• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Kontrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hukum Kontrak"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1

1.1 LATAR LATAR BELAKANGBELAKANG

Buku II KUH Pdt atau BW terdari dari suatu bagian umum dan bagian khusus. Bagian umum bab I sampai dengan bab IV, memuat peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan pada

umumnya, misalnya tentang bagaimana lahir dan hapusnya perikatan, macam-macam perikatan dan sebagainya. Buku III KUH Pdt menganut azas kebebasan berk!ntrak" dalam membuat per#an#ian, asal tidak melanggar ketentuan apa sa#a, asal tidak melanggar ketentuan

Undang-Undang, ketertiban umum dan kesusilaan. $zas ini dapat disimpulkan dari pasal %&&' KUH Pdt yang menyatakan bah(a segala per#an#ian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. )ang dimaksud dengan pasal ini adalah bah(a semua per#an#ian mengikat" kedua belah pihak.

*er#adinya prestasi, (anprestasi, keadaan memaksa, +iudusia, dan hak tangunggan dikarenakan hukum perikatan menurut Buku III B.W ialah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua !rang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan !rang lainnya ini di(a#ibkan untuk memenuhi tuntutan itu. /leh karena si+at hukum yang termuat dalam Buku III itu selalu berupa suatu tuntut-menuntut maka Buku III #uga dinamakan hukum perhutangan. Pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak berpiutang atau kreditur" sedangkan pihak yang (a#ib memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang atau debitur". $dapun barang sesuatu yang dapat dituntut dinamakan prestasi" yang

menurut undang-undang dapat berupa  %. 0enyerahkan suatu barang. 1. 0elakukan suatu perbuatan. &. *idak melakukan suatu perbuatan.

1.2

1.2 RUMUSAN RUMUSAN MASALAHMASALAH

(2)

%. $pa pengertian dari Per#an#ian2.

1. $pa pengertian prestasi dan (anprestasi2.

&. $pa pengertian azas azas k!ntrak bisnis2.

3. $pa pengertian per#an#ian k!ntrak2.

4. $pa pengertian risik! dan keadaan memaksa2.

5. $pa pengertian +idusia2.

6. $pa pengertian hak tanggungan2.

1.3

1.3 TUJUAN TUJUAN PEMBAHASANPEMBAHASAN

$dapun tu#uan dari pembahasan makalah ini adalah untuk 

%. 0emahami pengertian per#an#ian.

1. 0emahami prestasi dan (anprestasi.

&. 0emehami azas azas k!ntrak bisnis.

3. 0emahami per#an#ian kredit.

4. 0emahami risik! dan keadaan memaksa.

5. 0emahami +idusia.

(3)

BAB BAB II II PEMBAHASAN PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Perjanjian. 2.1 Pengertian Perjanjian.

%. 0enurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Per#an#ian menurut Pasal %&%& Kitab Undang Undang Hukum Perdata berbunyi  7uatu Per#an#ian adalah suatu perbuatan dengan mana satu !rang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu !rang lain atau lebih". Ketentua pasal ini sebenarnya kurang begitu memuaskan, karena ada beberapa kelemahan.

Kelemahan- kelemahan itu adalah seperti diuraikan di ba(ah ini

%. Hanya menyangkut sepihak sa#a, hal ini diketahui dari perumusan,  satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya".

1. Kata perbuatan mencakup #uga tanpa c!nsensus

&. Pengertian per#an#ian terlalu luas

3. *anpa menyebut tu#uan

4. $da bentuk tertentu, lisan dan tulisan

(4)

• syarat ada persetuuan kehendak

• syarat kecakapan pihak- pihak

• ada hal tertentu

• ada kausa yang halal

1. 0enurut 8utten

Per#an#ian adalah perbuatan hukum yang ter#adi sesuai dengan +!rmalitas-+!rmalitas dari peraturan hukum yang ada, tergantung dari persesuaian pernyataan kehendak dua atau lebih

!rang-!rang yang ditu#ukan untuk timbulnya akibat hukum demi kepentingan salah satu pihak atas beban pihak lain atau demi kepentingan dan atas beban masing-masing pihak secara timbal balik.

&. 0enurut adat

Per#an#ian menurut adat disini adalah per#an#ian dimana pemilik rumah memberikan i#in kepada !rang lain untuk mempergunakan rumahnya sebagai tempat kediaman dengan

pembayaran se(a dibelakang atau #uga dapat ter#adi pembayaran dimuka.

2.2 Prestasi an !an"restasi 2.2 Prestasi an !an"restasi

2.2.1 Pretasi 2.2.1 Pretasi

Pasal %1&3 KUHPerdata menyatakan bah(a tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu". Kemudian Pasal %1&4 KUHPerdata menyebutkan 9alam tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub ke(a#iban si berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan untuk mera(atnya sebagai se!rang bapak rumah yang baik, sampai pada saat penyerahan".

9ari pasal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bah(a dalam suatu perikatan, pengertian memberi sesuatu" mencakup pula ke(a#iban untuk menyerahkan barangnya dan untuk memeliharanya hingga (aktu penyerahannya.

(5)

Istilah memberikan sesuatu" sebagaimana disebutkan di dalam Pasal %1&4 KUHPerdata tersebut dapat mempunyai dua pengertian, yaitu

%. Penyerahan kekuasaan belaka atas barang yang men#adi !byek per#an#ian.

1. Penyerahan hak milik atas barang yang men#adi !byek per#an#ian, yang dinamakan penyerahan yuridis.

Wu#ud prestasi yang lainnya adalah berbuat sesuatu" dan tidak berbuat sesuatu". Berbuat sesuatu adalah melakukan suatu perbuatan yang telah ditetapkan dalam per#an#ian. 7edangkan tidak berbuat sesuatu adalah tidak melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana #uga yang telah ditetapkan dalam per#an#ian, manakala para pihak telah menunaikan prestasinya maka per#an#ian tersebut akan ber#alan sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan pers!alan. :amun kadangkala ditemui bah(adebitur tidak bersedia melakukan atau men!lak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam per#an#ian.

7alah satu unsur dari suatu perikatan adalah adanya suatu isi atau tu#uan perikatan, yakni suatu prestasi yang terdiri dari & tiga macam

%. 0emberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan barang.

1. Berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak, membangun rumah, melukis suatu lukisan untuk pemesan.

&. *idak berbuat sesuatu, misalnya per#an#ian tindak akan mendirikan suatu bangunan, per#an#ian tidak akan menggunakan merk dagang tertentu.

Prestasi dalam suatu perikatan tersebut harus memenuhi syarat-syarat

%. 7uatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau sedikitnya dapat ditentukan #enisnya, tanpa adaya ketentuan sulit untuk menentukan apakah debetur telah memenuhi prestasi atau belum.

(6)

1. Prestasi harus dihubungkan dengan suatu kepentingan. *anpa suatu kepentingan !rang tidak dapat mengadakan tuntutan.

&. Prestasi harus diperb!lehkan !leh Undang-Undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

3. Prestasi harus mungkin dilaksanakan.

2.2.2

2.2.2!an"restasi!an"restasi

Wanprestasi adalah keadaan dimana se!rang telah lalai untuk memenuhi ke(a#iban yang diharuskan !leh Undang-Undang. ;adi (anprestasi merupakan akibat dari pada tidak dipenuhinya perikatan hukum.

Pada umumnyadebitur dikatakanwanprestasimanakala ia karena kesalahannya sendiri tidak melaksanakan prestasi, atau melakukan sesuatu yang menurut per#an#ian tidak diperb!lehkan untuk dilakukan. 0enurut 8.7ubekti, melakukan prestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya #uga dinamakanwanprestasi. )ang men#adi pers!alan adalah se#ak kapandebitur dapat dikatakan wanprestasi. 0engenai hal tersebut perlu dibedakan (u#ud atau bentuk prestasinya. 7ebab bentuk prestasi ini sangat menentukan se#ak kapan se!rangdebitur dapat dikatakan telah

wanprestasi.

9alam hal (u#ud prestasinya memberikan sesuatu", maka perlu pula dipertanyakan apakah di dalam per#an#ian telah ditentukan atau belum mengenai tenggang (aktu pemenuhan prestasinya. $pabila tenggang (aktu pemenuhan prestasi sudah ditentukan dalam per#an#ian, maka menurut Pasal %1&' KUHPerdata,debitur sudah dianggapwanprestasi dengan le(atnya (aktu

pemenuhan prestasi tersebut. 7edangkan bila tenggang (aktunya tidak dicantumkan dalam per#an#ian, maka dipandang perlu untuk terlebih dahulu memperingatkandebitur guna memenuhi

ke(a#ibannya, dan #ika tidak dipenuhi, maka ia telah dinyatakanwanprestasi.

7urat peringatan kepadadebitur tersebut dinamakan somasi, dan somasi inilah yang digunakan sebagai alat bukti bah(adebitur telahwanprestasi. Untuk perikatan yang (u#ud prestasinya tidak berbuat sesuatu" kiranya tidak men#adi pers!alan untuk menentukan se#ak kapan se!rang

(7)

debitur dinyatakanwanprestasi, sebab biladebitur melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang dalam per#an#ian maka ia dinyatakan telahwanprestasi.

Wanprestasi berartidebitur tidak melakukan apa yang di#an#ikannya atau ingkar #an#i, melanggar per#an#ian serta melakukan sesuatu yang tidak b!leh dilakukannya. Perkataanwanprestasi

berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk. Debitur dianggapwanprestasi bila ia memenuhi syarat-syarat di atas dalam keadaan lalai maupun dalam keadaan senga#a.

Wanprestasiyang dilakukandebitur dapat berupa 3 empat macam

%. *idak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan<

1. 0elaksanakan apa yang di#an#ikannya, tetapi tidak sebagaimana di#an#ikan<

&. 0elakukan apa yan g di#an#ikan tetapi terlambat<

3. 0elakukan sesuatu yang menurut per#an#ian tidak b!leh dilakukannya.

$da pendapat lain mengenai syarat-syarat ter#adinyawanprestasi, yaitu

%. Debitur sama sekali tidak berprestasi, dalam hal inikreditur tidak perlu menyatakan peringatan atau teguran karena hal ini percuma sebabdebitur memang tidak mampu berprestasi<

1. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya, dalam hal inidebitur sudah beritikad baik untuk melakukan prestasi, tetapi ia salah dalam melakukan pemenuhannya<

&. Debitur terlambat berprestasi, dalam hal inidebitur masih mampu memenuhi prestasi namun terlambat dalam memenuhi prestasi tersebut.

$kibat hukum daridebitur yang telah melakukanwanprestasi adalah hukuman atau sanksi sebagai berikut

%. 0embayar kerugian yang diderita !leh kredituratau dengan singkat dinamakan ganti-rugi<

(8)

1. Pembatalan per#an#ian atau #uga dinamakan pemecahan per#an#ian<

&. Peralihanrisiko. Benda yang di#an#ikanobyek per#an#ian se#ak saat tidak dipenuhinya ke(a#iban men#adi tanggung #a(ab daridebitur <

3. 0embayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.

9isampingdebitur harus menanggung hal tesebut diatas, maka yang dapat dilakukan !leh krediturdalam menghadapidebitur yangwanprestasi ada lima kemungkinan sebagai berikut

%. 9apat menuntut pemenuhan per#an#ian, (alaupun pelaksanaannya terlambat<

1. 9apat menuntut penggantian kerugian, berdasarkan Pasal %13& KUHPerdata, ganti rugi tersebut dapat berupa biaya, rugi atau bunga<

&. 9apat menuntut pemenuhan dan pengg antian kerugian<

3. 9apat menuntut pembatalan atau pemutusan per#an#ian< dan

4. 9apat menuntut pembatalan dan penggantian kerugian.

2.3 Asas#Asas a$a% K&ntra' Bisnis 2.3 Asas#Asas a$a% K&ntra' Bisnis

9alam bisnis k!ntrak sangat dipergunakan !rang, bahkan hampir semua kegiatan bisnis selalu dia(ali !leh adanya k!ntrak, kalaupun dibuat secara sederhana. Karena +ungsinya yang sangat penting, maka pembuatan k!ntrak haruslah memperhatikan asas-asas yang berlaku dalam suatu k!ntrak. 7ebagaimana kita ketahui dalam ilmu hukum dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu k!ntrak, antara lain 

%. $sas K!ntrak sebagai Hukum 0engatur

Hukum mengatur aan=ullen recht adalah peraturan-peraturan hukum hukum yang berlaku bagi sub#ek hukum, misalnya para pihak dalam suatu k!ntrak. $kan tetapi, ketentuan

hukum seperti ini tidak mutlak berlakunya, karena #ika para pihak mengatur sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang diatur !leh para pihak tersebut. ;adi, peraturan yang bersi+at umum

(9)

mengatur dapat disimpangi !leh para pihak. Pada prinsipnya hukum k!ntrak termasuk kateg!ri hukum mengatur, yakni sebagian besar meskipun tidak menyeluruh dari hukum k!ntrak tersebut dapat disimpangi !leh para pihak dengan mengaturnya sendiri. /leh karena itu, hukum k!ntrak ini disebut hukukm yang mempunyai sistem terbuka !pen system. 7ebagai la(an dari hukum mengatur adalah hukum yang memaksa d(ingend recht, mandat!ry. 9alam hal ini yang dimaksud dengan hukum memaksa adalah aturan hukum yang berlaku secara memaksa atau mutlak, dalam arti tidak dapat disimpangi !leh para pihak yang terlibat dalam suatu perbuatan hukum, termasuk !leh para pihak dalam suatu k!ntrak.

1. $sas Kebebasan Berk!ntrak +reed!m !+ c!ntract

$sas ini merupakan k!nsekuensi dari berlakunya asas k!ntrak sebagai hukum mengatur. 9alam hal ini yang dimaksudkan dengan asas kebebasan berk!ntrak adalah suatu asas yang menga#arkan bah(a dalam suatu k!ntrak para pihak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat k!ntrak, demikian #uga kebebasanya untuk mengatur sendiri isi k!ntrak tersebut. $sas kebebasan berk!ntrak ini dibatasi !leh rambu-rambu hukum sebagai berikut 

a. harus memenuhi syarat sebagai suatu k!ntrak b. tidak dilarang !leh undang-undang

c. tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku d. harus dilaksanakan dengan itikad baik

&. $sas Pacta 7unt 7er=anda

Istilah "pacta sunt ser=anda" mempunyai arti bah(a #an#i itu mengikat, yang dimaksud dengan asas kebebasan berk!ntrak ini ialah bah(a k!ntrak yang dibuat secara sah !leh para pihak tersebut secara penuh sesuai isi k!ntrak tersebut. Istilah lain dari asas ini adalah "my (!rd

is my b!nds", yang artinya dalam bahasa Ind!nesia bah(a #ika sapi dipegang talinya, #ika manusia dipegang mulutnya, mengikat secara penuh atas k!ntrak-k!ntrak yang dibuat !leh para tersebut !leh hukum kekuatanya dianggap sama sa#a dengan kekuatan mengikat dari suatu undang-undang. /leh karena itu, apabila suatu pihak dalam k!ntrak yang telah dibuatnya !leh hukum disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksaan k!ntrak secara paksa.

3. $sas K!nsensual

)ang dimaksud dengan asas k!nsensual dari suatu k!ntrak adalah bah(a #ika suatu k!ntrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh, bahkan pada prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak disyaratkan !leh hukum, kecuali untuk beberapa #enis k!ntrak

(10)

tertentu, yang memang dipersyaratkan syarat tertulis. 4. $sas /bligat!ir

$sas !bligat!ri adalah suatu asas yang menetukan bah(a #ika suatu k!ntrak telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatan itu hanya sebatas timbulnya hak dan ke(a#iban semata-mata, sedangkan prestasi belum dapat dipaksakan karena k!ntrak kebendaan zakeli#ke !=ereenk!mst belum ter#adi. ;adi, #ika terhadap k!ntrak #ual beli misalnya, maka dengan k!ntrak sa#a, hak milik belum berpindah, #adi baru ter#adi k!ntrak !bligat!ir sa#a. Hak milik tersebut baru dapat berpindah setelah adanya k!ntrak kebendaan atau sering disebut serah terima le=ering. Hukum k!ntrak di Ind!nesia memberlakukan asas !bligat!ir ini karena berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kalaupun hukum adat tentang k!ntrak tidak mengakui asas !bligat!ir karena hukum adat memberlakukan asas k!ntrak riil, artinya suatu k!ntrak haruslah dibuat secara riil, dalah hal ini harus dibuat secara terang dan tunai. K!ntrak harus dilakukan di depan pe#abat tertentu, misalnya di depan penghulu adat atau ketua adat, yang sekaligus #uga dilakukan le=ering-nya. ;ika hanya sekedar #an#i sa#a, seperti dalam sistem !bligat!ir, dalam hukum adat k!ntrak semacam ini tidak mempunyai kekuatan sama sekali.

2.( Perjanjian Kreit 2.( Perjanjian Kreit

0enurut pasal % ayat %% UU :!.%> tahun %??' tentang Perubahan atas UU :!.6 tahun %??1 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetu#uan atau kesepakatan pin#am-memin#am antara bank dengan pihak lain yang me(a#ibkan pihak pemin#am untuk melunasi utangnya setelah #angka (aktu

tertentu dengan pemberian bunga.

Unsur-unsur per#an#ian kredit

%. Kepercayaan, keyakinan pemberi kredit bah(a kredit tersebut akan terbayar kembali

1. Waktu, pemberian kredit dan pembayaran kembali memiliki #angka (aktu tertentu

&. 8esik!, bah(a setiap pemberian kredit selalu memiliki resik!, semakin lama #angka (aktu yang diberikan, semakin tinggi resik! kredit tersebut

(11)

3. Prestasi, prestasi dalam per#an#ian kredit adalah pemberian !byek kredit bisa berupa uang ataupun barang dan #asa, tapi yang paling sering di#umpai adalah uang

;enis-#enis Kredit

9ari segi tu#uan penggunaannya, kredit dibagi men#adi

%. Kredit pr!dukti+, yaitu kredit yang diberikan kepada bentuk usaha yang menghasilkan barang dan@atau #asa. Kredit Pr!dukti+ dapat berupa K0K kredit m!dal ker#a yaitu

kredit diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha, atau KI kredit in=estasi yaitu kredit diberikan untuk membiayai pengadaan barang m!dal@#asa.

1. Kredit k!msumti+, yaitu kredit diberikan untuk membiayai kebutuhan k!nsumti+ masyarakan pada umumnya

9ari segi #angka (aktunya, kredit dibagi men#adi

%. Kredit #angka pendek, tidak melebihi % tahun

1. Kredit #angka menengah, lebih dari % tahun tapi tidak lebih dari & tahun

&. Kredit #angka pan#ang, lebih dari & tahun

7etiap kredit yang telah disepakati antara pemberi dan penerima kredit, harus dituangkan dalam bentuk per#an#ian kredit. $kar dari per#an#ian kredit adalah per#an#ian pin#am-memin#am. 7yarat

sah per#an#ian kredit adalah sama dengan syarat sah per#an#ian pada umumnya, yaitu yang tercantum pada pasal %&1> BW kesepakatan, cakap hukum, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Aungsi dari dibuatnya per#an#ian kredit adalah sebagai

• Per#an#ian p!k!k, yang biasanya diikuti dengan per#an#ian pen#aminan

• 7ebagai alat bukti, mengenai hak dan ke(a#iban para pihak

(12)

Bentuk per#an#ian kredit dapat berupa akta ba(ah tangan ataupun akta !tentik.

Pasal %'63 KUHPer $kta diba(ah tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat !leh para pihak tidak melalui perantaraan pe#abat yang ber(enang untuk di#adikan alat bukti

Pasal %'5' KUHPer $kta !tentik adalah akta yang didalam bentuk yang ditentukan !leh UU yang dibuat !leh atau dihadapan pega(ai yang berkuasa pega(ai umum untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya. )ang dimaksud dengan pega(ai umum antara lain n!taries, PP$*, pega(ai KU$, dll

Pihak-pihak dalam per#an#ian kredit

%. Kreditur, kreditur pemberi kredit dalam per#an#ian kredit adalah bank atau lembaga pembiayaan selain bank, sedangkan dalam per#an#ian pin#am-memin#am, pemberi pin#aman bisa sa#a indi=idu biasa.

1. 9ebitur, debitur penerima kredit adalah pihak yang dapat bertindak sebagai subyek hukum, baik indi=idu pers!n atau badan hukum recht pers!n.

Pengakhiran per#an#ian kredit

Per#an#ian kredit dapat berakhir !leh hal-hal sebagai berikut

%. Pembayaran@pelunasan, tindakan sukarela dari debit!r untuk memenuhi per#an#ian.

1. 7ubr!gasi, penggantian hak-hak kreditur !leh pihak ketiga pasal %3>> KUHper.

&. Pembaruan Utang n!=asi, ada tiga bentuk n!=asi yaitu

• 0engganti kreditur

• 0engganti debitur

(13)

%. Per#umpaan utang k!mpensasi, kedua pihak memper#umpakan atau memperhitungkan utang-piutang di antara keduanya sehingga per#an#ian kredit men#adi hapus %314 KUHPer

2.) Risi'& an Keaaan Me%a'sa 2.) Risi'& an Keaaan Me%a'sa

2.).1 Risi'& 2.).1 Risi'&

8isik! ialah ke(a#iban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu ke#adian diluar

kesalahan salah satu pihak. Barang yang diper#ual belikan musnah diper#alanan karena ada suatu kecelakaan misalnya perahu yang mengangkut barang itu karam. Barang yang diperse(akan habis terbakar selama (aktu diperse(akannya. 7iapakah yang harus memikul kerugian-kerugian itu. Inilah yang disebut risik!.

9ari apa yang sudah diuraikan tentang pengertian risik! di atas, kita lihat peristi(a risik! berp!k!k pangkal pada ter#adinya suatu peristi(a diluar kesalahan satu pihak yang mengadakan per#an#ian. 9engan kata lain berp!k!k pangkal pada ke#adian yang dalam hukum per#an#ian

dinamakan  keadaan memaksa. Pers!alan risik! adalah buntut dari suatu keadaan memaksa, sebagai mana ganti rugi adalah buntut dari (anprestasi.

Bagaimana s!al risik! itu diatur dalam hukum per#an#ian2 9alam buku ke III kitab undang-undang hukum perdata, sebenarnya kita hanya dapat menemukan satu pasal, yaitu pasal %1&6.

Pasal ini berbunyi sebagai berikut   9alam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, maka barang itu semen#ak perikatan dilahirkan, adalah tanggungan si

berpiutang". Perkataan tanggungan dalam pasal ini sama dengan risik!". 9engan begitu, dalam perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu tadi, #ika barang ini sebelum diserahkan,

musnah karena suatu peristi(a diluar kesalahan salah satu pihak, kerugian ini harus dipikul !leh si berpiutang", yaitu pihak yang menerima barang itu. 7uatu perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, adalah suatu perikatan yang timbul karena per#an#ian sepihak. 9engan kata lain, pembuat undang-undang tidak memikirkan per#an#ian timbal-balik, dimana pihak yang

(14)

memikirkan pada suatu perikatan secara abstrak, dimana ada satu pihak yang (a#ib melakukan suatu prestasi dan suatu pihak lain yang berhak atas prestasi tersebut. Pasal %1&6 hanya dapat dipakai pada per#an#ian sepihak sa#a.

2.).2 Keaaan Me%a'sa *+,er%a-t/. 2.).2 Keaaan Me%a'sa *+,er%a-t/.

/=ermacht artinya keadaan memaksa. 9alam suatu perikatan #ika 9ebitur dikatakan dalam keadaan memaksa sehingga tidak dapat memenuhi prestasinya, 9ebitur tidak dapat dipersalahkan @ di luar kesalahan 9ebitur. 9engan perkataan lain 9ebitur tidak dapat memenuhi ke(a#ibannya karena !=ermacht bukan karena kesalahannya akan tetapi karena keadaan memaksa, maka 9ebitur tidak dapat dipertanggung gugatkan kepadanya. 9engan demikian Kreditur tidak dapat menuntut ganti rugi sebagaimana hak yang dimiliki !leh Kreditur dalam (anprestasi.

Pasal %133 KUH Perdata menyebutkan

“Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi, dan bunga, apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduka, pun tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya, karenanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya”.

Pasal %134 KUH Perdata

Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu ke#adian tak disenga#a si berutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang di(a#ibkan, atau lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang".

Berdasarkan pasal-pasal di atas, dapat disimpulkan bah(a keadaan memaksa adalah keadaan dimana 9ebitur terhalang dalam memenuhi prestasinya karena suatu keadaan yang tak terduga lebih dahulu dan tidak dapat dipertanggungkan kepadanya, debitur dibebaskan untuk membayar ganti rugi dan bunga.

Akibat keadaan memaksa: Akibat keadaan memaksa:

(15)

%. Krediturtidak dapat meminta pemenuhan prestasi.

1. Debiturtidak dapat lagi dinyatakan lalai.

&. Resikotidak beralih kepadadebitur.

Unsur-unsur Keadaan memaksa: Unsur-unsur Keadaan memaksa:

%. Peristi(a yang memusnahkan benda yang men#adi !byek perikatan<

1. Peristi(a yang menghalangi 9ebitur berprestasi<

&. Peristi(a yang tidak dapat diketahui !leh Kreditur@9ebitur se(aktu dibuatnya per#an#ian.

Sifat Keadaan memaksa: Sifat Keadaan memaksa:

Keadaan memaksa dapat dibagi men#adi dua macam, yaitu

%. Keadaan memaksa abs!lut

$dalah suatu keadaan di mana debit!r sama sekali tidak dapat memenuhi prestasinya kepada kredit!r, !leh karena adanya gempa bumi, ban#ir bandang, dan adanya lahar. !nt!hsi $ ingin membayar utangnya pada si B, namun tiba-tiba pada saat si $ ingin melakukan

pembayaran utang, ter#adi gempa bumi, sehingga $ sama sekali tidak dapat membayar utangnya pada B.

%. Keadaan memaksa yang relati+

$dalah suatu keadaan yang menyebabkan debit!r masih mungkin untuk melaksanakan prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan k!rban yang besar, yang tidak seimbang, atau menggunakan kekuatan #i(a yang di luar kemampuan manusia,

(16)

mengikatkan dirinya untuk menyanyi di suatu k!nser, tetapi beberapa detik sebelum pertun#ukan, ia menerima kabar bah(a anaknya meninggal dunia.

2.0 isia 2.0 isia

Aidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bah(a benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Undang-Undang :!m!r 31 *ahun %??? tentang #aminan +idusia mengatur

tentang si+at-si+at dari #aminan +idusia yang akan di#elaskan di ba(ah ini.

Aidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bah(a benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. 7edangkan #aminan +idusia adalah hak-hak #aminan atas benda bergerak, baik

yang ber(u#ud maupun yang tidak ber(u#ud, dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi +idusia,

sebagai acuan bagi pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima +idusia terhadap kredit!r lainnya. Ketentuan #aminan +idusia ini diatur dalam Undang-Undang :!m!r 31 *ahun %??? tentang #aminan +idusia, dan berikut si+at-si+at dari #aminan +idusia yang diatur dalam ketentuan undang-undang

;aminan +idusia bersi+at acces!ir, yang berarti bah(a #aminan +idusia bukan hak yang berdiri sendiri melainkan kelahiran dan keberadaannya atau hapusnya tergantung dari per#an#ian p!k!k +idusia itu sendiri<

;aminan +idusia bersi+at dr!it de suite, yang berarti bah(a penerima #aminan +idusia@kreditur mempunyai hak mengikuti benda yang men#adi !b#ek #aminan +idusia dalam tangan siapapun benda itu berada, dengan artian bah(a dalam keadaan debitur lalai maka kreditur sebagai pemegang #aminan +idusia tidak kehilangan haknya untuk mengeksekusi !b#ek +idusia (alaupun

!b#ek tersebut telah di#ual dan dikuasai !leh pihak lain<

;aminan +idusia memberikan hak pre+erent, yang berarti bah(a kredit!r sebagai penerima +idusia memiliki hak yang didahulukan untuk mendapatkan pelunasan utang dari hasil eksekusi benda #aminan +idusia tersebut dalam hal debitur cedera #an#i atau lalai membayar utang<

;aminan +idusia untuk men#amin utang yang telah ada atau akan ada, yang berarti bah(a utang yang di#amin pelunasannya dengan +idusia harus memenuhi syarat sesuai ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Aidusia, yakni

(17)

Utang yang telah ada, adalah besarnya utang yang ditentukan dalam per#an#ian kredit< Utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diper#an#ikan dalam #umlah tertentu< Utang yang pada saat eksekusi, dapat ditentukan #umlahnya berdasarkan per#an#ian kredit yang menimbulkan ke(a#iban memenuhi suatu prestasi.

;aminan +idusia dapat men#amin lebih dari satu utang, yang berarti bah(a benda #aminan +idusia dapat di#aminkan !leh debitur kepada beberapa kreditur yang secara bersama-sama memberikan kredit kepada se!rang debitur dalam satu per#an#ian kredit, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal ' Undang-undang +idusia<

;aminan +idusia mempunyai kekuatan eksekut!rial, yang berarti bah(a kreditur sebagai

penerima +idusia memiliki hak untuk mengeksekusi benda #aminan bila debitur cidera #an#i. 9an eksekusi tersebut dapat dilakukan atas kekuasaan sendiri atau tanpa putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

;aminan +idusia bersi+at spesialitas dan publisitas, dengan maksud spesialitas adalah uraian yang #elas dan rinci mengenai !b#ek #aminan +idusia dalam $kta ;aminan Aidusia, sedangkan

publisitas adalah berupa penda+taran $kta ;aminan Aidusia yang dilakukan di kant!r penda+taran +idusia<

;aminan +idusia berisikan hak untuk melunasi utang. 7i+at ini sesuai dengan +ungsi setiap #aminan yang memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan

dari hasil pen#ualan #aminan bila debitur cidera #an#i dan bukan untuk dimiliki !leh kreditur. 9an ketentuan ini bertu#uan untuk melindungi debitur dari tindakan se(enang-(enang yang

dilakukan kreditur<

;aminan +idusia meliputi hasil benda yang men#adi !b#ek #aminan +idusia dan klaim asuransi.

9an !b#ek #aminan +idusia berupa benda-benda bergerak ber(u#ud seperti kendaraan berm!t!r, mesin pabrik, perhiasan, perkakas rumah, pabrik, dan lain-lain< benda bergerak tidak ber(u#ud seperti sertipikat, saham, !bligasi, dan lain-lain< benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan yakni, hak satuan rumah susun di atas tanah hak pakai atas tanah negara dan bangunan rumah yang dibangun di atas tanah milik !rang lain< serta benda-benda yang diper!leh dikemudian hari.

2. Ha' Tanggngan

2. Ha' Tanggngan

(18)

Hak *anggungan pada hakikatnya merupakan hak #aminan atas tanah. Hak ini akan dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalamUU :!. 4@%?5> tentang Peraturan 9asar P!k!k-P!k!k $graria. Penggunaan hak tanggungan, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu. Hak *anggungan bisa #uga

dipergunakan untuk pelunasan utang tertentu, serta memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kredit!r tertentu terhadap kredit!r-kredit!r lain.

Kemudian siapa yang bisa dikatakan sebagai pemengang hak tanggungan atau sub#ek hak tanggungan ialah Pemberi Hak *anggungan dan Pemegang Hak *anggungan. )ang dimaksud sebagai Pemberi hak tanggungan ialah !rang atau badan hukum yang mempuyai ke(enangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap !byek Hak *anggungan yang bersangkutan.

7edangkan yang pemegang Hak tanggungan adalah !rang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.

Klasi+ikasi /b#ek dari Hak *anggungan dapat dilihat dari berbagai sudut tergantung pada perkembangan lebih lan#ut dari peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai hak

tanggungan. ;ika ditin#au dari yang ditun#uk !leh UUP$ Pasal 3 ayat % UUH* maka yang bisa men#adi !b#ek hak tanggungan hanyalah Hak 0ilik Pasal 14 UUP$, Hak Cuna Usaha Pasal && UUP$, Hak Cuna Bangunan Pasal &? UUP$.Kemudian apabila ditin#au dari )ang ditun#uk !leh UUH* Pasal 3 ayat 1, dapat ditambahkan satu lagi macam hak tanggungan ialah Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku (a#ib dida+tar dan menurut si+atnya dapat dipindahtangankan. 7edangkan pada tahapan akhir perkembangan hak tanggungan sebagaimana )ang ditun#uk !leh UU :!. %5 tahun %?'4 tentang 8umah 7usun Pasal 16 UUH* menyatakan bah(a adapula tambahan !b#ek hak tanggungan ialah 8umah 7usun yang berdiri di

atas tanah Hak 0ilik, Hak Cuna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan !leh :egara serta Hak 0ilik atas 7atuan 8umah 7usun H0787 yang bangunannya didirikan di atas tanah Hak 0ilik,Hak Cuna Bangunan, dan Hak Pakai yang diberikan !leh :egara.

Hak *anggungan memiliki ciri-ciri yang dapat dibedakan dengan berbagai hak lainnya ialah

• 0embuat kedudukan se!rang kredit!r men#adi diutamakan dibandingkan kredit!rnya dr!it de pre+erence"<

(19)

• 9apat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum pada pihak-pihak yang berkepentingan ketika memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas<

• menyederhanakan pelaksanaannya eksekusi.

Hak *anggungan memiliki si+at yang tidak dapat dipungkiri yakni

%. *idak dapat dibagi-bagi !ndeelbaar, berarti Hak *anggungan membebani secara utuh !byeknya dan setiap bagian daripadanya. Pelunasan sebagian utang yang di#amin tidak membebaskan sebagian !byek dari beban Hak *anggungan, tetapi Hak *anggungan tetap membebani seluruh !byeknya untuk sisa utang yang belum dilunasi.

1. Hak *anggungan hanya merupakan ikutan access!ir" dari per#an#ian p!k!k, yaitu per#an#ian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang. Keberadaan, berakhir dan

hapusnya Hak *anggungan dengan sendirinya tergantung pada utang yang di#amin pelunasannya tersebut.

(20)

BAB III BAB III PENUTUP PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 3.1 KESIMPULAN

9ari pemaparan diatas, maka penulis memper!leh beberapa kesimpulan sebagai berikut

%. 0enurut Pasal %&%& Kitab Undang Undang Hukum Perdata berbunyi  7uatu Per#an#ian adalah suatu perbuatan dengan mana satu !rang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu !rang lain atau lebih". Itu berarti bila sese!rang atau lebih menbuat suatu ikatan terhadap sese!rang, !rang tersebut bisa dikatakan sudah membuat suatu per#an#ian.

1. 0enurut pasal %1&3 KUH Perdata yang dimaksud dengan prestasi adalah sese!rang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu. 7edangkan Wanprestasi berarti debitur tidak melakukan apa yang di#an#ikannya atau ingkar #an#i, melanggar per#an#ian serta melakukan sesuatu yang tidak b!leh dilakukannya.

&. $sas dimaknai sebagai hal-hal mendasar yang men#adi latar belakang lahirnya suatu n!rma atau aturan atau kaidah. 7ebelum membuat suatu aturan biasanya ditentukan dahulu asasnya yang biasanya lebih bersi+ah +il!s!+is.

3. Per#an#ian kredit merupakan per#an#ian k!nsensuil antara 9ebitur dengan Kreditur dalam hal ini Bank yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana 9ebitur berke(a#iban membayar kembali pin#aman yang diberikan !leh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan k!ndisi yang telah disepakati !leh para pihak.

4. 8isik! berarti ke(a#iban untuk memikul kerugian #ika ada suatu ke#adian diluar kesalahan salah satu yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam bentuk k!ntrak. 7edangkan keadaan memaksa ada yang bersi+at mutlak abs!lut, c!nt!hnya bencana

(21)

alam, seperti ban#ir, gempa bumi, tanah l!ngs!r, dan lain-lain. 7edangkan yang bersi+at tak mutlak relatie+, c!nt!hnya berupa suatu keadaan dimana k!ntrak masih dapat dilaksanakan tapi dengan biaya yang lebih tinggi, misalnya ter#adi perubahan ker#a yang tinggi secara mendadak akibat dari resulasi pemerintah terhadap pr!duk tertentu krisis ek!n!mi yang mengakibatkan eksp!r pr!duk terhenti sementara dan lain-lain.

5. 9ari de+inisi yang diberikan #elas bagi kita bah(a Aidusia dibedakan dari ;aminan Aidusia, dimana Aidusia merupakan suatu pr!ses pengalihan hak kepemilikan dan ;aminan Aidusia adalah #aminan yang diberikan dalam bentuk +idusia.

6. Hak *anggungan merupakan hak #aminan yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang :!m!r 4 *ahun %?5> tentang Peraturan 9asar P!k!k-P!k!k $graria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada kredit!r tertentu terhadap kredit!r-kredit!r lain.

(22)

DATAR PUSTAKA DATAR PUSTAKA (((.g!!gle.c!.id http@@id.sh=!!ng.c!m@la(-and-p!litics@c!ntract-la(@11666%%-panduan-bantuan-hukum-di-ind!nesia@DiEzz%F/)GBiF> http@@bl!gnyayu((di.bl!gsp!t.c!m@1>%1@>3@+idusia.html http@@ra#a%?'6.bl!gsp!t.c!m@1>>?@>5@hak-tanggungan-sub#ek-!b#ek-si+at-dan.html

Referensi

Dokumen terkait

tersebut diatur dalam pasal 374 KUHP. Dalam Pasal 374 KUHP menyatakan bahwa penggelapan dengan pemberatan adalah penggelapan yang dilakukan oleh mereka yang

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Menyatakan Pasal 15 beserta lampiran huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya, sepanjang tidak

Bahan yang digunakan adalah 65 ekor ikan Guppy (Poecilia reticulata), yang merupakan sebagai objek yang akan diamati, berukuran kecil dengan panjang ± 5 cm; air

Menurut Sumpeno (2011), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan bagian integral dari perangkat kebijakan pembangunan dan rumah tangga desa. Dalam mendukung pelaksanaan

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.. Kedua: kata “ikatan perkawinan”, yang mengandung arti bahwa talak itu mengakhiri hubungan perkawinan yang

Bank syariah pada umunya telah menggunakan murabahah sebagai instrumen pembiayaan (financing) yang utama (Jannah, 2009)...