• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: APRILIA AYU KUSUMA WARDANI K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: APRILIA AYU KUSUMA WARDANI K"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI

PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI Oleh:

APRILIA AYU KUSUMA WARDANI K.4608095

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Januari 2013

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Aprilia Ayu Kusuma Wardani

NIM : K.4608095

Jurusan/Program Studi : JPOK UNS/Penjasorkes

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT BANTU

BIDANG MIRING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1

PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”, ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam daftar pustaka

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya.

Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan

Aprilia Ayu Kusuma Wardani NIM. K.4608095

(3)

commit to user iii

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI

PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh :

APRILIA AYU KUSUMA WARDANI K.4608095

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A Januari 2013

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

(5)

commit to user v

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

MOTTO

 Guru biasa berbicara, guru bagus menerangkan, guru hebat mendemostrasikan dan guru agung memberi inspirasi

(Wiliam A. Ward/Modul PLPG Pengembangan Profesi Guru)

 Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus daripada akal.

(7)

commit to user vii

PERSEMBAHAN

 “Bapak dan Ibu tercinta”

Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki orang tua seperti kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.

 Kakak aku tercinta’’

Endah Sri Susilowati Amd.Keb dan Dwi Megawati .S.Pd .Yang sudah sayang sama aku dan selalu ngasih aku suprot.

 “Teman-teman ku Angkatan 2008 FKIP JPOK UNS Surakarta” Teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan duka bisa kita lalui bersama demi meraih cita-cita masa depan yang lebih baik.

 “SMP Negeri 1 Purwodadi”

Kepada Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi diucapkan terima kasih yang telah memberi bantuan dan bimbingan, sehingga saya dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

ABSTRAK

Aprilia Ayu Kusuma Wardani. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL

DEPAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN

PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Surakarta, Desember 2012.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 melalui pemanfaatan alat bantu bidang miring.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tikdankan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 25 siswa. Sumber data terdiri dua yaitu (1) data primer yaitu, hasil belajar dan proses pembelajaran roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012, (2) data skunder yaitu, berupa RPP, Silabus dan dokumen. Teknik pengumpulan data melalui tes kemampuan roll depan dan observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, melaliu pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan padasiswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Kondisi awal sebelum dilakukan PTK, siswa yang tuntas hanya 1 siswa. Pada siklus 1 peningkatan hasil belajar roll depan menjadi 88.00%. Pada siklus 2 meningkat menjadi 100%. Pemanfaatan alat bantu bidang miring memberi kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar roll depan. Dengan memanfaatkan bidang miring untuk membelajarkan roll depan memberi kemudahan untuk melakukan gerakan roll depan.

Simpulan penelitian ini sebagai berikut: pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Ketercapaian ketuntasan hasil belajar roll depan dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 88.00%. Dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 12.00%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar secara keseluruhan sebesar 88.00%.

(9)

commit to user ix

ABSTRACT

Aprilia Ayu Kusuma Wardani. IMPROVING THE FORWARD ROLL LEARNING ACHIEVEMENT USING OBLIQUE PLANE AID IN THE VII C GRADERS OF SMP NEGERI 1 PURWODADI IN THE SCHOOL YEAR

OF 2011/2012. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty,

Surakarta Sebelas Maret University, December 2012.

The objective of research is to improve the Forward Roll Learning achievement of the VII C graders of SMP Negeri 1 Purwodadi in the school year of 2011/2012 using oblique plane aid.

This study was a Classroom Action Research (CAR). This study was taken place in two cycles, each of which consisted of: planning, acting, observing and reflecting. The subject of research was the VII C graders of SMP Negeri 1 Purwodadi in the school year of 2011/2012 comprising of 25 students. The data source consisted of two: (1) primary data including forward roll learning achievement and learning process of the VII C graders of SMP Negeri 1 Purwodadi in the school year of 2011/2012, (2) secondary data including RPP (Learning Implementation Plan), syllabus and document. Techniques of collecting data used were forward roll ability test and observation on the learning activity process. Data validity used was triangulation technique. The data analysis was done using a descriptive technique with percentage technique to see the tendency occurring in the learning activity.

The result of research showed that the use of oblique plane aid could improve the forward roll learning achievement the VII C graders of SMP Negeri 1 Purwodadi in the school year of 2011/2012. In prior condition, only 1 student passed through successfully. In cycle 1 there was an increase in forward roll learning achievement to 88.00%. The use of oblique plane contributed significantly to the improvement of forward roll learning achievement. The use of oblique plane to teach forward roll facilitated the students in performing forward roll movement.

The conclusion of research was as follows: the use of oblique plane aid could improve the forward roll learning achievement the VII C graders of SMP Negeri 1 Purwodadi in the school year of 2011/2012. The passing gain of forward roll learning achievement from pre-cycle to cycle 1 was 88.00%. The improvement of learning achievement passing in cycle I was totally 88.00%.

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user x DAFTAR ISI Halaman JUDUL ...……… PERYATAAN... PENGAJUAN ...………. PERSETUJUAN ...……….. PENGESAHAN ...……… MOTTO ...………. PERSEMBAHAN ...……….. ABSTRAK……….. DAFTAR ISI ...………. DAFTAR TABEL ...……… DAFTAR GAMBAR ...………. DAFTAR LAMPIRAN ...……… KATA PENGANTAR……… BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah ……….

B. Perumusan Masalah……….

C. Tujuan Penelitian……….

D. Manfaat Penelitian………

BAB II LANDASAN TEORI………

A.Tinjauan Pustaka………..

1. Senam………..

a. Pengertian Senam………..

b. Ciri-ciri dan Kaidah Senam………..

c. Jenis-jenis Senam……….. d. Senam Ketangkasan……… 2. Belajar……….. i ii iii iv v vi vii viii ix xiii xiv xv xvi 1 1 4 5 5 6 6 6 6 8 8 10 11

(11)

commit to user xi

a. Hakikat Belajar………..

b. Prinsip-prinsip Belajar………

c. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar……….

d. Hasil Belajar………...

3. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan………..

a. Hakikat Pembelajaran………

b. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan……… c. Kesalahan dalam Gerakan Roll Depan……… 4. Alat Bantu Pembelajaran Senam……….

a. Prasarana dan Sarana Senam……….

b. Alat Bantu……….

c. Alat Bantu Pembelajaran………

d. Modifikasi Alat Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan 5. Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring a. Hakikat Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring……… b. Pelaksanaan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring………. c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring………

B. Penelitian yang Relevan………..

C.Kerangka Berpikir ...………

BAB III METODE PENELITIAN ...………

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……….. B. Subjek Penelitian……….. C. Data dan Sumber Data……… D. Pengumpulan Data……… E. Uji Validitas Data……….. F. Analisis Data………. G. Indikator Kinerja Penelitian………..

11 12 13 14 17 17 20 23 25 25 26 27 29 30 30 32 34 34 35 37 37 38 38 38 39 36 40

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

H. Prosedur Penelitian………

BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN……….

A. Deskripsi Pra Tindakan……… B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus……….

C. Perbandingan Hasil Tindakan antar Siklus……….. D. Pembahasan Hasil Penelitian………

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...……….………..

A. Simpulan...……… B. Implikasi ...……… C. Saran ...……….. DAFTAR PUSTAKA ...……… LAMPIRAN...……… 40 43 43 44 49 53 54 54 54 55 56 60

(13)

commit to user xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis Senam………... Tabel 3.1. Rincian Jadwal Penelitian Tindakan Kelas………... Tabel 3.2. Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kela………... Tabel 3.3. Indikator Kinerja Penelitian………... Tabel 3.4. Prosentase Target Ketercapaian Penelitian Tindakan Kelas…... Tabel 4.1. Kondisi Awal Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun Pelajaran

2011/2012…... Tabel 4.2. Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari Kondisi Awal ke Siklus 1 Siswa VII C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun

Pelajaran 2011/2012... Tabel 4.3. Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII

C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun Pelajaran 2011/2012

dari Siklu 1... Tabel 4.4. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari

Pra Siklus ke Siklus 1 ... Tabel 4.5. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar dan Prosentase

Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII C SMP

Negeri 1 Tahun Pelajaran 2011/2012... Tabel 4.6. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar dan Prosentase

Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VIIC SMP

Negeri setelah Siklus 1…………... 9 37 38 40 42 44 47 48 50 51 52

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Bengkok………... Gambar 2.2. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Lurus... Gambar 2.3. Ilustrasi Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu

Bidang Miring…………... Gambar 2.4. Konseptual Kerangka Berpikir………... Gambar 4.1. Tindakan Siklus 1………...……... Gambar 4.2. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari

Pra Siklus,Siklus 1…... Gambar 4.3. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari

Pra Siklus 1,Setelah Siklus 1 ... . 22 22 33 35 46 50 52

(15)

commit to user xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Awal Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun

Pelajaran 2011/2012…... Lampiran 2. Data Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/

2012 setelah Siklus 1…………... . Lampiran 3. Rekap Tes Awal Hasil Belajar Roll Depan pada

Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun

Pelajaran 2011/2012…... Lampiran 4. Data Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/

2012 setelah Siklus 1………... Lampiran 5. Rekap Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun

Pelajaran 2011/2012……... Lampiran 6. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra

Siklus, setelah Siklus 1 ... lampiran 7. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra

Siklus, setelah Siklus 1 ... Lampiran 8. Petunjuk Tes Kemampuan Roll Depan………... Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…...….… Lampiran 10. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……...………... Lampiran 11. Surat Iji Penelitian dari Universitas Sebelas

Maret Surakarta... Lampiran 12. Surat Keteragan Penelitian dari SMP Negeri 1 Purwodadi...

61 62 63 64 65 66 67 68 69 114 125 128

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan, sehingga skripsi ini terselesaikan

5. Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes., sebagai pembimbing II yang telah memberi semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Kepala SMP Negeri 1 Purwodadi yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

8. Siswa kelas VII C SMP Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

(17)

commit to user xvii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi PTK ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu bagian pendidikan yang sangat berperan penting dan tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan pada umumnya. Secara spesifik, pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak tubuh yang di dalamnya terkandung banyak tujuan. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dikembangkan aspek fisik, gerak, mental, sosial dan emosional. Dengan dikembangkan aspek fisik, gerak, sosial dan emosional, maka akan memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan tunggal yang cakupannya cukup luas. Upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka di dalam kurikulum pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga. Namun demikian materi yang diajarkan dalam pendidikan jasmani didasarkan pada jenjang pendidikan masing-masing. Ini artinya, materi pendidikan jasmani antara jenjang pendidikan paling bawah (Sekolah Dasar) berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Kejuruan (SMK).

Senam lantai merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Senam lantai diajarkan pada kelas VII semester 2. Standar kompetensi senam untuk siswa SMP yaitu, mempraktikkan senam dasar dengan teknik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sedangkan kompetensi dasar senam yaitu, mempraktikkan teknik dasar gerak guling depan serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab.

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar materi senam kelas VII semester 2 SMP tersebut, banyak aspek yang harus dikembangkan pada diri siswa, baik aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Aspek yang harus

(19)

commit to user

dikembangkan dalam pembelajaran senam lantai depan yaitu: siswa dapat melakukan senam lantai dengan benar, siswa dapat mengembangkan sikap disiplin, keberanian dan tanggungjawab serta dapat menjelaskan teknik gerakan lantai dengan benar. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan, sehingga dalam pembelajaran pendidikan jasmani harus dikembangkan secara serempak.

Salah satu jenis senam dasar yang diajarkan kelas VII semester 2 SMP yaitu mempraktikkan teknik dasar guling depan atau roll depan. Berdasarkan cara pelaksanaannya roll depan dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan awalan jongkok dan berdiri. Dari cara pelaksanaan roll depan tersebut, roll depan yang diajarkan pertama kali untuk siswa SMP yaitu roll depan dengan awalan jongkok. Tujuan pembelajaran roll depan, baik aspek afektif, kognitif dan psikomotortik telah dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun pada umumnya tujuan pembelajaran tersebut tidak dapat tercapai semuanya, tetapi hanya aspek psikomotorik diprioritaskan. Hal ini terjadi karena masih banyak guru Penjasorkes yang kurang memahami kurikulum Penjasorkes, sehingga dalam melakukan penilaian atau evaluasi hanya aspek psikomotorik saja. Dapat dikatakan bahwa, peserta didik yang dapat melakukan roll depan dengan benar, berarti peserta didik tersebut telah tuntas. Kondisi ini hampir terjadi disemua sekolah, termasuk di SMP Negeri 1 Purwodadi. Seharusnya ketuntasan hasil belajar roll depan harus mencakup ketiga aspek, baik afektif, kognitif dan psikomorik.

Ditinjau dari aspek psikomotorik pada pembelajaran roll, ternyata banyak permasalahan yang dihadapi, seperti siswa kelas VII, seperti siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Puwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan pengamatan saat pembelajaran roll depan berlangsung dan hasil wawancara peneliti dengan guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi, permasalahan yang dihadapi siswa kelas VII C antara lain: takut cidera, takut pusing, tidak memiliki keberanian, sehingga siswa tidak mau melakukan roll depan terlebih lagi bagi siswa putri. Dari permasalahan yang dihadapi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 mengakibatkan banyak siswa yang tidak tuntas. Dari

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

jumlah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 25 hanya 1 (4%) siswa yang tuntas, sedangkan 21 (96%) siswa lainnya tidak tuntas.

Permasalahan pembelajaran roll depan yang dihadapi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 harus dicarikan solusi yang tepat agar dapat tuntas secara optimal. Selama ini pembelajaran senam roll depan pada bidang datar menggunakan matras. Dengan menggunakan bidang datar menggunakan matras ternyata siswa banyak mengalami kesulitan. Kesulitan dalam pembelajaran senam roll depan hanya sebatas dibantu oleh guru Penjasorkes yang bersangkutan. Melalui bantuan guru pada saat siswa melakukan

roll depan sebagian siswa dapat melakukan roll depan, tetapi ada juga yang tidak bisa bahkan tidak mau dibantu oleh gurunya.

Roll depan melalui bantuan guru memiliki sisi positif dan juga memiliki sisi negatif. Sisi positif dari pembelajaran roll depan dengan bantuan (guru Penjasorkes) siswa dapat melakukan roll depan. Sedangkan sisi negatifnya dapat menimbulkan ketergantungan pada bantuan, jika tidak mendapat bantuan, siswa tidak dapat melakukan roll depan. Untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran

roll depan, maka seorang guru Penjasorkes harus kreatif dan inovatif untuk menciptakan bentuk pembelajaran roll depan yang menyenangkan dan memberi kemudahan siswa untuk melakukan roll depan. Salah satu cara untuk memberi kemudahan dalam pembeljaran roll depan dapat menggunakan alat bantu bidang miring.

Pemanfaatan alat bantu bidang miring dalam penelitian ini dengan cara merancang atau membuat bidang miring yang terbuat dari kayu/papan untuk meletakkan matras. Pembuatan bidang miring dengan menggunakan kayu atau papan dirancang sedemikian rupa dengan ketinggian 75 cm, lebar 1 meter dan panjang 1,5 – 2 meter. Dengan ketinggian bidang miring 75 cm dari lantai, maka bidang untuk berguling terlihat curam, sehingga akan memudahkan berguling ke bawah untuk melakukan roll depan. Bisa dikatakan, roll depan dari atas matras pada ketinggian 75 cm, dengan posisi siap melakukan roll depan dan

(21)

commit to user

menjatuhkan/berguling ke bawah, maka gerakan roll depan dapat dilakukan dengan mudah.

Kesulitan atau permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran roll

depan harus dicarikan solusi yang tepat. Seorang guru Penjasorkes harus kreatif dan inovatif dalam membelajarkan materi-materi dalam kurikulum Penjas, termasuk senam lantai. Namun pada kenyataannya jarang sekali guru kurang kreatif dan inovatif serta tidak peduli dengan kesulitan atau permasalahan yang dihadapi siswa. Guru Penjasorkes bertele-tele atau bersusah payah bahkan harus mengeluarkan uang untuk membuat bidang miring dengan menggunakan papan atau kayu dengan berbagai alasan.

Membelajarkan senam khususnya roll depan dengan bentuk pembelajaran yang tepat sangat penting dan harus didukung dengan sarana yang memadai. Untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran roll depan dapat dilakukan dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring. Untuk mengetahui apakah benar, pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, ”Meningatkan Hasil Belajar Roll Depan Melalui Pemanfaatan Alat Bantu Bidang Miring pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/2012 “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012?

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk: Meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 melalui pemanfaatan alat bantu bidang miring.

D. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Manfaat bagi guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi

a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru Penjasorkes dalam pembelajaran Penjas agar diperoleh hasil belajar yang optimal.

b. Sebagai bahan masukan guru dalam pembelajaran Penjasorkes dengan kreatifitas dan inovasi-inovasi untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran Penjasorkes.

c. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara profesional, terutama dalam kreatifitas dan inovasi pembelajaran Penjasorkes.

2. Manfaat bagi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas, serta meningkatkan hasil belajar roll depan.

b. Dapat meningkatkan kemandirian siswa, keberanian siswa dan menghilangkan rasa pesimis dalam mengikuti pembelajaran roll depan.

(23)

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Senam a. Pengertian Senam

Istilah senam merupakan terjemahan dari kata ”gymnastiek” dari bahasa Belanda, sedangkan dalam bahasa Inggris yaitu ”Gymnastic”. Memberikan batasan senam tidaklah mudah, karena di dalamnya tekandung makna yang luas sesuai dengan perkembangan berbagai aliran dan jenis senam yang berkembang. Berkaitan dengan senam, Sayuti Sahana (2010: 1.4) mengatakan, “Senam atau gymnastic merupakan suatu sistem latihan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan fisik melalui latihan tubuh” Menurut Agus Margono (2011:19) bahwa” Senam ialah latihan tubuh yang dipilih dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa senam merupakan cabang olahraga dengan mengunakan latihan tubuh yang dilakukan secara terencana dan disusun secara sistematis untuk mengembangkan dan membentuk diri secara harmonis. Gerakan-gerakan senam ini sengaja diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu yang secara sistematis berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Menurut Loken & Willoughby (1986: 14-15) bahwa,

Senam mempunyai banyak manfaat di antaranya:

(1) Mengembangkan otot besar, kelompok otot pundak, otot lengan, otot dada, otot perut, serta otot kaki.

(2) Membangun kekuatan tenaga. (3) Memperbaiki postur tubuh.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

(4) Membantu kefitan fisik yang lain; seperti fleksibilitas, koordinasi, keseimbangan.

(5) Menemukan kepuasan dan kebanggaan dalam berkompetisi dan prestasi.

(6) Mengembangkan kreatifitas, keberanian, ketepatan, kesiapsiagaan, kesabaran.

Hal senada dikemukakan Agus Margono (2011: 21) bahwa senam mempunyai nilai-nilai kegunaan di antaranya:

(1) Untuk memberikan rangsang yang diperlukan bagi pertumbuhan badan.

(2) Untuk mengembangkan cara bersikap dan bergerak dengan sewajarnya.

(3) Untuk memperbaiki dan mencegah pengaruh buruk di sekolah.

(4) Untuk mempertebal perasaan kebanggaan (dalam perlombaan antar bangsa).

(5) Untuk memupuk keberanian dan percaya diri sendiri.

(6) Untuk memupuk rasa tanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat.

(7) Memupuk kesanggupan bekerjasama.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, banyak manfaat atau kegunaan dari senam. Dalam olahraga senam tidak hanya dikembangkan aspek fisik saja, melainkan aspek sosial dan emosinal juga dikembangkan. Untuk memperoleh manfaat senam secara multilateral, maka senam harus diajarkan dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah dalam senam.

(25)

commit to user

b. Ciri-ciri dan Kaidah Senam

Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki karakteritik yang berbeda dengan cabang olahraga lain. Suatu olahraga dikatakan sebagai olahraga senam jika memiliki ciri dan kaidah tertentu. Agus Margono (2011: 19) menyatakan ciri dan kaidah dari senam yaitu:

(1) Gerakan-gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja.

(2) Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan keindahan gerak dan meningkatan kesehatan tubuh).

(3) Gerakannya harus selalu terusun dan sistematis.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri dan kaidah cabang olahraga senam yaitu, gerakannya diciptakan dengan sengaja, untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, meningkatkan keterampilan, meningkatkan keindahan gerak dan kesehatan tubuh serta gerakannya terusun dengan baik dan sistematis. Oleh karena itu, seseorang yang menciptakan senam harus memiliki ciri dan kaidah seperti tersebut di atas.

c. Jenis-jenis Senam

Berdasarkan jenisnya, senam dibedakan menjadi beberapa macam. Agus Mahendra (2000: 11-12) menyatakan, ”FIG (Federation Internationale de Gymnastique) dalam mengklasifikasikan senam menjadi enam kelompok yaitu: (1) senam artistik (artistic gymnastics), (2) senam ritmik sportif (sportive rhymic gymnastics), (3) senam akrobatik (acrobatic gymnastics), (4) senam aerobik sport (sports aerobics), (5) senam trampolin (trampolinning) dan (6) senam umum (general

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

gymnastics). Sedangkan dalam Blog Unnes (01 Agustus 2012) menjelaskan macam-macam senam yang diperlombakan di Indonesia yaitu:

Tabel 2.1. Jenis Senam

No. Jenis Senam Jarak

Pria Wanita

1. Senam Artistik Senam lantai

Palang sejajar Meja lompat Palang tunggal Gelang-gelang Kuda pelana Senam lantai Balok titian Meja lompat Palang bertingkat

2. Senam Ritmik - Alat Pita

Alat Gada Alat Bola Alat Simpai Free hand

3. Senam Aerobik Sport 1. Single

2. Couple

3. Trio

4. Kwartet

4. Senam General 1. Senam SKJ

2. Senam areobik

3. Senam Jantung sehat

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, secara umum senam dikelompokkan menjadi enam macam yaitu: senam artistik (artistic gymnastics), senam ritmik sportif (sportive rhymic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik sport (sports aerobics), senam trampolin (trampolinning) dan senam umum (general gymnastics).

(27)

commit to user

Berkaitan dengan jenis senam tersebut, Penelitian Tindakan Kelas ini akan mengkaji dan meneliti senam artistik atau senam ketangkasan.

d. Senam Ketangkasan

Senam ketangkasan atau sering disebut senam artistik merupakan senam dengan gerakan-gerakan tertentu yang sudah disusun atau dirancang dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Berkaitan dengan senam artistik Suyati & Agus Margono (2000: 58) menyatakan, “Senam artistik adalah merupakan salah satu jenis senam/macam cabang olahraga senam yang sering dipertandingkan yang dipertandingkan. Dalam pertandingan senam artistik seorang atlet/pesenam harus menguasai gerakan-gerakan yang sudah disusun/dirangkai dari masing-masing alat dan ditetapkan sesuai dengan peraturan pertandingan yang berlaku”. Sedangkan jenis senam artistik yang dipertandingkan menurut Agus Mahendra (2000: 12) yaitu:

(1) Artistik putra:

(a)Lantai (floor exercise) (b)Kuda pelana (pommel horse) (c)Gelang-gelang (rings)

(d)Kuda lompat (vaulting horse) (e)Palang sejajar (parallel bars) (f)Palang tunggal (horisontal bar) (2) Artistik putri:

(a) Kuda lompat (vaulting horese) (b)Palang bertingkat (uneven bars) (c) Balok keseimbangan (balance beam) (d)Lantai (floor exercise).

Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat. Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan-gerakan

tumbling digabung dengan dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan.

2. Belajar

a. Hakikat Belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok. Sebgaian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Hal ini artinya, belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar dan tidak pernah berhenti.

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berkaitan dengan belajar, Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Muhammad Ali (2004: 14) bahwa, “Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan”. Menurut Abdul Kodir (2011: 21) bahwa, “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan”.

Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu, apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih

(29)

commit to user

baik daripada sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan, kecakapan, kebiasaan dan sikap. Hasil belajar ini bersifat permanen, sehingga tidak akan mudah hilang. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan. Agar belajar dapat dilakukan dengan baik, maka harus didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang tepat. Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) menyatakan, “Prinsip-prinsip belajar meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”. Pendapat lain dikemukakan Nanang Hanafiah & Cucu Suhana (2010: 18-19) bahwa:

Belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinyu memiliki prisnip-prinsip sebagai berikut:

(1) Belajar berlangsung seumur hidup.

(2) Proses belajar adalah kompleks, tetapai teroganisir.

(3) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.

(4) Belajar dimulai dari yang faktual menuju konseptual. (5) Belajar mulai dari yang kongkret menuju abstrak. (6) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

(7) Keberhasilan belajar diengaruhi oleh faktor bawaan (heredity), lingkungan (environment), kematangan (time or maturation), serta usaha keras peserta didik sendiri (endeavor).

(8) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna, baik dari sisi agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan ketahanan.

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(9) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu, baik dalam lingkungan keluarga (hme schooling), sebagai pendidikan awal (tarbiyatul ula), bagi lingkungan masyarakat (non formal education) dan lingkungan sekolahnya (formal education).

(10) Belajar berlangsung dengan guru atau pun tanpa guru. (11) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi

yang tinggi.

(12) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal dan eksternal.

(13) Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain, mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut menunjukkan bahwa, kedua ahli tersebut mempunyai pandangan yang berbeda tentang prinsip-prinsip belajar. Namun pada hakikatnya, prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut menekankan pada diri peserta didik. Dari kedua pendapat tentang prinsip-prinsip belajar tersebut harus dipahami dan dimengerti oeh seorang guru agar diperoleh hasil belajar yang optimal.

c. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar

Belajar merupakan poses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang internal pada diri siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak pada perilaku siswa dalam mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindakan mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instruksiona lguru, karena di dalamnya

(31)

commit to user

desain instruksional guru mebuat tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar.

Siswa yang belajar bertiar menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Bloom, Krathwol & Simpson yang dikutip Aunurrahman (2012: 48-49) menggolongkan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu:

(1) Kognitif terdiri enam jenis perilaku yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

(2) Ranah afektif terdiri lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan.

(3) Ranah psikomotor, terdiri tujuh perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, ketiga ranah tersebut bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Untuk mencapai perubahan yang diharapkan, baik perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, maka belajar hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh beberapa prinsip belajar yang dapat mendukung terwujudnya hasil belajar yang optimal.

d. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang pada akhirnya akan diperoleh hasil belajar. Menurut Angkowo & Kosasih (2007:51) bahwa, “Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: bakat belajar, waktu yang tersedia untuk belajar, kemampuan individu, kualitas pengajaran, dan lingkungan” (Harminingsih, 25 Nopember 2012). Menurut Agus Suprijono (2009: 7) bahwa, “Hasil belajar perubahan perilaku secara keseluruhan baik kognitif, afektif dan psikomotorik bukan hanya salah

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

satu aspek potensi kemampuan saja”. Sedangkan Slameto (2003: 54) menyatakan:

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

(1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Intern), yang meliputi: (1). Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2). Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. (3). Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang.

(2) Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor (Ekstern), yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2). Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3). Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

Berdasarkan pengertian belajar dan faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan baik aspek kognitif, afektif dan

(33)

commit to user

psikomotorik yang lebih baik. Hasil belajar akan menjadi lebih baik apabila faktor internal dan eksternal dapat terpenuhi dengan baik pula. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai peserta didik, maka perlu dilakukan penilaian. Munawar (2009) 25 Nopember 2012 menyatakan,

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Sedangkan pengertian penilaian menurut Nana Sudjana (2005: 111) yaitu: Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, penilaian merupakan suatu bentuk hasil belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu. Melalui penilaian tersebut akan diketahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai peserta didik. Lebih lanjut Nana Sudjana (2005: 111) menyatakan, “Penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar memiliki fungsi yaitu: (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru”.

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik menggambarkan cerminan dari guru dan peserta didik. Hal ini maksudnya, hasil belajar yang dicapai peserta didik menandakan peserta didik dapat menguasai materi yang diterimanya. Sedangkan bagi guru, hasil belajar yang dicapai peserta didik dapat diketahui tujuan pengajaran tercapai atau tidak atau efektif tidaknya pengajaran yang telah dilakukan. Untuk itu penilaian sangat penting dalam proses belajar mengajar.

3. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan a. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran sekarang ini lebih berorientasi bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M. Sobry Sutikno (2009: 32) menyatakan, “Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut Benny A. Pribadi (2009: 11) bahwa, “Pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa media”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, di dalam kegiatan pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan

(35)

commit to user

pembelajaran seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan:

(1) Peran guru telah berubah dari:

(a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.

(b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

(2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu:

(a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran.

(b)Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan.

(c)Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengatahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memanage

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Sanjaya (2006: 79) karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu: “(1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa, (2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja dan (3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan”

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik pembelajaran dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar. Syaiful Sagala (2005: 62) dijelaskan:

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Berdasarkan pendpaat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam lingkungan belajar. Pendidik bertugas mengembangkan kreatifitas berfikir peserta didik agar dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, memiliki tabiat dan pembentukan sikap serta perilaku yang baik Dalam kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran

(37)

commit to user

seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan perencanaan yang matang.

b. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan

Membelajarkan senam lantai pada siswa sekolah harus dilakukan dengan tepat. Siswa harus diberi pemahaman yang tepat pengertian dari senam lantai. Senam lantai roll depan merupakan jenis senam ketangkasan. Dalam senam ketangkasan ini dibutuhkan beberapa kemampuan, di antaranya kemampuan fisik yang baik dan keberanian. Aip Syarifuddin & Muhadi (1992: 104) menyatakan, “Senam ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan yang harus dilakukan dengan kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keberanian dan kepercayaan diri dalam suatu rangkaian urutan yang terpadu”.

Memiliki kemampuan fisik yang baik dan keberanian serta kepercayaan diri untuk melakukan sutau gerakan yang terpadu merupakan syarat penting dalam senam ketangkasan. Senam ketangkasan ini disebut juga dengan senam pertandigan atau senam artistik, karena bentuk-bentuk gerakannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam pertandingan baik mengenai sikap pada waktu akan melakukan keindahan dan ketepatan serta keseimbangan pada sikap akhir.

Senam ketangkasan dapat dilakukan dengan alat dan tanpa alat. Berkaitan dengan senam ketangkasan, roll depan merupakan jenis senam tanpa alat yang sering disebut dengan istilah floor exercises atau disebut juga dengan istilah tumbling. Suyati dan Agus Margono (2000: 101) menyatakan:

Senam lantai dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

atau pada waktu meloncat ke depan atau ke belakang. Bentuk-bentuk latihannya juga merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, tetapi untuk putri dimasukkan juga unsur-unsur gerakan balet.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, senam lantai merupakan senam yang dilakukan di lantai beralaskan matras dan tidak boleh menggunakan alat atau benda. Unsur dari gerakan senam lantai yaitu, mengguling, melompat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada waktu meloncat ke depan atau ke belakang.

Berdasarkan unsur gerakan dari senam lantai, roll depan merupakan jenis gerakan senam yang dilakukan dengan mengguling. Menurut Eka Pribadi, Ono Sudiana & H.D. Lukman (1994: 35) bahwa, “Gerakan roll depan yaitu: posisi badan membungkuk dengan kedua kaki lurus dan kedua tangan lurus menempel pada matras. Kemudian posisi kepala harus ditekuk ke bagian dalam, lalu menjatuhkan badan dengan pundak diikuti oleh badan dan kedua tangan ditekuk untuk membantu mengangkat badan dan kedua kaki mengikuti dengan lurus ke depan hingga posisi duduk”. Sedangkan Suyati & Agus Margono (2000: 101-102) membedakan gerakan roll depan menjadi dua macam yaitu, “(1) Guling depan dengan tungkai bengkok dan (2) guling depan tungkai lurus”.

Pelaksanaan guling depan dengan tungkai bengkok dan tungkai lurus sebagai berikut:

(1) Guling depan tungkai bengkok:

(a) Sikap permulaan jongkok, pantat agak tinggi kedua lengan lurus ke depan.

(39)

commit to user

(b) Luruskan tungkai, badan condong ke depan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu ke dada, tengkuk letakkan pada matras.

(c) Mengguling ke depan mulai dari tengkuk, punggung, kaki mengikuti gerakan badan

(d) Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai, tarik paha ke dada, tangan menolak gerakan mengguling, diteruskan hingga berakhir pada sikap jongkok, tangan melekat pada tulang kering, pandangan lurus ke depan.

Gambar 2.1. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Bengkok (Sumber: Suyati & Agus Margono, 2000: 101)

(2)Guling depan tungkai lurus.

(a)Pelaksanaannya sama seperti pada nomor 1 guling depan tungkai bengkok, saat punggung mengenai matras tangan menolak, tungkai lurus, paha dekat dengan dada.

(b)Gerakan mengguling ke depan diteruskan lemparan tungkai ke depan diikuti tolakan tangan, tumpuan tangan di samping paha di depan pantat, badan condong ke depan dagu dekat dada berakhir pada sikap berdiri, badan membengkok.

Gambar 2.2. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Lurus (Sumber: Suyati & Agus Margono, 2000: 102)

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Berdasarkan jenis gerakan roll depan baik dengan tungkai bengkok maupun tungkai lurus, maka seorang guru Penjasorkes harus mampu membelajarkan dengan benar. Jika siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran roll depan, maka dapat melakukan modifikasi dalam bentuk permainan. Dalam penelitian Ilmizizah (2009) 01 Agustus 2012 dijelaskan modifikasi permainan senam lantai sebagai berikut:

(1) Pemain : 2-5 pasang, tidak terbatas. (2) Peralatan : Tidak mengunakan peralatan (3) Tempat : Gedung atau tempat bermain (4) Keahlian : Kelenturan dan kelenturan tubuh

(5) Permainan : Tujuannya untuk mengetahui tim yang sampai duluan di finis dengan sukses. Di lakukan secara berpasangan dan orang pertama berdiri dan orang yang kedua berposisi tidur dengan kedua kaki di tekuk, lalu orang pertama memegang mata kaki orang kedua dengan cara membungkuk dan orang kedua pun juga memegang mata kaki orang pertama. Setelah itu dilakukan gulingkan roll depan secara berurutan dan seirama dengan pasangan masing-masing.

(6) Sekor : Tim yang sampai duluan finish menjadi pemenang.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam membelajarkan roll depan dapat dilakukan dalam bentuk permainan, sebelum pada gerakan roll depan sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki keberanian dan memiliki dasar berguling yang benar.

c. Kesalahan dalam Gerakan Roll Depan

Roll depan merupakan keterampilan yang sulit dan memiliki unsur gerakan yang kompleks. Sehingga seringkali siswa melakukan kesalahan dalam melakukan gerakan roll depan. Aip Syarifuddin & Muhadi (1992: 106) menyatakan:

(41)

commit to user

(1) Tidak mengangkat pinggul ke atas hingga kedua lutut tetap tertekuk.

(2) Tidak membengkokkan siku ke samping tetapi ke belakang, hingga sulit untuk memasukkan kepala ke antara kedua tangan dan tidak membawa berat badan ke depan.

(3) Sebelum seluruh pundak mengenai matras sudah melompat atau menolakkan kaki ke atas, akibatnya punggung jatuh ke matras.

(4) Pada waktu memasukkan kepala ke antara kedua tangan, pinggul tidak membantu mendorong badan ke depan, dan tangan tidak menahan.

Kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam melakukan gerakan

roll depan di antaranya: tidak mengangkat pinggul ke atas, kedua siku tidak dibengkokkan ke samping, sehingga sulit memasukkan kepala di antara kedua lengan, melakukan lompatan sebelum seluruh pundak menyentuh matras dan pinggul tidak membantu mendorong badan ke depan. Kesalahan-kesalahan tersebut harus dihindari pada saat melakukan gerakan roll depan. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas, maka dapat diberikan bantuan. Lebih lanjut Aip Syarifuddin & Muhadi (1992: 106) memberikan tips cara memberikan bantuan pada gerakan roll depan sebagai berikut:

(1) Pembantu berdiri pada salah satu lutut (kanan) kaki yang lain (kiri) diletakkan sedemikian rupa hingga membantu kekuatan dan keseimbangan.

(2) Tangan kanan pembantu memegang tengkuk, sedangkan tangan kiri membantu mendorong paha atau pinggulnya. (3) Pada waktu badan berguling, si pembantu membantu

mengangkat pundaknya agar kepala bagian belakang yang melakukan tidak menyentuh matras.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Tips cara memberikan bantuan roll depan tersebut penting untuk dipahami oleh seorang pembantu gerakan roll depan. Pemberian bantuan yang benar akan lebih mempermudah gerakan roll depan. Tetapi sebaliknya, pemberian bantuan yang salah justru akan dapat menimbulkan rasa takut, bahkan cidera. Oleh karena itu seorang pembantu gerakan roll

depan harus betul-betul paham dan menguasai teknik memberi bantuan.

4. Alat Bantu Pembelajaran Senam

a. Prasarana dan Sarana Senam

Prasarana dan sarana pendidikan jasmani merupakan faktor penting yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Tersedianya prasarana dan sarana yang memadai, baik dari segi kualitas dan jumlahnya terhadap kebutuhan siswa akan memberikan kesempatan siswa untuk memperagakan tugas ajar secara berulang-ulang, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Prasarana dan sarana olahraga merupakan daya pendukung yang terdiri dari tempat berbentuk bangunan dan segala bentuk jenis peralatan yang digunakan dalam memenuhi prasyaratan yang di tetapkan untuk pelaksanaan program olahraga. Fungsi prasarana dan sarana olahraga yaitu sebagai pendukung pelaksanan suatu kegiatan terutama dalam pengajaran olahraga. Untuk menunjang kelancaran pembelajaran senam lantai, maka prasarana dan sarana harus memadai. Dalam penelitian Ilmizizah (2009) 01 Agustus 2012 dijelaskan dalam membuat perencanan penyediaan prasarana dan sarana pembelajaran senam harus memperhatikan 3 faktor penting di antaranya:

(1) Kuantitas prasarana olahraga. Untuk menampung kegiatan perlu dibutuhkan prasarana olahraga sesuai kebutuhan. Di dalam gegiatan senam lantai di perlukan gedung atau gor olahraga yang luas.

(2) Kualitas sarana olahraga. Guna menampung kegiatan olahraga berprestasi maka diperlukan kualitas yang sesuai

(43)

commit to user

dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang olahraga. Dalam cabang olahraga senam lantai diperlukan matras yang luasnya 12 x 12 m dan dikelilingi matras selebar 1 m untuk keamanan pesenam. Memenuhi standart internasional dan ualitas bahan dan material harus memenuhi syarat internasional.

(3) Pendanaan prasarana dan sarana olahraga. Untuk menujang faktor di atas perlukan dana yang cukup besar sehingga dapat disiapkan prasarana dan sarana yang mencukupi. Minimnya dana akan menyebabkan kurangnya kemampuan unit kerja terkait untuk mefasilitasi kegiatan olahraga

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prasarana dan sarana pembelajaran senam membutuhkan pendanaan yang besar. Karena prasarana dan sarana pembelajaran senam membutuhkan dana yang besar dan dari phak sekolah tidak dapat menyediakan, maka dalammembelajarkan senam lantai dapat menggunakan alat bantu.

b. Alat Bantu

Keluhan umum para guru Penjasorkes dalam melaksanakan pembelajaran Penjasorkes karena keterbatasan alat. Untuk mengtasi keterbatasan alat pembelajaran Penjasorkes, maka dapat menggunakan alat bantu. Berkaitan dengan alat bantu Sriyono Brotosuryo, Sunardi & M. Furqon H. (1994: 294) menyatakan, “Alat bantu yaitu alat-alat yang digunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan mengajar”. Menurut H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto & Sutijan (1998: 37) bahwa, “Alat bantu belajar atau pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”.

Berdasarkan pengertian alat bant yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, alat bantu yaitu, semua alat dalam

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kegiatan pembelajaran yang berfyngsi untuk membantu menyampaikan materi pelajaran. Alat bantu ini dapat menggunakan berbagai benda yang berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Sriyono Brotosuryo, Sunardi & M. Furqon H. (1994: 294) menyatakan:

Jenis dan alat bantu mengajar yang dikembangkan di Indonesia antara lain:

(1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan (2) Alat bantu mengajar/audio (dengar) (3) Alat bantu tanpa proyeksi

(4) Alat bantu dengan proyeksi

(5) Lingkungan dan sumber-sumber masyarakat (6) Kumpulan benda-benda.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, alat bantu pembelajaran mencakup enam macam yaitu, bahan-bahan cetakan atau bacaan, alat bantu audio (dengar), alat bantu tanpa proyeksi, alat bantu dengan proyeksi, lingkungan dan sumber-sumber masyarakat dan kumpulan benda-benda. Dari enam macam alat bantu tersebut, seorang guru dapat memilihnya sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.

c. Alat Bantu Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran sangat berperan penting untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sriyanto (2010) dalam blog sport-nya dikatakan, “Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 106-107) menyatakan:

(45)

commit to user

Ada beberapa fungsi penggunaan alat dalam proses pembelajaran di antaranya:

(1) Menarik perhatian siswa

(2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

(3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan) (4) Mengatasi keterbatasan ruang

(5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif (6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan

(7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar

(8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar

(9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam.

(10) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Alat bantu pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru penjas harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat bantu pembelajaran, agar materi pembelajaran dapat diterima oleh siswa secara optimal. Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 46) menyatakan, “Terbuka kesempatan guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tidak ada ketentuan khusus bahwa alat bantu yang digunakan harus alat yang lazim digunakan dalam kegiatan olahraga sebenarnya. Oleh karena itu, seorang guru Penjasorkes dituntut inovasi dan kreativitasnya untuk menciptakan atau menggunakan alat bantu karena keterbatasan sarana pembelajaran Penjasorkes.

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

d. Modifikasi Alat Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan

Ditinjau dari aspek-aspek modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani, modifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan dari beberapa aspek, salah satunya modifikasi lingkungan pembelajaran. Yoyo Bahagia & Adang Suherman (2000: 7) menyatakan, “Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran meliputi: (1) peralatan, (2) penataan ruang gerak dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4) organisasi atau formasi berlatih”.

Pendapat tersebut menunjukkan, modifikasi lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani mencakup: peralatan, penataan ruang gerak dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat dan, organisasi atau formasi berlatih. Penggunakan bidang miring dalam pembelajaran roll

depan termasuk modifikasi peralatan dan penataan ruang gerak dalam berlatih. Pemanfaat bidang miring dalam pembelajran roll depan berarti mengurangi tingkat kesulitan dalam gerakan roll depan, sehingga siswa lebih mudah melakukan roll depan. Pemanfaatan bidang miring perlu dilakukan, jika penggunaan bidang datar siswa mengalami kesulitan untuk melakukan roll depan. Lebih lanjut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 75) menyatakan:

Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya.

Memodifikasi peralatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada prinsipnya sebagai solusi jika dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani mengalami hambatan atau kesulitan. Ditinjau dari prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan, modifikasi peralatan merupakan bentuk pembelajaran yang dilakukan dari cara yang mudah

Gambar

Gambar 2.1. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Bengkok                                       (Sumber: Suyati & Agus Margono, 2000: 101)
Gambar 2.3. Ilustrasi Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring                       (Sumber: Biasworo Adisuryanto Aka, 2009: 72)
Gambar 2.4. Konseptual Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Rincian Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur yang digunakan adalah Skala Self-Image yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan 3 aspek self-image, yaitu perceptual component, conceptual component dan

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik matematik di harapkan mampu meningkatkan komunikasi matematik pada siswa sehingga dapat meningkatkan pola pikir

SISTIM INFORMASI PELAYANAN GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS UNGARAN Pelayan Gizi ibu hamil merupakan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Ungaran semarang

Hal ini disebabkan oleh berkembangnya pola pikir masyarakat yang membenarkan pemberian hadiah yang dilakukan oleh penyelenggara negara adalah suatu bentuk ucapan

Hasil penelitian ini adalah : secara umum anggota Senam Noni Kusuma tidak puas pada variabel pelayanan karena memiliki nilai indeks kepuasan kons negatif yang cukup tinggi yakni

Apabila harus dihadapkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 95 ayat (4) dengan adanya hak istimewa dari kreditur separatis dalam hal pengurusan dan pemberesan sita umum

Dari hasil analisis mengenai konstruksi realitas sosial tentang pemberitaan Pembangunan LRT di Kota Palembang yang dilakukan oleh Sumatera Ekspres Online selama sepuluh

18 Pada tahun yang sama juga Yayasan Pendidikan Islam Tellungpoccoe (YAPIT) Taretta mendirikan Pendok Pesantren yakni pada tahun 1988 yang bernama Pesantren