dan Mas’ud Machfoedz, (1999) mengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan berbagai rasio CAMEL (Capital adequacy, Asset quality, Management, Earning, dan Liquidity). Eko Widodo (2001) dalam penelitiannya, menggunakan rasio keuangan untuk mengukur asosiasi likuiditas, struktur modal, dan kualitas aktiva dengan profitabilitas bank.

Rasio biasa digunakan dalam hal untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio solvabilitas (kecukupan modal), rasio profitabilitas, dan rasio likuiditas. Penilaian keputusan berinvestasi dalam pasar modal dan menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan, biasanya yang dinilai adalah kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai

(15)

berdasarkan analisis laporan keuangan maupun analisis rasio keuangan perusahaan yang bersangkutan.

2.4.6 Analisis Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menganalisa dan menilai posisi keuangan serta potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan. Pengukuran yang diadakan terhadap keuangan perusahaan dapat diintrepretasikan dengan rasio-rasio yang dapat digunakan sebagai alat ukur. Hasil pengukuran kinerja keuangan dapat dijadikan informasi kondisi keuangan suatu perusahaan.

Dalam menganalisa kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan suatu teknik analisis rasio. Menurut Munawir (2002; 37) analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

Menurut (Irawati, 2006) ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebagai informasi kondisi keuangan perusahaan yaitu:

1) Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya 2) Rasio Leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan menggunakan hutangnya untuk jangka panjang.

(16)

3) Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.

4) Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. 5) Rasio Penilaian, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit). Rasio profitabilitas salah satu rasio yang dijadikan rujukan bagi para investor untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan. Menurut Fahmi(2011; 116) mengatakan bahwa :

“Rasio profitabilitas adalah bermanfaat untuk menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Investor yang potensial akan menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuannya untuk mendapatkan keuntugan (profitabilitas), rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dan efektivitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi ”.

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan sebagai alat ukur kinerja keuangan yaitu Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Kedua rasio tersebut digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang merupakan sarana untuk mengetahui kemampuan pengembalian investasi perusahaan dalam memberikan keuntungan dalam menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan dan menggunakan dana

(17)

pemilik (modal). Menurut Prastowo dan Julianty (2002; 85) mengukur tingkat pengembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan maupun menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal).

2.4.7 Return On Asset

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula posisi tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan atau pemanfaatan aset. Pengertian ROA menurut Fahmi (2011; 137) adalah Rasio ini untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012; 158) Return On Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.4.8 Return On Equity

Rasio ini merupakan indikator penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan bersangkutan. Menurut Fahmi (2011; 137) pengertian ROE adalah rasio yang mengkaji sejauh mana

(18)

suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Sedangkan Menurut Sawir (2005; 20) ROE adalah Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan.

Adapun rumus Return On Equity (ROE) menurut Sutrisno (2009; 223) adalah :

2.5 Kerangka Pemikiran

Good Corporate Governance suatu sistem yang mengatur hak dan kewajiban pada pihak-pihak yang berperan dan terkait dalam pengelolaan sebuah perusahaan, seperti yang terdapat dalam pedoman dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006), Good Corporate Governance adalah:

“Salah satu pilar dari system ekonomi pasar. Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhdap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong tercipntanya persaingan yang sehat dan iklim kondusif”.

Corporate Governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana (Principal/Investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan Corporate Governance, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen

(19)

(Agent) bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan. Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001; 4), yaitu :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan Stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya

di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan Shareholder’s Values dan dividen. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa GCG memiliki Lima prinsip dasar yang harus dilaksanakan agar tercapainya GCG yaitu :

Transparasi (Transparency) Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban (Responsibillity) Indepensi (Independency)

Kewajaran (Fairness)

Krisis perbankan di Indonesia yang di mulai akhir tahun 1997 bukan semata-mata diakibatkan krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum dilaksanakannya Good Corporate Governance dan etika yang melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia melalui restruktrurisasi dan rekapitulasi hanya dapat mempunyai dampak jangka

(20)

panjang dan mendasar apabila diserti tiga tindakan penting lain yaitu: (1) Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian, (2) Pelaksanaan Good Corporate Governance, dan (3) Pengawasan yang efektif dari Otoritas Pengawas Bank (Zarkasyi, 2008; 112).

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan tersebut didukung oleh beberapa penelitian. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan hubungan positif antara penerapan GCG dengan kinerja perusahaan. Dendy Jatmika (2014) menunjukan bahwa GCG berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Herman Darwis (2009) menunjukan bahwa GCG dapat berpengaruh terhadapat beberapa elemen variabel. Rio Novianto dan Rosinta Ria (2012) juga menunjukan bahwa penerapan GCG secara signifikan dapat meningkatkan Return on Asset sedangkan tidak signifikan dengan tobin’s Q sebagai indikator dari Kinerja perusahaan.

Selain itu pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja keuangan juga didukung oleh beberapa lembaga di indonesia seperti Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia serta dalam Paper BUMN Reformasi kelembagaan penerapan Governance yang ditulis oleh Mas Achmad Daniri & A.Prasentyantoko (2009).

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

(21)

2.6 Hipostesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan di atas, penulis merumuskan hipotesis penelitian untuk dikaji kebenarannya, yaitu :

Ho : Penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Ha : Penerapan Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya fitur konsultasi transformasi tacit knowledge antar pengguna dapat terjadi, serta dengan fitur knowledge repositories explicit knowledge yang telah

kemudian pada 26-28 Agustus 2015 akan mengadakan sosialisasi khususnya UU 23 di Yogyakarta (perusahaan di Kalimantan), Pada bulan September akan mengadakan

[r]

Pada penelitian ini, peneliti telah melakukan tinjauan pustaka terhadap karya ilmiah dan perpustakaan IAIN Metro, dan yang melakukan penelitian mengenai penetapan margin

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari daya terima dan konsumsi pasien rawat inap penderita penyakit dalam terhadap menu makanan yang disajikan di rumah sakit

Non Performing Loan (NPL), manajemen yang diproksikan dengan Net Interest Margin (NIM), rentabilitas yang diproksikan dengan Biaya Operasional dibanding Pendapatan

Berdasarkan masalah pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa

IRR memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap risiko pasar karena jika Interest Sensitivity Asset (IRSA) meningkat dengan presentase lebih besar daripada presentase