• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada bilangan pecahan kelas Vii B SMP Bentara Wacana Muntilan tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada bilangan pecahan kelas Vii B SMP Bentara Wacana Muntilan tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Rosalina Lily Setiawati. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dilihat dari Sikap Tanggung Jawab dan Prestasi Belajar Siswa pada Bilangan Pecahan Kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pendidikan karakter di sekolah dapat dikembangkan melalui pembelajaran. Matematika dapat mengembangkan dan menyampaikan pendidikan karakter bagi siswa. Maka, untuk mengembangkan dan menumbuhkan karakter pada diri siswa harus ada niat dan usaha dari tiap bagian di SMP Bentara Wacana Muntilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap tanggung jawab siswa dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan pecahan kelas VII B SMP. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 siswa.

Data sikap tanggung jawab siswa didapat dari kuesioner sikap tanggung jawab siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data tersebut dianalisis dengan menentukan nilai kuesioner dan mengkategorikan nilai tersebut. Prestasi belajar siswa didapat dari nilai kuis, dan tes akhir kemudian dianalisis dengan menentukan nilai prestasi belajar, menentukan rata-rata, mengkategorikan nilai prestasi belajar, dan menentukan persentase kelulusan pada tes akhir.

Hasil penelitian pada pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa (1) Sikap tanggung jawab siswa mengalami tidak mengalami peningkatan signifikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari kuesioner sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata nilai sikap tanggung jawab siswa adalah 77.70, sementara dari kuesioner sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata nilai sikap tanggung jawab siswa adalah 77.83. Berdasarkan kategori sikap tanggung jawab siswa, kedua rata-rata tersebut termasuk kategori tinggi. (2) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari tes awal didapat nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 52.24, dan dari tes akhir didapat nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 77.44. Dengan menggunakan kategori prestasi belajar, nilai rata-rata prestasi belajar awal siswa kategori rendah, dan nilai rata-rata prestasi belajar akhir siswa kategori sangat tinggi. Persentase ketuntasan prestasi belajar siswa 68%. Dari prestasi belajar siswa yang didapat maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang diberikan untuk siswa.

(2)

ABSTRACT

Rosalina Lily Setiawati. 2016. The Implementation of Cooperative Learning Model of STAD type Viewed from Responsibility and Student Learning Achievement in Fraction Numeral at VII B in Bentara Wacana Junior High School Muntilan in Academic Year 2015/2016. Thesis of Mathematics Education Study Program Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The characters of an education at school can developing by learning achievement. Mathematic can be one of ways to develop and share, that the characters of an education for our students. So, to develop and to grow, exactly about to blow up that characters, to every students should be have motivates and efforts from each the part of Bentara Wacana Junior High School Muntilan. The research was aimed at determining the responsibility and learning achievement of the students in learning mathematic on fraction numeral. The research was categorized as a descriptive research type quantitative and qualitative. The subjects of this research were the students of grade VII B Bentara Wacana Junior High School Muntilan in academic year 2015/2016 which were 25 students.

Data of responsibility of the student were obtained from questionnaire responsibility of the student before and after in learning by using cooperative learning model type STAD. Data were analyzed to determine the responsibility of students questionnaire and determine the category for students responsibility. Student learning achievement outcomes were derived from the scores of pre test, quizzes and post test and then analyzed by the scores, determine mean, determine the category of the scores, and percentage of post test accomplishment.

The results of the research in learning to implement cooperative learning model type STAD show that : (1) The responsibility of students increases constant after implementing cooperative learning model type STAD. Before implementing cooperative learning model type STAD the average of responsibility the students is 77.70, and after implementing cooperative learning model type STAD the average of responsibility the students is 77.83. Based on the category of students responsibility, both averages belong to high category. (2) Students achievement increases significantly by implementing cooperative learning of STAD model. In the pre test the average shows 52.24 and in the post test the average reaches 77.44. By implementing learning achievement category, the average in the pre test is low while the average score in the post test is very high. The percentage of the number of students obtain score ≥ 75 is 68%. From, students achievement and students responsibility students have, the model of cooperative learning type STAD can be an alternative learning model implemented in students learning.

(3)
(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DILIHAT DARI SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA BILANGAN PECAHAN KELAS VII B SMP BENTARA WACANA MUNTILAN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

ROSALINA LILY SETIAWATI NIM : 111414079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7)

Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, yang Mahatinggi

(Mazmur 9:1-2)

Karya ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa membimbing hidupku

Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Sugiarta dan Ibu Cicilia Pipin Susanti

Adikku, Leonardo David Setiawan

Almarhumah Nenekku Elisabeth Harjo Winarno

Sahabatku, Novita Rizki Anggraini dan Dionesia Desi Wirratna Santi

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Rosalina Lily Setiawati. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dilihat dari Sikap Tanggung Jawab dan Prestasi Belajar Siswa pada Bilangan Pecahan Kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pendidikan karakter di sekolah dapat dikembangkan melalui pembelajaran. Matematika dapat mengembangkan dan menyampaikan pendidikan karakter bagi siswa. Maka, untuk mengembangkan dan menumbuhkan karakter pada diri siswa harus ada niat dan usaha dari tiap bagian di SMP Bentara Wacana Muntilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap tanggung jawab siswa dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan pecahan kelas VII B SMP. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 siswa.

Data sikap tanggung jawab siswa didapat dari kuesioner sikap tanggung jawab siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data tersebut dianalisis dengan menentukan nilai kuesioner dan mengkategorikan nilai tersebut. Prestasi belajar siswa didapat dari nilai kuis, dan tes akhir kemudian dianalisis dengan menentukan nilai prestasi belajar, menentukan rata-rata, mengkategorikan nilai prestasi belajar, dan menentukan persentase kelulusan pada tes akhir.

Hasil penelitian pada pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa (1) Sikap tanggung jawab siswa mengalami tidak mengalami peningkatan signifikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari kuesioner sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata nilai sikap tanggung jawab siswa adalah 77.70, sementara dari kuesioner sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata nilai sikap tanggung jawab siswa adalah 77.83. Berdasarkan kategori sikap tanggung jawab siswa, kedua rata-rata tersebut termasuk kategori tinggi. (2) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari tes awal didapat nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 52.24, dan dari tes akhir didapat nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 77.44. Dengan menggunakan kategori prestasi belajar, nilai rata-rata prestasi belajar awal siswa kategori rendah, dan nilai rata-rata prestasi belajar akhir siswa kategori sangat tinggi. Persentase ketuntasan prestasi belajar siswa 68%. Dari prestasi belajar siswa yang didapat maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang diberikan untuk siswa.

(11)

ABSTRACT

Rosalina Lily Setiawati. 2016. The Implementation of Cooperative Learning Model of STAD type Viewed from Responsibility and Student Learning Achievement in Fraction Numeral at VII B in Bentara Wacana Junior High School Muntilan in Academic Year 2015/2016. Thesis of Mathematics Education Study Program Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The characters of an education at school can developing by learning achievement. Mathematic can be one of ways to develop and share, that the characters of an education for our students. So, to develop and to grow, exactly about to blow up that characters, to every students should be have motivates and efforts from each the part of Bentara Wacana Junior High School Muntilan. The research was aimed at determining the responsibility and learning achievement of the students in learning mathematic on fraction numeral. The research was categorized as a descriptive research type quantitative and qualitative. The subjects of this research were the students of grade VII B Bentara Wacana Junior High School Muntilan in academic year 2015/2016 which were 25 students.

Data of responsibility of the student were obtained from questionnaire responsibility of the student before and after in learning by using cooperative learning model type STAD. Data were analyzed to determine the responsibility of students questionnaire and determine the category for students responsibility. Student learning achievement outcomes were derived from the scores of pre test, quizzes and post test and then analyzed by the scores, determine mean, determine the category of the scores, and percentage of post test accomplishment.

The results of the research in learning to implement cooperative learning model type STAD show that : (1) The responsibility of students increases constant after implementing cooperative learning model type STAD. Before implementing cooperative learning model type STAD the average of responsibility the students is 77.70, and after implementing cooperative learning model type STAD the average of responsibility the students is 77.83. Based on the category of students responsibility, both averages belong to high category. (2) Students achievement increases significantly by implementing cooperative learning of STAD model. In the pre test the average shows 52.24 and in the post test the average reaches 77.44. By implementing learning achievement category, the average in the pre test is low while the average score in the post test is very high. The percentage of the number of students obtain score ≥ 75 is 68%. From, students achievement and students responsibility students have, the model of cooperative learning type STAD can be an alternative learning model implemented in students learning.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan ini dengan baik dan lancar guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika;

(13)

5. Bapak Beni Utomo, M. Sc, dan Ibu C. Novella Krisnamurti, M. Sc, selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini;

6. Ibu Elisabeth Juni, S.Si, selaku kepala sekolah di SMP Bentara Wacana Muntilan yang telah memberikan ijin penelitian;

7. Ibu Aprilia Dwi Gloriani, S.Pd. Si, selaku guru mata pelajaran matematika SMP Bentara Wacana Muntilan yang telah membimbing dan mendampingi dalam pelaksanaan penelitian;

8. Siswa-siswi SMP Bentara Wacana Muntilan kelas VII B dan VII C, terima kasih atas partisipasi dan kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian;

9. Bapak Antonius Sugiarta, Ibu Cicilia Pipin Susanti, dan adik Leonardo David Setiawan, terima kasih atas doa dan dukungan dari orang tua dan kakak yang terkasih;

10.Kedua sahabatku, Novita Rizki Anggraini dan Dionesia Desi Wirratna Santi yang telah berjuang bersama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian;

11.Teman-teman satu dosen pembimbing, Neri, Sunny, Deni, Vonti, Cicil, Tari, Danik, Susi, Lilik terima kasih telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan untuk teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2011 yang telah berjuang bersama; 12.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa secara langsung

(14)

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sebagai pribadi untuk terus meningkatkan kemampuan sebagai calon pendidik (guru) dan juga semua pihak yang membutuhkannya.

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Batasan Istilah ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

(16)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Deskripsi Teori ... 13

1. Definisi Belajar ... 13

2. Definisi Matematika …... 14

3. Pembelajaran yang Efektif ………... 16

4. Pembelajaran Matematika ……… 17

5. Prestasi Belajar ...……….. 18

6. Sikap ...……….. 20

7. Sikap Tanggung Jawab ……… 23

B. Model Pembelajaran Kooperatif……….. 26

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif…………... 26

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 29

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 30

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 31

C. Model Pembelajaran STAD………... 32

1. Komponen Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD ………... 33 2. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD .. 35

D. Materi Pembelajaran ... 41

1. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan … 42 2. Perkalian dan Pembagian Bilangan Pecahan ……… 46

E. Kerangka Berpikir ... 51

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 55

(17)

B. Tempat dan Waktu Pengambilan Data………. 56

C. Subyek Penelitian ……… 56

D. Obyek Penelitian ………. 56

E. Rancangan Penelitian ………. 57

F. Variabel Penelitian ... 59

1. Variabel Bebas ... 59

2. Variabel Terikat ... 59

G. Bentuk Data ………. 59

1. Data Sikap Tanggung Jawab Siswa ………. 59

2. Data Prestasi Belajar Siswa ……….. 60

H. Teknik Pengumpulan Data ……….. 60

1. Pengamatan / Observasi ………... 60

2. Kuesioner ………. 61

3. Wawancara ………... 62

4. Tes ……… 62

I. Instrumen Penelitian ……… 62

1. Perangkat Pembelajaran ………... 63

2. Sikap Tanggung Jawab Siswa ……….. 66

3. Prestasi Belajar Siswa ………. 69

J. Teknik Uji Coba Instrumen ... 71

1. Validitas Instrumen ………... 71

2. Reliabilitas ………. 74

(18)

K. Uji Coba Instrumen …... 75

1. Validitas Butir Soal ……….. 76

2. Reliabilitas ……… 76

3. Tingkat Kesulitan ………. 77

L. Teknik Analisis Data 77 1. Kelayakan Analisis ………... 77

2. Keterlaksanaan Model Pembelajaran STAD………. 78

3. Pengamatan Sikap Tanggung Jawab Siswa ……….. 78

4. Sikap Tanggung Jawab Siswa ……….. 79

5. Prestasi Belajar Siswa ………... 83

6. Pendalaman Hasil Penelitian ………. 85

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN, KELAYAKAN ANALISIS, DESKRIPSI DATA, DAN PEMBEHASAN .. 86 A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 86

1. Observasi ………... 86

2. Pelaksanaan Penelitian ……… 87

3. Pelaksanaan Pembelajaran ……… 88

B. Kelayakan Analisis ………. 96

C. Deskrispi Data ... 97

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran STAD……... 97

2. Pengamatan Sikap Tanggung Jawab Siswa ………. 99 3. Sikap Tanggung Jawab Siswa Sebelum

Penggunaan Model STAD………

101 4. Sikap Tanggung Jawab Siswa Sesudah Penggunaan

Model STAD……….

103 5. Prestasi Belajar Sebelum Penggunaaan Model

STAD………...

(19)

6. Prestasi Belajar Kuis 1 Saat Penggunaan Model

STAD………...

108 7. Prestasi Belajar Kuis 2 Saat Penggunaan Model

STAD ………...

110 8. Prestasi Belajar Sesudah Penggunaaan Model

STAD………...

113

D. Pembahasan ………. 116

1. Sikap Tanggung Jawab Siswa ……….. 116

2. Prestasi Belajar Siswa ……….. 118

E. Pendalaman Hasil Penelitian ... 120

F. Keterbatasan Penelitian ... 136

BAB V. PENUTUP ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Poin Kemajuan Siswa ……… 39

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim ………... 39

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Aktifitas Siswa 1 ………. 64

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Aktifitas Siswa 2 ………. 65

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Keterlaksanaan RPP……… 65

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Sikap Siswa ……….... 67

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Siswa 1 ……… 68

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Siswa 2 ……… 68

Tabel 3.7 Kisi-kisi Wawancara ………... 69

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuis 1 ………... 70

Tabel 3.9 Kisi-kisi Kuis 2 ………... 70

Tabel 3.10 Tes Akhir Prestasi Belajar Matematika ……….. 70

Tabel 3.11 Kategori Koefisien Korelasi ………... 73

Tabel 3.12 Kategori Reliabilitas ………... 74

Tabel 3.13 Kategori Tingkat Kesulitan ……… 75

Tabel 3.14 Validitas Tes Akhir Prestasi Belajar Matematika …………... 76

Tabel 3.15 Tingkat Kesulitan Tes Akhir Prestasi Belajar Matematika …. 77 Tabel 3.16 Kriteria Penilaian Sikap Tanggung Jawab Siswa …………... 80

Tabel 3.17 Kategori Sikap Tanggung Jawab Siswa ……….. 81 Tabel 3.18 Kategori Sikap Tanggung Jawab Sebelum Penggunaan

Model STAD………...

81 Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Kuesioner sikap Tanggung Jawab

Siswa Sebelum Penggunaan Model STAD………

(21)

Tabel 3.20 Kategori Sikap Tanggung Jawab Sesudah Penggunaan

Model STAD………...

82 Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Kuesioner sikap Tanggung Jawab

Siswa Sesudah Penggunaan Model STAD ………

83

Tabel 3.22 Kategori Prestasi Belajar Siswa ……….. 84

Tabel 3.23 Kategori Sikap Tanggung Jawab Sebelum dan Sesudah Penggunaan Model STAD ………... 85 Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penggunaan Model STAD………... 85 Tabel 4.1 Kegiatan Selama Pengambilan Data ………. 88

Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok ……….. 90

Tabel 4.3 Keterlaksanaan RPP ……… 98

Tabel 4.4 Persentase Keterlaksanaan RPP ……….. 98

Tabel 4.5 Rincian Siswa yang Diamati Observer ………... 99

Tabel 4.6 Data Skor Pengamatan Sikap Tanggung Jawab Siswa ……... 100

Tabel 4.7 Persentase Pengamatan Sikap Tanggung Jawab Siswa …….. 101 Tabel 4.8 Data Kuesioner Sikap Tanggung Jawab Siswa Sebelum

Penggunaan Model STAD ………..

101 Tabel 4.9 Statistik Kuesioner Sikap Tanggung Jawab Siswa Sebelum

Penggunaan Model STAD………..

102 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kuesioner Sikap Tanggung Jawab

Siswa Sebelum Penggunaan Model STAD………

102 Tabel 4.11 Data Kuesioner Sikap Tanggung Jawab Siswa Sesudah

Penggunaan Model STAD………..

104 Tabel 4.12 Statistik Kuesioner Sikap Tanggung Jawab Siswa Sesudah

Penggunaan Model STAD………..

104 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Kuesioner Sikap Tanggung Jawab

Siswa Sesudah Penggunaan Model STAD ………

105 Tabel 4.14 Data Prestasi Belajar Siswa Sebelum Penggunaan Model

STAD……….

106 Tabel 4.15 Statistik Prestasi Belajar Siswa Sebelum Penggunaan Model

STAD ……….

106 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Sebelum

Penggunaan Model STAD………..

107 Tabel 4.17 Data Prestasi Belajar Siswa Kuis 1 Saat Penggunaan Model

STAD……….

108 Tabel 4.18 Statistik Prestasi Belajar Siswa Kuis 1 Saat Penggunaan

Model STAD ……….

(22)

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Kuis 1 Saat Penggunaan Model STAD………..

109 Tabel 4.20 Data Prestasi Belajar Siswa Kuis 2 Saat Penggunaan Model

STAD ……….

Penggunaan Model STAD………..

112 Tabel 4.23 Data Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penggunaan Model

STAD……….

113 Tabel 4.24 Statistik Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penggunaan Model

STAD……….

114 Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Sesudah

Penggunaan Model STAD………..

114 Tabel 4.26 Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Tes Akhir ………… 115 Tabel 4.27 Penghargaan Kelompok ……….. 120 Tabel 4.28 Pengelompokkan Sikap Tanggung Jawab dan Prestasi

Belajar Siswa ……….. 120 Tabel 4.29 Jawaban Responden Pertanyaan 1 ……….. 121 Tabel 4.30 Jawaban Responden Pertanyaan 2 ……….. 122

(23)
(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bilangan Pecahan ………... 47 Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Kuesioner Sikap Siswa

Sebelum Penggunaan Model STAD……….

102 Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Kuesioner Sikap Siswa

Sesudah Penggunaan Model STAD……….

105 Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa

Sebelum Penggunaan Model STAD……….

107 Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Kuis

1 Saat Penggunaan Model STAD……….

109 Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Kuis

2 Saat Penggunaan Model STAD ……….

111 Gambar 4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa

Sesudah Penggunaan Model STAD……….

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 142 A.2 Lembar Aktifitas Siswa ……….. 158 A.3 Kuis Siswa ……….. 160

A.4 Tes Akhir Siswa ………. 162

A.5 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor ……… 164 A.6 Kuesioner Siswa ………. 174 A.7 Lembar Keterlaksanaan RPP ……….. 179 A.8 Lembar Pengamatan Sikap Siswa ………... 181

A.9 Lembar Wawancara ……… 183

LAMPIRAN B

B.1 Uji Coba Instrumen ………. 184

LAMPIRAN C

(26)

LAMPIRAN D

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, pendidikan di Indonesia mengalami banyak perubahan. Sebagai warga Indonesia, dapat diketahui dalam UUD 1945 bahwa cita-cita luhur bangsa Indonesia yang juga merupakan tujuan didirikannya bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bentuk nyata untuk mencapai tujuan ini adalah dengan adanya pendidikan. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi yang utuh. (Herman Hudojo, 1988:1)

(28)

mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Pendidikan karakter di sekolah dapat dikembangkan dan dioptimalkan melalui pembelajaran. Namun, masih ada masalah ketidaktepatan mengenai makna pendidikan karakter yang beredar di masyarakat. Masyarakat masih mendefinisikan pendidikan karakter itu hanya mata pelajaran agama dan kewarganegaraan, pendidikan karakter itu pelajaran budi pekerti, pendidikan karakter adalah pelajaran baru, dan masih banyak definisi yang salah mengenai pendidikan karakter (Dharma Kesuma dkk, 2011:5), padahal semua mata pelajaran yang terdapat di sekolah dapat dikembangkan untuk menyampaikan pendidikan karakter. Tidak terkecuali pelajaran yang dapat dikembangkan adalah matematika.

(29)

niat dan usaha dari tiap bagian di sekolah demikian pula dengan SMP Bentara Wacana Muntilan.

(30)

jawab dengan tugasnya. Siswa juga dilatih bertanggung jawab dengan adanya jadwal piket. Apabila siswa tidak melaksanakan piket, maka siswa tersebut mendapatkan poin hukuman.

Berdasarkan pengamatan peneliti,menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika berjalan dengan cukup baik. Guru matematika pada kelas VII masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Guru menyadari kelemahan dari metode tersebut, sehingga pembelajaran terkadang siswa cepat jenuh dan bosan saat pembelajaran matematika berlangsung. Saat siswa diberikan kesempatan oleh guru menanyakan hal yang belum dimengerti, hanya beberapa siswa yang bertanya pada guru. Jika tidak ada siswa yang bertanya, guru tetap melanjutkan materi lanjutan tanpa menunjuk siswa untuk bertanya atau melanjutkan dengan latihan soal. Masih banyak siswa yang belum memahami materi yang dijelaskan, namun tidak mau bertanya. Dan masih ada siswa yang tidak mau menjelaskan ke teman yang belum paham. Sehingga, keaktifan kelas belum terbentuk saat pembelajaran matematika dan belum terlihat kerja sama antar siswa. Ketika guru meminta mengerjakan latihan soal banyak siswa yang masih kebingungan dan malah menjadikan siswa tidak mau mengerjakan latihan soal.

(31)

guru berkeliling dalam kelas, Siswa yang tidak dapat mengerjakan soal tersebut punya kesempatan untuk mencontek hasil pekerjaan teman yang dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru. Siswa yang hanya mencontek tidak peduli dengan penyelesaian soal tersebut. Siswa hanya menyalin pekerjaan milik teman tanpa pemahaman bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut. Hal ini terlihat ketika pengerjaan soal di dalam kelas. Kondisi ini menunjukkan kurangnya tanggung jawab siswa untuk memahami materi yang diajarkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru saat pembelajaran di sekolah.

Peneliti juga melihat masih banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah ketika guru memberikan tugas rumah untuk siswa. Tidak sedikit siswa yang hanya menyalin pekerjaan rumah milik teman lain yang sudah mengerjakan. Kemudian, peneliti berusaha mencari keterangan dari siswa yang menyalin pekerjaan teman melalui wawancara. Siswa mengungkapkan alasan siswa menyalin pekerjaan milik teman lain, karena siswa tersebut tidak menemukan penyelesaian dan takut dimarahi guru jika mencontek tugas di sekolah dan pekerjaan rumah. Keadaan seperti ini menunjukkan kurangnya tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Dan saat diadakan kuis ataupun ulangan sebagai prestasi belajar, banyak siswa yang mendapatkan nilai jelek. Sehingga, prestasi belajar yang didapat siswa kurang maksimal.

(32)

kelompok dengan jam di luar jam pembelajaran. Jam tersebut dinamakan jam tutor. Jam tutor tersebut dapat digunakan semua pelajaran, dan jam tutor tersebut dikoordinasi dengan jadwal tutor yang sudah diatur. Jam tutor adalah jam belajar kelompok siswa dengan anggota kelompok yang memiliki kemampuan heterogen dengan menunjuk salah satu siswa sebagai ketua atau yang membimbing anggota dalam kelompok yang belum memahami materi tanpa adanya aturan dalam pembelajaran kelompok. Tetapi pada kenyataannya saat jam tutor siswa malah terlihat mengobrol hal yang tidak berkaitan dengan materi dengan teman sekelompoknya. Dan saat pembelajaran biasa, masih jarang guru di sekolah ini yang menggunakan model pembelajaran berkelompok.

(33)

Dari penelitian sejenis yang dilakukan oleh Agathon Charis Irawan,(2012) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno dapat meningkatkan sikap siswa dan hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok. Dengan model pembelajaran kooperatif ini, siswa dapat memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2012: 203). Melihat penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya pokok bahasan bilangan pecahan, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif STAD memiliki aturan dalam pembelajarannya. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan mengembangkan karakter setiap siswa.

(34)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika di kelas VII B masih berpusat pada guru. 2. Kondisi kelas belum aktif saat proses pembelajaran matematika

berlangsung.

3. Kemampuan interaksi antar siswa dan guru masih kurang dalam proses pembelajaran.

4. Sikap tanggung jawab yang dimiliki siswa masih kurang dalam proses pembelajaran matematika.

5. Prestasi belajar siswa yang didapat belum maksimal. 6. Kemampuan kerja sama antar siswa belum terlihat. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada sebuah tindakan untuk mengetahui perubahan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada bilangan pecahan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) di kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan.

D. Rumusan Masalah

(35)

pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student Teams Achievement Division) dapat mengetahui perubahan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada bilangan pecahan di kelas VII B SMP Bentara Wacana

Muntilan?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk

mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) sebagai upaya untuk mengetahui perubahan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada bilangan pecahan kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan”

F. Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

(36)

2. Sikap Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kemampuan seorang individu yang mengusahakan perubahan yang positif dan melaksanakan tugas-tugas dengan seluruh daya yang dimiliki terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan dalam bentuk interaksi sosial yang baik dan intensif. (Lickona, 2012)

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat menggunakan evaluasi belajar dalam bentuk tes.

4. Bilangan Pecahan

Definisi:

Suatu bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai

dengan adalah bilangan bulat dan . Bilangan disebut

pembilang dan bilangan disebut penyebut (Dewi Nuharini, 2008:41).

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

(37)

pembelajaran agar sasaran pencapaian meningkatnya sikap tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika benar-benar tepat dan efektif.

2. Bagi Siswa

Membantu siswa-siswi kelas VII B SMP Bentara Wacana Muntilan dalam mengetahui perbedaan sikap tanggung jawab dalam pembelajaran matematika. Membantu dan melatih siswa agar membiasakan diri dalam kerja kelompok, dengan berdiskusi siswa dapat berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat dan menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama. 3. Bagi Sekolah

Memberikan masukan dan dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

4. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meneliti serta meningkatkan wawasan tentang alternatif model pembelajaran sebagai calon guru di masa yang akan datang.

H. Sistematika Penulisan

1. Bagian Pendahuluan Skripsi

(38)

2. Bagian Isi Skripsi

Pada bagian ini memuat lima bab yang terdiri:

BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah, manfaat penelitian, dan memuat sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka meliputi deskripsi teori, modelpembelajaran kooperatif, model pembelajaran STAD, materi pembelajaran, dan kerangka berpikir.

BAB III : Metodologi penelitian meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu pengambilan data, subyek penelitian, obyek penelitian, rancangan penelitian, variabel penelitian, bentuk data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik uji coba instrumen, uji coba instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV : Pelaksanaan penelitian meliputi deskripsi pelaksanaan penelitian, kelayakan analisis, deskripsi data, pembahasan, dan pendalaman hasil penelitian.

BAB V : Penutup meliputi kesimpulan, kelemahan, dan saran.

3. Bagian Akhir Skripsi

(39)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Definisi Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan sikap seseorang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010: 3).

(40)

Belajar adalah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek.Aspek-aspek tersebut adalah (Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010: 4).

a. Bertambahnya jumlah pengetahuan,

b. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, c. Adanya penerapan pengetahuan,

d. Menyimpulkan makna,

e. Menafsirkan dan mengitkannya dengan realitas, f. Adanya perubahan sebagai pribadi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaru obat-obatan. Kecuali itu, perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010: 5).

2. Definisi Matematika

(41)

bilangan dan ruang tidak banyak artinya lagi dalam matematika. Kenyataan yang lebih utama ialah hubungan-hubungan antara sasaran antara sasaran-sasaran itu dan aturan-aturan yang menetapkan langkah-langkah operasinya. Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan, pola, maupu bentuk seperti yang telah dikemukakan di atas (Herman Hudojo, 1988: 2).

Struktur yang ditelaah adalah struktur dari sistem-sistem matematika. Dapat dikatakan pula, matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif. Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, symbol-simbol diperlukan. Simbol-symbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru.

(42)

dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Herman Hudjojo 1988: 3).

3. Pembelajaran yang Efektif

Menurut Winkel (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010: 12) pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Sedangkan menurut Gagne, pembelajaran adalah pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar (Eveline Siregar & Hartini Nara 2010: 12).

Dari beberapa pengertian pembelajaran, maka dapat disimpulkan ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut (Eveline Siregar & Hartini Nara 2010: 12) :

a. Merupakan upaya sadar dan disengaja. b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.

c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan. d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun

(43)

Dalam melaksanakan pembelajaran, perlu diperhatikan pula prinsp-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Selain itu akan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberikan dasar-dasar teori untuk membangun sistem intruksional yang berkualitas tinggi.

4. Pembelajaran Matematika

Pola tingkah laku manusia yang tersusun menjadi suatu model sebagai prinsip-prinsipbelajar yang diaplikasikan ke dalam matematika. Prinsip belajar ini haruslah dipilih sehingga cocok untuk mempelajari matematika. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, jelas belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.

(44)

Belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses pembeajaran matematika. Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu.

Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab sesorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir itu orang itu menyusun hubungan-hubungan anatar bagian-bagian informasi yang telah direkam di dalam pikiran orang itu sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian tersebut terbentuklah pendapat yang pada akhirnya ditariklah kesimpulan. Tentunya kemampuan berpikir seseorang itu dipengaruhi oleh intelegensinya. Dengan demikian terlihat adanya kaitan antara intelegensi dengan proses belajar matematika (Herman Hudojo, 1988: 3)

5. Prestasi Belajar

(45)

Tes yang mengukur prestasi (achievement test). Tes prestasi dimaksudkan alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai prestasi belajar (Saifuddin Azwar, 1987: 7).

Bila dilihat dari tujuan dari pengukuran prestasi belajar, maka suatu tes dapat melakukan fungsi penempatan, fungsi formatif, fungsi diagnostik, dan fungsi sumatif. Fungsi penempatan adalah penggunaan tes prestasi guna melakukan klasifikasi individu ke dalam bidang atau jurusan yang cocok. Fungsi formatif adalah penggunaan tes prestasi guna melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah dapat dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran. Dalam hal ini maka hasil tes prestasi merupakan umpan balik kemajuan belajar, dan karena itu biasanya dilakukan di tengah suatu program yang sedang berjalan. Hasil tes prestasi formatif dapat menyebabkan perubahan kebijaksanaan mengajar atau belajar, apabila perlu.

(46)

dapat melanjutkan ke program pengajaran yang lebih tinggi. Suatu tes prestasi sumatif pada program tertentu dapat dipandang sebagai tes prestasi formatif bagi suatu proses pengajaran yang lebih luas yang merupakan rangkaian program-program pengajaran bertahap (Saifuddin Azwar, 1987: 7).

6. Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereakai terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan(Slameto 2013: 188).

Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara lain : a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula melalui

suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam. b. Melalui imitasi

Peniruan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap mode, di samping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru; peniruan akan terjadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif daripada perorangan.

c. Melalui sugesti

(47)

pengaruh yang dating dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.

d. Melalui identifikasi

Di sini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi atau badan tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamar, identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan.

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto dalam A. Wawan & Dwi M, 2010: 34) :

a. Sikap positif kecendurungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu

b. Sikap negatif terdapat kecendurungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto dalam A. Wawan & Dwi M, 2010: 34) :

(48)

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat teretntu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan-kumpulan dari hal-hal tersebut

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Heri Purwanto dalam A. Wawan & Dwi M, 2010: 34) :

a. Pengalaman pribadi

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting c. Pengaruh kebudayaan

d. Media massa

(49)

7. Sikap Tanggung Jawab

Tanggung jawab secara literal berarti “kemampuan untuk

merespons atau menjawab”. Itu artinya tanggung jawab berorientasi

terhadap orang lain, memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan respons terhadap apa yang mereka inginkan. Tanggung jawab menekankan pada kewajiban positif untuk saling melindungi satu sama lain. Sebuah tanggung jawab moral tidak secara langsung meminta kita untuk „mengorbankan‟ sesuatu. Akan tetapi, tanggung jawab lebih bersifat

meminta kita untuk mencoba, melalui cara apapun yang kita dapat, dari sekadar tahu sampai dengan mendukung satu sama lain, meringankan beban sesama, dan membuat dunia ini sebagai tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Tanggung jawab merupakan sikap saling membutuhkan, tidak mengabaikan orang lain yang sedang dalam keadaan sulit. Kita menolong orang dengan komitmen yang telah kita buat, dan apabila kita tidak menolong mereka, artinya kita membuat sebuah kesulitan baru bagi mereka. Pada akhirnya, sikap tanggung jawab ditekankan pada mengutamakan hal-hal yang hari ini dianggap penting sebagai suatu perbaikan di masa yang akan datang dengan didasari‟hak-hak‟ (Thomas Lickona, 2012: 73).

(50)

sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan. Dengan tertibnya penggunaan hak dan kewajiban timbulah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab yang baik berada pada perimbangan yang serasi antara perolehan hak dan penunaian kewajiban. Untuk itu perlu ada perumusan konsep tanggung jawab manusia secara lengkap.

Orang yang bertanggung jawab kepada dirinya adalah orang yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal. Kontol internal adalah satu keyakinan bahwa ia boleh mengontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya adalah hasil dari usahanya sendiri. Orang-orang dari kategori ini merasa bahwa nasib mereka tidak ditentukan oleh kekuatan luar. Manusia memang tidak sewajarnya bersifat terlalu angkuh dengan kekuatan dirinya yang tidak seberapa. Di samping itu, mereka juga perlu yakin terhadap faktor takdir, terutama di dalam memastikan kesuksesannya adalah faktor yang mutlak (Mohamad Mustari, 2014: 19).

Menurut Sukanto (dalam Mohamad Mustari, 2014: 20) menyatakan bahwa di antara tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah:

(51)

Semesta. Tak ada seorang pun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.

b. Tanggung jawab untuk membela didri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya.

c. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.

d. Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga. e. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

f. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan kita. Dalam kebebasan berpikir perlu ada pemupukan kreasi yang berarti mampu mencari pemecahan masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.

g. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

(52)

internal adalah satu keyakinan bahwa ia boleh mengotrol dirinya dan yakin bahwa kesuksesan yang dicapainya adalah hasil dari usahanya sendiri.

Manusia harus bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. Maka kita sebagai manusia harus belajar untuk menerima tanggung jawab total terhadap diri sendiri. Jika kita tidak dapat mengatur diri kita sendiri maka berarti kita memberikan pada orang lain untuk mengontrol diri kita. Kebiasaan itu lebih kuat daripada kesadaran. Kita kadang ingin melakukan sesuatu sesuai dengan keadaan, tetapi pas waktunya kita malah melakukan hal yang lain. Oleh karena itu, untuk tanggung jawab ini kita harus membiasakan diri menjadi orang yang bertanggung jawab (Mohamad Mustari 2014: 25).

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Koperatif

(53)

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah mengidentifikasikan metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagau macam mata pelajaran. (Robert E. Slavin, 2005: 4).

(54)

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah (1) pembelajaran secara tim (2) didasarkan pada manajemen kooperatif (3) kemauan untuk bekerja sama dan (4) keterampilan bekerja sama. (Rusman, 2012: 207). Prinsip pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar yaitu (1) prinsip ketergantungan positif (2) tanggung jawab perseorangan (3) interaksi tatap muka (4) partisipasi dan komunikasi dan (5) evaluasi proses kelompok.

Prosedur atau langkah dalam pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahapan (Rusman, 212) yaitu (1) penjelasan materi (2) belajar kelompok (3) penilaian dan (4) pengakuan tim. Teknik pembelajaran yang dipelajari oleh John Hopkins University adalah metode Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa). Tiga konsep penting bagi metode ini adalah (1) penghargaan bagi tim (2) tanggung jawab individu dan (3) kesempatan sukses yang sama. (Robert E. Slavin, 2005: 10).

(55)

dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. (Sanjaya dalam Rusman, 2012:206)

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Adapun karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut. (Rusman, 2012: 207)

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan dalam tim. Tim harus mampu membuat setiap anggota tim belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

(56)

sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

c. Kemampuan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie dalam Rusman, 2012: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut.

(57)

masing-masing anggota kelompok. Maka, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Maka, setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

(58)

a. Penjelasan Materi

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. b. Belajar Kelompok

Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (Rusman, 2012: 213). “Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersamadalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.”

d. Pengakuan Tim

(59)

C. Model Pembelajaran STAD

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. (Robert E. Slavin, 2005:143)

1. Komponen Utama Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD

STAD terdiri atas lima komponen utama – presentasi kelas,tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

a. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusipelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi juga bisa memasukkan presentasi audiovisiual. Bedanya Presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b. Tim

(60)

etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjaan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permaslah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

c. Kuis

(61)

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi taka da siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik.Tiap siswa diberikan skor

“awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut

sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

2. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD a. Tahap Persiapan

1) Materi

(62)

dapat juga digunakan bersama materi-materi yang diadaptasi dari buku teks atau sumber-sumber terbitan lainnya atau bisa juga dengan materi yang dibuat oleh guru. Materi John Hopkins tersedia untuk bidang studi Matematika mulai dari kelas dua sampai sepuluh, Seni Berbahasa mulai dari kelas tiga sampai kelas delapan sekolah menengah pertama dan Ilmu Fisika, dan topik-topik lainnya.

2) Membagi para siswa ke dalam tim.

Seperti yang sudah kita lihat, tim-tim STAD mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Di dalam kelas yang terdiri dari separuh laki-laki, separuh perempuan, tiga perempat kulit putih, dan seperempat minoritas boleh saja membentuk Tim yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan, dan tiga siswa kulit putih dan satu siswa minoritas. Tim tersebut juga harus terdiri dari seorang siswa berprestasi tinggi, seorang berprestasi rendah,dan dua lainnya yang berprestasi sedang. Guru yang menentukan anggota tim tiap kelompok. Namun jangan biarkan siswa memilih sendiri anggota kelompoknya, karena mereka cenderung akan memilih siswa lain yang setara dengan mereka.

3) Menentukan Skor Awal Pertama

(63)

memberikan tiga kali atau lebih kuis siswa sebagai skor awal. Atau jika tidak, gunakan hasil nilai terakhir siswa dari tahun lalu.

4) Membangun Tim

Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif apa pun, akan sangat baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan pembentukan tim sekedar untuk memberi kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan sesuatu yang mengasyikkan dan untuk saling mengenal satu sama lain. Misalnya, tim boleh saja diberikan kesempatan untuk menciptakan logo tim, baner, lagu, atau syair.

b. Tahap Pengajaran

Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, pengrahan praktis tia komponen dari keseluruhan pelajaran di dalam kelas. Kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut.

c. Tahap Belajar Tim

(64)

dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri sendiri dan teman sekelasnya.

Pada awal pelaksanaan, guru harus menyampaikan kepada para siswa apa artinya bekerja dalam tim. Khususnya sebelum memulai kerja tim guru dapat membahas aturan tim sebagai berikut :

1) Para siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahawa teman satu tim telah mempelajari materi dengan baik.

2) Tidak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman dalam satu tim menguasai pelajaran tersebut.

3) Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu jika belum menguasai sebelum bertanya pada guru.

4) Teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan suara pelan.

d. Tahap Ujian

Pertama, bagikan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada para siswa untuk menyelesaikannya. Siswa dilarang ekerja sama untuk mengerjakan kuis tersebut. Pada saat ini para siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajai secara individual. Buatlah para siswa berpindah meja agar terpisah dari anggota tim. Guru sesegera mungkin memastikan skor kuis dan skor tim untuk digunakan pada kelas selanjutnya.

(65)

1) Menghitung Skor Individual dan Tim

Setelah melaksanakan kuis, sesegera mungkin menghitung skor kemajuan individual dan skor tim,berilah penghargaan kepada tim yang mendapat skor tertinggi. Jika memungkinkan, umumkanlah skor tim. Ini akan membuat jelas hubungan antara melakukan tugas dengan baik dan menerima rekognisi, pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.

a) Poin Kemajuan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka:

Tabel 2.1 Kriteria Poin Kemajuan Siswa

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna (lepas dari skor awal) 30

b) Skor Tim. Untuk menghitung skor tim, catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir. Jika pecahan, skor harus dibulatkan. Skor tim lebih tergantung pada skor kemajuan daripada skor kuis awal.

(66)

Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan disini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

15 ≤ rata-rata skor < 20 Tim Baik ( Good Team )

20 ≤ rata-rata skor < 25 Tim Hebat ( Great Team)

25 ≤ rata-rata skor ≤ 30 Tim Super ( Super Team )

Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi tim sangat baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor di atas skor awal mereka, dan untuk menjadi tim super sebagian besar anggota tim harus memiliki skor setidaknya sepuluh poin di atas skor dasar mereka. Peraturan ini dapat diubah kriterianya.

3) Mengembalikan Kuis Set yang Pertama

Guru akan membagikan kuis set yang pertama kepada para siswa. Guru perlu menjelaskan sistem poin kemajuan tersebut. a) Tujuan utama dari sistem poin kemajuan adalah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan skor awal mereka dan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.

(67)

c) Sistem poin kemajuan ini sifatnya adil karena setiap orang hanya berkompetensi dengan dirinya sendiri dan berusaha untuk menigkatkan kinerja mereka.

4) Menghitung Skor Awal

Pada setiap periode yang telah ditentukan, guru menghitung kembali skor rata-rata siswa pada semua kuis dan berikan skor awal baru siswa.

5) Mengubah Tim

Setelah beberapa kali melakukan STAD atau pada akhir tiap periode yang telah ditentukan, tempatkan kembali para siswa ke dalam tim yang baru. Ini memberikan kesempatan baru kepada siswa yang memiliki skor rendah agar beerja dengan teman yang lain dan jaga agar programnya tetap segar.

6) Memberi Penilaian

Kartu laporan penilaian harus didasarkan pada skor kuis terbaru para siswa, bukan pada poin kemajuan atau skor tim mereka. Akan tetapi, nilai kartu laporan siswa harus terpisah dari skor tim mereka karena nantinya terkesan kurang adil (Robert E. Slavin, 2005: 163)

D. Materi Pembelajaran

(68)

1. Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan 2. Perkalian dan pembagian bilangan pecahan

Materi bilangan pecahan dalam pembelajaran matematika di SMP Bentara Wacana Muntilan menggunakan buku Matematika dan Konsep Aplikasinya untuk Kelas VII SMP yang ditulis oleh Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni pada tahun 2008 yang diterbitkan oleh pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional yang disarikan sebagai berikut:

1. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan

a. Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dengan bilangan bulat

Dalam menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan pecahan dengan bilangan bulat, ubahlah bilangan bulat itu ke dalam bentuk bilangan pecahan dengan penyebut sama dengan penyebut bilangan pecahan itu. Kemudian, jumlahkan atau kurangkan pembilangnya sebagaimana pada bilangan bulat. Jika bilangan pecahan tersebut berbentuk bilangan pecahan campuran, jumlahkan atau kurangkan bilangan bulat dengan bagian bilangan bulat pada bilangan pecahan campuran.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Poin Kemajuan Siswa
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Tim
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Aktifitas Siswa 1
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan RPP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Korpus teks yang paling intensif menggunakan preposisi di untuk menunjukkan tempat berada terdapat dalam korpus teks ilmiah pada data EW dengan

Selama ini, perusahaan hanya melakukan inspeksi dengan cara memisahkan antara produk cacat dan tidak cacat, Perusahaan belum mencari akar penyebab terjadinya cacat tersebut,

Sedangkan dari sisi mediasi, dalam konteks UMKM hasil penelitian ini juga mendukung penelitian hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Newbert et al., (2008) bahwa

Metode evaluasi yang digunakan berdasarkan Kualitas dan Biaya, dimana untuk Evaluasi Kualitas dilakukan terhadap Penawaran File I meliputi administrasi dengan

Bagaimana wujud rancangan Jogja City Walk yang menerapkan konsep green architecture dengan mentransformasikan wisata kuliner dan gaya busana dari berbagai

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. Hasil perhitungan r 11 dibandingkan dengan r tabel pada

Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan yang melecehkan seorang perempuan.. Pada scene 4

Terhadap calon penyedia yang mendaftar pada paket Pengadaan Makan Satwa K-9 Dit Sabhara Polda Sumsel Ta.2015, tidak ada yang mengupload / memasukan penawaran sehingga