• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

TAHUN 2015

DAFTAR ISI

(2)

Halaman

Daftar Isi ...

i

Peraturan Bupati Sarolangun

BAB I

:

PENDAHULUAN ...

1

1.1.

Latar Belakang ...

1

1.2.

Dasar Hukum Penyusunan ...

3

1.3.

Hubungan Antar Dokumen ...

8

1.4.

Sistematika Dokumen RKPD ...

11

1.5.

Maksud dan Tujuan ...

12

BAB II

:

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ...

14

2.1

Gambaran Umum Kondisi Daerah ...

14

2.2

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD ... 80

2.3

Permasalahan Pembangunan ...

221

BAB III

:

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH ...

...

233

3.1.

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ...

234

3.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah ...

240

BAB IV :

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ...

258

4.1.

Tujuan dan Sasaran Pembangunan...

258

4.2.

Prioritas Pembangunan ...

260

BAB V

:

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH... 284

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mewajibkan pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan dari sistem perencanaan pembangunan nasional untuk menghasilkan rencana pembangunan. Untuk itu, setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk menyusun perencanaan pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan serta sesuai dengan kewenangannya, salah satu dokumen perencanaan pembangunan daerah yang disusun untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan daerah dengan melibatkan masyarakat tersebut adalah Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun guna menjamin konsistensi, keterkaitan, dan keselarasan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan daerah. RKPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan pendanaan maju (forward budgeting estimate) untuk 1 (satu) tahun berikutnya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong parsitipasi masyarakat dan dengan mengacu pada RKPD Provinsi dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan RKPD yaitu berdasarkan pendekatan partisipatif, teknokratif, politis serta top-down dan bottom-up planning.

RKPD Tahun 2016 merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk memberikan kepastian kebijakan dalam melaksanakan pembangunan daerah yang berkesinambungan. Proses penyusunan RKPD Tahun 2016 dilakukan melalui rangkaian proses

(4)

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang merupakan forum antar pemangku kepentingan. Pelaksanaan Musrenbang dimulai dari Musrenbang Desa/Kelurahan/Kecamatan, selanjutnya dilaksanakan Forum Gabungan SKPD Kabupaten, dan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi, kesepakatan program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah kabupaten dengan hasil musrenbang kecamatan dan pokok-pokok pikiran DPRD melalui hasil reses dilaksanakan Musrenbang Kabupaten. Hasil Kesepakatan dari Musrenbang Kabupaten digunakan sebagai pedoman utama dalam penyempurnaan Rancangan Akhir RKPD menjadi RKPD Kabupaten Sarolangun Tahun 2016 yang akan ditetapkan melalui Peraturan Bupati.

Penyusunan RKPD Kabupaten Sarolangun Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan tahunan daerah sebagai tahun ke 5 (lima) dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2011- 2016 sebagai upaya untuk terwujudnya masyarakat sarolangun yang lebih maju dan sejahtera. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bersama dalam melaksanakan program dan kegiatan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan. Penyusunan RKPD juga memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, serta diintegrasikan dengan prioritas pembangunan pemerintah provinsi maupun pusat.

Dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) secara umum mempunyai kedudukan yang strategis yang menjembatani antara perencanaan jangka panjang dan jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan. RKPD digunakan sebagai pedoman pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan tahunan bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja SKPD, selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran(KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang kemudian KUA dan PPAS yang telah disepakati digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2016.

(5)

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2016, adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

(6)

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

(7)

18. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

26. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 137);

(8)

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 903);

30. Peraturan Gubernur Jambi Nomor Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jambi Tahun 2016;

31. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 8 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2006-2025;

32. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2016.

33. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2007 Seri E Nomor 2);

34. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 02 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekreatariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Sarolangun (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2008 Nomor 02) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 17 Tahun 2010 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 02 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekreatariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Sarolangun (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2010 Nomor 17);

(9)

35. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 03 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sarolangun (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2008 Nomor 03) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 03 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 03 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sarolangun (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2012 Nomor 03);

36. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 04 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2008 Nomor 04) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 05 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 04 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sarolangun (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2012 Nomor 05);

37. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 02 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sarolangun Tahun 2014 - 2034. (Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 2).

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2016 adalah dokumen perencanaan teknis operasional untuk periode satu tahun. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 serta berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025, dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2006-2025.

(10)

RKPD yang telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati merupakan rencana kerja yang menjadi pedoman utama dalam proses penganggaran penyusunan Rancangan APBD, dan juga digunakan oleh SKPD untuk menyesuaikan Rancangan Renja SKPD menjadi Renja SKPD. Renja SKPD yang telah disyahkan akan dijadikan pedoman bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD, yang nantinya akan dijabarkan dalam R-APBD.

Dalam penyusunan Rancangan Renja-SKPD berpedoman pada Renstra SKPD yang merupakan dokumen rencana pembangunan masing-masing SKPD dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Renja-SKPD merupakan operasionalisasi RKPD oleh SKPD sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD dalam bidang urusan yang menjadi kewenangan daerah dalam rangka mencapai sasaran pembangunan jangka menengah daerah.

Dengan memperhatikan hubungan keterkaitan sebagaimana dijelaskan diatas, maka dalam penyusunan RKPD Kabupaten harus memperhatikan RKP Nasional, RPJM Nasional, RKP, RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra SKPD dan Renja SKPD. Selain itu, jika dilihat hubungan dari dokumen perencanaan lainnya yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), baik RTRW Nasional, RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten. RKPD Kabupaten tidak terpisahkan dengan dokumen perencanaan tata ruang wilayah.

Dengan adanya keterkaitan hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan tersebut merupakan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangnan daerah yang selaras dan sinergis antara dokumen perencanaan tingkat nasional, provinsi Kabupaten, sehingga capaian sasaran pembangunan nasional dan daerah dapat tercapai.

Berdasarkan uraian diatas keterkaitan hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan dan penganggaran baik pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta dengan dokumen perencanaan lainnya dapat dilihat pada masing-masing gambar dibawah ini :

(11)

Gambar 1.1.

Keterkaitan RKPD dengan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran

Gambar 1.2.

Keterkaitan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Tata Ruang Wilayah

(12)

1.4. Sistematika Dokumen RKPD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2016, disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUN

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan

BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

4.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Tahun (n) BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

(13)

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2016, yakni sebagai berikut :

1. Untuk menjamin adanya keterkaitan dan konstistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan dalam jangka waktu satu tahun anggaran.

2. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang memberikan strategi pembangunan daerah dan program pembangunan daerah serta sasaran-sasaran strategis yang ingin dicapai selama periode 1 (satu) tahun.

3. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

4. Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan. 5. Menyediakan pedoman bagi pemerintah daerah dan juga bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) dalam menentukan program dan kegiatan prioritas pembangunan.

Sedangkan tujuan dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2016, adalah sebagai berikut :

1. Menjabarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2016 kedalam rencana program dan kegiatan prioritas pembangunan tahun 2016. 2. Menjadi pedoman utama dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (R-APBD) Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2016.

3. Sebagai pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran 2016.

4. Sebagai pedoman bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD Tahun Anggaran 2016.

(14)

5. Tersedianya daftar prioritas kegiatan pembangunan Kabupaten Sarolangun tahun 2016 yang sesuai dengan besaran plafon anggaran yang telah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan baik dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten.

6. Terjaminnya konsistensi antara hasil Musrenbang dengan RKPD dalam penganggaran.

7. Menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah.

(15)
(16)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

a. Karakteristik lokasi dan wilayah

1) Luas dan batas wilayah administrasi

Luas Wilayah Kabupaten Sarolangun 6.174 km², dengan luas masing-masing kecamatan adalah : Kecamatan Batang Asai 858 km² (13,90%), Kecamatan Limun 799 km² (12,94%), Kecamatan Cermin Nan Gedang 320 km² (5,18%), Kecamatan Pelawan 330 km² (5,34%), Kecamatan Singkut 173 km² (2,80%), Kecamatan Sarolangun 319 km² (5,17%), Kecamatan Batin VIII 498 km² (8,07%), Kecamatan Pauh 1.770 km² (28,67%), Kecamatan Air Hitam 471 km² (7,63%), Kecamatan Mandiangin 636 km² (10,30%), dimana Kecamatan Pauh merupakan kecamatan terluas sedangkan Kecamatan Singkut merupakan kecamatan dengan luas paling kecil. Batas-batas wilayah Administrasi Kabupaten Sarolangun Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Musi Banyuasin. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin.

Secara administratif, Kabupaten Sarolangun terbagi ke dalam 10 Kecamatan, 9 Kelurahan, dan 149 Desa, yaitu :

(17)

No Kecamatan Kelurahan Desa Jumlah

1 Batang Asai -- 23 23

2 Limun -- 16 16

3 Cermin Nan Gedang -- 10 10

4 Pelawan -- 14 14 5 Singkut 1 12 13 6 Sarolangun 6 10 16 7 Bathin VIII 1 14 15 8 Pauh 1 13 14 9 Air Hitam -- 9 9 10 Mandiangin -- 28 28 Jumlah 9 149 158

2) Letak dan kondisi geografis

a) Posisi astronomis

Secara geografis Kabupaten Sarolangun berada pada posisi astronomi 1020 03’ 39” sampai 1030 13’ 17” BT dan 010 53’ 39” LS sampai 020 46’ 24” LS (Meridian Greenwich), dengan posisi geostrategis terletak di wilayah Barat Provinsi Jambi, ditengah pulau sumatera dan dilalui oleh jalan lintas tengah sumatera/Trans Sumatera, serta berdekatan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand sebagai tujuan ekspor produk pertanian dan industri pengolahan.

3) Topografi

Kabupaten Sarolangun terletak pada ketinggian 20 sampai dengan 1.950 m dari permukaan laut (dpl). Jumlah dataran rendah Kabupaten Sarolangun seluas 5.248 Km² atau (85%) dan dataran tinggi : 926 Km² (15%), didominasi oleh bentuk

(18)

wilayah berombak (23,49%), datar (23,32%), kemudian diikuti oleh bentuk wilayah bergelombang yang mencapai 18,29% dari luas kabupaten. Bentuk wilayah berbukit mencapai 11,90%, berbukit kecil sekitar 6,62% dan cekung sekitar 5% sisanya 11,38% merupakan daerah dengan bentuk wilayah bergunung. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 88,51% wilayah Kabupaten Sarolangun potensial untuk pertanian.

Bentuk wilayah berombak dengan lereng 3–8% merupakan bentuk wilayah dominan daerah penelitian dengan luas 145.039 Ha atau 23,49% dari luas kabupaten. Di wilayah Kecamatan Air Hitam dijumpai di sekitar Desa Bukit Suban, Desa Pematang Kabau, Lubuk Jering, Jernih dan Desa Lubuk Kepayang. Di wilayah Kecamatan Mandiangin dapat dijumpai di Desa Kertopati, Mandiangin Tuo, Gurun Tuo, Gurun Tuo Simpang, Mandiangin, Taman Dewa dan Petiduran Baru. Di wilayah Kecamatan Pauh dapat dijumpai di Desa Semaran, Lubuk Napal, Lamban Sigatal sampai Desa Sepintun. Di wilayah Kecamatan Bathin VIII dijumpai di Desa Teluk kecimbung, Batu Penyabung dan Pulau Buayo. Di Kecamatan Pelawan terdapat di Desa Rantau Tenang, Desa Pelawan, Desa Batu Putih. Di Kecamatan Singkut dapat dijumpai di Desa Bukit Tigo, Sungai Benteng, Sungai Gedang, Perdamaian dan Sungai Merah. Di wilayah Kecamatan Limun terdapat di Desa Tanjung Raden, Desa Monti, Tanjung Raden sampai Desa Temenggung Dusun Mengkadai. Di Kecamatan Cermin Nang Gedang dapat dijumpai di Desa Lubuk Resam, Teluk Tigo. Di Kecamatan Batang Asai dijumpai di Desa Kasiro, Desa Bukit Kalimau Ulu dan Desa Muara Cuban.

Bentuk wilayah bergelombang, lereng 8–15% menyebar sekitar 18,29% atau 112.917 Ha. Di Kecamatan Air Hitam dijumpai di kaki Bt. Suban punai banyak (164 m) dan di sekitar Pegunungan Dua Belas. Di Kecamatan Mandiangin dijumpai di sekitar Desa Bukit Peranginan, Petiduran Baru, Guruh Baru, Butang Baru dan Pemusiran. Di Kecamatan Pauh dijumpai di sekitar Desa Karang Mendapo. Di wilayah

(19)

Kecamatan Pelawan dan Singkut dijumpai di Desa Pasar Singkut, Sungai Merah. Di Kecamatan Limun dijumpai di sekitar Dusun Kampung Pondok. Di Kecamatan Batang Asai dijumpai di sekitar Desa Sungai Bemban.

Bentuk wilayah berbukit kecil, lereng 15–25% menyebar sekitar 40.847 Ha dijumpai di sekitar Bt. Subanpunaibanyak (164 m) dan Pegunungan Dua Belas wilayah Kecamatan Air Hitam. Sekitar Desa Jati Baru di Kecamatan Mandiangin, Dusun Mengkua, Dusun Rantau Alai, Desa Ranggo, Dusun Muara Mensao, B. Rebah dan B. Kutur di Kecamatan Limun. Di wilayah Kecamatan Pelawan dan Kecamatan Singkut dijumpai di Desa Pasar Singkut, Sungai Merah. Di Kecamatan Batang Asai dijumpai di sekitar Dusun Batu Kudo, Desa Pulau Salak Baru, Kasiro Ilir dan Sungai Baung.

Bentuk wilayah berbukit, lereng 25–40% menyebar sekitar 73.487 Ha atau 11,90%. Bentuk wilayah ini paling luas dijumpai di Kecamatan Limun. Berdasarkan hasil analisis hampir 50% dari Kecamatan Limun mempunyai bentuk wilayah berbukit, mulai dari Dusun Bukit Melintang, Desa Napal Melintang, Desa Lubuk Bedorong, Bt. Tinjaulimun (667 m) sampai Dusun Kampung Manggis dan Dusun Simpang Melako. Di Kecamatan Batang Asai bentuk wilayah berbukit dijumpai di Desa Batu Empang, Simpang Narso, Tambak Ratu, Dusun Renah Pisang Kemali dan Dusun Rantau Panjang. Di Kecamatan Air Hitam bentuk wilayah berbukit merupakan Pegunungan Dua Belas, yaitu G. Panggang (328 m) dan Bt. Kuaran (328 m).

4) Geologi

Struktur geologi Kabupaten Sarolangun/Stratigrafi bahan induk tanah di Kabupaten Sarolangun berdasarkan umur dikelompokkan menjadi 3 (tiga) area, yaitu : Batuan Pra-Tersier, Tersier dan Kuarter. Uraian masing-masing bahan induk tanah tersebut adalah sebagai berikut :

(20)

Batuan Pre-Tersier

Batuan Metamorfik dan Batuan Intrusi yang tergolong berumur Pre-Tersier di daerah ini termasuk kedalam Formasi Rawas (Jrs), Batu sabak (Ptsb) dan Formasi Pelepat. Formasi ini terdapat di daerah perbukitan dan kaki pegunungan yang merupakan rangkaian dari Bukit Barisan. Batuan ini menyebar di bagian barat daya Kabupaten Sarolangun. Batuan intrusi bersifat granitik dan andesitik muncul di beberapa tempat secara sporadis. Ketiga formasi geologi ini menurunkan bahan induk tanah batuliat. Secara umum yang dihasilkan dari bahan induk ini mempunyai tekstur halus, drainase agak baik (sedang), peka erosi dan tingkat kesuburan tanah rendah sampai sangat rendah serta kejenuhan Al tinggi. tanah ini sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan.

Batuan Tersier

Batuan sedimen yang tergolong berumur Tersier di daerah ini termasuk ke dalam Formasi Palembang Anggota Tengah berumur Pliosen (Tppp) bersusunkan batu pasir dan batu liat. Formasi Palembang Anggota Bawah (Tmpl), namun tak selaras ditutupi oleh Formasi Palembang Anggota Atas (Qtpv). Ketebalan berkisar 50-60 m dan pada umumnya lebih tebal di sekitar daerah antiklinal (punggung). Di beberapa tempat tersusun dari batu napal yang termasuk kedalam Formasi Telisa Anggota Atas berumur Miosen (Tmts). Pada bagian barat daya terdapat batuan Volkan Tua bersifat andesitik berumur Oligosen (Tov). Bahan induk tanah yang dihasilkan dari batuan tersier ini adalah batu pasir dan batu liat. Tanah yang dihasilkan mempunyai tekstur halus sampai sedang, drainase baik sampai agak baik (sedang), kesuburan tanah rendah dan kejenuhan Al tinggi. Tanah sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan.

(21)

Batuan Kuarter

Batuan sedimen berumur Kuarter di daerah ini termasuk ke dalam Formasi Palembang Anggota Atas (Qtpv). Batuan formasi ini terdiri dari bahan tuf masam dan batuliat. Formasi ini terbentuk selama setengah orogenesis Plio-Pleistosen dan terletak tak selaras di atas Formasi Palembang Anggota Tengah, umur diperkirakan antara Pleistosen Atas dan Pleistosen yang merupakan akhir proses susut laut. Formasi ini menurunkan bahan induk tanah tuf dan batu liat. Tanah yang dihasilkan mempunyai tekstur halus, drainase agak baik (sedang), tingkat kesuburan tanah sangat rendah dan kejenuhan Al sangat tinggi. tanah ini sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan. Bahan volkanik kerucut volkan G. Ungkat umumnya bersusunkan andesitik, dijumpai di bagian barat. Endapan aluvial berupa pasir, debu, liat dan bahan organik dijumpai di sekitar jalur aliran sungai dan pelembahan tertutup/ cekungan berumur paling resen (muda). Tanah yang dihasilkan dari bahan volkanik dan endapan aluvial dicirikan oleh tekstur yang berstratifikasi sebagai akibat dari pengendapan bahan yang berulang-ulang. Tingkat kesuburan tanah tergolong sedang. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura (sayuran). Setempat di daerah cekungan dijumpai tanah organik dengan tingkat kematangan saprik sampai hemik yang potensial untuk pengembangan hortikultura dan tahunan (perkebunan).

Untuk jenis Tanah yang dijumpai di Kabupaten Sarolangun dan padanannya menurut sistem klasifikasi tanah nasional, uraian masing-masing ordo tanah sebagai berikut:

(22)

Histosols

Histosols disebut juga tanah Gambut atau Organosols, merupakan tanah yang terbentuk akibat proses penimbunan bahan organik karena selalu jenuh air. Dalam kondisi demikian sirkulasi oksigen jadi terhambat dan dekomposisi bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi atau penumpukan bahan organik. Tanah gambut di Kabupaten Sarolangun dijumpai pada landform gambut topogen air tawar diwilayah Kecamatan Air Hitam, Pauh, Pelawan, Singkut dan Sarolangun. Pada tingkat sub grup hanya menurunkan Typic Haplohemists.

Typic Haplohemists

merupakan tanah organik yang sangat dalam (> 25 cm), tersusun dari bahan organik dengan tingkat kematangan sedang (hemik) dan drainase sangat terhambat. Tanah ini mempunyai tingkat kemasaman tinggi (pH 3,5–3,9), kandungan C-organik sangat tinggi sedangkan N rendah, sehingga rasio C/N sangat tinggi (> 25 cm). P Potensial tinggi di lapisan atas dan rendah dilapisan bawah, sedangkan ketersediaannya sangat rendah sampai rendah. K potensial sedang di lapisan atas dan rendah dilapisan bawah, demikian juga dengan ketersediaannya (K-dd). Hara dapat tukar lainnya, seperti (C-dd) sangat rendah sampai rendah, Mg (Mg-dd) sedang sampai tinggi dan Na (Na-dd) rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) sangat tinggi, kejenuhan basa (KB) sedang sampai tinggi, demikian juga dengan kejenuhan alumuniumnya. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah gambut di daerah Kabupaten Sarolangun mempunyai tingkat kesuburan tanah tergolong sedang. Saat ini sebagian besar tanah telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit. Selain untuk perkebunan kelapa sawit, tanah gambut juga potensial untuk tanaman hortikultura. Pengaturan tata air sangat diperlukan di daerah gambut. Selain itu, pengapuran untuk memperbaiki pH perlu dilakukan.

(23)

Entisols

Entisols merupakan tanah-tanah muda karena belum mempunyai perkembangan profil. Tanah ini dikenal juga sebagai tanah Aluvial Coklat. Di Kabupaten Sarolangun Entisols yang dijumpai berkembang dari alluvium berupa liat, debu dan pasir di sepanjang jalur aliran anak-anak sungai B. Tembesi, B. Merangin, B. Asai dan B. Limun, seperti S. Air Hitam, S. Ketalo, S. Sekais, S. Belato dan lain-lain. Pada tingkat sub grup, Entisols hanya menurunkan Typic Udifluvents. Tanah sangat dalam (> 100 cm), tekstur bervariasi dan berlapis-lapis (stratified) sebagai akibat proses pengendapan yang berulang-ulang. Struktur lemah sampai masif dan konsistensi gembur (lembab). Reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 4,2–5,5), C-organik tinggi di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan hara N. Sedang P dan K potensial tinggi sampai sangat tinggi, dan ketersediaannya sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa (KB) tinggi sampai tinggi. Kejenuhan Al sedang sampai tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan sedang. Tanah ini potensial untuk pertanian tanaman pangan lahan kering (palawija). Kendala pengembangan pertanian pada tanah ini, selain potensi banjir, tanah ini masih memerlukan pemupukan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah.

Inceptisols

Inceptisols adalah tanah yang sudah mengalami perkembangan profil, namun masih tergolong muda. Di Kabupaten Sarolangun, Inceptisols terbentuk dari endapan sungai, batuan sedimen (berupa batu liat, batu pasir dan batuan malihan), batuan vulkanik (berupa tuf dasit dan granit) dan batu kapur pada landform Peneplain Datar

(24)

sampai Bergelombang, Punggung Antiklin pada perbukitan Paralel, Pegunungan Tektonik, Dataran Volkan Tua dan Intrusi Volkanik.

Dystrudepts

Udepts di Kabupaten Sarolangun menurunkan Dystrudepts dan Eutrudepts. Dystrudepts terbentuk dari batu pasir, batu liat, tuf dasit dan granit. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Sarolangun didominasi oleh tanah Dystrudepts yang setara dengan Podsolik Coklat Kemerahan. Tanah dalam sampai sangat dalam, solum tebal, drainase baik dan tekstur tanah agak halus. Reaksi tanah masam sampai sangat masam (pH 3,6–5,2), C-organik sedang sampai sangat tinggi dilapisan atas, rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan hara N. Sedang P dan K potensial umumnya rendah, dan ketersediaannya sangat rendah. Basa-basa dapat tukar lainnya, seperti Ca, Mg dan Na (Ca-dd, Mg-dd dan Na-dd) umumnya sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) umumnya rendah dan kejenuhan basa sedang, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah. Pada tingkat sub grup, Dystrudepts menurunkan Oxic Dystrudepts karena mempunyai KTK liat < 24 cmol/kg, Humic Dystrudepts karena mempunyai lapisan atas berwarna gelap dengan ketebalan > 18 cm dan lainnya sebagai Typic Dystrudepts. Secara umum tanah ini potensial untuk tanaman tahunan/ perkebunan. Faktor pembatas adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah, pH tanah masam dan tingginya kejenuhan Al. Pemupukan sangat diperlukan, terutama pada awal pertumbuhan. Selain pemupukan, pengapuran untuk memperbaiki pH dan menigkatkan kejenuhan basa serta menekan kejenuhan Al perlu dilakukan. Pada daerah-daerah berlereng, usaha tani konservasi sangat disarankan terutama pada tanah-tanah berbahan induk yang peka terhadap erosi, seperti batu liat dan batu pasir.

(25)

Eutrudepts

Eutrudepts di daerah Kabupaten Sarolangun berkembang dari bahan alluvium, batu kapur dan batuan volkanik (granit) pada landform dataran banjir dari sungai bermeander, Peneplain Datar dan Bergelombang serta Dataran Volkanik Tua. Tanah dalam sampai sangat dalam, solum tebal, drainase baik dan tekstur halus (liat). Tanah ini setara dengan Latosol Coklat. Reaksi tanah umumnya masam sampai agak masam (pH 4,5–6,5), C-organik tinggi di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan N. Sedang P tersedia rendah sampai sangat rendah. Basa-basa dapat tukar seperti, Ca dan Mg tinggi pada tanah-tanah yang berkembang dari batu kapur dan rendah sampai sangat rendah dari granit. K-dd umumnya sedang dan Na rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation umumnya sedang dan kejenuhan basa sangat tinggi pada tanah-tanah yang berkembang dari alluvium dan granit serta sangat rendah dari batukapur. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan sedang. Pada tingkat sub grup Eutrudepts menurunkan Humic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts. Tanah potensial untuk tanaman pangan dan tanaman tahunan/ perkebunan. Faktor pembatas untuk pengembangan tanaman pangan adalah tekstur tanah halus, sehingga akan menghambat dalam pengolahan tanahnya. Penambahan bahan organik untuk mengurangi pengaruh tekstur tersebut sangat diperlukan. Selain bahan organik, penambahan pupuk anorganik (hara N, P dan K) untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah masih diperlukan. Pada daerah-daerah berlereng usahatani perlu diterapkan.

(26)

Endoaquepts

Endoaquepts adalah Inceptisols yang selalu jenuh air atau sebagian besar alami tahun-tahun normal jenuh air. Di sepanjang Dataran Banjir B. Tembesi, B. Merangin, B. Asai dan B. Limun, Endoaquepts menurunkan Typic Endoaquepts dan di dataran alluvial S. Putih dan S. Kujung sekitar Desa Bukitsuban, wilayah Kecamatan Air Hitam menurunkan Fluvaquentic Endaquepts.

Typic Endoaquepts

mempunyai penampang tanah dalam tekstur halus (liat) drainase terhambat. Reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH < 5,5), C-organik tinggi dilapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, hara N sedang di lapisan atas dan rendah di lapisan bawah. P potensial rendah sampai sedang, dan ketersediaannya sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. K potensial rendah sampai sangat rendah, demikian juga ketersediaannya . Basa-basa lain seperti Ca, Mg dan Na sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation rendah sampai sedang. Kejenuhan basa sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan karakteristik kimia tersebut, Typic Endoaquepts di Kabupaten Sarolangun tergolong tanah dengan tingkat kesuburan rendah. Karena posisi geografi yang berada di daerah datar (lereng 0–3%) dan sumber daya air yang cukup dari B. Tembesi, B. Merangin, B. Asai dan B. Limun, daerah ini potensial untuk pengembangan padi sawah. Namun tanah ini memerlukan perbaikan pH dan menekan kejenuhan Al.

(27)

Fluvaquentic Endoaquepts

Mempunyai penampang tanah sangat dalam, tekstur agak halus (liat berlempung) dan drainase terhambat. Secara umum Fluvaquentic Endoaquepts mempunyai Typic Endoaquepts. Hal ini terlihat dari reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 5,4– 6,2), C-organik tinggi di lapisan atas dan berfluktuasi di lapisan bawah, hara N sedang di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah. P potensial sangat tinggi di lapisan atas, sedang sampai sangat tinggi di lapisan bawah, sedangkan ketersediaannya sangat rendah. K potensial rendah sampai sangat rendah, demikian juga ketersediaannya . Basa-basa lain seperti Ca, Mg dan Na sangat rendah Kemampuan tanah mempertukarkan kation rendah sampai sedang. Kejenuhan basa sangat tinggi dan kejenuhan Al sangat rendah. Berdasarkan karakteristik kimia tersebut, Fluvaquentic Endoaquepts mempunyai tingkat kesuburan tanah sedang. Berdasarkan posisi geografi yang berada di daerah datar (lereng 0–3%), tanah ini potensial untuk padi sawah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, masih diperlukan pemupukan yang berimbang, terutama hara N, P dan K.

Alfisols

Alfisols adalah tanah yang sudah cukup berkembang, ditandai dengan adanya horizon akumulasi liat (argilik). Di daerah Kabupaten Sarolangun, Alfisols berkembang dari andesit pada landform Pegunungan Volkan Tua dan batuan sedimen pada landform Peneplain Berombak. Pada tingkat grup, Alfisols hanya menurunkan Hapludalfs dan pada tingkat sub grup menghasilkan Humic Hapludalfs dan Typic Hapludalfs. Berikut disajikan karakteristik masing-masing sub grup Alfisols di Kabupaten Sarolangun.

(28)

Humic Hapludalfs

adalah grup Hapludalfs yang mempunyai lapisan atas berwarna gelap dengan ketebalan > 18 cm. Tanah dalam, tekstur agak halus dan drainase baik. Hapludalfs yang berkembang dari batuan sedimen ini mempunyai reaksi tanah yang sangat masam (pH < 4,5). C-organik rendah sampai sangat rendah, demikian juga hara N. P potensial sedang di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, sedangkan ketersediaannya sangat rendah. K potensial rendah, demikian juga ketersediaannya . Basa-basa lain seperti Ca rendah, Mg rendah sampai sedang dan Na rendah sampai sangat rendah. Kapasitas tanah mempertukarkan kation rendah dan kejenuhan basa sedang sampai sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tanah tersebut, Humic Hapludalfs mempunyai tingkat kesuburan yang tergolong rendah. Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman pangan maupun perkebunan. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik (puk N, P dan K) bantu perbaikan sifat kimia tanah serta pengapuran untuk memperbaiki pH tanah dan menekan kejenuhan Al sangat penting dilakukan.

Typic Hapludalfs

mempuyai penampang tanah dalam, tekstur agak halus dan drainase baik. Hapludalfs ini mempunyai reaksi tanah masam (pH 5,2–5,4), C-organik sangat rendah, demikian juga hara N. Mempunyai P potensial sangat rendah dan ketersediaannya rendah. K. Potensial tinggi dan ketersediaannya sedang sampai tinggi. Basa-basa lain seperti Ca rendah, Mg tinggi dan Na rendah sampai sangat rendah. Kapasitas tanah mempertukarkan kation rendah sampai sedang dan kejenuhan basa sedang sampai sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut, Typic Hapludalfs mempunyai tingkat kesuburan yang tergolong rendah. Penyebarannya dijumpai di Desa Muaroduo dan lereng Bt. Gedang, wilayah Kecamatan Batang Asai. Tanah ini di jumpai di daerah bergunung pada lereng > 40%. Tanah ini tidak

(29)

potensial untuk pertanian dan sebaiknya tetap sebagai hutan untuk menyangga (buffer) ekosistem di bawahnya.

Oxisols

Oxisols adalah tanah yang sudah mengalami perkembangan lanjut, ditandai oleh horizon bawah permukaan oksik, yaitu horizon yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) liat < 16 cmol/kg liat. Di daerah Kabupaten Sarolangun Oxisols terbentuk dari batu liat, batu pasir dan granit. Tanah ini dikenal juga sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK) dan pada tanah-tanah yang warnanya homogeny. Ordo tanah ini hanya menurunkan grup Kandiudox dan pada tingkat sub grup menurunkan Typic Kandiudox. Penyebarannya terdapat pada landform Peneplain Datar sampai Berombak dengan lereng 0–8%, Dataran Volkanik Tua pada bentuk wilayah berombak, lereng (3–8%) dan Perbukitan Tektonik pada bentuk wilayah berbukit, lereng 25–40%. Penyebaran tanah ini terdapat di Kecamatan Mandiangin, Air Hitam, Pauh, Batang Asai, Sarolangun, Pelawan, Singkut dan Limun.

Typic Kandiudox

tergolong tanah sangat dalam, drainase baik, tekstur halus (liat), reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 3,4–5,2), C-organik rendah di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan hara N. Sedang P dan K potensial sangat rendah dan rendah ketersediaannya . Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman tahunan/ perkebunan. Kendala utamanya adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah dan kejenuhan alumunium sangat tinggi. Perlu perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dan

(30)

pengapuran. Selain faktor-fakor pembatas di atas, pada daerah-daerah berlereng perlu menerapkan teknik konservasi tanah untuk mengurangi bahaya erosi.

Ultisols

Ultisols adalah tanah yang sudah mengalami perkembangan lanjut (tua), dicirikan oleh adanya horizon akumulasiliat (argilik) dan kejenuhan basa (KB) < 35%. Di Kabupaten Sarolangun Ultisols terbentuk dari batu liat, batu pasir, tuf dasit dan granit. Ultisols di daerah Kabupaten Sarolangun menurunkan ordo Udults dan Humults yang masing-masing menurunkan grup Hapludults dan Haplohumults. Pada tingkat grup menghasilkan Typic Hapludults dan Typic Haplohumuts. Penyebarannya terdapat pada landform Peneplain Berombak sampai Bergelombang, lereng 3-15%, Dataran Volkanik Tua, bentuk wilayah berbukit kecil dengan lereng 15–25%, Pegunungan Volkanik Tua, bentuk wilayah bergunung dengan lereng > 40%, Perbukitan Tektonik, bentuk wilayah berbukit dengan lereng 25 – 40% dan Dataran Volkanik Tua, bentuk wilayah bergelombang dengan lereng 8 – 15%. Terdapat di Kecamatan Mandiangin, Air Hitam, Pauh, Batang Asai, Pelawan, Singkut, Limun dan Bathin VIII.

Hapludults

tergolong tanah sangat dalam, drainase baik, tekstur agak halus (lempung berliat) di lapisan atas dan halus (liat) di lapisan bawah. Reaksi tanah masam, C-organik sangat rendah, hara tersedia seperti N sedang di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah. P dan K potensial sangat rendah, demikian juga ketersediaannya . Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) sedang dan kejenuhan basa (KB) sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini potensial untuk

(31)

pengembangan tanaman tahunan/perkebunan. Kendala utamanya adalah rendahnya kesuburan tanah dan kejenuhan alumunium sangat tinggi. Perlu perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dan pengapuran.

Haplohumults

tergolong tanah dalam sampai sangat dalam, drainase baik dan tekstur agak halus (lempung berdebu). Reaksi tanah masam sampai sangat masam, C-organik tinggi di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah. Hara seperti N sedang di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah, P potensial sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah, sedangkan ketersediaannya sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) rendah sedangkan kejenuhan Al tinggi sampai sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman tahunan/perkebunan kecuali pada wilayah bergunung. Sebaiknya pada wilayahnya (bergunung) tetap dipertahankan sebagai hutan untuk menyangga ekosistem di bawahnya. Kendala utamanya untuk pertanian adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah dan tingginya kejenuhan Al. Perlu perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dan pengapuran untuk memperbaiki pH dan menekan kejenuhan Al terutama awal pertumbuhan tanaman.

5) Hidrologi

Keadaan umum hidrologi Kabupaten Sarolangun, memiliki 4 sungai besar, yaitu Batang Merangin, Batang Tembesi, Batang Asai dan Batang Limun. Uraian masing-masing sungai tersebut adalah sebagai berikut :

a. Batang Merangin berhulu di D. Tujuh melewati Sungai Manau, Kabupaten Bangko (Ibukota Kab. Merangin) menuju Kabupaten Sarolangun. Di Kabupaten Sarolangun,

(32)

Batang Merangin ini bermuara di Sungai Pelakar dan di Desa Batu Kucing (wilayah Kecamatan Pauh), yang selanjutnya B. Merangin bermuara ke B. Tembesi.

b. Batang Tembesi berhulu di G. Masurai (2.935 m) yang merupakan deretan Pegunungan Bukit Barisan. Dari G. Masurai melewati jangkat dan Muara Siau terus ke Kabupaten Sarolangun. Di Kabupaten Sarolangun ke. B. Tembesi bermuara S. Sekamus, S. Kolang, S. Penarun, S. Selembau dan B. Limun. Setelah melewati wilayah Kabupaten Sarolangun B. Tembesi terus ke utara menuju Kabupaten Batanghari. c. Batang Asai berhulu di G. Gedang (2.447 m), wilayah Kecamatan Batang Asai. Sungai

ini melewati dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Batang dan Kecamatan Limun. Sebelum bermuara ke S. Limun di Ma. Limun, Sungai B. Asai bermuara ke beberapa sungai, di antaranya S. Tangkui, S. Kinantan, S. Merandang, S. Melinau, S. Penetai, S. Pebaik, S. Perambil dan S. Belakang.

d. Batang Limun bermuara ke Muara B. Limun di sekitar Kabupaten Sarolangun dan selanjutnya ke B. Tembesi. Sungai B. Limun ini bermuara S. B. Limun, S. Kutur, S. Mensao, S. Mengkadai, Bt. Rebah, S. Singkut dan S. Jelapang. Untuk mendukung usaha pertanian di Kecamatan Limun, telah dibangun DAM KUTUR yang mengairi daerah persawahan di sekitar Kecamatan Limun namun belum termanfaatkan secara optimal.

Kabupaten Sarolangun beriklim tropis dengan keadaan iklim rata-rata berkisar antara 230 C sampai dengan 320 C, dengan kelembaban udara rata-rata 78% dengan curah hujan rata-rata sebesar 260 mm/tahun.

6) Klimatologi

Secara umum Kabupaten Sarolangun beriklim tropis dengan tipe iklim hujan hutan tropis dengan temperatur rata-rata 26,90 0C. Suhu minimum adalah 21,90 0C dan maksimum 320 0C. Curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm/tahun.

(33)

Sedangkan jumlah hari hujan rata-rata 140 – 270 hari/tahun. Bulan-bulan yang paling sedikit hari hujan adalah bulan Juni, Juli dan Agustus, sedangkan yang paling banyak curah hujannya yaitu pada bulan Oktober, November, Desember dan Januari dengan distribusi curah hujan cukup merata.

7) Penggunaan lahan

Untuk penggunaan lahan Kabupaten Sarolangun dapat dibedakan menjadi 6 (enam) kemampuan lahan sebagai kawasan budidaya sebagai berikut :

Kelas I

Lahan ini bernilai baik sampai sangat baik, hanya sedikit pembatas dalam pemakaian. Lahan ini dapat diusahakan secara intensif untuk pertanian. Kelas kemampuan lahan I dicirikan dengan sudut lereng 0-2%, tanah tidak mengandung batu-batu/bongkahan, kedalaman efektif tanah > 90 cm, tekstur tanah halus, permeabilitas sedang sampai baik, drainase baik, tanpa erosi dan beririgasi teknis. Dalam rencana arah pengembangannya adalah tetap mempertahankan lahan sawah yang telah ada untuk mendukung swasembada pangan Jambi maupun Nasional. Sedang lokasi yang mempunyai aksesibilitas tinggi kemungkinan dapat dikembangkan menjadi pusat kegiatan non pertanian (perkotaan).

Kelas II

Lahan ini akan mempunyai nilai yang baik apabila dilakukan usaha pengawetan/pemeliharaan secara sederhana. Perbedaan dengan kelas kemampuan lahan I disebabkan oleh adanya perbedaan sudut lereng, sistem irigasi dan tekstur tanahnya.

(34)

Kelas III

Lahan ini bernilai sedang yang dapat diusahakan dengan cara pengawetan dan pemeliharaan yang intensif seperti penterasan, penanaman searah garis kontur dan sebagainya. Lahan ini dirincikan dengan sudut lereng antara 2–13%, kedalaman efektif tanah > 90 cm, batuan permukaan sedikit dan erosi ringan. Rawa-rawa juga termasuk dalam kelas ini.

Kelas IV

Lahan ini cocok untuk tanaman keras/perkebunan karena lahan ini mempunyai sudut lereng 7–140%, peka terhadap erosi dan batuan di permukaan tanah maupun di dalam tanah > 10%. Dalam arahan pengembangannya direncanakan bagi pengembangan pertanian tanaman lahan kering, dan wilayah lindung termasuk buffer zone serta kawasan cagar alam.

Kelas V

Lahan ini baik ditanami dengan vegetasi penutup atau sebagian kawasan hutan. Lahan ini pada umumnya mempunyai kemiringan yang terjal, sifat tanah peka terhadap erosi.

Penggunaan lahan saat ini sebagian besar berupa kebun campuran dan tegalan. Arahan pengembangan lahan ini direncanakan menjadi kawasan lindung dan buffer zone terutama bagi lokasi dengan kelas lereng yang curam. Sedang lahan dengan kelas lereng agak datar dapat dikembangkan untuk budidaya pertanian lahan kering termasuk tanaman tahunan.

(35)

Kelas VI

Lahan ini mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan lahan kelas V tetapi memerlukan perlakuan yang lebih khusus karena mempunyai sudut lereng 55 – 140%, kedalaman efektif tanah < 30 cm, permukaan dan di dalam tanah banyak mengandung batu yang mengganggu dalam pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman.

Selain itu Kabupaten Sarolangun terdapat 3 (tiga) macam kawasan lindung yaitu :

1. Kawasan Hutan Lindung

2. Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas. 3. Cagar Alam Durian Luncuk I

b. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan karakteristik struktur ruang menggambarkan bagaimana pembagian kegiatan di wilayah Kabupaten Sarolangun dengan pembagian pusat dan sub-pusat. Struktur ini kemudian diterjemahkan/dijabarkan dalam bentuk pemanfaatan lahan. Dengan mengkaji dan menganalisis struktur ruang dan pemanfaatan lahan akan diketahui bagaimana pola dan perkembangan Kabupaten Sarolangun sehingga nantinya dalam penyusunan rencana akan dapat dirumuskan struktur ruang dan pemanfaatan lahannya yang paling tepat dan sesuai bagi Kabupaten Sarolangun.

Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat dilanjutkan dengan verifikasi lapang, penggunaan lahan Kabupaten Sarolangun dikelompokkan menjadi 10 satuan penggunaan lahan, yaitu sawah, kebun campuran, kebun karet rakyat, kebun kelapa sawit, belukar, hutan, rumput alang-alang, permukiman dan genangan.

(36)

Penggunaan lahan sawah di daerah Kabupaten Sarolangun terdiri dari sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi adalah sawah yang sumber airnya berasal dari air irigasi, baik teknis, setengah teknis, sederhana maupun irigasi desa/non PU. Sawah irigasi umumnya diusahakan padi sawah 2 kali dalam setahun. Sedang sawah tadah hujan merupakan sawah yang sumber airnya berasal dari air hujan. Sawah ini pada musim hujan ditanami padi sawah, sedangkan pada musim kemarau ditanami palawija, seperti jagung dan kedelai. Penggunaan lahan ini menyebar sepanjang B. Tembesi dan di wilayah Kecamatan Batang Asai, yaitu Desa Sungai Baung, Kasiro, Muaro Air Duo dan sekitar Desa Meribung dan Mersip. Secara keseluruhan penggunaan lahan sawah adalah 3.819 Ha atau 0,62% dari luas Kabupaten Sarolangun.

Kebun Campuran

Kebun campuran adalah penggunaan lahan yang pengusahaan lahannya terdiri atas tanaman tahunan dan tanaman semusim. Selain kedua jenis tanaman tersebut, pada tipe penggunaan ini juga dijumpai pemukiman. Tanaman tahunan yang diusahakan umumnya adalah tanaman buah-buahan, seperti duku, durian, jeruk, manggis dan pisang. Tanaman pangan lahan kering yang diusahakan adalah padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Secara keseluruhan luas penggunaan lahan ini mencapai 36.026 Ha atau 5,84% dari luas Kabupaten Sarolangun.

Kebun Karet

Potensi perkebunan di Kabupaten Sarolangun cukup menjanjikan dan pada umumnya adalah perkebunan rakyat. Karet merupakan komoditas perkebunan utama yang diusahakan masyarakat di daerah Kabupaten Sarolangun. Berdasarkan interpretasi citra landsat dilanjutkan verifikasi lapang, penggunaan lahan ini mencapai 80.762 Ha atau

(37)

13,08% dari luas Kabupaten Sarolangun. Kebun karet menyebar luas di Kecamatan Pelawan, Singkut, Bathin VIII, Air Hitam dan Mandiangin, Kebun karet umumnya berasosiasi dengan belukar.

Kebun kelapa sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan kedua setelah karet. Penggunaan lahan ini menyebar seluas 33.416 Ha atau 5,41% dari luas kabupaten. Sebagian besar perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sarolangun adalah perkebunan milik perusahaan, baik swasta maupun BUMN. Penggunaan lahan ini dapat dijumpai di Kecamatan Air Hitam, Mandiangin, Sarolangun, Pelawan dan Singkut. Komoditas perkebunan lainnya yang diusahakan adalah kopi robusta, kayu manis, lada, kelapa dan pinang. Dalam jumlah kecil diusahakan juga kemiri, kakao dan nilam.

Belukar

Adalah tutupan lahan yang vegetasinya berupa tanaman perdu sebagai bentuk suksesi menuju hutan kembali, bertajuk tinggi bercampur dengan pohon-pohonan berdiameter antara 10-15 cm pada tahap-tahap pertumbuhan tertentu serta tanaman kelompok perdu lainnya. Penutupan canopy rapat seperti hutan sekunder. Tutupan lahan ini menyebar di seluruh wilayah kecamatan. Berdasarkan interpretasi citra landsat dilanjutkan dengan verifikasi lapangan, belukar menempati posisi kedua setelah hutan, yaitu 32,17% dari luas Kabupaten Sarolangun.

Hutan

Hutan di Kabupaten Sarolangun, berdasarkan fungsinya dibedakan atas hutan produksi, hutan lindung, hutan wisata dan hutan suaka alam serta hutan konversi. Berdasarkan hasil interpretasi dan verifikasi lapang, total luas hutan tersebut mencapai 250.325,81

(38)

Ha atau 40,54% dari luas kabupaten. Hasil hutan Kabupaten Sarolangun adalah kayu bulat/logs, kayu gergajian, plywood dan rotan.

Rumput Alang-alang

Merupakan lahan terlantar yang ditinggalkan pengelolanya. Pada umumnya rumput alang-alang berasal dari hutan yang ditebang secara liar (illegal logging) atau bekas penebangan liar atau praktek perladangan yang berpindah-pindah. Lahan ini umumnya terdapat di Kecamatan Mandiangin. Rumput alang-alang ini mencapai luas 2.827 Ha atau 0,48% dari luas kabupaten.

Pemukiman

Pemukiman meliputi perkampungan atau perkotaan, setempat di lahan pekarangan dijumpai tanaman buah-buahan dan tanaman palawija. Luas pemukiman ini berdasarkan interpretasi citra landsat mencapai 24.016 Ha atau 3,89%.

Genangan

Lahan tergenang di Kabupaten Sarolangun merupakan lahan bekas PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin) yang dijumpai di wilayah Kecamatan Bathin VIII dan Limun. Luas genangan ini mencapai 708 Ha atau 0,11% dari luas kabupaten. Selain pertanian, peternakan di Kabupaten Sarolangun sudah cukup berkembang, baik ternak unggas, ternak kecil maupun ternak besar. Budidaya ikan (perikanan) di Kabupaten Sarolangun di kolam dan keramba. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah mas, nila dan patin.

(39)

Tabel 2.1

Tipe Penggunaan Lahan dan Luasnya di Kabupaten Sarolangun

Tipe Penggunaan Lahan

Luas

Ha %

Sawah 3.819 0,62

Kebun Campuran 36.026 5,84

Kebun karet rakyat 80.762 13,08

Kebun kelapa sawit 33.416 5,41

Belukar 198.614 32,17 Hutan 259.789 42,08 Rumput alang-alang 2.827 0,48 Permukiman 1.441 0,23 Genangan 708 0,11 TOTAL 617.400 100

Selain potensi pengembangan wilayah, Kabupaten Sarolangun juga memiliki potensi sumberdaya alam. Adapusn potensi yang dimiliki oleh Kabupaten dan mempunyai peluang untuk dikembangkan adalah potensi pertambangan, kehutanan, Perkebunan, Perikanan dan Pariwisata.

1. Potensi Pertambangan

Bahan galian Golongan A, terdiri dari :

(40)

Bahan tambang minyak bumi di Kecamatan Sarolangun yang telah dieksploitasi oleh PT. Bina Wahana Petrindo (BWP) meruap sebanyak 4 (empat) sumur dengan jumlah produksi 1.000-2.000 barel/hari. Sedangkan di Kecamatan Limun saat ini sedang dieksploitasi oleh PT. Petro China dengan kapasitas produksi sebesar 120 juta barel yang berada di Desa Teluk Rendah, Desa Lubuk Resam dan Desa Pulau Pandan.

b). Batu Bara

Potensi Batu Bara yang terdapat di Kabupaten Sarolangun berada di Kecamatan Mandiangin, Pauh, Limun dan Batang Asai. Batu Bara yang telah diketahui depositnya yakni sebesar 6 juta ton dengan nilai kalori 5.000–6.000 kkal/gr berlokasi di Sungai Dingin Kecamatan Limun. Sedangkan Batu Bara yang berada di Desa Guruh Baru Kecamatan Mandiangin memiliki nilai kalori sekitar 4.820–5.455 kkal/gr sementara Batu Bara yang berlokasi di Desa Lubuk Napal I, Lubuk Napal II, Mensao, Mengkua dan Lubuk Kepayang belum terukur nilai kalorinya.

Bahan galian Golongan B, terdiri dari :

a). Emas

Kandungan emas terdapat disepanjang alur sungai di Kecamatan Batang Asai dan Kecamatan Limun. Alokasi yang telah diketahui kadar emasnya yakni di Kecamatan Limun yang beralokasi di Sungai B.limun dengan kadar emas sebesar 3,34 gr/ton dengan cadangan terindikasi 2 Mt, dan Sungai Tuboh dengan kadar emas sebesar 1.762.617 ton biji dengan kandungan 0,11 gr/ton. Sedangkan lokasi emas yang belum diketahui kadar emas dan cadangannya yakni di Kecamatan Batang Asai yang terdapat di Sungai Kinantan Hulu, Sungai Asai dan Sungai Batu Ampar.

(41)

b). Biji Besi

Biji Besi yang belum diketahui cadangan dan mineralnya terdapat di Kecamatan Batang Asai yang beralokasi di Sungai Salak Bukit Rayo dengan indikasi biji besi yakni dijumpai mineral magnetik, pirkotik. Sedangkan di Kecamatan Limun yang beralokasi di Sungai Tuboh dijumpai mineralisasi yang terdiri dari banyaknya sphalerit, kalkopirit, gaura, hematit dan magnetik.

c). Seng (Zinc)

Seng yang mineralisasinya terdapat disungai Tuboh Kecamatan Limun dengan kandungan seng sebesar 9,98 %, sedangkan mineralisasi seng yang terdapat di Sungai Menalu Bukit Rayo Desa Salak Baru Kecamatan Batang Asai dengan kadar Seng (Zn) sekitar 7–138 ppm.

d). Timbal

Potensi Timbal yang mineralisasinya dijumpai terdapat di Sungai Tuboh Kecamatan Limun dengan kandungan timbal sebesar 1,45 %. Sedangkan di Kecamatan Batang Asai yang mana mineralisasinya dijumpai di Sungai Menalu Bukit Rayo Desa Salak Baru Kecamatan Batang Asai dengan kadar timbal 3–37 ppm.

e). Tembaga

Di Kecamatan Batang Asai dimana tembaga yang mineralisasinya terdapat disungai Manau, Bukit Rayo Desa Salak Baru yang mana mineral yang dijumpai pirit, pirkotit, sphalatorit dan golina, dan mineralisasi yang terdapat disungai Kinantan dengan kadar 1–27 ppm. Sedangkan yang terdapat di Kecamatan Limun mineralisasi tembaga terdapat di Sungai Tuboh dengan kandungan tembaga mencapai 0,8 %

(42)

(JICA, 1988). Indikasi penyebaran tembaga di Kabupaten Sarolangun dijumpai di Sungai Batang Asai, Sungai Merandang, daerah Maribung dan Sungai Tangkui.

Bahan galian Golongan C, terdiri dari :

a). Batu Gamping

Batu Gamping terdapat di Desa Narso Kecil Kecamatan Batang Asai, sedangkan yang telah diketahui kadar dan cadangan batu gamping yakni terdapat di daerah Napal Melintang Kecamatan Limun dengan kadar Ca0 (54,86–55,85 %) dan cadangan diperkirakan sebesar 57,8 juta.

b). Granit

Singkapan Granit terdapat di Desa Rantau Panjang Dusun Salak Baru Kecamatan Batang Asai.

c). Marmer

Marmer terdapat di Napal Melintang Bukit Bulan Kecamatan Limun yang mana kadar dan cadangannya belum diketahui.

d). Fosfat

Singkapan Fosfat terdapat di daerah Bukit Bulan Kecamatan Limun dengan kadar P2O5 cukup tinggi yakni 18,37 %.

2. Potensi Kehutanan

Kabupaten Sarolangun memiliki potensi sumber daya alam bidang kehutanan seperti hutan lindung, taman nasional dan cagar alam, namun belum seluruhnya dieksploitasi dan dimanfaatkan secara optimal. Di Kabupaten Sarolangun terdapat 3 (tiga) macam kawasan lindung yaitu :

(43)

a). Kawasan hutan lindung

Penetapan kawasan hutan lindung diarahkan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Sarolangun terdapat di Kecamatan Batang Asai seluas 33.220 Hektar dan Kecamatan Limun seluas 21.065 Hektar.

b). Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas.

Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas terbagi dalam dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batang Hari. Untuk Kabupaten Sarolangun terdapat di Kecamatan Air Hitam seluas 6.758 Hektar.

c). Cagar Alam Durian Luncuk I

Cagar Alam ini terdapat di Kecamatan Mandiangin, yaitu Cagar Alam Durian Luncuk I yaitu seluas ± 73,74 Ha.

3. Potensi Perkebunan

Kabupaten Sarolangun merupakan memiliki potensi untuk pengembangan perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit dan karet dimana merupakan usaha bidang perkebunan yang paling dominan perkembangannya, hal ini dapat dilihat dari jumlah luas areal perkebunan dan Jumlah produksi yang cukup besar. Usaha perkebunan lain yang juga berkembang di Kabupaten Sarolangun adalah Kopi, Lada, kelapa, Cassiavera, Pinang, Kemiri, Aren dan tebu. Dengan besarnya potensi perkebunan, ditunjang dengan tersedianya bahan baku yang berkelanjutan, infrastruktur dengan kondisi baik serta lokasi yang strategis diharapkan khususnya untuk komoditi karet dan kelapa sawit dapat mendorong minat para investor baik dalam negeri maupun luar negeri untuk mendirikan kawasan industri pengolahan

(44)

sampai dengan produk hasil turunannya (industri hulu sampai industri hilir) di Kabupaten Sarolangun.

4. Potensi Perikanan

Potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Sarolangun terdiri dari kolam, keramba dan perairan umum (sungai dan danau). Bidang usaha perikanan yang berkembang di Kabupaten Sarolangun meliputi jenis usaha perikanan darat terdiri dari usaha kolam dan keramba dan perairan umum memiliki prospek ekonomis. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan gurami dan lkan lele.

5. Potensi Pariwisata

Kabupaten Sarolangun juga memiliki objek wisata yang umumnya adalah objek wisata alam, selain itu juga wisata ziarah, wisata minat khusus, wisata budaya dan wisata sejarah. Sebagian kecamatan dalam Kabupaten Sarolangun terdapat objek wisata yang menunggu pembenahan, Potensi pariwisata Kabupaten Sarolangun sangat beragam dan menjanjikan, mulai dari wisata alam hingga wisata budaya dan sejarah. Potensi wisata ini tersebar di berbagai kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sarolangun. Saat ini, Kabupaten Sarolangun telah mempunyai 7 site plan objek wisata, yaitu :

1. Danau Biaro Desa Lidung

2. Goa Calo Petak Desa Bukit Bulan 3. Dam Kutur Kecamatan Limun 4. Taman Nasional Bukit Dua Belas

5. Terbang Layang Bukit Rayo Kecamatan Batang Asai 6. Arung Jeram Sungai Batang Asai

7. Air Panas Paku Aji Desa Pematang Kabau

Dari ketujuh site plan objek wisata di atas, baru 4 diantaranya yang dikembangkan. Disamping itu juga telah dilaksanakan beberapa even wisata daerah,

(45)

diantaranya Jelajah Goa, Semalam Bersama Suku Anak Dalam, Lomba Perahu Tradisional, Lomba Rakit Tradisional dan Lomba Arung Jeram.

Tabel 2.2

Lokasi Potensi Wisata di Kabupaten Sarolangun

No Kecamatan Nama Objek Wisata Keterangan 1 Sarolangun Perkampungan Tradisional Muaro Sawah

Panorama diantara Dua Jembatan Pusat Perkantoran Gunung Kembang Danau Ladang Panjang

Danau Biaro dan Danau Baru

Wisata Buatan

2 Batang Asai Danau Kaco,

Minyak Wajang Wali Air Terjun Telun Tujuh Air Terjun Mudek Niban Air Terjun Rantau Uba Air terjun Narso Air Inum

Air Terjun telun Seluro dan Makam Keramat

Panorama Bukit Rayo Pendulang Emas Tradisional Arca Rajawali

Makam Keramat Bukit Sulah Makam Keramat Bukit Lupo

Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Minat Khusus

(46)

Legenda Batu Gajah Arung Jeram Ma. Talang Olahraga Paralayang/Gantole 3 Pauh Taman Nasional Bukit Dua Belas

Habitat Kayu Bulian

Wisata Alam

4 Limun Goa Bukit Bulan Dam Muaro Kutur

Wisata Alam

5 Mandiangin Hutan Kemasyarakatan Wisata Alam

c. Wilayah Rawan Bencana

Potensi bencana alam yang terdapat di Kabupaten Sarolangun terdiri dari 2 macam, yaitu bencana Banjir dan bencana Longsor. Pada musim hujan desa-desa yang berada di sempadan Sungai Batang Tembesi, Batang Asai dan Batang Limun umumnya mengalami banjir tahunan, terutama pada bulan Maret dan April. Sementara untuk daerah rawan bencana Longsor terdapat di daerah hulu Kabupaten Sarolangun yang pada umumnya merupakan daerah perbukitan, yaitu Kecamatan Batang Asai dan Limun.

Tabel 2.3

Daerah Kerawanan Banjir dan Longsor di Kabupaten Sarolangun

No Kecamatan Daerah Rawan Banjir Daerah Rawan

Longsor 1 Sarolangun  Sarkam  Pasar Sarolangun  Ladang Panjang  Lidung  Pulau Pinang  Muara Indung Tdk ada

2 Cermin Nan Gedang  Teluk Tigo

 Teluk Rendah

 Lubuk Resam

Tdk ada

3 Pelawan  Penegah Tdk ada

4 Limun  Temenggung

 Pulau Pandan

 Temalang

Gambar

Grafik 2.1    :   Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten   Sarolangun Sampai Dengan Tahun 2013
Grafik 2.2    :   Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota Se Provinsi       Jambi  Tahun 2012-2013
Grafik 2.4  :  Perkembangan  Jumlah  Penduduk  Miskin  dai  Kabupaten  Sarolangun dan Provinsi Jambi Tahun 2010-2013
Grafik 2.7.  :  Perbandingan Angka Harapan Hidup     Kab. Sarolangun, Prov Jambi dan Nasional     Tahun 2012-2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) adalah dokumen

dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).. dan selanjutnya menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015 seluruh Satuan.. Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wajib menerapkan

Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA-SKPD), adalah dokumen

Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) adalah dokumen

Rencana Kerja SKPD Tahun 2013 disusun sebagai Pedoman Atau Arah Kebijakan Pelaksanaan Pembangunan Daerah dalam Penyusunan Anggaran SKPD Dinas Pemuda dan Olah Raga

Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja

Peran Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dalam Proses Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Polewali Mandar Peran SKPD pada hakikatnya terlibat pada setiap tahapan