• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas,dan TemuanAudit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas,dan TemuanAudit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas,dan TemuanAudit terhadap

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

( Studi pada LKPD kabupaten/kota Sumatera Barat periode 2010-2013)

Rahayu Silfia, Meihendri, Yunilma

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email :Rahayusilfia@rocketmail.com

Abstract

This research aims to test the influence of Characteristics, Complexity, and Audit Findings on Local Government Finance Report Disclosure Levels. The Population in this research is on Local Government Finance Report in Province West Sumatera for periode 2010-2013. Sample chosen uses a purposive sampling. The total sample as many as 57 Local Government Finance Report periode 2010-2013. Hypotesis tasted by a multiple regression models. Regression analysis was done using SPSS 16.0. The results showed that a variables such as wealth, legislative and age has significantly effect on Disclosure Level of Local Government Finance Report. While the variables such as degree of dependence, total asset, total SKPD, and Audit Findings has not significantly effect on Disclosure Level of Local Government Finance Report.

Keywords : Charakteristics, Complexity, Audit Findings, Local Governance Finance Report, Disclosure Levels

Pendahuluan

Latar Belakang

Akuntansi Sektor Publik dalam praktiknya banyak dilakukan oleh lembaga pemerintah yang mendapat perhatian yang lebih dari sebelumnya. Masyarakat menginginkan adanya Akuntantabilitas dan Transparansi kepada publik dari lembaga-lembaga bagian sektor publik, yang dapat memberikan adanya tata kelola (good governance) yang baik dari urusan sektor publik (Khasanah,2014).

Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan mewujudkan Good

Governance yang baik, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, harus menyampaikan adanya laporan pertanggungjawaban yang berupa Laporan Daerah (LKPD) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berlandaskan PP 71 tahun 2010. Laporan Keuangan yang dibuat Pemerintah Daerah tersebut meliputi: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pertama kali diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah ditetapkan dengan

(2)

2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 pada tanggal 13 juni 2005.

Pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan PP 24 yaitu Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dan hingga akhirnya direvisi menjadi PP 71 tahun 2010 menuju Basis Akrual yaitu mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat perpindahan hak lepas pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Salah satu hal yang baru dari PP Nomor 71 Tahun 2010 dibandingkan dengan PP Nomor 24 tahun 2005 adalah terdapat uraian mengenai entitas akuntansi disamping entitas pelaporan. Entitas akuntansi menurut PP Nomor 71 tahun 2010 adalah unit pemerintahan yang mengelola berupa anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dalam menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan (Halim,2012,210).

Tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang dimaksud adalah adanya perbandingan antara pengungkapan yang telah disajikan dalam LKPD dengan pengungkapan yang seharusnya disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menurut Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP) berdasarkan pada PP 71 tahun 2010. Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan informasi yang wajib dikemukakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sesuai oleh badan otoriter, dan Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan yang disajikan diluar item-item yang wajib diungkapkan sebagai tambahan informasi bagi pengguna laporan keuangan. Di Indonesia, tingkat pengungkapan wajib dan sukareka dalam laporan keuangan pemerintah daerah masih rendah, rata-rata sebesar 35,45% (Lestiani,2008), 22% (Lesmana, 2010) dan 51,56% (Suhardjanto,dkk,2010). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih belum sepenuhnya dalam mengungkapkan item pengungkapan wajib dan sukarela dalam laporan keuangan pemerintah daerah tersebut Sebagai bentuk pengawasan atas laporan keuangan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut harus diperiksa oleh BPK (Syafitri,2012).

Karena Fenomena yang terjadi pada saat ini kebanyakan lembaga publik banyak yang masih belum menerapkan laporan keuangan daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah

(3)

3 berlandaskan PP 71 tahun 2010. Adapun tingkat pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mandatory disclosure dan voluntary disclosure karena dapat membandingkan antara pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan yang seharusnya diungkapkan dengan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sesuai dengan PP 71 tahun 2010. Dalam mengukur tingkat pengungkapan, penelitian ini menggunakan sistem scoring yaitu sistem pemberian skor terhadap butir-butir pengungkapan yang diwajibkan dan pengungkapan yang sukarela berdasarkan SAP dengan menyusun daftar butir pengungkapan (disclosure checklist).

Menurut Suwardjono (2006,578) Daftar butir pengungkapan tersebut digunakan untuk menentukan tingkat pengungkapan yang diukur dengan indeks pengungkapan (disclosure index) yaitu pengungkapan yang nyatanya dilaksanakan dibandingkan dengan pengungkapan yang seharusnya (daftar butir pengungkapan). Pengungkapan ini memiliki tujuan yaitu menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda,

dalam pengungkapan dapat diwajibkan untuk tujuan melindungi (protective), tujuan informatif (informative), atau tujuan melayani kebutuhan khusus (differential). Tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) di Indonesia sudah mulai ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya meskipun belum signifikan. Adanya peningkatan dalam pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah menunjukkan bahwa pemerintah daerah berusaha untuk terus memperbaiki kualitas laporan keuangannya (Syafitri,2012).

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan bahwa Apakah Karakteristik, kompleksitas dan temuan audit berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat periode 2010-2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik pemerintah (Kekayaan Daerah/PAD, Tingkat Ketergantungan, Total Aset, dan Umur Pemerintah Daerah) dan Kompleksitas Pemerintah (Jumlah SKPD dan Ukuran Legislatif) serta Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota Sumatera Barat periode 2010-2013.

(4)

4 Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Adapun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada prinsip nya merupakan hasil dari gabungan atau konsolidasi dari Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah diatur oleh Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), selanjutnya LKPD disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), setelah LKPD di audit oleh BPK disampaikan ke DPRD untuk dibahas dan ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Sedangkan, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Dalam hal ini, tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah merupakan perbandingan antara pengungkapan yang telah disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan pengungkapan yang seharusnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan (CALK) menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sesuai dengan PP 71 tahun 2010. Adapun

tujuan dari laporan keuangan ialah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan ekonomi, Harahap (2007,66).

Menurut Suwardjono (2006,578) secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Pengungkapan (disclosure) berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama.

Menurut Evans (2003,336) dalam Suwardjono (2006,581) terdapat tiga tingkat dalam pengungkapan yaitu: Pengungkapan Memadai (adequate disclosure), Pengungkapan Wajar (fair disclosure), Pengungkapan Lengkap (full disclosure). Menurut Chariri dan Ghozali (2007) dalam Khasanah (2014). Dalam hubungannya dengan sektor publik, penelitian ini menggunakan teori agensi yaitu dua pihak yang melakukan kesepakatan atau kontrak, yakni pihak

(5)

5 yang memberikan kewenangan yang disebut principal dan pihak yang menerima kewenangan yang disebut agent.

Agency problem merupakan adanya

masalah yang muncul ketika adanya informasi asimetri yaitu dimana salah satu pihak mendapatkan informasi yang lebih banyak daripada pihak lainnya (Halim dan Abdullah, 2006).

Pada sektor pemerintahan, agency problem terjadi antara pejabat pemerintah yang terpilih dan diangkat sebagai

principal dan para pemilih (masyarakat) sebagai agent. Pejabat pada pemerintahan sebagi pihak yang menyelengarakan pelayanan publik memiliki informasi yang lebih banyak sehingga dapat membuat keputusan atau kebijakan yang hanya mementingkan pemerintah dan penguasa serta mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk mengurangi masalah tersebut, upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel (Khasanah, 2014). Adapun beberapa komponen yang harus disajikan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2010 lampiran II yaitu : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pengaruh Karakteristik terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Karakteristik Pemerintah merupakan ciri atau faktor yang dapat membedakan ciri-ciri atau faktor-faktor khusus pada sebuah pemerintah dengan pemerintah yang lainnya. Adapun karakteristik dalam penelitian ini terdiri dari :

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Halim (2012), PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah. Kelompok PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu: Pajak daerah, Retribusi daerah, Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Menurut Khasanah (2014), Semakin besar kekayaan daerah maka semakin besar tingkat pengungkapan yang dilakukan pemerintah daerah. Semakin besar kekayaan daerah maka semakin besar sumber daya yang dimiliki untuk melakukan pengungkapan sehingga kekayaan daerah yang meningkatkan tingkat pengungkapan dalam laporan keuangannya.

H1.a : PAD berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

(6)

6 Tingkat Ketergantungan Pemerintah

Daerah

Pada penelitian Hilmi (2010) tingkat ketergantungan dinyatakan dengan besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang dibagi dengan total pendapatan. Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk pemerataan keuangan setiap daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut penelitian Robbins dan Austin (1986) dalam Khasanah (2014), menemukan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah kota memilki hubungan yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah kota. Semakin tinggi tingkat ketergantungan maka akan semakin besar tingkat pengungkapan yang dilakukan pemerintah daerah.

H1.b:Tingkat Ketergantungan berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Total Aset

Total Aset atau Total Aktiva membutuhkan pengungkapan apabila jumlah aset yang semakin besar sehingga sumber daya yang digunakan untuk melakukan pengungkapan pun akan semakin besar, karena total aset yang besar

membutuhkan pengungkapan yang lebih baik sehingga diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan aset yang lebih baik. Semakin besar total asset maka akan semakin besar sumber daya yang

digunakan untuk melakukan

pengungkapan yang lebih besar. Penelitian yang dilakukan Patrick (2007) dalam Khasanah (2014) menunjukkan bahwa variabel size yang diproksikan dengan total asset memilki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan.

H1.c : Total Aset berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Umur Pemerintah Daerah (AGE)

Menurut Mandasari (2009) dalam Khasanah (2014), Umur Pemerintah Daerah dapat diartikan sebagai seberapa lama daerah tersebut telah ada atau baru didirikan. Sehingga pengungkapan yang dilakukan apabila suatu pemerintah daerah sudah tua maka dorongan pengungkapan yang akan dilakukan semakin tinggi karena memiliki informasi yang lebih banyak untuk diungkapkan dari pada pemerintah daerah yang masih muda atau baru. Semakin lama suatu pemerintah daerah dibentuk maka akan semakin berpengalaman dalam menjalankan sistem administrasinya termasuk pencatatan dan

(7)

7 pelaporan keuangan maka akan membutuhkan pengungkapan.

H1.d: Umur Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Pengaruh Kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Kompleksitas dalam pemerintahan dapat diartikan sebagai kondisi dimana terdapat beragam faktor dengan karakteristik yang berbeda-beda yang mempengaruhi pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung (Khasanah, 2014).

Satuan Kerja Perangkat Derah (SKPD)

SKPD merupakan entitas akuntansi yang wajib melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan pemerintah daerah.Adapun jumlah SKPD yang semakin banyak maka informasiyang harus diungkapkan pun akan semakin banyak dan upaya mengurangi kesalahan informasi serta menunjukkan kinerja yang lebih baik sehingga pemenuhan pengungkapan pada laporan keuangan pemerintah daerah pun semakin tinggi Syafitri (2012). Selain itu, semakin banyak nya jumlah SKPD dala suatu pemerintahan akan mengakibatkan pemenuhan pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah akan semakin tinggi.

H2.a : Jumlah SKPD berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Ukuran Legislatif

Menurut Khasanah (2014), Ukuran legislatif yang memberikan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan LKPD yaitu dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) yaitu lembaga perwakilan rakyat daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang bertugas untuk mengawasi pemerintah daerah dalam mengelola anggaran yang ada agar dapat dipergunakan dengan baik, sehingga peranan DPRD sebagai pengawas keuangan dapat mengontrol kebijakan keuangan suatu daerah secara Ekonomis, Efesien, Efektif, Transparansi dan Akuntabel dapat berjalan dengan baik. Penelitian Syafitri (2012) dan Yulianingtyas (2011) menemukan bahwa jumlah anggota legislatif atau DPRD berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan.

H2.b: Ukuran Legislatif berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Pengaruh Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

(8)

8 Menurut Rai (2010), Temuan audit merupakan hal-hal yang ditemukan oleh auditor sebagai hasil perbandingan antara kondisi yang ditemui oleh auditor dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam pengungkapan, temuan audit sering dijumpai anggapan yang kurang tepat, yaitu bahwa setiap audit harus menghasilkan temuan negatif. Artinya auditor harus menemukan adanya pelanggaran atau kinerja yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berupa adanya penyimpangan dalam realisasi dana, laporan keuangan yang tidak sesuai dengan anggaran serta adanya pelanggaran-pelanggaran lainnya.

H3 : jumlah temuan audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD

Metodologi

Penelitian ini menggunakan populasi berupa laporan keuangan pemerintah daerah yang ada di provinsi Sumatera Barat baik kabupaten atau kota, dengan tahun anggaran 2010-2013 dan telah diperiksa oleh BPK. Jumlah pemerintah daerah yang ada di sumatera barat sebanyak 19 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 7 Kota dan 12 Kabupaten. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan purposive sampling, yaitu

penentuan sampel dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibuat oleh peneliti (Sekaran,2010), yaitu terdiri dari : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat periode 2010-2013 yang telah di audit oleh BPK, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tersebut memiliki data yang lengkap.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah berupa data runtun waktu (time series) selama periode 2010-2013. Dalam penelitian ini variabel dependennya yaitu Tingkat Pengungkapan LKPD, Dalam mengukur tingkat pengungkapan LKPD, penelitian ini menggunakan sistem scoring yaitu sistem pemberian skor dengan membuat daftar

checklist pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan SAP. Penggunaan sistem

scoring ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestiani (2008), Hilmi (2010), Syafitri (2012) dan Khasanah (2014). Dengan demikian, tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah dapat diukur menggunakan rumus:

Jumlah Item yang diungkapkan

DISC =

Total Item yang harus diungkapkan Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu karakteristik

(9)

9 Pemerintah Daerah yang terdiri dari: Kekayaan Daerah Atau PAD Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan sumber keuangan yang berasal dari pemerintah daerah tersebut sesuai dengan potensi daerah tersebut.

Total pendapatan Wealth =

Jumlah penduduk Adapun ketergantungan ini di gambarkan dengan dana transfer atau yang lebih dikenal dengan dana alokasi umum (DAU), yaitu transfer yang sifatnya umum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sebagai upaya untuk mengatasi adanya ketimpangan dengan tujuan pemerataan kemampuan atau potensi suatu daerah dalam keuangan nya.

DAU DEPEND =

Total Pendapatan

Menurut Khasanah (2014), Total Aset sering digunakan sebagai proksi untuk variabel ukuran pemerintah daerah karena total aset lebih sering digunakan karena nilai aset lebih stabil.

ASSET = Total Aset

Umur pemerintah daerah digunakan berdasarkan hari berdirinya daerah tersebut untuk mengukur umur pemerintah daerah sehingga menggambarkan lamanya daerah tersebut

telah berdiri dan telah ada.Umur pemerintah daerah yang sudah tua lebih banyak melakukan pengungkapan dari pada umur pemerintah daerah yang masih baru.

AGE = Umur Pemerintah Daerah beradasarkan hari jadi daerah Kompleksitas Pemerintah Daerah yang terdiri dari : Menurut Khasanah (2014) jumlah SKPD menggambarkan jumlah urusan yang menjadi prioritas pemerintah daerah dalam membangun daerah. Semakin banyaknya jumlah SKPD dalam suatu pemerintahan akan mengakibatkan pemenuhan pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah semakin tinggi.

SKPD = JUMLAH SKPD

Dalam penelitian ini jumlah anggota DPRD akan digunakan sebagai proksi dalam mengukur ukuran legislatif. DPRD merupakan suatu lembaga perwakilan rakyat yang memiliki fungsi pengawasan terutama dalam hal pengawasan keuangan daerah. Sehingga diharapkan dengan semakin banyaknya anggota DPRD akan semakin meningkatkan pengawasan yang berujung pada peningkatan pengungkapan laporan keuangan daerah yang dilakukan oleh perintah daerah Khasanah (2014).

(10)

10 LEG = JUMLAH ANGGOTA DPRD

Temuan audit dapat berupa penyimpangan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Temuan audit dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Hilmi (2010) yaitu dengan menggunakan jumlah temuan audit pemeriksaan BPK atas ketidakpatuhan pemerintah daerah terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai proksi dalam mengukur temuan audit.

Find = Temuan Audit Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Untuk menguji hipotesisi digunakan uji R2, uji F, dan uji t. Model penelitian yang digunakan adalah model regresi berganda. Persamaan model regresi berganda pada penelitian ini yaitu:

DISC = α+β1Wealthit+β2Dependit+β3TAit +β4AGEit+β5SKPDit+β6LEGit+β7Findit+e Keterangan:

DISC =Pengungkapan dalam LKPD 𝜶0 = nilai koefesien konstan Wealth= kekayaan daerah atau PAD

DEPEND=Tingkat ketergantungan pemda TA = Total aset

AGE = umur pemda

SKPD=Jumlah SKPD pemda

LEG = Jumlah Anggota legislatif pemda FIND = Temuan audit pemda

Ε = error

Hasil dan Pembahasan 1. Statistik Deskriptif

Hasil analisis statistik deskriptif pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Statistik Deskriptif Penelitian

Ket N Min Maks Mean Std.

Deviasi Disc 57 2,00 38,00 13,2105 8,81099 Wealth 57 1,48 9.68 4,1784 2,52158 Depend 57 2,12 1.00 1,1750 1,71463 Ta 57 5,80 5,23 1,4753 7,95672 Age 57 24,00 52,00 35,4211 6,87632 SKPD 57 20,00 48,00 32,2632 9,72024 Leg 57 1,01 9,82 6,6390 2,49910 Find 57 1,95 5,81 3,5557 1,12002 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas

Masing-masing variabel dikatakan normal apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) besar dari nilai alpha yaitu 0,05 (Ghozali, 2013)

Tabel 2.a Hasil Uji Normalitas

Keterngan Variabel Asym p Sig (2-Tailed ) Alph a Kesimpul an Pengungkapa n (Disc) 0,102 0,05 Normal PAD 0,132 0,05 Normal

(11)

11 (Wealth) Tingkat ketergantung an (Depend) 0,435 0,05 Normal Total Aset (TA) 0,135 0,05 Normal Umur Pemda (Age) 0,074 0,05 Normal SKPD 0,430 0,05 Normal LEG 0,207 0,05 Normal FIND 0,071 0,05 Normal

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS

` Pada Tabel 2.a terlihat bahwa masing-masing variabel penelitian memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed) di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel terdistribusi normal.

b. Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Uji Durbin Watson (DW) variabel dikatakan tidak memiliki autokorelasi jika: -2 < DW < 2 (Anderson, 2001 dalam Sarwono,2013).

Tabel 2.b Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Hasil olah data SPSS

Hasil yang diperoleh pada tabel 2.b, ini terlihat bahwa pada Model 1 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson

yang diperoleh adalah sebesar 0,773. Jika -2 < 0,773< 2 sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Glejser, dimana nilai signifikan > nilai alpha 0,05 yang memperlihatkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2013).

Tabel 2.c

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Keterangan Sig Alph a

Kesimpula n

WEALTH 0,642 0,05 Tidak terjadi

Heterokedas tisitas

DEPEND 0,954 0,05 Tidak terjadi

Heterokedas tisitas Total Aset (TA) 0,104 0,05 Tidak terjadi Heterokedas tisitas Umur Pemda (AGE) 0,209 0,05 Tidak terjadi Heterokedas tisitas SKPD 0,425 0,05 Tidak terjadi Heterokedas tisitas Anggota Legislatif (LEG) 0,797 0,05 Tidak terjadi Heterokedas tisitas Temuan Audit (FIND) 0,664 0,05 Tidak terjadi Heterokedas tisitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS

Pada tabel 2.c dapat dilihat bahwa masing-masing variabel independen menghasilkan nilai signifikan > alpha 0,05, maka dapat disimpulkan semua variabel independen pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Hasil Uji Multikolinearitas Masing-masing variabel pada penelitian ini dikatakan tidak mengalami

(12)

12 multikolinearitas apabila nilai tolerance<0,10 dan nilai VIF>10 (Ghozali, 2013)

Tabel 2.d

Hasil Uji Multikolinearitas

Keterangan Tolera nce VIF Kesimpul an PAD (WEALTH) 0,094 1,106 Tidak Terjadi Multikol Tingkat Ketergantung an (DEPEND) 0,373 2,683 Tidak Terjadi Multikol Total Aset (TA) 0,504 1,986 Tidak Terjadi Multikol Umur Pemda (AGE) 0,831 1,203 Tidak Terjadi Multikol Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) 0,632 1,583 Tidak Terjadi Multikol Anggota Legislatif (LEG) 0,557 1,796 Tidak Terjadi Multikol Temuan Audit (FIND) 0,897 1,115 Tidak Terjadi Multikol

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS

Dilihat dari tabel 2.d bahwa masing-masing variabel independen memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen tidak terjadi multikolinearitas.

3. Hasil Pengujian Hipotesis

Menurut Ghozali (2013), hipotesis dapat diterima apabila nilai signifikan variabel lebih kecil dari alpha 0,05.

Tabel 3

Hasil Pengujian Hipotesis

Variab el Peneliti Koefis ien Regres Sig Alph a Kesimpu lanHipot esis an i Constan ta 20,314 0,018 0,05 - PAD -1,267 0,003 0,05 H1 Diterima Tingkat Keterga ntungan 1,783 0,062 0,05 H2 Ditolak Total Aset -1,680 0,337 0,05 H3 Ditolak Umur Pemda 1.930 0,049 0,05 H4 Diterima SKPD -0,149 0,410 0,05 H5 Ditolak LEG -0,333 0,017 0,05 H6 Diterima FIND 3,561 0,393 0,05 H7 Ditolak Adj R-square 0,310 F-Stat Sig 4,587 0,001

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPS

Dari tabel 3 secara umum persamaan regresi berganda yang dapat dibuat berdasarkan koefisien regresi yang dihasilkan adalah:

Disc=20,314+1,267X1+1,783X2+1,680X3+1,9

30X4+0,149X5+0,333X6+3,561X7+e

4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh PAD terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Pada persamaan koefesien regresi menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil tersebut membuktikan penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2012).

(13)

13 b. Pengaruh Tingkat

Ketergantungan terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Pada persamaan koefesien regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat ketergantungan (Depend) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2014) dan Lestiani (2008).

c. Pengaruh Total Asset terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Pada variabel Total Aset (TA) memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2012) dan Hilmi (2010).

d. Pengaruh Umur Pemda terhadap tingkat pengungkapan LKPD

Variabel umur pemerintah daerah (AGE) memilki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2012) dan Lesmana (2010).

e. Pengaruh jumlah SKPD berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Pada persamaan koefesien regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat jumlah SKPD memiliki pengaruh negatif

namun tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilmi (2010) dan Lesmana (2010).

f. Pengaruh jumlah Anggota Legislatif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Pada persamaan koefesien regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat jumlah anggota legislatif/DPRD (LEG) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2012).

g. Pengaruh Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD

Dalam variabel temuan audit (FIND) memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Khasanah (2014).

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh karakteristik, kompleksitas dan temuan audit terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah di Propinsi Sumatera Barat periode 2010-2013, dengan menggunakan sampel 19 Kota/Kabupaten di Provinsi Sumatera

(14)

14 Barat. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Umur Pemerintah Daerah (AGE), Jumlah Anggota Legislatif (LEG) memiliki pengaruh signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Sedangkan Tingkat Ketergantungan pemerintah daerah (DEPEND), Total Aset (TA), Jumlah SKPD, Temuan Audit (FIND) memilki pengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran-saran yang harus diperhatikan bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikutnya : Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk memperpanjang periode observasi data yang akan digunakan, karena semakin panjang periode observasi tentu akan memperlihatkan siklus perubahan situasi ekonomi yang lebih luas, Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan objek penelitian yang berbeda, Untuk pemerintahan agar dapat mengelola arsip data yang ada agar tidak disalahgunakan kembali.

Daftar Pustaka

Fitri, Sri Adela (2011) Analisis Tingkat

Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah ( Studi Eksploratif pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat)

Ghozali, Imam (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program

IBM SPSS 19 (Edisi

Ketujuh).Semarang : Universitas Diponegoro.

Halim, A dan Abdullah, S (2006) Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah.Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 2 No.1.

Halim, Abdul (2012). Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat.

Hilmi, A.Z. 2010.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah

Provinsi.JurnalA SPAK No.17, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Depok.

Ikatan Akuntansi Indonesia, (2012). Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Jakarta. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2013).

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Audit (SA) 540. Jakarta: Salemba Empat.

Khasanah, Nur Lailatul (2014). Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas, dan Temuan Audit terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

(Studi pada LKPD

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa tengah periode 2010-2012).

(15)

15 Diponegoro Journal Of Accounting, vol. 3, No.3; Hal.3 Laporan Hasil Pemeriksaan Tahun

2011-2013.Padang, Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

Lesmana, S. I. (2010) Pengaruh Karakteristik Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia.Thesis, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Letiani, A. (2008) Pengungkapan Laporan Keuangan Pemda Kab/Kota di Indonesia untuk Tahun Anggaran 2006. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Peraturan Pemerintah RI No.24 Tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Rai, I Gusti Agung (2010), Audit Kinerja Pada Sektor Publik.Jakarta : Salemba Empat

Republik Indonesia, 2003.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Syafitri, Febriyani dan Dyah Setyaningrum (2012).Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Daerah.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 9 No. 2 hlm 154-170.

Sekaran, Uma, (2011). Research Method for Business, 4th Edition, John Wiley & Sons. Jakarta: Salemba Empat.

Suhardjanto, Djoko dan Sigit Indra Lesmana (2010).Pengaruh

Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tinngkat Pengungkapan Wajib di Indonesia. P3M. STIE BANK BPD Jawa Tengah.Vol.6 No.2. ISSN 1411-1479.

Suhardjanto, Djoko dan Rena Rukmita Yulianingtyas (2011).Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah

terhadap Kepatuhan

Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada

Kabupaten/Kota di

Indonesia).Universitas Sebelas Maret. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol.8 No.1 hlm;1-94. Sumarjo, Henfro.2010. pengaruh

karakteristik pemerintah daerah dan temuan audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kab/Kota di Indonesia). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro.

Suwardjono (2006). Teori Akuntansi, edisi ketiga, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Yulianingtyas, dkk (2011).Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah

terhadap Kepatuhan

Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kab/Kota di Indonesia).Jurnal Akuntansi dan Auditing.Volume 8/No.1/November 2011:1-194

Gambar

Tabel 2.b  Hasil Uji Autokorelasi

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terkait dengan pelajaran kita yang lain untuk menghindari kepanikan publik dan dengan demikian gejolak sosial, yaitu Bank untuk tetap terhormat sebagai bank&#34;

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat

Pengembangan yang dilakukan dari penelitian ini yaitu menambahkan konfigurasi sistem DHCP sehingga penggunaan IP dapat lebih fleksibel dan lebih mudah bagi para pengguna

Sistem pencacah dibuat berbasis mikrokontroler digunakan untuk mengolah pulsa kotak standar TTL dari rangkaian pembentuk pulsa untuk diketahui jumlah frekuensi

Mampu memberikan penerapan endorphin massase terhadap nyeri persalinan pada kala 1 fase aktif di BPM Siti Maemunah Desa Kedaleman Wetan Kecamatan Puring sehingga dapat

Hasil dari penelitian ini adalah secara parsial profitabilitas dan volatilitas laba berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aset, kesempatan

Pada hari ini, Senin tanggal Lima bulan Juni tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami Pokja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Manggarai Tahun Anggaran 2017, telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan model reciprocal teaching pada konsep sistem pernapasan, mengkaji keterampilan berpikir kritis siswa sebelum