UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
KEPEMIMPINAN DAN TUJUH KEBUTAAN DAN REFLEKSI KEBUTAAN DI KEPEMIMPINAN DAN TUJUH KEBUTAAN DAN REFLEKSI KEBUTAAN DI
DALAM DIRI, KELUARGA, TEMPAT KERJA DAN ATAU ORGANISASI DALAM DIRI, KELUARGA, TEMPAT KERJA DAN ATAU ORGANISASI
(KEPEMIMPINAN STRATEGIS DAN BERPIKIR SISTEM) (KEPEMIMPINAN STRATEGIS DAN BERPIKIR SISTEM)
OLEH OLEH
NAMA
NAMA : : EMANUEL EMANUEL PETRUS PETRUS P. P. BOTOORBOTOOR NIM
NIM : : 17110800101711080010 PRODI
PRODI : : ILMU ILMU KESEHATAN KESEHATAN MASYARAKAT MASYARAKAT (IKM)(IKM) KELAS
KELAS : : BB SEMESTER
SEMESTER : : IIII PROGRAM
PROGRAM : : PASCA PASCA SARJANA SARJANA IKM IKM / / UNDANAUNDANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG KUPANG
2018 2018
KEPEMIMPINAN DAN TUJUH KEBUTAAN KEPEMIMPINAN DAN TUJUH KEBUTAAN
DAN DAN
REFLEKSI KEBUTAAN DI DALAM DIRI, KELUARGA, TEMPAT KERJA DAN REFLEKSI KEBUTAAN DI DALAM DIRI, KELUARGA, TEMPAT KERJA DAN
ATAU ORGANISASI ATAU ORGANISASI
A.
A. KONSEP KEPEMIMPINANKONSEP KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang Kepemimpinan adalah suatu proses yang mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan
berhubungan dengan dengan tugas. tugas. Menurut Menurut Stoiner, Stoiner, kepemimpinan kepemimpinan adalah adalah suatu suatu prosesproses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Seorang yang mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Seorang yang mempunyai kecakapan pribadi dengan atau tanpa pengangkatan resmi, dapat mempunyai kecakapan pribadi dengan atau tanpa pengangkatan resmi, dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpin untuk mengarahkan upaya bersama dalam mempengaruhi kelompok yang dipimpin untuk mengarahkan upaya bersama dalam mencapai tujuan (Winardi). Sedangakn menurut Nawawi, kepemimpinan merupakan suatu mencapai tujuan (Winardi). Sedangakn menurut Nawawi, kepemimpinan merupakan suatu proses interaksi
proses interaksi antara antara seorang seorang pemimpin pemimpin dengan dengan sekelompok sekelompok orang orang yang menyang menyebabkanyebabkan seseorang atau kelompok berbuat sesuai dengan kehendak pemimpin. Konsep tentang seseorang atau kelompok berbuat sesuai dengan kehendak pemimpin. Konsep tentang kepemimpinan tampaknya lebih pada konsep pengalaman. Konsep kepemimpinan dapat kepemimpinan tampaknya lebih pada konsep pengalaman. Konsep kepemimpinan dapat digolongkan antara lain;
digolongkan antara lain; 1.
1. Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompokKepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok
Keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam mengontrol proses dari Keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam mengontrol proses dari gejala-gejala sosial. Melihat kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam diri gejala-gejala sosial. Melihat kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam diri sesorang sebagai cerminan kekuasaan dari keseluruhan.
sesorang sebagai cerminan kekuasaan dari keseluruhan. 2.
2. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnyaKepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
Pemimpin adalah seorang individu yang memiliki sifat dan karakter yang Pemimpin adalah seorang individu yang memiliki sifat dan karakter yang diinginkan oleh rakyatnya. Teori kepribadian cenderung memandang diinginkan oleh rakyatnya. Teori kepribadian cenderung memandang kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pemimpin kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para pengikutnya.
3. Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingka laku
Kepemimpinan sebagai tingka laku yang akan menghasilkan tindakan orang lain yang searah dengan keinginannya dan tingka laku seorang individu dapat mengarahkan aktivitas kelompok.
4. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan inspirasi daripada melalui pemaksaan secara langsung. Hal ini melibatkan penerapan pengatahuan mengenai faktor manusia dalam memecahkan masalah yang konkrit.
5. Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
Proses menciptakan situasi sehingga para anggota kelompok, termasuk pemimpin dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dalam waktu dan kerja yang singkat.
Dalam pemahaman tentang konsep kepemimpinan. Semestinya kita harus memahami beberapa type kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok, adalah sebagai berikut;
1) Tipe Otoraktis
Seorang pemimpin yang otoraktis memiliki ciri-ciri, sebagi berikut;
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
Mengidentifikasi tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
Menganggap bawahan sebagi alat semata-mata
Tidak mau menerima kritik dan saran serta pendapat dari yang lain (bawahan)
Dalam tindakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur pemaksaan
2) Tipe Militeritis
Pemimpin tipe ini tidak selalu harus dari organisasi militer. Tetapi seseorang yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut;
Dalam menggerakan bawahan selalu menggunakan sistem perintah
Sukar menerima kritik dari bawahan
3) Tipe Paternalitis
Seorang pemimpin ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut;
Bersikap terlalu melindungi
Sering bersikap maha tahu 4) Tipe Kharismatis
Seorang pemimpin yang mempunyai daya tarik yang amat besar oleh karena itu pada umumnya ia memiliki pengikut dalam jumlah yang besar, meskipun para pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut dari pemimpin tersebut
5) Tipe Demokratis
Seorang pemimpin dengan tipe ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut;
Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan organisasi dari pada tujuan pribadi
Senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dirinya sendiri
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin
Dalam memahami konsep kepemimpinan. George R. Terry, menekankan ada beberapa kriteria menjadi seorang pemimpin yang ideal adalah, sebagai berikut;
a. Mempunyai kekuatan mental dan fisik
b. Mempunyai emosi yang stabil, tidak cepat marah dan percaya pada diri sendiri c. Mempunyai kecakapan berkomunikasi
d. Mempunyai sosial skill
e. Mempunyai pengatahuan yang luas
Salah satu hal yang perluh diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah aspek kepemimpinan. Para pemimpin yang dikembangkan harus menjamin partisipasi masyarakat, pemimpin bukan lagi bertindak sendirian melainkan lebih sebagai fasilitator yang mampu menggerakkan bawahan guna mencapai tujuan bersama. Sebagai proses kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin menggunakan
pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi yang dipimpinnya. Abu Ahmadi (2007) menyatakan bahwa kepemimpinan itu suatu kepribadian, merupakan watak yang membutuhkan bakat seseorang, maka sukar untuk menyebutkan satu persatu sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada beberapa sifat pemimpin menurut Abu Ahmadi, adalah sebagai berikut;
a. Cakap;
Seorang pemimpin tidak hanya memiliki keahlian (skill) atau kemahiran teknik (technical mastery) dalam suatu bidang tertentu, tetapi juga harus memiliki ketajaman berpikir yang kritis dan rasional
b. Kepercayaan;
Seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya akan kemampuannya (pada diri sendiri). Sebaliknya ia harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya
c. Rasa tanggung jawab;
Seorang pemimpin apabila tidak memiliki tanggung jawab, maka ia akan mudah melakukan tindakan yang sewenang-wenang terhadap kelompoknya
d. Berani;
Seorang pemimpin yang berani artinya karena seorang pemimpin benar dan selalu dengan perhitungan yang matang. Terutama pada saat kritis dan menentukkan setiap kebijakan dan keputusan dari seorang pemimpin. Pemimpin harus berani mengambil keputusan tersebut dengan pasti, konsekuen dan tidak boleh ragu-ragu e. Tangkas dan ulet;
Seorang pemimpin yang dapat bertindak cepat dan tepat. Ia harus selalu tangkas dalam bertindak lebih-lebih jika menghadapi masalah yang rumit. Kegagalan tidak boleh menjadikannya ceapt bosan atau putus asa, tetapi sebaliknya ia harus gigi dan
ulet
f. Berpandangan jauh;
Seorang pemimpin harus mempunyai pemikiran yang luas. Berpadangan jauh ke depan, harus dapat membedakan mana yang Das Sein dan mana yang Das Sollen terutama dalam merumuskan strategi atau menggariskan sesuatu taktik.
Selanjutnya oleh Keith Davis (1972) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada empat sifat dan karakteristik kepemimpinan yang ideal adalah, sebagai berikut;
a) Kecerdasan;
Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya (secara relatif) lebih cerdas daripada pengikut atau anggota.
b) Kematangan dan keluasan pandangan sosial;
Para pemimpin yang efektif atau yang mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya (secara relatif) lebih matang emosinya atau anggota organisasinya sehingga mampu mengendalikan situasi kritikal (sulit dan bermasalah). Disamping itu memiliki kemampuan dalam melakukan sosialisasi
dengan orang lain.
c) Memiliki motivasi dan keinginan berprestasi
Para pemimpin yang efektif atau yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya (secara relatif) memiliki dorongan yang besar dalam dirinya untuk menyelesaikan sesuatu secara sukses.
d) Memiliki kemampuan hubungan manusiawi
Para pemimpin yang efektif atau yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya (secara relatif) mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat tergantung pada orang lain, khususnya anggota organisasinya. Para pemimpin itu selalu mampu memahami orang lain dan berorientasi pada anggota organisasi.
B. KONSEP TUJUH KEBUTAAN 1. KEBUTAAN PERTAMA
I AM MY POSI TI ON (SAYA ADALAH POSI SI SAYA)
Dalam konsep kebutaan ini, orang atau individu diposisikan pada satu posisi dan terpaku pada posisinya tanpa memahami dan mengerti posisi yang lainnya. Orang atau individu dalam kesehariaanya selalu berkutat pada satu persoalan dan jalan penyelesaian dengan satu tujuan saja. Individu (orang) tidak memahami dan mengerti persoalan pada bidang yang lain. Hal ini seperti yang dijabarkan oleh
Peter M. Senge dalam konsep “I AM MY POSITION,” adalah; Kami dilatih untuk selalu setia terhadap pekerjaan kami sehingga kami membingungkan mereka dengan identitas kami sendiri. Ketika sebuah perusahaan baja besar Amerika mulai menutup pabrik pada awal tahun 1980an, perusahaan tersebut menawarkan untuk melatih pekerja pabrik yang telah dipindahkan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Namun, pelatihan tersebut tidak memberi dampak yang baik dan malah membuat para pekerja terperangkap dalam pengangguran dan permasalahan baru. Psikolog didatangkan untuk mencari tahu mengapa, dan membuat pekerja pabrik baja menderita krisis identitas akut. Bagaimana saya bisa melakukan hal lain? tanya para pekerja. Saya adalah operator bubut. Ketika ditanya apa yang mereka lakukan untuk mencari nafkah, kebanyakan orang menggambarkan tugas yang mereka lakukan setiap hari, bukan tujuan perusahaan yang lebih besar di mana mereka ambil bagian. Sebagian besar melihat diri mereka berada dalam sistem di mana mereka memiliki pengaruh sedikit atau tidak sama sekali (Peter M. Senge). Kejadian ini bisa terjadi pada tingkat kelompok maupun perorangan. Dimana secara kelompok terkadang merasa terlalu percaya diri, dan
secara individu merasa paling mampu dalam melakukan semuanya. Menanggapi setiap problema terkadang selalu merasa lebih mampu ketimbang yang lain, sehingga terjadi kepincangan dan diskomunikasi didalam organisasi. Sejatinya individu selalu menggunakan kacamatanya sendiri dalam menyikapi dan menindaklanjuti setiap persoalan yang ada. Dalam penekanan dan pemahaman konsep tersebut diatas, orang akan sangat kesusahan untuk beradaptasi. Orang akan stres ketika berhadapan dengan berbagai macam tantangan dan halangan. Disini akan berdampak pada angka pengaguran yang sangat meningkat secara signifikan. Orang akan menjadi sangat bergantung pada satu skill dan bersandar padanya, dengan tanpa memperhatikan dan mengembangkan kemampuan yang lainnya. Mereka melakukan pekerjaan mereka pada waktu mereka, dan mencoba mengatasi kekuatan di luar kendali mereka. Akibatnya, mereka cenderung melihat tanggung jawab mereka dibatasi pada batasan posisi mereka. Baru-baru ini, para manajer dari pembuat mobil Detroit mengatakan kepada saya bahwa saya mengabaikan impor Jepang untuk memahami mengapa orang Jepang dapat mencapai ketepatan dan
keandalan yang luar biasa dengan biaya lebih rendah dalam proses perakitan tertentu. Mereka menemukan jenis standar yang sama dari huruf tebal yang digunakan tiga kali pada blok mesin setiap kali memasang jenis komponen yang berbeda. Di mobil Amerika, majelis yang sama membutuhkan tiga baut yang berbeda, yang membutuhkan tiga kunci kunci yang berbeda dan tiga persediaan baut yang berbeda sehingga mobil lebih lambat dan lebih mahal untuk dipasang. Mengapa orang Amerika menggunakan tiga baut terpisah? Karena organisasi desain di Detroit memiliki tiga kelompok insinyur, masing-masing bertanggung jawab atas kemampuan mereka.
Contohnya adalah;
Orang Jepang memiliki satu perancang yang bertanggung jawab atas keseluruhan pemasangan mesin, dan mungkin lebih banyak lagi. Ironisnya, masing-masing dari tiga kelompok insinyur Amerika menganggap pekerjaan mereka. Berhasil karena mereka berani dan perakitan bekerja dengan baik. Ketika orang-orang dalam organisasi hanya fokus pada posisi mereka, mereka tidak memiliki banyak tanggung jawab atas hasil yang dihasilkan ketika semua posisi berinteraksi. Apalagi bila hasilnya mengecewakan, bisa jadi sangat sulit untuk mengetahui alasannya. Yang bisa Anda lakukan hanyalah berasumsi bahwa seseorang kacau. Sistem adalah suatu keseluruhan yang dirasakan yang unsur-unsurnya tergantung bersama karena unsur-unsur itu terus menerus saling mempengaruhi dari waktu ke waktu dan beroperasi menuju suatu tujuan bersama. Sedangkan Pada perusahaan baja besar Amerika yang bangkrut para pekerja dilatih hanya untuk satu keahlian saja. Para pekerja diberi tanggung jawab yang sangat terbatas hanya dibidangnya sendiri tanpa dituntut untuk berpikir dan berperan secara sistem dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut berbeda sama sekali dengan Perusahaan Jepang yang para pekerjanya diberi ruang untuk bisa menguasai beberapa pekerjaan dan tanggung jawab sekaligus. Hal inilah yang membedakan perusahaan Jepang dan Amerika yang mana hal tersebut menjadi kunci eksis dan suksesnya Perusahaan Jepang menghadapi era persaingan global dimana dengan jumlah yang sama para pekerja Perusahaan Jepang mampu melakukan pekerjaan lebih besar dibandingkan yang
dilakukan para Pekerja Amerika. Artinya dari segi efisiensi biaya Perusahaan Jepang lebih unggul dan mampu bertahan ketika menghadapi krisis ekonomi. Konsep yang ditekankan disini adalah;
Berpikir sistem adalah suatu cara berpikir tentang dan suatu bahasa untuk menguraikan dan memahami kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan antar pribadi yang membentuk perilaku sistem mencakup sekumpulan metode, alat dan prinsip yang agak tidak berbentuk yang semuanya diorientasikan untuk melihat kesalingterkaitan antara kekuatan-kekuatan dan melihatnya sebagai bagian dari suatu proses bersama. Kemajuan suatu organisasi ditentukan oleh semua komponen dalam organisasi tersebut. setiap orang mempunyai peran dan tanggung jawab dalam memajukan serta mencapai tujuan yang telah digariskan. Gambaran dari artikel I am my position menggambarkan pada Perusahaan Amerika bagaimana masing-masing orang bekerja sendiri-sendiri tanpa adanya koneksitas satu sama lain dan mempunyai ruang tanggung jawab yang sangat terbatas sehingga lebih banyak membutuhkan tenaga kerja jika dibandingkan dengan Perusahaan Jepang.
Ketika orang-orang dalam organisasi terlalu fokus pada posisi mereka, mereka tidak merasa memiliki tanggung jawab atas hasil yang dihasilkan ketika semua posisi berinteraksi. Apalagi jika hasil suatu program/kegiatan mengecewakan, akan
sangat sulit untuk mengetahui penyebab dan alasannya.
2. KEBUTAAN KEDUA
THE E NEMY I S OUT THE RE (MUSUH ADA DI LUAR SANA)
Seorang teman pernah bercerita tentang seorang anak laki-laki yang dilatihnya di Liga Kecil, yang menjatuhkan sarung tangannya dan turun ke ruang istirahat setelah menjatuhkan tiga bola terbang di lapangan yang benar. "Tidak ada yang bisa menangkap bola di lapangan darn ini," katanya (Peter M. Senge). Dalam menyikapi suatu permasalahan, individu selalu memposiskan dirinya dan merasa paling benar. Dalam proses penyelesaian maslahnya pemimpin selalu menggunakan cara kekerasan dan menempatkan diri pada posisi yang benar dan menyalahkan orang lain. Konsep pemikiran seperti ini, terkesan bersifat tertutup dan introvert. Kesalahan atau masalah yang dialami atau yang terjadi dipandang
sebagai suatu kesalahan dari luar individu. Individu terkadang merasa diri paling benar dan suka mencari kesalahan orang lain (mengkambing hitamkan orang lain). Orang cenderung berpikir adanya musu dari luar yang berusaha untuk menjatuhkan dan membuat setiap problem yang dialaminya. Adanya gap yang terbangun dalam konsep berpikir setiap invidu yang melihat kenyataan, masalah yang terjadi adalah sebab luar. Ada kecenderungan di dalam diri kita masing-masing untuk menemukan seseorang atau sesuatu di luar diri kita bila ada yang salah. Beberapa organisasi meningkatkan kecenderungan ini: "Anda harus selalu menemukan agen eksternal yang dapat dikenai biaya." Pemasaran bertanggung jawab atas pembuatannya: "Alasan kami mempertahankan target penjualan yang hilang adalah kualitas kami tidak kompetitif." Manufaktur bertanggung jawab untuk teknik mesin. Teknik menyalahkan pemasaran: "Jika mereka hanya berhenti mengacaukan desain kami dan membuat kami merancang produk yang kami bisa, kami akan menjadi pemimpin industri." Sindrom "musuh di luar sana" sebenarn ya merupakan hasil sampingan dari "Saya adalah posisi saya" dan pandangan non-sistemik tentang dunia yang mempromosikannya. Berfokus hanya pada posisi kita, kita tidak melihat tindakan kita sendiri melampaui batas posisi itu. Bila tindakan ini memiliki konsekuensi yang menyakiti kita, kita salah paham akan masalah baru ini yang disebabkan oleh eksternal. Seperti orang yang dikejar bayangannya sendiri, kita tidak bisa mengguncangnya. Sindrom "Enemy Is Out There" tidak terbatas pada pengampunan di dalam organisasi. Dalam beberapa tahun terakhir keberadaannya, People Express Airlines yang sangat sukses telah menurunkan harga, mempromosikan pemasaran dan membeli Frontier Airlines - semua dalam usaha putus asa untuk melawan dugaan penyebab kematian mereka: pesaing yang semakin agresif. Namun, tidak satu pun langkah ini yang mencegah perusahaan meningkatkan kerugian atau memperbaiki masalah utamanya, kualitas layanan, yang telah menurun sejauh ini sehingga tarif rendah merupakan satu-satunya insentif yang tersisa bagi pelanggan.
Contohnya adalah;
Bagi banyak perusahaan Amerika, "musuh" telah menjadi pesaing Jepang, serikat pekerja, agen pemerintah, atau pelanggan yang "menipu" kami dengan membeli
produk orang lain. "Musuh ada di luar sana," tapi hampir selalu merupakan cerita yang tidak lengkap. "Di luar sana" dan "di sini" biasanya merupakan bagian dari satu sistem. Belajar ini cacat membuat hampir tidak mungkin untuk mendeteksi leverage yang dapat kita gunakan "di sini" untuk masalah yang melintasi perbatasan antara kita dan "di luar sana."
Konsep yang ditekankan disini adalah;
Cara berpikir sistem yang mesti dibangun disini adalah, kerugian organisasi akan menjadi sangat besar jika pemimpinnya yang suka mencari kesalahan orang lain. Pemimpin mesti menyadari bahwa sikap suka menyalahkan bawahan atau pun orang di luar organisasi adalah sikap yang buruk. Pemimpin yang baik semestinya harus banyak belajar dari pengalaman kesalahan, mau mengintropeksi diri terhadap setiap kejadian dan masalah yang dihadapinya dan masalah dalam tubuh organisasi yang di pimpinnya. Pemimpin yang tak mampu memikul tanggung jawab organisasi dengan integritas tinggi dan kredibilitas tinggi akan menyebabkan kehancuran dan kemandekan organisaisi, dimana pemimpin hanya bisa melemparkan setiap masalah kepada orang lain tanpa adanya suatu penyelesaian. Pemimpin harus bisa membuka diri untuk melihat semua hal secara positif, dan tidak menyudutkan bawahan atau orang lain diluar organisasi (tidak mengangap musu pada orang lain).
3. KEBUTAAN KETIGA
THE I LLUSI ON OF TAKI NG CHARGE (DI ANGGAP BERTI NDAK DENGAN CEPAT)
"Proaktif" ada dalam mode. Manajer sering mengumumkan perlunya bertanggung jawab atas masalah yang sulit (Peter M. Senge). Individu merasa selalu menjadi
yang tercepat dari yang lainnya. Pemimpin terlalu reaktif dengan tanpa mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan setiap kebijakan yang diambilnya. Akibatnya dalam pelaksanaannya banyak sekali terjadi ketimpangan program, yang mana hasil tidak sesuai dengan yang diharapakan karena perencanaan dan proses terkesan buru-buru dan reaktif. Biasanya, ini berarti bahwa kita harus menghadapi pertanyaan sulit, harus menunggu orang lain melakukan
sesuatu, dan memecahkan masalah sebelum menjadi krisis. Secara khusus, perilaku proaktif sering dipandang sebagai penangkal "reaksi". Ini menunggu situasi keluar dari tangan sebelum mengambil langkah. Tapi apakah tindakan agresif melawan musuh eksternal benar-benar proaktif? Belum lama ini, tim manajemen di sebuah perusahaan asuransi real estat dan pertanggungjawaban terkemuka yang kami kerjakan digigit secara Proaktif. Secara eksplisit bahwa p emimpin dalam kebutaan ini tidak mampu membaca, mengenal dan mempertimbangkan faktor lain, dan confouding yang dapat mempengaruhi jalannya pelaksanaan kegiatan dan berpengaruh dalam pencapaian tujuan dari organisasi.
Contohnya adalah;
Kepala tim, seorang wakil presiden berbakat untuk klaim, sedang dalam proses menyampaikan pidato yang mengumumkan bahwa perusahaan tersebut tidak lagi didorong oleh pengacara yang akan melakukan lebih banyak dan lebih banyak klaim penyelesaian. Perusahaan akan memperkuat staf hukumnya sendiri sehingga lebih banyak kasus dapat didengar melalui proses hukum daripada menetap di luar pengadilan. Kemudian kami dan beberapa anggota tim mulai terlihat lebih sistematis mengenai kemungkinan kemungkinan gagasan tersebut: kemungkinan proporsi kasus yang dapat diperoleh di pengadilan, kemungkinan ukuran kasus yang hilang, biaya langsung dan overhead bulanan terlepas dari siapa yang menang atau kalah dan berapa lama kasus kemungkinan akan berlanjut dalam proses pengadilan. Yang cukup menarik, skenario tim menunjukkan kenaikan biaya keseluruhan, karena perusahaan tidak dapat cukup banyak menang karena kasus penyelidikan awal, biaya litigasi meningkat. kompensasi. Wakil presiden merobek pidatonya.
Konsep yang ditekankan disini adalah;
Konsep berpikir sistem disini adalah bahwa ketika seorang pemimpin yang terlalu sering, "proaktif" adalah reaksi terselubung. Jika kita hanya bertarung lebih agresi f melawan "musuh di luar sana," kita akan merespon, tidak peduli apa yang kita sebut itu. Proaktif nyata berasal dari melihat bagaimana kita berkontribusi terhadap masalah kita sendiri. Ini adalah produk dari cara berpikir kita, bukan keadaan emosional kita. Artinya disini adalah bahwa pemimpin yang bijak tidak akan duduk
diam dan apatis sambil melihat kesalahan dan kelalaian yang terjadi dalam sistem organisasi yang berulang secara terus-menerus. Pemimpin yang bijak pasti akan mengerti manfaat besar dari setiap sikap, perubahan, dan masalah yang ada dengan tanpa menyalahkan orang lain. Pemimpin harus mampu merangkul dan memotivasi semua kekuatan sumber daya manusia sebagai perilaku terbaik untuk menghasilakan kinerja yang terbaik.
4. KEBUTAAN KEEMPAT
THE FIXATION ON EVENTS (MELIHAT HANYA PADA KEJADIAN SE SAAT SA JA)
Diskusi dalam organisasi ditandai oleh kekhawatiran akan kejadian tersebut: penjualan bulan lalu, pemotongan anggaran baru, keuntungan kuartal terakhir yang baru saja dipromosikan atau dipecat, produk baru yang baru diumumkan oleh pesaing kami, penundaan yang baru saja diumumkan dalam produk baru kami segera (Peter M. Senge). Artinya bahwa pemimpin buta terhadap akar masalah
yang ada. Pemimpin tidak mengkaji dengan benar setiap permasalahan yang terjadi sehingga mengakibatkan kejadian dan persoalan tersebut terjadi lagi berulang kali tanpa adanya penyelesaian yang jelas. Hal ini jelas terlihat bagaimana penekanan yang dibuat, dimana media mengulangi penekanan pada peristiwa jangka pendek -setelah semua, jika mereka lebih tua dari dua hari, mereka tidak lagi "berita". Berfokus pada berbagai peristiwa mengarah pada penjelasan "peristiwa": "Rata-rata Dow Jones turun 16 poin hari ini," surat kab ar tersebut mengumumkan, "karena keuntungan kemarin diumumkan pada kuartal keempat." Artinya bahwa dalam menyikapi setiap persoalan yang ada, pemimpin dalam kebutaan ini han ya berfokus pada bagian permukaan saja. Hal ini akan berdampak pada kejadian fenomena gunung es di kemudia harinya. Penjelasan seperti itu mungkin benar sejauh mereka pergi, tapi mereka mengalihkan perhatian kita dari melihat pola perubahan jangka panjang di balik peristiwa dan memahami penyebab pola-pola ini. Perubahan yang sesaat akan menjadikan individu merasa gamang pada setiap kondisi atau hal yang ada dengan tanpa adanya solusi terhadap persoalan tersebut. Jika Anda ingin merancang orang gua untuk bertahan hidup, kemampuan untuk melihat kosmos
tidak akan menjadi kriteria desain tingkat tinggi. Penting adalah kemampuan melihat harimau saber gigi di atas bahu kiri dan bereaksi cepat. Ironisnya, hari ini ancaman utama bagi kelangsungan hidup kita dari kedua organisasi kita dan masyarakat kita bukanlah dari kejadian mendadak, tapi dari proses bertahap dan lambat; perlombaan senjata, lingkungan
Contohnya adalah;
Dua anak masuk ke taman bermain dan Anda datang untuk mengungkap mereka. Lucy berkata, "Saya memukulnya karena dia mengambil bola saya." Tommy berkata, "Saya mengambil bolanya karena dia tidak membiarkan saya bermain dengan pesawatnya." Lucy berkata, "Dia tidak bisa bermain dengan pesawat saya karena dia mematahkan baling-balingnya." Orang dewasa cerdas bahwa kita, kita berkata, "Sekarang, sekarang, anak-anak - cukup akur." Tapi apakah kita benar- benar berbeda dalam cara kita menjelaskan keterikatan yang berhasil kita hadapi? Kita dikondisikan untuk melihat kehidupan sebagai rangkaian kejadian, dan untuk setiap kejadian kita pikir ada penyebab yang jelas.
Konsep yang ditekankan disini, adalah;
Peluruhan, erosi sistem pendidikan publik suatu masyarakat, modal material yang semakin usang dan penurunan desain atau kualitas produk (paling tidak dibandingkan dengan kualitas pesaing) semuanya lamban, proses bertahap.
Pembelajaran generasional tidak dapat dipertahankan dalam sebuah organisasi ketika pemikiran orang didominasi oleh peristiwa jangka pendek. Saat kita fokus pada acara, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah meramalkan sebuah event
sebelum hal itu terjadi sehingga kita bisa merespon secara optimal. Tapi kita tidak bisa belajar menciptakan. Artinya bahwa dengan banyak masalah yang sedang
terjadi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari dapat meningkat begitu cepat. Sehingga peran yang diharapakan oleh seorang pemimpin adalah meminimalkan terjadinya masalah. Pemimpin harus berani untuk mengatasi secara langsung sebelum maslah semakin membesar dan dengan posisi yang terpaksa untuk melakukannya. Pemimpin harus tangguh dalam usaha untuk menciptakan dan mempertahankan momentum bagi organisasi dan orang-orang yang harus dilayaninya.
5. KEBUTAAN KELIMA
THE PARABLE OF THE BOILED FROG (PERUBAHAN MASALAH; PERUMPAMAAN TE NTANG KATAK RE BUS)
Maladaptasi secara bertahap terhadap ancaman untuk bertahan sangat melekat terhadap studi sistem kegagalan perusahaan sehingga menimbulkan perumpamaan tentang “katak rebus”. Jika kamu menempatk an seekor katak di depan panci air mendidih, katak tersebut akan segera berusaha untuk kabur. T eapi jika kamu menempatkannya di dalam ruangan dengan suhu kamar, dan tidak menakutinya maka ia tidak akan kabur atau tetap tinggal disana, sekarang jika panci/ sumber panas itu dinaikkan suhunya secara perlahan maka akan terjadi sesuatu yang menarik. Seiring suhu naik dari 70 – 80oF, katak tidak akan
melakukan apapun. Ia akan menunjukkan bahwa ia menikmatinya, semakin suhunya meningkat katak akan menjadi lebih panik lagi hingga ia tidak memanjat keluar dari panci. Meski tidak ada yang menahannya katak akan tetap disana hingga mendidih, mengapa? Karena Indra dalam tubuh katak adalah untuk merasakan perubahan yang terjadi secara mendadak di lingkungannya bukan terhadap ancaman yang bertahap (Peter M. Senge). Belajar untuk melihat proses secara perlahan, bertahap dan memperhatikan hal – hal yang fanatik dan dramatis. Jika kamu duduk dan melihatair yang semakin naik/didih, awalnya kamu tidak akan melihat banyak hal yang terjadi, namun jika kamu melihat cukup jauh, setelah kurang lebih 10 menit air pasang tersebut akan datang dalam hidup. Dunia dengan makhluk yang indah ada disana tetapi bergeraklah perlahan utnuk melihatnya. Masalahnya adalah pikiran kita yang terkunci pada satu frekuensi, seolah-olah kita hanya dapat melihat 78rpm, kita tidak dapat melihat di 33 1/3. Kita tidak akan menghindari nasib si “katak” sampai kita belajar untuk melihat proses secara bertahap yang sering menjadi ancaman terbesar.
Contohnya adalah;
Hal serupa terjadi pada industri mobil amerika pada tahun 1960-an, ia mendominasi produk produk amerika utara. Hal itu berubah secara bertahap. Tentu saja, Big Three Detroit tidak melihat jepang sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup
mereka pada tahun 1962, ketika bangsa Jepang di pasar A.S di bawah 4 %. Juga pada tahun 1967, saat itu kurang dari 10 %. Juga pada tahun 1974, saat itu di bawah
15 % pada saat Big Three Detroit melihat secara kritis dan praktis asumsi utamanya sendiri adalah awal tahun 1980an, dan bangsa Jepang di pasar Amerika telah meningkat menjadi 21, 3 %. Pada tahun 1989, Bangsa Jepang mendekati 30 % dan industri otomotif Amerika hanya bisa menyumbang sekitar 60% mobil yang terjual di AS, hal ini masih belum jelas apakah katak ini masih memiliki kekuatan untuk menarik dirinya keluar dari air panas.
Konsep yang ditekankan disini adalah;
Cara berpikir kritis disini adalah bahwa setiap individu memiliki keunikan dan memiliki zona nyaman tertentu dan dalam keadaan tertentu pulah. Mereka memiliki kesebaran untuk melangkah mundur dan melihat masalah dengan pengamatan yang luas. Konsep pemimpin disini adalah mampu melihat sekeliling secara cermat dan mempertahankan posisi dan tingkat kenyamanan yang ada dengan tidak lari dari setiap masalah yang ada. Hal ini seperti yang ditunjukkan dalam perumpamaan katak rebus tersebut adalah sebagai berikut;
a) Perumpamaan ini menggambarkan orang yang merasa aman dan nyaman dalam keterancaman masa depan yang telah berproses secara bertahap namun tidak di sadari atau terlena terhdap situasi yang menyamankan dirinya atau tidak berani untuk keluar dari zona nyaman (comfort zone ) b) Ketidakmampuan untuk memutuskan atau mengambil keputusan di waktu
yang tepat
c) Jadilah pribadi yang beradaptasi terhadap perubahan- perubahan yang terjadi
6. KEBUTAAN KEENAM
THE DELUSION OF LEARNING FROM EXPERIENCE (SELALU ME NG AN DAL K AN PE NG ALAM AN)
Pembelajaran yang paling kuat berasal dari pengalaman langsung. Sebenarnya, kita belajar makan, merangkak, berjalan, dan berkomunikasi melalui komunikasi coba-coba-cepat-dengan melakukan tindakan dan melihat konsekuensi dari
tindakan itu; maka tindakan baru dan berbeda (Peter M. Senge). Pengertian yang dikemukakan disini adalah bahwa tidak selalu pengalaman dapat dijadiakan sebagai patokan atau acuan untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi saat ini. Jelas bahwa apa yang dihadapakan sekarang tidak sama dengan yang dihadapi sebelumnya, dan secara statis pun pola yang sebelumnya terjadi bisa berubah pada saat tertentu. Tapi apa yang terjadi jika kita tidak bisa lagi memperhatikan konsekuensi tindakan kita? Apa yang terjadi jika konsekuensi utama tindakan kita terletak pada masa depan yang jauh atau di bagian yang jauh dari sistem yang lebih besar tempat kita beroperasi? Masing-masing dari kita memiliki "cakrawala pembelajaran", serangkaian penglihatan dalam ruang dan waktu di mana kita menilai keefektifan kita. Bila tindakan kita memiliki konsekuensi di luar cakrawala pembelajaran kita, menjadi tidak mungkin belajar dari pengalaman langsung. Inilah dilema pembelajaran utama yang dihadapi organisasi: kita belajar dengan baik dari pengalaman, tapi kita tidak pernah secara langsung mengalami konsekuensi dari banyak keputusan utama kita. Keputusan paling penting yang dibuat dalam organisasi memiliki konsekuensi keseluruhan sistem yang terbentang bertahun-tahun atau puluhan tahun. Keputusan dalam Litbang memiliki konsekuensi kelas dalam pemasaran dan produksi. Berinvestasi di bidang baru Fasilitas dan proses manufaktur mempengaruhi kualitas dan keandalan pengiriman selama satu dekade atau lebih. Promosi orang-orang yang tepat dalam posisi kepemimpinan telah membentuk iklim strategis dan organisasi selama bertahun-tahun. Inilah jenis keputusan yang paling tidak memiliki kesempatan untuk belajar trial and error.
Contohnya adalah;
Siklus sangat sulit dilihat dan karena itu belajarlah jika mereka bertahan lebih dari satu tahun atau dua. Sebagai penulis teori sistem Draper Kauffman Jr. menunjukkan, kebanyakan orang memiliki kenangan pendek. "Jika ada kelebihan pasokan sementara pekerja di daerah tertentu," tulisnya, "semua orang membicarakan surplus besar dan orang muda dibawa keluar lapangan, dalam beberapa tahun, kekurangan, pekerjaan pergi mengemis, dan orang muda menjadi sibuk Waktu terbaik untuk memulai pelatihan untuk pekerjaan jelas saat orang
membicarakan surplus selama bertahun-tahun dan beberapa orang lainnya memasukkannya karena kekurangannya berkembang.
Konsep yang ditekankan disini adalah;
Secara tradisional, organisasi berusaha mengatasi kesulitan mengatasi masalah Luasnya dampak keputusan dengan membobol komponen. Mereka membuat hierarki fungsional yang memudahkan orang untuk "menggerakkan tangan mereka". Pemisahan fungsional, bagaimanapun, menjadi figur, dan apa yang dulunya merupakan pembagian kerja yang terarah menjadi "stovepipes," yang membuat kontak antara fungsi hampir tidak mungkin. Hasilnya: analisis masalah yang paling penting dalam sebuah perusahaan, masalah kompleks yang menjadi keseluruhan menjadi latihan yang berbahaya atau tidak ada. Belajar dari pengalama semestinya dipahami sebagai sebuah konsep berpikir yang continue. Dimana dibutuhkan suatu kepercayaan diri yang tinggi, mapu memahami kemampuan diri sendiri dan berani untuk mengambil suatu sikap yang tegas dalam menjalankan kepemimpinan tersebut. Dimana tujuan utamanya dari pemahaman pengalaman tersebut adalah bahwa adanya kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri dan juga orang lain dan mendapatkan respect dari mereka yang dipimpin. Pengalaman adalah guru yang sangat baik. Dan menjadi pemimpin adalah tanggung jawab dan kehormatan yang dipercaya untuk mengembangkan, mengatur, mengolah, mengontrol, membuat inovasi dan memimpin orang lain.
7. KEBUTAAN KETUJUH
THE MYTH OF THE MANAGEME NT TEAM (MI TOS ATAU PER BE DAAN DALAM SATU TI M MANAJEME N)
Untuk mengatasi dilema dan ketidakmampuan ini, "tim manajemen" adalah kumpulan para manajer berpengalaman dan berpengalaman yang mewakili berbagai fungsi dan bidang keahlian organisasi. Bersama-sama, mereka harus memecahkan masalah lintas fungsional yang kompleks yang sangat penting bagi organisasi (Peter M. Senge). Keyakinan apa yang kita miliki bahwa tim manajemen yang khas dapat mengatasi kesulitan belajar ini? Terlalu sering tim dalam bisnis cenderung bermain dan menghindari waktu untuk kegiatan segala sesuatu yang
akan membuat mereka terlihat buruk dan bertindak seolah-olah mereka berada di balik strategi kolektif tim, untuk mendapatkan penampilan tim yang koheren. Untuk mempertahankan citra tersebut, mereka mencoba untuk mencegah ketidaksepakatan. Mitos kepemimpinan manajemen adalah sebuah keyakinan yang tidak akurat dan bahkan salah atau palsu tentang kepemimpinan, tetapi ia dipercaya memberikan pengaruh yang sangat kuat agar orang lain menjadi pengikutnya. Contohnya adalah;
Sebagian besar tim manajemen mogok dibawah tekanan, demikian tulisan dari Chris Argyris dari Harvard University. Seorang siswa yang lama belajar di tim manajemen, mengatakan bahwa tim bisa menangani masalah rutin dengan cukup baik, tapi bila menghadapi masalah yang kompleks yang bisa memalukan atau mengancam maka dapat mengakibatkan kerja dari tim akan goya dan bisa mengalami kemunduran atau kehancuran. Argyris berpendapat bahwa kebanyakan manajer menemukan investigasi kolektif yang secara inheren mengancam. Sekolah mengajarkan kita untuk tidak mengakui bahwa kita tidak mengetahui jawabannya, dan kebanyakan perusahaan menegaskan kembali pelajaran ini dengan memberi penghargaan kepada orang-orang yang percaya pada pandangan mereka dan tidak mengajukan pertanyaan yang rumit. (Kapan organisasi Anda terakhir diberi imbalan untuk mengajukan pertanyaan sulit mengenai kebijakan perusahaan saat ini daripada memecahkan masalah mendesak?) Bahkan ketika kita merasa tidak aman atau tidak tahu apa-apa, kita belajar melindungi diri dari rasa sakit. untuk bertindak tidak aman atau tidak tahu apa-apa. Hasilnya adalah apa yang oleh
Argyris disebut tim "inkompetensi terampil" yang penuh dengan orang-orang yang sangat piawai dalam menjauhkan diri dari belajar.
Konsep yang ditekankan disini adalah;
Orang-orang dengan perhatian serius menghindari memberi nama secara publik, dan keputusan bersama adalah kompromi yang disiram air yang mencerminkan apa yang dapat dimiliki setiap orang, atau mencerminkan pendapat seseorang yang telah dipaksa masuk ke dalam kelompok tersebut. Bila ada ketidaksepakatan, biasanya dinyatakan dengan cara yang menimbulkan kesalahan, memecah pikiran, dan gagal mengungkapkan perbedaan mendasar dalam asumsi dan pengalaman
sehingga keseluruhan tim dapat belajar. Proses ini menghalangi pemahaman baru yang bisa mengancam kita. Fakta menunjukkan, di setiap pergantian kepemimpinan, baik di tingkat nasional maupun lokal, banyak orang meributkan karakteristik calon pemimpin. Banyak orang melihat kepemimpinan bermula dari luar ke dalam. Padahal kepemimpinan yang sesungguhn ya tidaklah datang dari luar ke dalam. Melainkan sebaliknya dari dalam ke luar. Mengembangkan diri kita sebagai pemimpin dimulai dengan mengenali kunci keyakinan diri sendiri, yang dimulai dengan sistem nilai kita dan pemimpin mempertahankan apa yang diyakini sebagai suatu sistem manajemen kepemimpinan yang baik.
C. REFLEKSI KEBUTAAN DI DALAM DIRI, KELUARGA, TEMPAT KERJA DAN ATAU ORGANISASI
1) REFLEKSI KEBUTAAN DI DALAM DIRI
Manusia adalah makhluk yang berakhlak dan memiliki kemampuan dan keistimewaan dari makhluk ciptaan yang lainnya. Sejatinya manusia memiliki keunikan dalam dirinya yang dibawah sejak lahir. Adapun keunikan tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Seorang manusia sudah memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya, dimana akan terus berkembang sesuai dengan usia, pengalaman dan lingkungan dimana manusia tersebut tumbuh dan berkembang.
Betapa sering kita menyaksikan bahwa apa yang disebut dengan kepemimpinan adalah ternyata tidak tergantung dari posisi dan jabatan seseorang melainkan terbentuk sebagai suatu karakteristik yang alami dan berkembang. Selain itu jiwa kepemimpinan juga akan tumbuh dengan sendirinya ketika seorang individu diperhadapkan pada suatu situasi yang menuntutnya untuk bertindak dan mengambil keputusan. Semestinya menyandang posisi sebagai pemimpin maka seseorang akan lebih mudah memimpin orang lain. Jiwa kepemimpinan individualnya akan membantunya untuk melaksanakan setiap tuntutan yang dihadapinya. Pemimpin yang menyadari kemampuan dalam dirinya untuk memimpin akan selalu berani bertindak sesuai dengan sistematika pemikiran yang matang dan terarah. Pemimpin yang sesungguhnya harus mampu membawa pengaruh atas banyak orang tanpa melalui pemaksaan atau melalui kekuasaanya.
Keberhasilan dalam kepemimpinan harus mencerminkan sikap kepedulian yang tinggi, kebijaksanaan, semangat, komitmen yang tinggi, dan ketulusan dalam memimpin. Pemimpin yang keluar dari diri sendiri, tidak menunggu saat yang tepat tetapi selalu siap menjemput moment yang ada untuk bertindak, mereka tidak menunggu jadi kaya atau jadi populer, melainkan lebih mengutamakan kebahagia dan kesejahteraan orang yang dipimpinnya (bawahan). Pemimpin sejati tidak bersembunyi di menara gading melainkan hadir ditengah masyarakat. Mereka rela berkorban, memiliki pendirian yang teguh dan berstandar etika yang tinggi. Menjadi komunikator yang ulung akan setiap pemikirannya. Selalu tekun membangun kapasitas kepemimpinannya dengan menghadapi setiap kesulitan, serta berani mengambil tanggung jawab untuk berperan secara maksimal semasa kepemimpinanya.
2) REFLEKSI KEBUTAAN DI DALAM KELUARGA
Berbicara mengenai lingkungan sosial, tentu tidak lepas dari yang namanya keluarga sebagai bagian terkecil dari organisasi yang ada di masyarakat. Dimana didalamnya terjadi kemungkinan-kemungkinan terjadi perubahan yang ada didalam keluarga. Berbicara mengenai konsep kepemimpinan dimana setiap anggota kelurga dengan tugas dan fungsinya masing-masing bertanggung jawab kepada keluarga. Kepala keluarga sebagai pemimpin dalam keluarga mestinya memahami, mengerti, dan memimpin anggota keluarganya kepada tujuan keluarga yang diimpikan bersama. Keluarga bagaikan ibu dan bapak beserta anak-anaknya yang mana menjadi komponen dasar dalam masyarakat atau organisasi kemasyarakat yang lebih besar. Keluarga merupakan tempat pertama individu dalam menerima pelajaran pertama untuk nantinya sebagai bekal sebelum terjun ke lingkungan masyarakat atau komunitas. Keluarga menjadi wadah pertama dalam membentuk kepribadian individu dan mengasah nilai kepemimpianan dalam diri seorang individu yang sejak ada dari lahirnya. Dinamika keluarga mengajarkan kepada setiap individu dalam anggota keluarganya untuk bagaimana berkomunikasi antar sesama anggota dalam keluarga, sesama, kelompok dan masyarakat umumnya. Dalam dinamika kepemimpinan dalam keluarga itu memunculkan permasalahan-permasalahan sehingga memunculkan refleksi kepala
keluarga sebagai pemimpin dan anggota keluarga lainnya. Selanjutnya individu dalam proses kepemimpinan dalam keluarga akan dipersiapkan keluarganya agar mampu bersosialisasi dengan komunitasnya nanti. Menurut pendapat Koentjaraningrat, masyarakat (komunitas) adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dalam bahasa ilmiah saling berinteraksi. Satu kesatuan manusia yang dapat mempunyai prasarana melalui keluarga-keluarga yang saling berinteraksi didalamnya. Dalam konteks kepemimpinan keluarga itu juga, setiap individu dalam keluarga dapat menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan anggota kelaurga yang lainnya, dimana individu berkedudukan sebagai lapisan endodermis (lapisan dalam). Karena individu adalah bagian terkecil dari suatu komunitas. Keluarga maupun komunitas didalam masyarakat akan membentuk suatu interaksi untuk kelangsungan hidup bermasyarakat. Dalam pendekatan kepemimpinan keluarga perluh diperhatikan hal-hal sebagi berikut;
a) Keangkuhan
Selalu merasa menonjol dan diatas ketika mendapatkan suatu keberhasilan. Tanpa melihat dukungan dari yang lainnya. Sikap anggkuh selalu menjadi hal yang dapat merusakan nilai kepemimpinan dalam keluarga
b) Kebutuhan akan pengakuan dan kesanggupan
Ketika merasa rendah jika mengakui dan menceritakan setiap maasalah yang sudah, sedang dan telah dihadapinya. Ketertutupan sikap akan menimbulkan kesenjangan dan kegagalan dalam komunikasi dan interaksi dalam keluarga
c) Kecenderungan menggunakan rasio ketimbang emosi
Lebih menekankan pada tindakan hasil dan efisiensi akhirnya bukan saja pengorbanan perasaan tetapi juga kepentingan orang lian. Ego selalu
menjadi faktor perusak dalam interkasi dan kepemimpinan dalam keluarga d) Pemahaman akan perasaan masing-masing anggota keluarga
Memang ada banyak hal yang selalu melibatkan perasaan. Memang tidak dapat disanggkal bahwa dalam setiap interaksi dan komunikasi keluarga selalu menekankan kenyamanan dan perasaan anggota keluarga
3) REFLEKSI KEBUTAAN DI TEMPAT KERJA DAN ATAU ORGANISASI Kepemimpinan dalam organisasi adalah sebuah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang baik bukan dilihat dari seberapa banyak orang yang menjadi pengikutnya, bukan juga dilihat dari seberapa lama dia
memimpin. Pemimpin yang baik adalah dilihat dari seberapa banyak dia menghasilkan pemimpin-pemimpin yang baru. Kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting bagi keberhasilan sebuah organisasi. Untuk itu, ada beberapa sikap pemimpin yang perluh diperhatikan dalam berorganisasi adalah, sebagi berikut;
Menjalin kedekatan dengan anak buah
Kepemimpinan dalam organisasi akan menjadi lebih efektif jika seorang pemimpin telah mendapat respek dari anak buah. Hal ini bisa dibangun dengan menjalin kedekatan dengan mereka, sehingga mereka percaya dan mau untuk mengikuti arahan pemimpin
Memberikan semangat dan motivasi
Kepemimpinan dalam organisasi bukan melulu soal pangkat dan jabatan, tetapi kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memberikan semangat dan motivasi kepada anak buahnya dari hal yang terkecil sekalipun
Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
Kepemimpinan dalam organisasi adalah tentang kepercayaan. Berikan anak buah kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih dalam melaksanakan setiap tugas mereka. Jika ada hal yang tidak sejalan, jangan langsung menghakimi. Berikanlah feedback agar kedepannya mereka tidak takut salah dalam mengambil sebuah keputusan
Walaupun memang tidak dapat dipungkiri bahwa kepemimpinan itu sendiri bersifat kontekstual, sehingga pemimpin yang dibutuhkan sebuah organisasi pada umumnya, tidak akan sama dengan organisasi yang bergerak pada bidang khusus lainnya. Misalnya; sebuah organisasi politik akan berbeda dengan organisasi pendidikan, keagamaan, bisinis, militer, kelompok tani, para artis, atau bahkan
dengan yang lainnya. Masyarakat manapun senantiasa membutuhkan sosok pemimpin dan panutan, terlebih dalam menghadapi masalah-masalah yang sulit. Kepemimpinan dalam organisasi juga merupakan Key Succes Factor dari perubahan yang besar. Para pengikut dalam organisasi akan dengan sukarela mendukung terjadinya suatu perubahan mengikuti kepemimpinan yang kuat. Dalam berorganisasi hal keberhasilan seorang pemimpin akan sangat terlihat ketika ia mampu membawa organisasi yang dipimpinnya mencapai tujuan yang telah disepakati. Kepemimpinan dalam organisasi yang kuat pula akan dapat mengendalikan jalannya sistem yang sudah terbangun, seburuk apapun itu atau sebagus apapun itu, akan menjadi tanggung jawab pemempin organisasi dalam menjalankan kepemimpinannya. Misalnya; Ditingkat perusahan (tempat kerja) atau organisasi seringkali kita dengar bahwa perencanaan strategis yang sangat baik haruslah diikuti dengan eksekusi tindakan terhadap setiap pelaksanaan program yang ada. Pemimpin dituntut selalu sigap dalam melaksanakan setiap tuntutan perubahan yang ada. Kepemimpinan adalah driver dari sebuah proses perubahan. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu mengubah, mengaloh, mengembangkan dan selalu menghasilkan setiap strategis dan inovasi dalam menjalankan kepemimpinan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
A. B. Susanto Dan R. Masri S. Putra, 60 Managemen Gems (Applying Management Wisdom In Life), Penerbit; P.T. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
Peter M. Senge, The Fifth Discipline (Disiplin Kelima) (Seni Dan Praktek Dari Organisasi Pembelajaran)
Https // Home / DetikNews. Com / Refleksi Kepemimpinan Dan Cara Berorganisasi. Rabu, 30 November 2010, Diakses Tanggal 15 April 2018
Https // Home / Kepemimpinan Strategis Dan Berpikir Sistem Dan 7 Kebutaan Dalam Organisasi, Diakses Tanggal 15 April 2018