UJI AKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA BAKAR UJI AKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA BAKAR EKSTRAK METANOL DAUN KAYU COLOK
EKSTRAK METANOL DAUN KAYU COLOK (Samanea s(Samanea samanaman) ) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM
DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM
SKRIPSI SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmas Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmas ii
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar UIN Alauddin Makassar
Oleh Oleh AHMAD ALWY AHMAD ALWY NIM. 70100108007 NIM. 70100108007
FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR MAKASSAR 2012
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
karenanya batal demi hukum.
Makassar, 24 Juli 2012 Makassar, 24 Juli 2012 Penulis, Penulis, Ahmad Alwy Ahmad Alwy NIM. 701001 NIM. 7010010800708007
PENGESAHAN SKRIPSI PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Pengruh Konsentrasi Etanol terhadap Penjerapan Skripsi yang berjudul “Pengruh Konsentrasi Etanol terhadap Penjerapan Nifedipin pada Formula
Nifedipin pada Formula Ethosome Ethosome” yang disusun oleh Rizal, NIM: 70100108073,” yang disusun oleh Rizal, NIM: 70100108073, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Skripsi yang diselenggarakan telah diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Skripsi yang diselenggarakan pada
pada hari hari Rabu Rabu tanggal tanggal 24 24 Juli Juli 2012 2012 bertepatan bertepatan dengan dengan 4 4 Ramadhan Ramadhan 1433 1433 HH dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.
Sarjana dalam Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.
Makassar, 24 Juli 2012 M Makassar, 24 Juli 2012 M 4 4 Ramadhan Ramadhan 1433 1433 HH DEWAN PENGUJI: DEWAN PENGUJI: Ketua
Ketua : : Dr. Dr. dr. dr. H. H. Rasjidin Rasjidin Abdullah, Abdullah, MPH., MPH., MH. MH. Kes. (Kes. (……...….)….) Sekretaris
Sekretaris : : Drs. Drs. Wahyudin Wahyudin G, G, M.Ag.M.Ag. (………)(………) Pembimbing
Pembimbing I I : : Isriany Isriany Ismail, Ismail, S.Si., S.Si., M.Si, M.Si, Apt.Apt. (………)(………) Pembimbing I
Pembimbing II I : Gemy : Gemy Nastity HaNastity Handayani, S.Si, ndayani, S.Si, M.Si., Apt.M.Si., Apt. (………)(………) Penguji
Penguji I I : : Surya Surya Ningsi, Ningsi, S.Si., S.Si., Apt. Apt. ((………)………) Penguji
Penguji II II : : Drs. Drs. Dudung Dudung Abdullah, Abdullah, M.Ag. M.Ag. ((………)………)
Diketahui oleh: Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
UIN Alauddin Makassar
Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah,
Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, M.PH., MH. KesM.PH., MH. Kes NIP. 19530119 198110 1 001
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
Alhamdulillah rabbil rabbil alaminalamin, segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan, segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penulis, diantaranya semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penulis, diantaranya keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penulis menyerahkan diri dan menumpahkan skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penulis menyerahkan diri dan menumpahkan harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penulis mendapatkan limpahan harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penulis mendapatkan limpahan rahmat dari Allah swt.
rahmat dari Allah swt.
Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad saw., keluarga dan para Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad saw., keluarga dan para sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam. Agama yang diridhoi oleh sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam. Agama yang diridhoi oleh Allah swt.
Allah swt.
Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang terealisasi dalam bentuk skripsi sebagai pedoman untuk menambah wawasan terealisasi dalam bentuk skripsi sebagai pedoman untuk menambah wawasan keilmuan ke depannya. Penulis sangat menyadari bahwa apa yang terurai sangat keilmuan ke depannya. Penulis sangat menyadari bahwa apa yang terurai sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, namun bagi penulis penyusunan sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, namun bagi penulis penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh karena itu ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang karena itu ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibundaku tercinta Hj. Maryam Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibundaku tercinta Hj. Maryam Malik dan Ayahandaku Almarhum KH. Andi Baharuddin Zuhra BA yang Malik dan Ayahandaku Almarhum KH. Andi Baharuddin Zuhra BA yang memberikan do’a, bimbingan, curahan kasih sayang, serta motivasinya yang memberikan do’a, bimbingan, curahan kasih sayang, serta motivasinya yang senantiasa mengiringi penulis dalam setiap langkah. Terima kasih pula kepada senantiasa mengiringi penulis dalam setiap langkah. Terima kasih pula kepada kakakku
dan Baso Hilmy,S.Pd.I serta keluarga besarku atas segala perhatian dan dukungannya selama ini.
Terima kasih pula kepada Bapak/ Ibu :
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT,MS., Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan dukungan demi selesainya skripsi ini.
2. Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH.,MH.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas dukungan dan arahannya.
3. Fatmawaty Mallapiang, SKM, MKes., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas segala arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Wahyuddin G, M.Ag., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.
5. Gemy Nastity Handayani S.Si., M.Si., Apt., Ketua Prodi Farmasi dan sebagai pembimbing pertama dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak berkontribusi besar dalam menyelesaikan skripsi.
6. Isriany Ismail, S.Si., M.Si., Apt., Pembimbing kedua atas segala arahan dan bimbingannya yang meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Haeria S.Si., M.Si. Sekretaris Jurusan Farmasi sekaligus penguji kompetensi yang senantiasa memberikan arahannya.
8. Dr. Abdullah, S.Ag, M.Ag., Penguji agama yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
9. Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si, Apt. Selaku penasehat akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan mengarahkan dalam penyempurnaan skripsi penulis.
10. Dosen dan seluruh staf Jurusan Farmasi atas curahan ilmu pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan kepada penulis sejak menempuh pendidikan farmasi, melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku dan laboran, atas masukan dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian. Kakak-kakak mahasiswa Farmasi angkatan 05, 06, 07, teman-teman 08, adik-adik 09, 010, dan 011 atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan pendidikan.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar kiranya perjuangan penulis dalam penyelesaian skripsi ini dapat menjadi amal saleh dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangannya, namun besar harapan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk kebaikan Ummat.
Semoga Allah swt., selalu melindungi kita semua. Amin ya Rabbal A’lamin.
Makassar, 24 Juli 2012 Penulis,
Ahmad Alwy NIM. 70100108007
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit ... 6
a. Epidermis ... 6
b. Dermis ... 8
c. Subkutis ... 8
B. Luka Bakar ... 9
a. Definisi Luka Bakar ... 9
b. Derajat Luka Bakar ... 10
c. Patofisiologi ... 12
d. Proses Penyembuhan Luka Bakar ... 13
e. Penyebab Infeksi Luka Bakar ... 14
f. Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar . 14 g. Penanggulangan Luka Bakar ... 15
C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman) ... 16
a. Sistematika Tanaman Kayu Colok ... 16
b. Morfologi Tanaman ... 17
D. Krim ... 19 a. Emulgator ... 21 b. Pembuatan Emulsi ... 25 E. Penyarian ... 26 a. Metode Penyarian ... 26 b. Ekstraksi ... 27 c. Maserasi ... 27
F. Uraian Hewan Coba ... 28
a. Klasifikasi Tikus Putih ... 28
b. Sifat-sifat ... 28
G. Islam dan Kesehatan ... 29
a. Kedudukan Obat dalam Islam ... 30
b. Islam dan Teknologi Pengobatan ... 31
c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam ... 34
d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim ... 35
e. Kedudukan Gizi sebagai Penunjang Pengobatan dalam Islam ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Alat dan Bahan ... 39
B. Penyiapan Hewan Uji ... 39
C. Metode Kerja ... 40
1. Penyiapan sampel ... 40
2. Ekstraksi ... 40
3. Pembuatan sediaan krim ... 41
4. Pengujian efek penyembuhan luka bakar ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil Penelitian ... 45 B. Pembahasan ... 45 BAB V KESIMPULAN ... 52 A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea
saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak ... 41
2. Rata-rata Efek Penyembuhan Luka Bakar ... 45
3. Perubahan Diameter Luka Bakar ... 56
4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar ... 57
5. Efek Penyembuhan Luka Bakar ... 58
6. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai Penutupan Luka ... 59
7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel ... 60
8. RAL, Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai Penutupan Luka ... 61
9. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka Tertutup 100% ... 62
10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel ... 63
11. RAL, Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka Tertutup 100% ... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman) ... 53
2. Skema Kerja Pembuatan Krim ... 54
3. Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar ... 55
4. Foto Pohon dan Daun Kayu Colok (Samanea saman) ... 65
5. Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dan Kontrol Negatif ... 66
6. Foto Bioplacenton® ... 66
7. Foto Alat Penginduksi Panas ... 67
8. Foto Tikus saat Dinduksi Pana ... 67
9. Foto Pengukuran Diameter Luka Bakar pada Tikus Putih ... 68
10. Foto Tikus Putih yang Lukanya dibalut dengan Kain Kasa Steril ... 68
11. Foto Hari Pertama Luka Bakar pada Tikus Putih ... 69
12. Foto Luka Bakar pada Saat Mengalami Pembengkakan ... 69
13. Foto Luka Bakar pada Saat Luka Sembuh ... 70
ABSTRAK Nama Penulis : Ahmad Alwy
NIM : 70100108007
Judul Skripsi : Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk Sediaan Krim
Telah dilakukan penelitian terhadap aktifitas penyembuhan luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim yang diujikan pada tikus putih jantan. Tujuannya agar dapat mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman).
Metode yang digunakan adalah ekstraksi sampel dengan cara maserasi dan krim luka bakar dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 8%. Di samping itu juga digunakan basis krim sebagai kontrol negatif dan Bioplacenton® sebagai
kontrol positif, selanjutnya kulit punggung tikus putih jantan dilukai dengan penginduksi panas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberi krim dengan kandungan ekstrak 2% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 15, krim dengan kandungan ekstrak 4% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 14, sedangkan krim dengan kandungan ekstrak 8% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 12.
Dari hasil uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat disimpulkan bahwa krim yang memberikan efek penyembuhan luka bakar paling baik adalah sediaan krim ekstrak metanol daun
ABSTRACT
Author Name : Ahmad Alwy
NIM : 70100108007
Thesis title : Activity Test of Combustio Healing by Methanol Extract of Kayu Colok Leaf (Samanea saman) in cream preparations form
Researched on combustio healing activity of methanol extract of kayu colok leaf (Samanea saman) in cream dosage forms are tested on white male rats. The goal is to be aware of the healing effects of combustio from the methanol extract of kayu colok leaf (Samanea saman).
The using method is the sample extraction with maceration and combustio cream made in 3 concentrations are 2%, 4%, and 8%. In addition to the cream base was also used as negative controls and Bioplacenton® as a positive control,
then the back skin of male white rats injured by a hot conductor.
The results showed that the group given the extract cream containing 2% show healing effect on average on day 15, the cream containing extracts of 4% gives the average treatment effect on day 14, whereas the cream containing extracts of 8% give the average healing effect on day 12.
From the results of statistical tests Completely Randomized Design (CRD) and the Smallest Real Differences Test (LSD) can be concluded that the cream that gives the effect of combustio healing is the best dosage of methanol extract cream of kayu colok leaf (Samanea saman) extract content 8%.
BAB I
PENDAHULUAN
A. L atar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, tempat kerja, bahkan di jalan atau tempat-tempat lain. Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain (Effendi, 1999: 1). Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian beratnya luka bakar tergantung pada dalam, luas, dan daerah luka (Syamsuhidayat, 1997: 72).
Luka bakar yang terjadi dapat menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, sayatan, dan lain-lain). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma), serta memerlukan jaringan untuk menutup (Effendi, 1999: 4).
Pohon Colok (Samanea saman) merupakan tanaman yang oleh masyarakat Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan sering digunakan batangnya sebagai kayu bakar. Di samping itu, getah yang dikeluarkan dari hasil pembakaran kayu dipercaya dapat menghilangkan
bekas luka, serta daunnya biasa direndam dan air hasil rendamannya dimandikan kepada bayi untuk menjaga kulit bayi dari penyakit kulit.
Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok (Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang
memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka. Sedangkan flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai antiseptik (Prasad et al , 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih, 2008: 2).
Salah satu penanganan luka bakar yaitu mencegah adanya mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan beberapa sediaan krim luka bakar mengandung bahan alam yang berefek antibakteri seperti ekstrak daun nanas (Ananas comosus), ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum), ekstrak daun binahong (Anredera scandens) (Pujilestari, 2007: 20; Simanjuntak, 2008: 19; Ardiyanto, 2009:2).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raghavendra menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) konsentrasi 0,002% dalam 106 CFU/ml mampu menghambat Escherichia coli dengan zona hambat 8,87 mm , Staphylococcus aureus dengan zona hambat yaitu 18,37 mm , Pseudomonas aeruginosa dengan zona hambat 10,18 mm dan zona hambat 9,75 mm pada Streptococcus faecalis (Raghavendra et al, 2008: 2)
Penggunaan esktrak daun kayu colok (Samanea saman) sebagai obat luka bakar belum maksimal, karena penggunaannya yang kurang praktis jika harus disiapkan dan dioleskan langsung dengan simplisia utuh atau ekstraknya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu formula yang dapat memudahkan penggunaannya seperti krim.
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2008: 513). Tipe M/A merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci. Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga konsentrasi bahan obat akan naik dan mendorong penyerapannya ke jaringan kulit. Pasien lebih memilih M/A karena penyebarannya lebih baik dan penguapan airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit. Krim A/M mempunyai sifat lebih berminyak dan viskositasnya lebih besar daripada M/A (Aulton, 1988: 1234).
Kemampuan ekstrak daun kayu colok (Samanea saman) dalam menghambat mikroba bentuk ekstrak murni mungkin berbeda jika ekstrak tersebut diformulasi dalam bentuk sediaan krim karena pengaruh basis. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang “Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk Sediaan Krim” dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman).
Allah swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-Sajadah ayat 27 menjelaskan bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia.
Manusia tidak dibenarkan hanya menikmati apa yang diciptakan oleh Allah tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai tambah ciptaan- Nya serta mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan.
B. Rumusan M asalah
1. Bagaimana efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim?
2. Berapa konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim yang memiliki aktifitas terhadap penyembuhan luka bakar terbaik?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang pemanfaatan tanaman untuk pengobatan?
C. Tuj uan Peneli tian
1. Mendapatkan formula sediaan krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman).
2. Mengetahui konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) yang memiliki aktifitas penyembuhan luka bakar yang setara dengan sediaan luka bakar dengan merek dagang.
3. Mengetahui kedudukan tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam Islam untuk menunjang kesehatan.
D. M anfaat Peneliti an
1. Pemanfaaan bahan alam sebagai alternatif pengobatan luka bakar. (praktis) 2. Mendapatkan formula krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok
(Samanea saman). (praktis)
3. Meningkatkan penggunaan ekstrak tumbuhan untuk pengobatan. (teoritis) 4. Sebagai bahan referensi tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fi siologi Kuli t
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit berfungsi sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga keluarnya substansi-substansi penting dari dalam tubuh dan masuknya substansi-substansi asing ke dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa-senyawa obat atau bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik. Secara mikroskopik, kulit tersusun dari berbagai lapisan yang berbeda-beda, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis yang tersusun alas pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan lapisan jaringan di bawah kulit yang berlemak atau yang disebut
lapisan hypodermis (Sany, 2009: 4). a. Epidermis
Sratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin. Stratum lusidum, selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak
yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum. Stratum granulosum,
stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma dengan butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.
Stratum spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-selnya berduri.
Stratum basa/germinativum, disebut stratum basal karena selnya terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel yang diatasnya dan merupakan sel-sel-sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit), dan epidermis menonjol ke arah kerium (Syaifuddin, 2003: 25).
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papikularis dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut: serabut kolagen, serabut elastik, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alas tersebut (Syaifuddin, 2003: 26).
c. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna penikulus adiposus adalah sebagian shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah Subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot (Syaifuddin, 2003: 26).
B. L uka Bakar
a) Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003: 4). Stratum korneum diduga merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil dan banyak mengembang bila tercelup dalam air. Hal ini menjaga permukaan kulit tetap halus dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang, kulit akan menjadi kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid bukan sebagai mantel penutup yang menolak air, tapi dapat membantu
menahan air agar tetap tinggal dalam kulit (Anief, 1997: 73).
Bila terjadi dehidrasi stratum korneum sampai kira-kira di bawah 10% air akan menimbulkan celah dan membuka jalan bagi substansi iritan dan mikroorganisme masuk ke dalam kulit. Hilangnya stratum korneum memberi jalan penguapan (evaporasi), kekurangan komponen sel, dan terjadinya penetrasi substansi asing tanpa ada halangan (Anief, 1997: 74).
Berat ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab
dan lama kontak. 1. Penyebab
Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air panas, kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan selain menimbulkan luka bakar, juga menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia, terutama menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan (Moenadjat, 2003: 301).
2. L ama Kontak
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003: 301).
b) Derajat Luka Bakar
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pejanan suhu tinggi (Syamsuhidayat, 1997: 82). Derajat luka bakar dibagi menjadi tiga:
1) Luka Bakar Derajat Satu
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis. Luka tampak sebagai eritema, kemerahan, keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat misalnya tersengat sinar matahari. Luka bakar ini biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan sembuh tanpa bekas (Syamsuhidayat, 1997: 83).
2) Luka Bakar Derajat Dua
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, dijumpai pula dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi (Moenadjat, 2003: 5).
a. Derajat Dua Dangkal (Superficial )
Kerusakan mengenai bagian superficial dan dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari (Moenadjat, 2003: 5).
b. Derajat Dua Dalam ( Deep)
Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea sebagian kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu satu bulan (Moenadjat,
3) Luka Bakar Derajat Tiga
Kerusakan meliputi kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada kaji elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, karena itu untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri (Syamsuhidayat,1997: 83).
c) Patofisiologi
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Effendi, 1999: 5). Luka bakar dapat mengakibatkan syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpejankan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia, meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem, menimbulkan gelembung berisi cairan (bula) dengan membawa serta elektrolit sehingga volume cairan intravaskuler berkurang. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan (Syamsuhidayat, 1997: 83).
Apabila luka bakar tidak steril maka sering terjadi kontaminasi Apabila luka bakar tidak steril maka sering terjadi kontaminasi pada
pada kulit kulit yang yang mati. mati. Kontaminasi Kontaminasi kulit kulit yang yang mati mati tersebut tersebut merupakanmerupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi karena itu penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal infeksi karena itu penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal dianjurkan (Syamsuhidayat, 1997: 83).
dianjurkan (Syamsuhidayat, 1997: 83). d)
d) Proses Penyembuhan Luka BakarProses Penyembuhan Luka Bakar
Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase yaitu fase Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan inflamasi, proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan kembali jaringan (Simanjuntak, 2008: 35):
kembali jaringan (Simanjuntak, 2008: 35): 1)
1) Fase InflamasiFase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan
pendarahan dan dan tubuh tubuh akan akan berusaha berusaha menghentikannya menghentikannya dengandengan vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi) dan vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan.
2)
2) Fase ProliferasiFase Proliferasi
Fase profliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol Fase profliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibrolas. Fase ini berlangsung dari akhir fase adalah proses proliferasi fibrolas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat kolagen yang mepertautkan tepi luka.
kolagen yang mepertautkan tepi luka. 3)
3) Fase PenyudahanFase Penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
penyerapan kembali kembali jaringan jaringan yang yang berlebih berlebih dan dan perupaan perupaan kembalikembali jaringan
jaringan yang yang terbentuk. terbentuk. Fase Fase ini ini dapat dapat berlangsung berlangsung berbulan-bulanberbulan-bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua
berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karenayang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.
proses penyembuhan. e)
e) Penyebab Infeksi Pada Luka BakarPenyebab Infeksi Pada Luka Bakar
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar yaitu
yaitu StreptococcusStreptococcus atauatau StafilococcusStafilococcus serta mikroorganisme gramserta mikroorganisme gram negatif. Mikroorganisme tersebut terdapat pada folikel rambut dan negatif. Mikroorganisme tersebut terdapat pada folikel rambut dan kelenjar keringat yang akan membentuk koloni-koloni pada luka bakar kelenjar keringat yang akan membentuk koloni-koloni pada luka bakar yang belum memperoleh pengobatan awal dengan antibiotika topikal yang belum memperoleh pengobatan awal dengan antibiotika topikal (Moenadjat, 2003: 322).
(Moenadjat, 2003: 322). f)
f) Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka BakarFaktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar Faktor yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka bakar, Faktor yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka bakar, baik
baik pengaruh pengaruh positif positif maupun maupun negatif negatif sehingga sehingga luka luka dihadapkan dihadapkan padapada kemungkinan mengalami penyembuhan spontan. Faktor internal seperti kemungkinan mengalami penyembuhan spontan. Faktor internal seperti
usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolisme usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolisme khususnya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses khususnya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan. Faktor eksternal lebih ditekankan pada perlakuan terhadap penyembuhan. Faktor eksternal lebih ditekankan pada perlakuan terhadap luka, dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan proses luka, dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan proses penyembuhan
penyembuhan berjalan berjalan sebagaimana sebagaimana mestinya. mestinya. Sebaliknya Sebaliknya dengandengan penatalaksanaan yang tidak
penatalaksanaan yang tidak tepat akan tetepat akan terjadi konversi luka rjadi konversi luka bakar derajatbakar derajat II dangkal menjadi II dalam, luka bakar derajat II dalam menjadi derajat II dangkal menjadi II dalam, luka bakar derajat II dalam menjadi derajat III dan seterusnya, atau bahkan kematian jaringan (Moenadjat, 2003: III dan seterusnya, atau bahkan kematian jaringan (Moenadjat, 2003: 325).
325). g)
g) PenanggulangaPenanggulangan n Luka BakarLuka Bakar a.
a. Terapi Non ObatTerapi Non Obat
Penanganan pada terapi ini dilakukan dengan memberikan Penanganan pada terapi ini dilakukan dengan memberikan kompres dingin menggunakan es atau direndam dalam air dingin. Hal kompres dingin menggunakan es atau direndam dalam air dingin. Hal ini harus dilakukan setelah kejadian. Pakaian dibuka kecuali yang ini harus dilakukan setelah kejadian. Pakaian dibuka kecuali yang melekat pada luka bakar. Luka bakar derajat I tidak memerlukan melekat pada luka bakar. Luka bakar derajat I tidak memerlukan pembalutan
pembalutan atau atau pengobatan. pengobatan. Rasa Rasa sakit sakit dapat dapat dikurangi dikurangi dengandengan pemberian emolient seperti vaselin.
pemberian emolient seperti vaselin. Luka bakar derajat II dapat diberiLuka bakar derajat II dapat diberi kompres dengan larutan garam pekat dan dapat diberikan pembalut. kompres dengan larutan garam pekat dan dapat diberikan pembalut. Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa harus segera Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa harus segera ditangani, sebaiknya dibawa ke Rumah sakit. Kepada korban ditangani, sebaiknya dibawa ke Rumah sakit. Kepada korban kebakaran tingkat III ini pasien biasanya diberikan oksigen melalui kebakaran tingkat III ini pasien biasanya diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk menghadapi efek dari karbon sungkup muka (masker) untuk menghadapi efek dari karbon monooksida (Rahman, 2010: 18).
b.
b. Terapi ObatTerapi Obat
Luka bakar yang dapat diobati sendiri yaitu luka bakar ringan Luka bakar yang dapat diobati sendiri yaitu luka bakar ringan dengan tidak mengenai bagian tubuh yang penting. Misalnya daerah dengan tidak mengenai bagian tubuh yang penting. Misalnya daerah leher, muka dan genitel. Prinsip penanganan utama adalah leher, muka dan genitel. Prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Obat yang digunakan adalah yang menutup permukaan luka. Obat yang digunakan adalah yang mengandung Neomicyn sulfat, placenta extra, atau yang mengandung mengandung Neomicyn sulfat, placenta extra, atau yang mengandung Perak sulfadiazin. Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup. Perak sulfadiazin. Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Sediaan Antiseptik dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Sediaan Antiseptik yang biasa digunakan adalah rivanol, alkohol, yodium, dan yang biasa digunakan adalah rivanol, alkohol, yodium, dan sebagainya. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS sebagainya. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS (Anti Tetanic Serum)
(Anti Tetanic Serum) dan atau toksoid. Analgesik diberikan apabiladan atau toksoid. Analgesik diberikan apabila penderita kesakitan (Suratman, 1996: 2; Rahman,
penderita kesakitan (Suratman, 1996: 2; Rahman, 2010: 19).2010: 19).
C.
C. Tanaman Tanaman Kayu ColKayu Col ok (Samaneok (Samanea sa saman) aman) a.
a. Sistematika Tanaman Kayu Colok Sistematika Tanaman Kayu Colok (Samanea s(Samanea samanaman) ) Kedudukan kayu colok (
Kedudukan kayu colok ( Samanea samanSamanea saman) dalam taksonomi :) dalam taksonomi : Kingdom
Kingdom : : PlantaePlantae Divisio
Divisio : : MagnoliophytaMagnoliophyta Class
Ordo : Fabales Familia : Fabaceae Genus : Samanea
Spesies : Samanea saman
Kayu Colok (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang telah diintroduksi oleh banyak negara tropis. Di tempat barunya mempunyai beberapa nama dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East Indian Walnut , Saman Tree, dan False Powder Puff . Di Negara sub tropis
dikenal dengan nama: Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis). Di beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India) (Nuroniah, 2010: 4).
Di Indonesia umumnya jenis ini dikenal dengan nama trembesi, dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi Selatan), Ki hujan (Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah).
b. Morfologi Tanaman
Tanaman ini aslinya berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis dan subtropis. Spesies ini sudah tersebar di kisaran iklim yang luas, termasuk diantaranya equator dan monsoon yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm pada ketinggian 0-300 m dpl. Kayu Colok dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, suhu
20°-38°C dimana suhu maksimal saat musim kering 24°-20°-38°C dan suhu minimal saat musim basah 18°-20°C. Pertumbuhan optimum pada kondisi basah dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4) meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainasi yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Staples, 2006: 5).
Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter setinggi dada mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m. Pohon ini membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran horisontalnya lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Pada kondisi penanaman yang lebih rapat, tingginya bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi lebih kecil.
Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel (12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih di bagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang berserbuk. Ratusan kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga pohon terlihat berwarna pink . Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan, dan setelah tua akan segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji
memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka. Dalam satu kilogram terdiri atas 4400-7000 biji. Biji dapat disimpan kering pada suhu 0°-3°C dalam kotak tertutup (Staples, 2006: 6).
c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman
Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok (Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang
memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka. Sedangkan flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai antiseptik (Prasad et al , 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih, 2008: 2).
D. Krim
Emulsi yang dikenal dengan istilah lotion atau krim, merupakan bentuk sediaan yang paling sering digunakan. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan terlarut terdispersi ke dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi yang relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih dianjurkan untuk penggunaan kosmetika atau estetika (Anonim, 1995: 6).
Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama lain. Di mana cairan yang satu terdispersi ke dalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya ditambahkan emulgator (Voight, 1995: 398).
Sistem emulsi banyak digunakan dalam farmasi, dapat dibedakan antara emulsi cairan, yang ditetapkan untuk pemakaian dalam (emulsi minyak ikan, emulsi parafin) dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainnya, di mana yang satu menunjukkan karakter hidrofil, yang lain lipofil. Fase hidrofil umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat bercampur dengan air, sedangkan fase lipofil adalah minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, apakah fase hidrofil yang terdispersi ke dalam lipofil ataukah fase lipofil yang terdispersi ke dalam fase hidrofil (Voight, 1995: 399).
Pada formulasi krim ada dua tipe emulsi yang digunakan yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M). Pemilihan basis didasarkan atas tujuan penggunaannya dan jenis bahannya yang akan digunakan (Lachman, 1994: 1030).
Faktor-faktor yang menentukan apakah akan terbentuk emulsi A/M atau M/A tergantung pada dua sifat kritis yaitu terbentuknya butir tetes dan terbentuknya rintangan antarmuka. Bila emulgator hanya dapat larut atau
lebih suka air (sabun, natrium, tween) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A. Tetapi bila emulgator hanya dapat larut atau lebih suka minyak (sabun kalsium, span) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A (Anief, 1999: 27).
Pada formulasi krim masing-masing basis, memiliki keuntungan pada penghantaran obat. Basis yang dapat dicuci dengan air adalah M/A yang dikenal dengan ‘krim’. Basis vanishing cream termasuk golongan ini. Vanishing cream diberi istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya krim sebelumnya. Hilangnya krim ini dari kulit dan pakaian dipermudah oleh minyak dalam air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah. Karena bahan pembawa minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Pembawa jenis vanishing cream merupakan contoh yang mewakili emulsi M/A, sedangkan basis serap umumnya A/M (Lachman, 1994: 1030). a. Emulgator
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dalam lapisan kuat yang mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdisperso (Parrot, 1974: 313).
1. Pembagian Emulgator
Berdasarkan struktur kimianya, emulgator diklasifikasikan menjadi (Gennaro, 1990: 300. Liebermen, 1988: 1091) :
a) Emulgator Alam
1. Emulgator alam yang membentuk film multimolekuler, misalnya akasia dan gelatin.
2. Emulgator alam yang membentuk film monomolekuler, misalnya lesitin, kolesterol.
3. Emulgator yang membentuk film berupa artikel padat misalnya bentonit dan vegum.
b) Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film monomolekuler. Kelompok bahan aktif permukaan ini dibagi menjadi anionik, kationik, dan nonionik. Tergantung dari muatan yang dimiliki oleh surfaktan.
1. Anionik
Surfaktan ini memiliki muatan negatif. Contoh bahannya yaitu kalium, natrium, dan garam ammonium dari asam laurat dan asam oleat yang larut dalam air dan merupakan bahan pengemulsi M/A yang baik. Bahan ini mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran cerna sehingga dibatasi penggunaannya hanya untuk bagian luar.
2. Kationik
Aktifitas permukaan bahan kelompok ini terletak pada kation yang bermuatan positif. pH dari sediaan
Rentang pH juga menguntungkan karena masuk ke dalam pH normal kulit. Contohnya senyawa ammonium kuartener.
3. Nonionik
Surfaktan yang sangat luas penggunaannya sebagai bahan pengemulsi karena memiliki kesinambungan hidrofilik dan lipofilik dalam molekulnya. Tidak seperti tipe anionik dan kationik, emulgator non ionik tidak dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit. Contoh yang paling banyak digunakan adalah gliseril, ester asam lemak sorbitan (span) dan turunan polioksietilennya (tween).
2. Mekanisme Emulgator
Berdasarkan mekanisme kerjanya, emulgator dibagi menjadi beberapa bagian yaitu (Gennaro, 1990: 300) :
a) Adsorbsi Momonolekuler
Surfaktan atau amfibil menurunkan tegangan antarmuka karena teradsorbsi pada antarmuka minyak air membentuk film monomolekuler. Film ini membungkus tetes terdispersi dengan suatu lapisan tunggal yang seragam berfungsi mencegah bergabungnya tetesan. Idealnya film ini harus fleksibel sehingga
b) Adsorbsi Multimolekuler
Koloid hidrofil terhidrasi dapat dianggap sebagai bahan aktif permukaan karena terdapat pada antarmuka minyak air tetapi berbeda dengan surfaktan sintetik. Koloid hidrofil tidak
menyebabkan penurunan tegangan antarmuka yang nyata tetapi membentuk film multimolekuler pada antarmuka tetesan. Aksi sebagai emulgator terutama disebabkan oleh film yang dibentuknya kuat sehingga mencegah koalesensi. Film multimolekuler ini bersifat hidrofilik sehingga cenderung membentuk minyak dalam air.
c) Adsorbsi Partikel Padat
Partikel padat yang dibagi halus yang terbasahi oleh minyak dan air dapat bertindak sebagai emulgator membentuk suatu film partikel halus di sekeliling tetes terdispersi pada antarmuka sehingga mencegah koalesensi.
3. Sistem Keseimbangan Hidrofilik-Lipofilik
Hydrofhilic-Lyphophilic Balance adalah harga yang harus dimiliki oleh sebuah emulgator sehingga pertemuan antara fase lipofil dengan air dapat menghasilkan emulsi dengan tingkat dispersitas dan stabilitas yang optimal (Voight, 1995: 407).
Suatu emulgator dengan HLB tinggi adalah lebih mudah larut dalam air dan akan membentuk tipe emulsi M/A. Sebaliknya surfaktan
dengan HLB rendah akan membentuk tipe emulsi A/M serta lebih mudah larut dalam minyak (Anief, 1999: 30).
Emulgator sering dikombinasikan untuk menggunakan emulsi yang lebih baik yaitu emulgator dengan keseimbangan hidrofilik dan lipofilik yang diinginkan, melainkan kestabilan dan sifat kohesi dari lapisan antarmuka serta mempengaruhi konsistensi dan penampakan emulsi (Gennaro, 1990: 300).
Emulgator dengan nilai HLB di bawah 7 umumnya menghasilkan emulsi air dalam minyak (A/M), sedangkan emulgator dengan nilai HLB di atas 7 umumnya menghasilkan emulsi minyak dalam air (M/A). Tetapi sistem HLB tidak memberikan indikasi tentang konsentrasi yang digunakan. Sebagai aturan, emulgator dengan konsentrasi 2% adalah jumlah yang cukup dalam suatu formula walaupun konsentrasi yang lebih kecil dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jika konsentrasi emulgator lebih dari 5% maka emulgator akan menjadi bagian utama dari formula dan hal ini bukanlah tujuan dari penggunaan emulgator (Martin, 1971: 34).
b. Pembuatan Emulsi
Tahap awal dalam pembuatan emulsi adalah pemilihan pengemulsi. Agar berguna dalam preparat farmasi. Zat pengemulsi mempunyai kualitas tertentu. Dalam sediaan krim, pengemulsi dapat bersifat anionik, kationik, dan nonionik. Dalam ukuran kecil, preparat pengemulsi dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh
ahli farmasi di apotek. Ketiga metode tersebut adalah metode kontinental, metode inggris, dan metode botol. Dalam metode pertama, zat pengemulsi dicampur dengan minyak sebelum penambahan air. Metode kedua, zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (dimana zat pengemulsi tersebut larut) agar membentuk mucilage, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi. Metode botol digunakan untuk minyak-minyak yang kurang kental dan merupakan variasi dari metode pertama dan kedua (Ansel, 2008: 379).
E. Penyarian
a. Metode Penyarian
Penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya.
Cairan pelarut dalm proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Septiningsih, 2008: 24).
b. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikan pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode
ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun hewan lebih larut dalam pelarut organik. Proses ekstraksinya zat aktif dalam tanaman adalah : pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Fachruddin, 2001: 19).
c. Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung bengosin, trias dan lilin.
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan sim plisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari, ditutup, kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, disaring ke dalam wadah penampung kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Fachruddin, 2001: 20).
F . Ur aian H ewan Coba
a. Klasifikasi Tikus Putih (Agus, 2008: 3) Kingdom : Animalia Filium : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rudentia Familia : Muridae Genus : Rattus
Spesies : Rattus novergicus b. Sifat-sifat
Tikus atau rat ( Rattus novergicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat
dan cocok untuk berbagai macam penelitian di laboratorium ataupun sebagai hewan kesayangan. Tikus putih yang berasal dari Asia Tengah dan tidak ada hubungannya dengan Norwegia seperti yang diduga dari namanya. Seperti halnya mencit, terdapat tikus germ free, gnotobiotik dan spesifik pathogen free di samping yang biasa (conventional ).
Tikus terutama yang muda memiliki jaringan lemak berwarna cokelat di bagian leher sampai scapula yang jumlahnya berkurang setelah 14 dewasa. Tikus dapat dikandang bersama dalam satu kelompok besar yang terdiri dari jantan dan betina dari berbagai tingkat tanpa terjadinya perkelahian yang berarti. Tikus dapar hidup lebih dari tiga tahun dan produktif untuk berkembangbiak selama lebih dari sembilan bulan atau
sampai usia satu tahun (Nurliah, 2010: 13).
G. I sl am dan Kesehatan
Allah swt. menciptakan makhluk-Nya dengan memberikan cobaan dan ujian, lalu menuntut konsekuensi kesenangan, yaitu bersyukur dan konsekuensi kesusahan, yaitu sabar. Semua ini bisa terjadi dengan Allah membalikkan berbagai keadaan manusia sehingga peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas. Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa musibah, penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi manusia dan semua itu pasti menimpa mereka (Yazid, 2011). Hal ini untuk mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.
Hal tersebut sesuai firman Allah swt. Q.S. Al Mulk (67) ; 2 :
Terj emahn ya :
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Penyakit merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Ketahuilah, Allah tidak menetapkan sesuatu, baik berupa takdir kauni (takdir yang pasti berlaku di alam semesta ini) atau syar’i, melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang amat besar, sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia. Berbagai cobaan, ujian, penderitaan, penyakit dan kesulitan, semua itu mempunyai manfaat dan hikmah yang sangat banyak.
a. Kedudukan Obat dalam I slam
Obat atau syifa merupakan zat yang berfungsi untuk memberikan suplemen bagi tubuh untuk meregenerasi sel yang rusak dan menyembuhkan penyakit. Perkembangan zaman juga meningkatkan jumlah penyakit yang menyerang manusia. Penyakit tertentu ada yang sudah diketahui obatnya dan ada pula yang belum diketahui. Namun, Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melewati batas kemampuan mereka. Setiap penyakit pasti ada obatnya, seperti sabda Rasulullah Saw Islam sangat menganjurkan untuk memperhatikan tentang pengobatan baik itu dari segi keharusan berobat dan hukum bahan-bahan
yang digunakan dalam berobat. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Zubair, dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda :
.
Ar tinya :Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin Allah Azza wa jalla. [HR. Muslim].
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari penyakit. Penyakit yang dialami manusia terdiri dari penyakit rohani dan penyakit jasmani (Faiz, 1991: 324). Penyakit jasmani sering muncul karena dipicu faktor penyakit rohani seperti berlebih-lebihan dalam makanan atau malas mengkonsumsi zat-zat gizi seperti vitamin dan sebagainya.
b. I sl am dan Tekn ologi Pengobatan
Islam memandang ilmu pengetahuan dan tehnologi pengobatan sebagai cabang dari ilmu pengetahuan untuk memahami secara ilmiah dari cara pengobatan dengan memperhatikan bagaimana cara seseorang untuk merancang suatu obat yang lebih baik digunakan bagi manusia dengan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Pengetahuan semacam ini merupakan karunia yang sangat besar dari Allah swt., sehingga kita harus
terus berusaha untuk menggali ilmu-ilmu pengobatan. Hal ini disebutkan dalam Firman Allah swt. dalam surah Al Baqarah (2) : 269
Terj emahn ya :
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki- Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran..
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa dia akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya ialah bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- Nya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu ia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari Allah swt.
Alat untuk memperoleh hikmah itu ialah akal yang sehat dan cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan bukti- bukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya. Dan barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan bisikan setan. Lalu dipercayainya janji Allah dan dibuangnya bisikan setan
Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa siapa yang telah memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti ia telah memperoleh kebaikan yang banyak, yaitu kebaikan di dunia ini dan kebaikan di akhirat kelak. Ia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat dari setan bahkan ia menggunakan segenap pancaindra, akal dan pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil, mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan. Kemudian ia berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.
Pada akhir ayat ini Allah swt. memuji orang-orang yang berakal dan mau berpikir. Mereka inilah yang selalu ingat dan waspada serta dapat mengetahui apa-apa yang bermanfaat serta dapat membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Al-Darda ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
Artinya:
Allah telah menurunkan penyakit dan penawarnya, dan dan Dia telah menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan obat-obatan sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas
dilarang" (HR. Abu Dawud).
Al-Qur’an dan Hadis merupakan pedoman untuk melakukan berbagai pengobatan, agar tidak keluar dari syariat Islam. Terapi pengobatan dan doa tidak dapat dipisahkan, kesembuhan yang sebenarnya hanya berasal dari-Nya. Namun, doa saja tentu tidak cukup tetapi harus
ada upaya pengobatan, misalnya pengobatan tradisional ataupun secara pengobatan medis. Doa dan pengobatan fisik perlu disinergikan, karena keduanya saling mendukung satu sama lain. Berkaitan dengan hal ini, Aisyah rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Ketika Rasulullah menderita sakit, dia membaca surat Mu'awwidzatain dalam hatinya dan meniupkannya ke bagian-bagian yang sakit. Ketika penyakitnya semakin parah, aku membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan memukulkan
secara perlahan pada bagian yang sakit tersebut melalui tangannya sendiri dengan harapan mendapat hidayat-Nya" (HR. Abu Dawud). Tetapi, bukan berarti semua penyakit yang mendapat pengobatan dari Rasulullah. Dia juga amat konsekuen untuk menyerahkan sesuatu pekerjaan kepada
ahlinya.
c. Penyembuhan L uka B akar dalam I slam
Dalam Islam, dikenal beberapa cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit. Diantaranya, penyembuhan dengan air, bekam, do’a, dan obat-obat tradisional. Manusia dapat hidup tanpa obat-obatan. Akan tetapi, tidak seorang pun yang bisa hidup tanpa air. Karena lebih dari setengah (57 %) tubuh kita berupa air. Apabila semua orang dapat menggunakan air dengan sebaik-baiknya, maka jumlah penyakit dan kematian dapat dihindari. Salah satu penyakit yang bisa diobati dengan air yaitu Luka bakar, dengan cara merendam luka bakar dalam air dingin (Yazid, 2011). Hal ini untuk memberikan rasa dingin pada luka bakar.
Di samping itu, bahan-bahan tradisional juga bisa digunakan sebagai obat. Karena memang sudah turun-temurun digunakan oleh masyarakat dan biasa dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya kunyit, temulawak, daun sirih, kayu manis, cengkeh, buah mengkudu dan lain sebagainya (Yazid, 2011). Bahan-bahan seperti ini mudah ditanam sebagai tanaman obat keluarga yang memang dipersiapkan untuk anggota keluarga.
d. Peri stiwa Pembakaran Nabi I brahi m
Allah berfirman dalam Surah Al-Anbiyaa ayat 68-70 :
Terj emahn ya :
"Mereka berkata : Bakarlah dia dan belalah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman : Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami
menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi."
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengungkapkan tafsir ayat tersebut bahwa Kaum Nabi Ibrahim yang sangat terpojok dan marah mendiskusikan sikap yang mereka ambil terhadap Nabi Ibrahim. Akhirnya, sebagaimana kebiasaan orang kuat yang merasa terpojok, mereka sepakat untuk menghabisi Nabi Ibrahim. Karena itu, mereka berkata kumpulkanlah bahan bakar secukupnya lalu nyalakan api sebesar
mungkin, kemudian Bakarlah dia, yakni Nabi Ibrahim, dengan pembakaran yang sebesar-besarnya, dan belalah tuhan-tuhan kamu jika
kamu benar-benar hendak bertindak membela tuhan-tuhan kamu, tentulah kamu segera melakukan pembakaran itu. Maka, mereka berbondong- bondong mengumpulkan bahan bakar lalu menyalakannya dan
melemparkan Nabi Ibrahim.
Allah swt. yang selalu menyertai hamba-hambanya yang taat menyelamatkan Nabi Ibrahim. Secara langsung dinyatakan bahwa Kami Berfirman : Wahai Api jadi dinginlah engkau , dingin dalam batas tertentu dan dalam waktu yang sama hendaklah engkau menjadi keselamatan bagi Ibrahim sehingga engkau tidak membahayakannya, yakni api tidak
membakarnya dan dingin pun tidak menyengatnya.
Dengan pembakaran itu, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, yakni membunuh dan menghabisi ajaran-ajarannya, maka kami menjadikan mereka orang-orang yang palin merugi. Rugi karena usaha mereka gagal serta rugi karena mendapat murka Allah swt. atas ulah tersebut.
Manusia, atau alat yang digunakan, seperti obat-obat bagi kesembuhan atau senjata untuk kemenangan semuanya hanyalah perantara. Sehingga pada akhirnya seperti kata einstein, “Apa yang terjadi semuanya diwujudkan oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat lagi maha mengetahui,” atau dalam Al-Qur’an diistilahkan “Allah maha perkasa lagi maha mengetahui” (Quraish Shihab, 2000: 83-87).
e. Kedudukan Gizi sebagai penu nj ang pengobatan dalam I sl am
Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran agama Islam bertujuan untuk memelihara lima hal pokok, yaitu : agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan), dan kesehatan. Gizi dalam hal ini mempunyai peranan sangat besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Gizi seimbang sangat dibutuhkan oleh tubuh dengan cara memperhatikan pola makan. Di dalam Al quran kata-kata akala (makan) banyak terdapat ayat-ayatnya dan juga terdapat 27 kali ayat yang memerintahkan untuk makan.
Begitu pun dengan penderita luka bakar, nutrisi juga harus cukup untuk menunjang penyembuhan luka. Karena karena beberapa faktor yang berperan dalam penyembuhan luka bakar antara lain gizi, usia, jenis
kelamin dan kelainan sistemik (Nugroho, 2012: 30). Islam sangat menganjurkan agar memperhatikan pola makan ideal untuk hidup sehat.
Makanan yang dikonsumsi sangat menekankan pada sifat halal (boleh) dan Thayyib (baik atau bergizi). Rangkaian kedua sifat ini menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut. Firman Allah swt. yang menyebutkan tentang makanan yang halal lagi baik di dalam Q.S. Al Maidah (5) :88