RANCANGAN
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2010 - 2015
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2010
DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi ... i Daftar Tabel ... iv BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 2
1.3. Dasar Hukum ... 3
1.4. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ... 4
1.5. Proses Penyusunan RPJMD ... 5
1.6. Sistematika Penulisan ... 7
BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 10
2.1. Kondisi Geografis ... 10
2.2. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang ... 11
2.3. Perekonomian Daerah ... 15
2.3.1. Sektor Pertanian ... 19
2.3.2. Sektor Kehutanan dan Perkebunan ... 20
2.3.3. Sektor Perikanan dan Kelautan ... 22
2.3.4. Sektor Peternakan ... 23
2.3.5. Sektor Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertambangan ... 24
2.3.6. Sektor Pariwisata ... 28
2.4. Sosial dan Budaya ... 30
2.4.1. Kependudukan ... 30 2.4.2. Pendidikan ... 32 2.4.3. Kesehatan ... 35 2.4.4. Kesejahteraan Sosial ... 39 2.4.5. Kemiskinan ... 40 2.4.6. Bencana Alam ... 42 2.4.7. Ketenagakerjaan ... 43
2.5. Prasarana dan Sarana Daerah ... 45
2.5.1. Kondisi Jalan dan Jembatan Kabupaten ... 45
2.5.2. Kondisi Perhubungan dan Transportasi ... 47
2.5.3. Kondisi Irigasi ... 47
2.5.4. Kondisi Pelayanan Air Bersih ... 48
2.5.5. Kondisi Drainase ... 50
2.5.6. Kondisi Sanitasi Masyarakat ... 50
2.6. Pemerintahan Umum ... 50
2.7. Ketertiban, Ketentraman dan Keamanan ... 65
BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN ……….. 66
3.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah ... 75
3.1.1. Kondisi Pendapatan Daerah Tahun 2006 – 2010 ... 76
3.1.2. Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2010 – 2015 ... 79
3.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah ... 80
3.2.1. Kondisi Belanja Tahun 2006 -2010 ... 80
3.2.2. Proyeksi Belanja Tahun 2011 – 2015 ... 81
3.3. Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah ... 83
3.4. Kebijakan Pagu Indikatif ... 86
3.4.1. Pagu Indikatif SKPD ... 86
3.4.2. Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) ... 86
BAB 4 ISU-ISU STRATEGIS ... 88
4.1. Identifikasi Masalah ... 88
4.1.1. Bidang Sosial Budaya ... 88
4.1.2. Bidang Ekonomi ... 89
4.1.3. Bidang Fisik Prasarana ... 90
4.1.4. Bidang Pemerintahan ... 90
4.1.5. Ketentraman dan Ketertiban ……… 91
4.2. Analisis Isu-Isu Strategis ... 91
4.2.1. Analisis Eksternal ... 91
4.2.2. Analisis Internal ... 92
4.2.2.1. Kondisi Fisik Dasar ... 93
4.2.2.2. Kondisi Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 93
4.2.2.3. Kondisi Perekonomian ... 94
4.2.2.4. Pemerintahan ... 94
4.2.2.5. Kondisi Lingkungan Hidup dan Tata Ruang... 94
4.2.2.6. Ketentraman dan Ketertiban ………... 95
BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... 98
5.1. Visi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 ... 98
5.2. Misi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 ... 101
5.3. Tujuan Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.. 103
5.4. Sasaran Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.. 103
BAB 6 STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH... 106
BAB 7 ARAH KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 113 7.1. Agenda Pembangunan Tahun 2010 – 2015 ... 113
7.2. Prioritas Pembangunan dan Arah Kebijakan Umum Tahun 2010 – 2015 ... 114
7.3. Tema dan Program Prioritas Pembangunan Tahunan ... 117
7.3.1. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2011 ... 117
7.3.2. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2012 ... 118
7.3.3. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2013 ... 118
7.3.4. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2014 ... 118
7.3.5. Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun 2015 ... 118
BAB 8 PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2015 ... 121
8.1. Program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ... 121
8.2. Program Kewilayahan ... 127
8.2.1 Program Kewilayahan Internal ... 127
8.2.2. Program Kewilayahan Eksternal ... 129
8.3. Pogram Pendukung ... 130
8.4. Rencana Kerja ……… 130
8.4.1. Rencana Kerja Regulasi ... 130
8.4.2. Rencana Kerja Pendanaan ... 131
BAB 9 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... 134
BAB 10 PENUTUP ... 164
10.1. Program Transisi ... 165
10.2. Kaidah Pelaksanaan ... 165
10.3. RPJMD Kabupaten Gunungkidul Merupakan Pedoman Bagi SKPD Dalam Menyusun Renstra SKPD ... 166
10.4. RPJMD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 digunakan Sebagai Pedoman Dalam Penyusunan RKPD ... 166
10.5. Penguatan Peran Para Pemangku Kepentingan Dalam Pelaksanaan RPJMD ... 166
10.6. RPJMD Kabupaten Gunungkidul Merupakan Dasar Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan atas Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Lima Tahunan dan Tahunan ... 166
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 Berdasarkan Harga
Konstan Tahun 2000 dalam jutaan rupiah menurut Lapangan Usaha ... 15
Tabel 2.2. Pertumbuhan Ekonomi per Sektor Tahun 2004 – 2009 dalam persen ... 16
Tabel 2.3. Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004-2009 ... 18
Tabel 2.4. Tabel Perkembangan PDRB Perkapita Tahun 2005-2009 ... 19
Tabel 2.5. Produksi Tanaman Pangan Padi dan Palawija Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004-2009 ... 19
Tabel 2.6. Produksi Komoditas Kehutanan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 21
Tabel 2.7. Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 22
Tabel 2.8. Perbandingan Produksi Perikanan Tahun 2005-2009 ... 22
Tabel 2.9. Produksi Perikanan Darat (Budidaya) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 23
Tabel 2.10. Perkembaangan Populasi Ternak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 23
Tabel 2.11. Perkembaangan Insenminasi Buatan dan Jumlah Kelahiran Ternak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 24
Tabel 2.12. Data Industri Kecil Menengah di Kabupaten Gunungkidul ... 24
Tabel 2.13. Data Sarana Perdagangan, Pengusaha Kecil Menengah, dan Ekspor di Kabupaten Gunungkidul ... 25
Tabel 2.14. Data Koperasi yang Melaksanakan RAT Tahun 2009 ... 27
Tabel 2.15. Jumlah Produksi Bahan Galian / Tambang dengan Satuan M3 ... 27
Tabel 2.16. Komoditi ODTW di Kabupaten Gunungkidul ... 28
Tabel 2.17. Jumlah Pengunjung Objek Wisata di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 29 Tabel 2.18. Jumlah Pendapatan di Objek Wisata Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 29
Tabel 2.19. Kegiatan Rutin Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul ... 29
Tabel 2.20. Jumlah Penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 ... 30
Tabel 2.21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005-2009 ... 31
Tabel 2.22. Data Gedung Sekolah yang Rusak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2010 ... 34
Tabel 2.23. Data Ruang Kelas yang Rusak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005 - 2009 ... 34 Tabel 2.24. Indikator Derajat Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 - 2009 ... 35
Tabel 2.25. Persentase Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang di Gunungkidul Tahun 2005 - 2009 ... 36
Tabel 2.26. Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009 ...
38 Tabel 2.27. Jenis dan Jumlah Fasilitas Penunjang Kesehatan Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2005 -2009... 38 Tabel 2.28. Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jumlah Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2007 – 2009 ... 39 Tabel 2.29. Angka Kemiskinan Tahun 2007 – 2009 (Pendekatan Satuan Rumah
Tangga Sasaran) ... 40 Tabel 2.30. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Gunungkidul Tahun
2006 – 2009 ... 41 Tabel 2.31. Indikator Ketenaga Kerjaan Kabupaten Gunungkidul Tahun
2004 – 2009 ... 43 Tabel 2.32. Jumlah Pencari Kerja Pendaftar Baru dan Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 – 2009 ... 45 Tabel 2.33. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaan Tahun 2005 – 2009 ... 46 Tabel 2.34. Data Kondisi Jalan Tahun 2005 – 2009 ... 46 Tabel 2.35. Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Gunungkidul sebagai
Pelaksana Urusan Pemerintah Daerah ... 52 Tabel 2.36. Jumlah PNS di Kabupaten Gunungkidul ... 58 Tabel 2.37. Komposisi PNS di Kabupaten Gunungkidul Menurut Pangkat dan
Golongan ... 58 Tabel 2.38. Data PNS Menurut Jenis Jabatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 ... 59 Tabel 2.39. Data PNS Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2010 ... 59 Tabel 2.40. Proyeksi Jumlah PNS Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 ... 59 Tabel 2.41. Daftar Kecamatan dan Desa di Kabupaten Gunungkidul ... 60 Tabel 2.42. Pendegelasian Kewenangan Penandatanganan Perizinan Tertentu
Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu ... 64 Tabel 2.43. Jumlah Tindakan Kejahatan menurut Jenis di Kabupaten
Gunungkidul ... 65 Tabel 6.1. Matrik Misi, Tujuan dan Strategi ... 107 Tabel 9.1. Matrik Indikator dan Target Kinerja Sasaran RPJMD Kabupaten
Kabupaten Gunungkidul 2010 – 2015 ……… 135
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ecara normatif penyusunan RPJM Daerah merupakan tuntutan yuridis konstituisional dalam melaksanakan pembangunan lima tahun ke depan serta memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang berkembang melalui mekanisme yang berlaku guna mewujudkan kepemerintahan yang baik. Penyusunan RPJM Daerah ini, menggunakan pendekatan sebagaimana diamanatkan UU Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.
Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Pendekatan atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Penyusunan RPJM Daerah Tahun 2010–2015 adalah untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Pembangunan yang telah dilaksanakan selama 5 (lima) tahun atau kurun waktu 2005 – 2010 telah menghasilkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat dan telah meletakkan landasan yang kuat bagi Kabupaten Gunungkidul untuk melanjutkan pembangunan pada tahun yang akan datang. Pembangunan pada tahun mendatang akan menghadapi banyak perubahan dan kendala, akibat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia yang mengakibatkan kegiatan pembangunan daerah akan semakin terkait dengan perkembangan dunia internasional. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD Tahun 2005-2010 masih diperlukan upaya mengakselerasi pencapaian sasaran RPJM Daerah Tahun 2010 – 2015. Sasaran target yang belum dicapai diupayakan menjadi prioritas RPJM Daerah Tahun 2010 – 2015 untuk melanjutkan pencapaian target dengan program kegiatan di RPJM Daerah periode tahapan ke dua.
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang, sangat penting dan mendesak untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah, baik dibidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaannya sehingga Kabupaten Gunungkidul akan semakin maju, makmur, dan sejahtera.
1.2 Maksud Dan Tujuan 1.2.1 Maksud
Maksud penyusunan RPJMD Tahun 2010-2015 adalah:
1. Sebagai penjabaran Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
2. Sebagai pedoman bagi SKPD dalam menyusun dokumen Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disebut Renstra SKPD;
3. Sebagai alat koordinasi dan acuan kerja bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah dalam periode waktu 5 (lima) tahun.
1.2.2 Tujuan
Tujuan penyusunan RPJMD Tahun 2010-2010 adalah:
1. Memberikan arah dan acuan bagi seluruh komponen pembangunan baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, strategi, dan sasaran pembangunan daerah;
2. Terlaksananya koordinasi antar pelaku pembangunan melalui penyusunan rencana kerja dalam mengisi kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang bersifat indikatif;
3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergitas baik antar wilayah, antar ruang, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
4. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengendalian.
1.3 Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan RPJMD Tahun 2010-2015 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah-Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dan Hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
14. Peraturan Pemerintah 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Kementerian dan Lembaga Negara;
15. Peraturan Pemerintah 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat ;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
18. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
20. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005 - 2025;
21. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 - 2013 ;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001–2010; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025.
1.4 Hubungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun RPJP Daerah sebagai dokumen perencanaan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, RPJM Daerah sebagai dokumen perencanaan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dan RKPD sebagai dokumen perencanaan pembangunan operasional tahunan. Hal ini berimplikasi adanya penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, baik dari aspek proses, mekanisme maupun tahapan pelaksanaan musyawarah perencanaan di tingkat Pusat dan Daerah.
Sehubungan dengan itu dalam rangka memenuhi semua ketentuan normatif peraturan perundang-undangan tentang perencanaan
pembangunan, terdapat hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya yaitu:
1.4.1. Hubungan RPJMD dengan RPJPD
Dokumen RPJMD Kabupaten merupakan penjabaran RPJPD berpedoman pada RPJPD Kabupaten sebagai dokumen perencanaan berwawasan 20 (dua puluh) tahun. RPJMD Kabupaten memuat Visi, Misi, Gambaran Umum, Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal, Arah Kebijakan, Strategi dan Indikasi Rencana Pembangunan Lima Tahunan secara lintas sumber pembiayaan, baik pembiayaan atas indikasi rencana program yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, dan sumber dana lainnya.
1.4.2. Hubungan RPJMD Kabupaten dengan RPJMD Provinsi
Dokumen RPJMD Kabupaten memperhatikan RPJMD Provinsi 1.4.3. Hubungan RPJMD dengan RKPD
Dokumen RPJMD dijabarkan ke dalam RPKD sebagai dokumen operasional tahunan yang memuat rancangan kerangka ekonomi makro daerah beserta kerangka pendanaan, prioritas, sasaran pembangunan, dan rencana program dan kegiatan prioritas daerah;
1.4.4. Hubungan RPJMD dengan Renstra SKPD
Dokumen RPJMD Kabupaten sebagai pedoman penyusunan dan penetapan Renstra SKPD. Renstra SKPD memuat gambaran pelayanan SKPD, isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi, visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.
1.4.5. Hubungan RPJMD dengan RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW)
RPJM Daerah Kabupaten Gunungkidul harus memperhatikan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001-2010, agar pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat tetap memperhatikan tata ruang yang ditetapkan.
1.5 Proses Penyusunan RPJMD
Proses Penyusunan RPJMD sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah melalui tahapan : a. Penyusunan Rancangan Awal
1) Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD.
2) Rancangan awal disamping menjabarkan Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih juga memperhatikan hasil evaluasi RPJMD periode sebelumnya.
4) Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.
5) Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD.
6) Rancangan Renstra SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Bapppeda.
7) Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra SKPD sebagai masukan.
b. Pelaksanaan Musrenbang
1) Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJMD . 2) Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan
pemangku kepentingan.
3) Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan, dan penyepakatan rancangan RPJMD.
4) Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh Kepala Daerah. c. Perumusan Rancangan Akhir
1) Rancangan akhir RPJMD dirumuskan oleh Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah.
2) Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJMD dipimpin oleh Kepala Daerah.
d. Penetapan dan Penyebarluasan
1) RPJMD ditetapkan Pemerintah Daerah bersama DPRD dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Gubernur sebagai wakil pemerintah.
2) Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
3) Peraturan Daerah tentang RPJMD disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala BAPPENAS.
4) Bupati menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD kepada masyarakat.
Gambar 1.1
Bagan Proses Penyusunan dan Penetapan RPJM Daerah
1.6. Sistematika Penulisan.
RPJM Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 – 2015 disusun dengan sistematika penulisan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 sebagai berikut:
BAB 1. Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar Belakang Penyusunan RPJM Daerah, Maksud dan Tujuan Penyusunan, Landasan Hukum Penyusunan, Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya, dan Sistematika Penulisan.
Penetapan RPJM Daerah Pembahasan di DPRD Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Daerah Musrenbang Jangka Menengah Penyusunan Rancangan RPJM Daerah Penyusunan Rancangan Renstra SKPD Penyusunan Rancangan Awal RPJM Daerah Konsultasi Publik Sosialisasi Publik Konsultasi Publik
Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Dokumen Rancangan akhir RPJM Daerah Dokumen Rancangan RPJM Daerah yg sudah disepakati Dokumen Rancangan RPJM Daerah Dokumen Rancangan Renstra SKPD Dokumen Rancangan awal RPJM Daerah Wilayah Legislatif Wilayah eksekutif
BAB 2. Gambaran Umum Kabupaten Gunungkidul
Bab ini menguraikan data dan gambaran umum kondisi Kabupaten Gunungkidul dalam 5 (lima) tahun terakhir dengan maksud mengetahui keadaan daerah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial ekonomi yang akan diintervensi melalui berbagai kebijakan, program, dan kegiatan daerah dalam jangka waktu lima tahunan. Bab ini antara lain berisi tentang: kondisi geografis, kondisi perekonomian daerah, sosial budaya daerah, prasarana dan sarana daerah, lingkungan hidup dan tata ruang, serta pemerintahan umum.
BAB 3. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Bab ini memaparkan perihal Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah, Arah Pengelolaan Belanja Daerah, Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah, dan Kebijakan Umum Anggaran, serta Proyeksi APBD Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015.
BAB 4. Analisis Isu- Isu strategis
Bab ini memaparkan identifikasi masalah di berbagai bidang, dan analisis isu-isu strategis yang meliputi aspek kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman.
BAB 5. Visi dan Misi
Dalam bab ini diuraikan mengenai Visi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul yang diadopsi dari Visi Kepala Daerah kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
BAB 6. Strategi Pembangunan Daerah
Berisikan strategi dan arah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 - 2015.
BAB 7. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Bab ini berisikan uraian mengenai agenda utama pembangunan, arah kebijakan umum serta program- program pembangunan daerah tahun 2010-2015. Dalam Bab ini juga diuraikan peta jalan (road map) pembangunan daerah yang memuat tema dan program pembangunan tahunan.
BAB 8. Program Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2010 – 2015
Bab ini memuat uraian tentang indikasi rencana program, baik program SKPD, program lintas SKPD maupun program kewilayahan baik internal maupun eksternal yang akan dibiayai dari sumber dana APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN serta sumber dana lainnya. serta rencana kerja pendanaan yang meliputi rencana kerja regulasi dan rencana kerja pendanaan.
BAB 9. Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Bab ini berisi penetapan indikator Kinerja daerah dilengkapi dengan target kinerja sasaran pembangunan, SKPD yang bertanggung jawab atas pencapaian target kinerja serta indikasi anggaran yang diperlukan yang bersumber dana dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, sumber dana lainnya, dan SKPD Pelaksana. Untuk mempermudah pemahaman, bab ini disajikan dalam bentuk tabel.
BAB 10. Penutup
Bab ini memuat uraian tentang program transisi, kaidah pelaksanaan, kedudukan RPJMD Kabupaten Gunungkidul yang merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra SKPD dan pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan RKPD. Bab ini juga membahas tentang penguatan peran pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pelaksanaan RPJMD serta kedudukan RPJMD yang merupakan dasar evaluasi dan pelaporan pelaksanaan atas kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan tahunan dan lima tahunan.
BAB
2
GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL
2.1 Kondisi Geografis
abupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang terletak 39 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT Labaningrat.
Secara geografis Kabupaten Gunungkidul berada pada 7°46′ LS-8°09′ LS dan 110°21′ BT-110°50′ BT, dengan luas wilayah 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 %
dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul dapat dirinci sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :
1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200m - 700m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m – 12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong bagian utara.
2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150m – 200m di atas permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi di musim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60m – 120m di bawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara.
3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0m – 300m di atas permukaan laut. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Semanu bagian selatan.
Gambaran wilayah secara administratif dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1
Peta Administratif Kabupaten Gunungkidul
2.2. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
Lingkungan Hidup di Kabupaten Gunungkidul dibedakan menjadi 4 kategori satuan ekosistem yaitu:
1. Satuan Ekosistem Perbukitan Baturagung 2. Satuan Ekosistem Dataran Wonosari
3. Satuan Ekosistem Perbukitan Karst Gunungsewu 4. Satuan Ekosistem Wilayah Kepesisiran.
Gambaran singkat untuk satuan ekosistem Baturagung, Dataran Wonosari dan Perbukitan Karst Gunungsewu sebagaimana diuraikan dalam pembagian tiga daerah pengembangan. Untuk wilayah pesisir di Kabupaten Gunungkidul, secara umum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tipologi pesisir primer, yaitu:
a. Pesisir erosi lahan-lahan daratan (land erosion coast) terbentuk akibat bekerjanya proses erosi dan solusional yang intensif pada topogafi karst akibat air hujan dan aliran permukaan, yang menyebabkan sebagian permukaan lahan terkikis membentuk alur-alur atau lembah-lembah sempit dan igir-igir sisa yang menjorok atau membentuk pola menjari ke arah laut. Tipologi ini hampir dijumpai pada seluruh wilayah pesisir di Kabupaten Gunungkidul, yang secara khusus tampak di wilayah pesisir Ngerenean, Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, dan Sundak.
b. Pesisir akibat aktivitas gunungapi purba (volcanic coast), yang ditandai oleh adanya bantukan-bentukan morfologi sisa (residual) yang tersusun atas batuan beku volkan tua berumur Oligosen, yang berada pada tebing dan pelataran pantainya. Tipologi ini dijumpai di pesisir Siung dan Wediombo.
c. Pesisir akibat struktural (structurally shape coast), merupakan pesisir yang ditandai oleh adanya tebing-tebing cliff yang curam, pola garis pantai lurus, dengan gua-gua abrasi (sea cave) yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Tipologi ini meliputi pesisir Ngobaran, Ngungap, dan Sadeng.
Selanjutnya wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) zona akuifer dan potensi air tanahnya, yaitu: akuifer produksi sedang dengan persebaran lokal, akuifer produksi rendah dengan persebaran lokal, dan non akuifer atau daerah langka airtanah.
Potensi sumberdaya hayati yang ada di Ekosistem Wilayah Kepesisiran meliputi keanekaragaman hayati alami, potensi hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, maupun kelautan. Sementara itu, sumberdaya mineral yang umum terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul terbatas pada Bahan Galian Golongan C, yaitu: batugamping, lempung, dan pasir marin. Mineral batugamping menempati satuan perbukitan karst yang merupakan batugamping terumbu, dan berlanjut menjadi pelataran pantai (shore platform) pada dasar pantai dekat (near shore).
Kawasan pesisir di Kabupaten Gunungkidul terletak di: a. Desa Girijati, Giricahyo dan Giripurwo, Kecamatan Purwosari b. Desa Giriwungu dan Girikarto, Kecamatan Panggang
c. Desa Krambilsawit, Kanigoro dan Planjan, Kecamatan Saptosari d. Desa Kemadang dan Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari
e. Desa Sidoharjo, Tepus dan Purwodadi, Kecamatan Tepus
f. Desa Balong, Jepitu, Tileng, Pucung dan Songbanyu, Kec. Girisubo
Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara 0–800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33 % berada pada ketinggian 100–500 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75 % terletak pada ketinggian kurang dari 100 m dpl, dan 1,92 % terletak pada ketinggian lebih dari 500-1.000 m dpl.
Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi 18,19 %, diantaranya merupakan daerah datar dengan tingkat kemiringan 0 %–2 %, sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan antara 15%–40 % sebesar 39,54 % dan untuk tingkat kemiringan lebih dari 40 % sebesar 15,95 %.
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gunungkidul cukup beragam, dengan rincian sebagai berikut:
a. Latosol, dengan batuan induk kompleks sedimen tufan dan batuan vulkanik,yang terletak pada wilayah bergunung-gunung, tersebar di wilayah Kecamatan Patuk bagian Utara dan Selatan, Gedangsari, Ngawen, Semin bagian Timur, dan Ponjong bagian Utara
b. Kompleks latosol dan mediteran merah, dengan batuan induk batuangamping, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan Panggang, Purwosari, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Semanu bagian Selatan dan Timur, Rongkop, Girisubo, serta Ponjong bagian Selatan. c. Asosiasi mediteran merah dan renzina, dengan batuan induk batu gamping,
bentuk wilayah berombak sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan Ngawen bagian Selatan, Nglipar, Karangmojo bagian Barat dan Utara, Semanu bagian Barat, Wonosari bagian Timur, Utara dan Selatan, Playen bagian Barat dan Utara, serta Paliyan bagian Selatan.
d. Grumosol hitam, dengan batuan induk batu gamping, bentuk wilayah datar sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan Playen bagian Selatan, Wonosari bagian Barat, Paliyan bagian Utara, dan Ponjong bagian Selatan. e. Asosiasi latosol merah dan litosol, dengan bahan induk tufan dan batuan
vulkanik intermediet, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan Semin bagian Utara, Patuk bagian Selatan, dan Playen bagian Barat.
Tekstur tanah di Kabupaten Gunungkidul dibedakan atas dasar komposisi komponen pasir, debu, dan lempung, sehingga secara garis besar dipilahkan menjadi tekstur kasar, sedang, dan halus.
Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebesar 1382 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4–5 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 7–8 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–Nopember dan berakhir pada bulan Maret–April setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember – Pebruari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan mempunyai awal hujan paling akhir.
Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7° C, suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten Gunungkidul berkisar antara 80% – 85%. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari–Maret, sedangkan terendah pada bulan September.
Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan yaitu DAS Opak–Oyo dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS itu
terdiri dari beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian, juga terdapat DAS bawah permukaan yaitu DAS Bribin.
Air permukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunungkidul wilayah utara dan tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat mempunyai air tanah yang cukup dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Wilayah selatan Gunungkidul merupakan kawasan karst yang jarang ditemukan air permukaan. Di wilayah ini dijumpai sungai bawah tanah seperti Bribin, Ngobaran, dan Seropan serta ditemukan juga telaga musiman yang multiguna bagi penduduk sekitarnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1659 K/ 40/MEN/2004 Tanggal 1 Desember 2004 tentang Penetapan Kawasan Karst Gunungsewu dan Pacitan Timur, untuk Kabupaten Gunungkidul kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan karst adalah kawasan perbukitan batu gamping yang terletak di Kecamatan Wonosari, Ponjong, Panggang, Semanu, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Kawasan tersebut perlu dikelola sesuai dengan daya dukung lingkungannya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan karst yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Jumlah sungai di Kabupaten Gunungkidul ada 14 buah, sebagian besar terdapat di wilayah utara. Sungai terbesar di Kabupaten Gunungkidul adalah Sungai Oyo dengan lokasi mata air di Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah) dan bermuara di Samudera Hindia.
Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Gunungkidul ada 215 buah, sedangkan jumlah telaga ada 252 buah. Di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian tengah dan sebagian kecil wilayah selatan terdapat sumur bor (deep well) sebanyak 55 buah dengan fungsi untuk irigasi pertanian dan untuk air minum penduduk setempat. Untuk kepentingan irigasi, satu sumur bor mempunyai kemampuan oncoran antara 15–50 ha. Kemampuan masing-masing sumur tergantung pada debit airnya.
Beberapa sungai bawah tanah dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan air baku/air bersih bagi rumah tangga antara lain, di Bribin, Ngobaran, Seropan, dan Baron. Air sungai bawah tanah juga dirintis untuk kepentingan irigasi pertanian seperti Seropan untuk wilayah Kecamatan Semanu.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Wonosari yang merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sementara berdasarkan RTRW Provinsi DIY, Kota Wonosari merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan kategori sebagai Kota Sedang berhirarki II.
Namun demikian, perkembangan wilayah di Kabupaten Gunungkidul tidak berlangsung merata, masih ada wilayah yang mengalami keterlambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain faktor alam yang didominasi oleh perbukitan kars hampir seluas 78.718,66 Ha dengan karakteristik tanah marginal. Terjadinya ketimpangan wilayah di Kabupaten Gunungkidul disebabkan oleh belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam, pemberdayaan sumber daya manusia, dan pemanfaatan peluang eksternal. Untuk itu, guna memacu perkembangan wilayah di Kabupaten
Gunungkidul maka diperlukan konsep dan strategi yang tepat, salah satunya dengan memacu dan mengoptimalkan potensi pertumbuhan kawasan-kawasan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan.
2.3 Perekonomian Daerah
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan dari beberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp. 5,50 triliun atau mengalami peningkatan 12,93 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2009, angka PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp. 5,98 triliun. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka PDRB tersebut mengalami peningkatan sebesar 8,72 persen (Sumber : BPS Kab. Gunungkidul). Berdasarkan angka PDRB atas dasar harga konstan 2000, perekonomian Kabupaten Gunungkidul juga mengalami pertumbuhan positif, yakni 3,07 triliun pada tahun 2008 dan 3,19 triliun pada tahun 2009.
Tabel. 2.1
PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Rp. Jutaan)
Menurut Lapangan Usaha
Sumber : BPS Kabupaten Gunungkidul (data diolah).
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 1.080.975 1.136.432 1.141.121 1.201.241 1.272.290
2 Pertambangan dan
Galian 55.802 56.860 55.808 55.442 55.939
3 Industri Pengolahan 319.590 327.918 332.600 337.144 341.216
4 Listrik, Gas danAir
Bersih 13.427 14.193 14.922 16.003 17.760 5 B a n g u n a n 199.900 210.175 235.067 250.400 261.856 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 384.520 393.665 429.268 447.901 467.729 7 Pengangkutan dan Komunikasi 183.272 191.580 206.779 214.371 221.826 8 Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan 119.825 119.954 131.857 141.824 145.797 9 Jasa – Jasa 369.079 379.805 393.866 405.972 414.901 PDRB Konstan 2.726.389 2.830.583 2.941.288 3.070.298 3.199.315 Pertumbuhan PDRB per tahun ( %) 4.33 3.82 3.91 4.39 4.20
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Gunungkidul berkembang relatif lebih lambat dibanding daerah lain di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun demikian, ternyata laju pertumbuhan ekonomi daerah ini lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan penduduknya, terlihat dari PDRB perkapita menurut harga konstan daerah ini yang selalu menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat selama periode 2005-2009. Pada tahun 2005 – 2009 PDRB perkapita atas dasar harga konstan tercatat berturut-turut sebesar Rp 4,00 juta, Rp 4,14 juta, Rp 4,29 juta, Rp 4,47 juta dan 4,64 juta (Sumber: BPS Kab. Gunungkidul).
Dilihat dari struktur ekonomi, menunjukkan bahwa penyumbang utama perekonomian Kabupaten Gunungkidul selama kurun waktu 2005 – 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian, diikuti sektor jasa, sektor perdagangan, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2009 sumbangan keempat sektor tersebut masing-masing sebesar 35,82 persen; 16,954 persen; 14,87 persen dan 9,18 persen. Sektor pertanian, sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Gunungkidul, ternyata selama kurun waktu 2005–2009 kontribusinya cenderung fluktuatif yakni sebesar; 35,40 persen; 35,39 persen, 35,54 persen, 34,03 persen, 35,07 persen dan 35,82 persen. Berdasarkan data di atas, jika ekonomi tumbuh secara wajar maka sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa akan tumbuh pesat dibandingkan dengan sektor pertanian yang merupakan resourced-based economic. Dengan demikian secara alami andil sektor pertanian akan menurun secara gradual seiring berkembangnya dinamika perekonomian daerah.
Tabel. 2.2
Pertumbuhan Ekonomi per Sektor Tahun 2004-2009 (%)
No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 0,31 5,35 5,13 0,41 5,27 5,91
2 Pertambangan -2,2 -1,71 1,90 -1,85 -0,66 0,90
3 Industri dan Pengolahan 3,62 3,12 2,61 1,43 1,37 1,21
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 18,98 6,00 5,70 5,14 7,24 10,98
5 B a n g u n a n 6,00 4,36 5,14 11,84 6,52 4,58
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,21 3,76 2,38 9,04 4,34 4,43
7 Pengangkutan dan Komunikasi 8,93 5,06 4,53 7,93 3,67 3,48
8 Keuangan 10,05 5,20 0,11 9,92 7,56 2,80
9 Jasa 5,33 3,29 2,91 3,70 3,07 2,20
Pertumbuhan Ekonomi 3,43 4,33 3,82 3,91 4,39 4,20
Sumber : BPS Kabupaten Gunungkidul; data diolah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul sampai dengan tahun 2009 masih di dominasi oleh kegiatan ekonomi kelompok sektor primer yaitu sektor pertanian dan penggalian, disusul kelompok sektor tersier, baru kelompok sektor sekunder. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi belum mampu berkembang secara optimal kearah pengembangan sektor industri dan
pengolahan, dengan demikian sektor pertanian masih menjadi tumpuan mata pencaharian masyarakat secara umum. Hal ini mengisyaratkan bahwa perencanaan kedepan tidak boleh mengesampingkan program-program pembangunan pertanian. Kebijakan untuk mendorong perekonomian bergeser ke sektor industri dan pengolahan lebih ditekankan kepada kesiapan bahan baku yang berbasis produk pertanian, kesiapan sumber daya manusia, dan persiapan jaringan pemasaran. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat kegiatan yang berbasis kepada industri, pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa akan mampu memberikan nilai tambah yang signifikan dibanding jika perekonomian daerah bertumpu kepada kegiatan penyediaan bahan baku saja (resourced-based economic), dengan demikian secara alami andil sektor pertanian akan menurun secara gradual seiring berkembangnya dinamika perekonomian.
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang telah dicapai penduduk suatu daerah adalah dengan menghitung PDRB per kapita Jika data tersebut disajikan secara berkala maka akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran. Diagram 2.1 menunjukkan nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dan PDRB perkapita atas dasar harga konstan, di mana terjadi perubahan dengan kecenderungan positif (naik).
Diagram 2.1
PDRB Per Kapita Kabupaten Gunungkidul Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2005-2009
0 2000000 4000000 6000000 8000000 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun PDRB perkapita Harga Konstan
PDRB perkapita Harga Berlaku
Sumber: BPS Gunungkidul, Gunungkidul Dalam Angka 2009
Selanjutnya, secara ringkas tentang gambaran indikator pembangunan ekonomi dapat dilihat pada tabel 2.3. sebagai berikut :
Tabel 2.3
Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004-2009
No URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Angka Kemiskinan (%) 25,54 28,04 28,45 28,04 25,27 24,06*
2 Tingkat Pengangguran Terbuka
(%) 4,16 3,83 3,90 3,93 3,29 4,81 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 3,43 4,33 3,82 3,91 4,39 4,20 4 Inflasi (%) 8,12 15,40 9,68 7,86 8,19 4,4 5 PDRB Konstan 2000 (Jutaan Rp) 2.613.269 2.726.389 2.830.583 2.941.283 3.070.298 3.199.315 6 PDRB Berlaku (Jutaan Rp) 3.389.809 3.853.621 4.412.844 4.872.123 5.502.208 5.987.782
7 PDRB per kapita konstan (Rp.)
3.854.999 4.000.253 4.141.979 4.292.535 4.470.621 4.649.134
8 PDRB per kapita berlaku (Rp.)
4.982.415 5.654.168 6.425.138 7.110.408 8.011.695 8.701.236 Sumber : BPS Kabupaten Gunungkidul.*) angka proyeksi sementara
Indikator pembangunan bidang ekonomi dari tahun 2005-2009 mengalami perubahan baik peningkatan maupun penurunan. Angka kemiskinan pada tahun 2005 sebesar 28,04 % dan tahun 2006 mengalami peningkatan lagi menjadi 28,45 %. Sedangkan pada tahun 2007 kembali turun menjadi 28,04 %, begitu pula di tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 25,27 %. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2009 yaitu menjadi 24,06 %. Demikian pula Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang setiap tahunnya mengalami peningkatan atau penurunan dimana pada tahun 2005 turun sebesar 3,83 %, tahun 2006 kembali naik menjadi 3,90 % sedangkan tahun 2007 kembali naik menjadi 3,93 %, terjadi penurunan lagi pada tahun 2008 yaitu menjadi 3,29 %, namun pada tahun 2009 naik lagi menjadi 4,81 %, asumsi jumlah penduduk sebesar 688.145 jiwa dengan jumlah pengangguran sebesar 33.099 jiwa. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 4,33 %, sedangkan tahun 2006 turun dari tahun sebelumnya menjadi 3,82 %, pada tahun 2007 terjadi peningkatan menjadi 3,91 %, dan pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi kembali naik menjadi 4,39 %, serta tahun 2009 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,20 % karena dampak ekonomi global dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi.
Selanjutnya perkembangan PDRB Perkapita tahun 2005-2009 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.4
Tabel perkembangan PDRB Perkapita Tahun 2005-2009 No Tahun PDRB Perkapita 1 2005 5.656.326 2 2006 6.456.784 3 2007 7.110.408 4 2008 8.011.695 5 2009 8.701.236
Sumber : BPS Kab. Gunungkidul
2.3.1. Sektor Pertanian
Meskipun Kabupaten Gunungkidul banyak memiliki lahan tadah hujan dan dikenal gersang, telah berhasil mencapai swasembada pangan. Produksi tanaman padi terutama padi gogo lahan kering berhasil meningkat sehingga surplus gabah lebih dari 125 ton.
Tabel 2.5
Produksi Tanaman Pangan Padi dan Palawija Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009
No Komoditas Produksi (ton)
2005 2006 2007 2008 2009 1 Padi Sawah 53.888,56 67.703,81 66.560,83 75.964,31 87.694 2 Padi Gogo 122.790,63 146.434,68 137.503,25 167.881,39 172.669 3 Jagung 178.329,11 156.435,21 180.880,88 191.007,01 220.275 4 Kedelai 24.922,65 29.465,66 21.306,04 22.764,36 27.890 5 Kacang Tanah 47.251,75 54.802,23 45.898,12 52.104,9 56.034 6 Kacang Hijau 457,03 400,99 337,21 345,04 361 7 Ubi Kayu 799.453,33 894.106,24 864.137,95 791.630,73 933.155 8 Ubi Jalar 1.317,41 1.364,04 1.165,97 889,64 941 9 Sorgum 165,04 217,99 198,33 173,69 294
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Gunungkidul, diolah.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa produksi untuk komoditas tanaman padi dan palawija dari tahun 2005-2009 hampir semuanya menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan. Pada Tahun 2009, produksi tanaman padi dan palawija seluruhnya mengalami kenaikan produksi dibanding tahun 2008.
Secara rinci untuk produksi padi sawah dari 75,964,31 ton naik menjadi 87,694 atau naik 15,44%. Padi Gogo produksinya naik dari 167,881,39 ton menjadi 172,669 ton atau naik 2,85%. Untuk jagung dari 191,007,01 ton naik menjadi 220,275 ton atau naik 15,32%. Produksi kedelai dari 22,764,36 ton naik menjadi 27,890 ton atau naik 22,52%. Kacang tanah dari 52,104,9 ton naik menjadi 56,034 ton atau naik 7,54%. Kacang hijau dari 345,04 ton naik menjadi 361 ton atau naik 4,63%. Ubi kayu dari 791,630,73 ton naik menjadi 933,155 ton atau naik 17,88%. Ubi jalar dari 889,64 ton naik menjadi 941 ton atau naik 5,77%. Untuk Sorgum dari 173,69 ton naik menjadi 294 ton atau naik 69,27%.
Diagram 2.2
Produksi Tanaman Pangan
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Gunungkidul, diolah.
Kenaikan produksi berbagai tanaman pangan tersebut sebagai akibat adanya kepedulian dan kesungguhan dari semua pemangku kepentingan terhadap pentingnya ketersediaan bahan pangan yang mencukupi serta upaya pembangunan pertanian yang intensif. Selain dukungan dari pemerintah pusat hingga daerah, faktor penting lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan tersebut adalah adanya semangat dan partisipasi masyarakat petani yang sangat besar dalam pembangunan pertanian.
2.3.2. Sektor Kehutanan dan Perkebunan 2.3.2.1. Kehutanan
Luas wilayah hutan yang terbesar atau hampir 87% dari total wilayah hutan di Provinsi DIY terdapat di Kabupaten Gunungkidul seluas 41.748,23 Ha , yaitu 13.221,5 Ha, yang terdiri dari hutan pendidikan atau penelitian ”Wanagama” seluas 622,25 Ha, sedangkan hutan tetap seluas 12.599,25 Ha, hutan rakyat seluas 28.675,13 Ha.
Secara rinci, hutan negara yang ditanami tanaman kayu putih seluas 4.544,70 Ha, sementara hutan negara dengan tanaman campuran, terutama jati, mahoni, akasia, dan kayu rimba seluas 8.560,80 Ha. Lebih dari 25 desa dari 144 desa yang ada di Kabupaten Gunungkidul, kehidupan penduduknya bergantung pada pengelolaan hutan. Lahan milik penduduk yang pada umumnya dengan luasan kecil dan kondisinya kurang subur, telah membuat lahan kawasan hutan menjadi sasaran untuk digarap sebagai penopang kebutuhan hidupnya, yang pada umumnya miskin.
Pengelolaan hutan negara diarahkan lebih pada fungsi konservasi sehingga memiliki peran sangat strategis untuk mendukung ekonomi wilayah, ekowisata, pusat pendidikan, dan ekonomi masyarakat. Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul pada umumnya adalah hutan produksi dan berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat sekaligus lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan.
Selain itu, keberadaan hutan negara di Kabupaten Gunungkidul memiliki peranan dan kedudukan yang penting dan unik. Di satu sisi, hutan negara itu sejak lama merupakan hutan produksi yang menghasilkan komoditas kehutanan, yang memiliki arti penting bagi perolehan pendapatan asli daerah. Di sisi yang lain, keberadaan hutan negara di Kabupaten Gunungkidul berkaitan dengan upaya pemerintah untuk menghijaukan kembali lahan kritis yang ada di wilayah ini.
Selain hutan negara, sasaran usaha rehabilitasi lahan kritis terutama ditujukan pada lahan pekarangan milik penduduk, yang dikenal dengan istilah hutan rakyat. Dari hutan rakyat ini berbagai potensi kehutanan dan perkebunan dapat dikembangkan, dengan beberapa hasil komoditas kehutanan seperti kayu jati, mahoni, sonokeling, bambu, akasia, dan sebagainya. Dari hutan rakyat itu pula beberapa komoditas perkebunan dapat dihasilkan seperti kelapa, jambu mete, kakao, tembakau, dan sebagainya.
Tabel 2.6
Produksi Komoditas Kehutanan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009
No Komoditas Satuan Produksi
2005 2006 2007 2008 2009
1 Jati m3 86.633,545 50.670,000 55.114,837 28.213,750 83.608,874
2 Mahoni m3 6.947,023 9.207,720 4.481,400 2.477,601 6.063,341
3 Akasia m3 3.224,670 84.848,000 1.739,089 786,810 27.578,110
4 Sonokeling m3 3.397,223 8.142,000 2.884,337 1.721,125 2.291,961
5 Bambu batang n.a. 54.497,000 499.081,000 192.368,000 278.043,000
6 Arang ton n.a. 1.031,000 216,388 186,567 218,676
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab, Gunungkidul, diolah.
Komoditas kehutanan yang dihasilkan di Kabupaten Gunungkidul antara lain jati, mahoni, akasia, sonokeling, bambu, dan arang. Komoditas yang paling besar produksinya adalah jati, akasia, dan bambu. Pada tahun 2009 setiap komoditas mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan. Kenaikan produksi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4. Untuk jati naik 55.395,12m3, mahoni naik 3.585,74m3, akasia naik 26.791,30m3, sonokeling naik 570,84m3, bambu naik 85.675 batang, dan arang naik 32,11ton. 2.3.2.2. Perkebunan
Selama kurun waktu tahun 2005-2009 produksi komoditas perkebunan mengalami fluktuasi produksi yang beragam. Pada tahun 2009, setiap komoditas mengalami perubahan produksi yang berbeda-beda. Secara rinci untuk produksi Kelapa dari 7.579,323 ton menjadi 7.110,312 ton atau turun 6,91%. Untuk Mete produksinya mencapai 561,215 ton menjadi 541,291 ton
atau turun 3,55%. Untuk produksi Kakao dari 373,870 ton menjadi 308,674 ton atau turun 17,44%. Produksi tembakau dari 166,100 ton naik menjadi 168,602 ton atau naik 1,51%. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009
No Komoditas Produksi (ton)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Kelapa 8.399,032 5.346,600 7.119,779 7.579,323 7.110,312 2 Mete 715,165 2.730,300 479,236 561,215 541,291 3 Kakao 130,101 193,000 150,290 373,870 308,674 4 Tembakau 366,083 245,750 159,864 166,100 168,602
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul, diolah.
2.3.3. Sektor Perikanan dan Kelautan
Luas wilayah perairan laut (0-4 mil dari garis pantai) yang dimiliki Gunungkidul adalah 518,56 km2, dengan panjang pantai 70 km. Sedangkan jumlah
kecamatan pesisir sebanyak 6 kecamatan, yaitu kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo, dengan 19 desa pesisir. Adapun pangkalan pendaratan ikan sebanyak 8 unit, pelabuhan pelelangan ikan 1 unit, dan tempat pelelangan ikan (TPI dan sub TPI) sebanyak 8 unit (TPI Sadeng, TPI Nampu, TPI Siung, TPI Ngandong, TPI Drini, TPI Baron, TPI Ngrenehan, dan TPI Gesing). Luas kolam air tawar 3.100 ha, perairan umum (telaga, cekdam, sungai, dan genangan air) seluas 904 ha, dan luas tambaknya 20 ha.
Sebagian besar pantai di Kabupaten Gunungkidul merupakan pantai karang yang curam. Pantai yang telah dikembangkan menjadi objek wisata meliputi Pantai Sadeng, Pantai Sundak, Pantai Krakal, Pantai Drini, Pantai Kukup, Pantai Baron, Pantai Ngrenehan, Pantai Ngobaran, Pantai Siung, Pantai Sepanjang, dan Pantai Wediombo. Disamping potensi wisata, laut juga memiliki potensi perikanan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Hasil perikanan tangkap sepanjang tahun 2005-2009 tertinggi berhasil dipanen sebanyak 1.691,910 ton pada tahun 2007. (Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Gunungkidul).
Tabel 2.8
Perbandingan Produksi Perikanan 2005-2009
No Komoditas Produksi
2005 2006 2007 2008 2009
1 Perikanan Tangkap (Ton) 617,120 591,400 1.691,910 1.217,146 1.471,116
Pertumbuhan (%) - (4,17) 186,09 (28,06) 20,87
2 Perikanan Budidaya (Ton) 158,907 207,288 371,943 671,156 998,345
Pertumbuhan (%) - 30,45 79,43 80,45 48,75
3 Benih ikan BBI dan UPR (ekor) 1.869.162 1.779.022 2.364.560 7.379.071 8.490.000
Pertumbuhan (%) - (5) 33 212 15
4 Ikan hias (ekor) 20.500 640 3.850 3.450 3.020
Pertumbuhan (%) - (97) 502 (10) (12)
5 Rumput laut (Ton) 583,900 527,400 265,500 280,350 823,177
Pertumbuhan (%) - (9,68) (49,66) 5,59 193,62
Produksi perikanan tangkap selama kurun waktu 2005-2009 mengalami perubahan yang berfluktuasi. Produksi tahun 2008 yang mencapai 1.217,146 ton naik menjadi 1.471,116 ton atau naik 20,87% pada tahun 2009. Untuk perikanan darat atau budidaya selama tahun 2005-2009 terjadi kenaikan produksi setiap tahunnya. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan produksi sebesar 327,189 ton atau meningkat 48,75%.
Tabel 2.9
Produksi Perikanan Darat (Budidaya) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009
No. Jenis Ikan Produksi (Ton)
2005 2006 2007 2008 2009 1 Udang Vannamei 21,000 26,400 26,210 10,200 14,900 2 Mas 10,708 12,912 16,463 28,866 15,587 3 Tawes 29,447 17,358 12,321 33,884 27,702 4 Nila 43,025 44,573 44,177 79,981 161,238 5 Mujair 6,842 6,093 1,334 22,137 11,678 6 Lele 43,203 90,098 260,808 476,529 708,985 7 Gurami 2,747 4,595 4,443 6,205 12,514 8 Bawal Tawar - - 5,604 13,178 45,093 9 Ikan Lain 1,935 5,259 0,583 0,175 0,648 Jumlah 158,907 207,288 371,943 671,155 998,345 Pertumbuhan (%) 30,44611 79,43296 80,44566 48,75029
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul, Tahun 2010.
2.3.4. Sektor Peternakan
Produksi di sub sektor peternakan dari tahun 2005-2009 menunjukkan perkembangan yang positif. Berdasarkan penilaian dari berbagai pihak menyatakan bahwa bahwa Gunungkidul adalah gudang ternak dan budaya masyarakat petani untuk memelihara ternak turut memberikan andil dalam peningkatan populasi ternak.
Tabel 2.10
Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009
No Jenis Ternak Tahun (Ekor)
2005 2006 2007 2008 2009 1 Sapi Potong 109.400 111.448 111.893 115.421 122.352 2 Sapi Perah - - 6 7 7 3 Kambing 128.293 136.913 137.958 147.340 150.572 4 Domba 12.397 11.130 10.997 12.581 12.850 5 Babi 33 54 72 67 156 6 Ayam Buras 1.553.831 1.033.698 884.546 1.010.418 715.355
7 Ayam Ras Petelur 2.850 150.886 92.080 87.795 26.819
8 Ayam Ras
Pedaging 149.575 337.150 468.475 433.950 682.538
Sedangkan data untuk pembibitan ternak dapat dilihat dari realisasi Inseminasi Buatan (IB) dan jumlah kelahiran, disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.11
Perkembangan Inseminasi Buatan dan Jumlah Kelahiran Ternak di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009
No Uraian TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
Realisasi Inseminasi Buatan (Dosis)
1 Sapi Potong 43,270 42,242 46,554 49,684 54,068
2 Sapi Perah - - - - -
3 Kerbau - - - - -
4 Kambing/Domba 38 50 58 192 276
Jumlah 43,308 42,292 46,612 49,876 54,344
Jumlah Kelahiran (Ekor)
1 Sapi Potong 12.125 11.940 13.515 18.277 21.235
2 Sapi Perah - - - - -
3 Kerbau - - - - -
4 Kambing/Domba - - - - -
Jumlah 12.125 11.940 13.515 18.277 21.235
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Gunungkidul, Tahun 2010.
2.3.5. Sektor Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertambangan 2.3.5.1. Sektor Perindustrian
Berdasarkan data terakhir perkembangan industri kecil dan menengah di Kabupaten Gunungkidul terus mengalami peningkatan, sebagaimana pada tabel. Industri kecil dan mikro ini berbasis pada hasil pertanian, kehutanan, dan pertambangan serta keberadaan industri ini hampir merata di semua kecamatan di Gunungkidul.
Tabel 2.12
Data Industri Kecil Menengah diKabupaten Gunungkidul
No Jenis TAHUN
2007 2008 2009
1 Industri Kecil Menengah
a. Unit Usaha
b. Tenaga Kerja (Orang)
c. Nilai Produksi (Rp) d. Nilai Investasi (Rp) 12.918 46.527 99.379.261.506 47.175.815.815 19.548 60.954 159.400.409.900 73.121.344.400 19.771 62.387 168.964.434.494 75.791.216.320 2. Perdagangan Kecil,
Menengah, dan Besar a. Kecil b. Menengah c. Besar 3.046 48 29 3.258 77 43 3.680 104 58
3. Perusahaan Sedang, Besar
dan Tenaga Kerja a. Jumlah Perusahaan
Industri Sedang/Besar b. Jumlah Tenaga Kerja (Org)
6 495.000 6 495.500 6 485.600 Sumber : Dinas Perindagkoptam Kab. Gunungkidul, 2009 (diolah)
Industri kerajinan di Gunungkidul memiliki pasar ekspor dengan tujuan Perancis, Singapura, Korea, Yunani, dan Australia.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh Industri Kecil Rumah Tangga (IKRT) adalah masalah pemasaran (44%), permodalan (38,7%), lainnya (10,5%), bahan baku (3,7%), dan distribusi dan transportasi (3,1%). IKRT Kabupaten Gunungkidul dalam kegiatan produksinya mengandalkan atau memanfaatkan potensi sumber daya lokal seperti produk-produk pertanian, perkebunan, pertambangan, dan lain-lain.
Melihat pentingnya IKRT bagi Kabupaten Gunungkidul dalam berbagai hal dan masih banyaknya masalah terkait IKRT di Kabupaten ini, maka perlu disusun suatu langkah strategis bertahap yang mampu mengembangkan IKRT agar mampu menyokong dan meningkatkan pertumbuhan PDRB dan menyerap tenaga kerja.
2.3.5.2. Sektor Perdagangan
Beberapa kurun waktu lalu perekonomian nasional menunjukan kondisi buruk dengan tingkat kepercayaan semua pihak yang hampir-hampir hilang. Tingkat kepercayaan yang rendah itu telah menjadi ancaman yang serius di bidang ekonomi, sosial dan politik. Karena itu pemulihan dan peningkatan ekonomi tidak dapat dilakukan semata-mata oleh kegiatan ekonomi tetapi harus ditunjung oleh bidang yang lain khususnya politik dan keamanan.
Politik dan keamanan di Kabupaten Gunungkidul relatif kondusif sehingga masalah pilitik dan kemananan bukan lagi menjadi faktor utama dalam perdagangan dan perekonomian baik lokal, nasional, maupun mancanegara. Kecenderungan lesunya perdagangan lokal maupun ekspor terutama komoditas industri kecil/menengah di gunungkidul saat ini karena adanya kebijakan pusat mengenai perubahan ekonomi global dan dengan adanya Asian Free Trade Area (AFTA) China. Belum siapnya sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam menangkis produk China dengan harga murah, sedangkan kita belum bisa memodifikasi bahan baku lokal menjadi bahan/hasil dengan kualitas prima/ekspor dalam merebut pasar lokal maupun mancanegara.
Tabel 2.13
Data Sarana Perdagangan, Pengusaha Kecil Menengah, dan Ekspor/Impor di Kabupaten Gunungkidul
No Jenis TAHUN 2007 2008 2009 1 Sarana Perdagangan a. Pasar Tradisional b. Pasar Lokal c. Pasar regional d. Pasar Swalayan e. Hipermarket 94 46 - 20 - 84 40 - 31 - 84 40 - 31 -
No Jenis TAHUN
2007 2008 2009
2. Pengusaha Kecil Menengah (PKM) dan Tenaga Kerja : a. Sektor Aneka Industri
* Jumlah PKM
* Jumlah tenaga kerja
16.053 59.146 19.548 60.954 19.548 60.954 b. Sektor Perdagangan * Jumlah PKM
* Jumlah tenaga kerja
3.108 15.540 3.636 17.831 5.633 19.913 3. Eksport/ Import a. Eksport 1. Nilai 32.24 34.48 31.45 2. Volume 25.697.500 17.674.500 30.500 3. Komoditi 5 5 5 4. Negara Tujuan 10 8 10
Sumber : Dinas Perindagkoptam Kab. Gunungkidul, 2009 (diolah)
2.3.5.3. Sektor Koperasi
Koperasi pada saat ini cenderung melemah dan lesu karena greget dari pemerintah pusat terhadap koperasi kurang terasa, tidak seperti pada masa-masa orde baru. Hal ini bukan berarti pemerintah saat ini tidak mengedepankan koperasi akan tetapi karena kebijakan-kebijakan perekonomian global seperti halnya AFTA China dan lain sebagainya. Padahal koperasi mempunyai kebijakan mengedepankan asas kekeluargaan sehingga dalam bersaing terutama diluar koperasi bahkan ke tingkat mancanegara perlu pembenahan dan peningkatan sumber daya manusia.
Sampai saat ini koperasi di Gunungkidul berjumlah 240 koperasi, yang 30% diantaranya mengalami stagnan bahkan matisuri Adapun data jumlah koperasi yang menjalankan Rapat Anggota Tahunan (RAT) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.14
Data Koperasi Yang Melaksanakan RAT Tahun 2009
No Jenis Koperasi Koperasi RAT Persen (%)
1 KPRI 52 51 98
2 KOPABRI 2 2 100
3 KOPKAR 10 4 40
4 KUD 16 15 94
5 Koperasi Tanaman Pangan 44 27 61
6 Koperasi Peternakan 6 2 33
7 Koperasi Perikanan 1 - -
8 Koperasi Pondok Pesantren 11 3 27
9 Koperasi BMT 14 13 93
10 Koperasi Pasar 4 1 25
11 Koperasi Simpan Pinjam 15 15 100
12 Koperasi Pendidikan 6 3 50
No Jenis Koperasi Koperasi RAT Persen (%)
14 Koperasi Serba Usaha 43 21 49
15 Koperasi Angkatan Darat 1 - -
16 Koperasi Wanita 9 6 67
17 Koperasi Pemuda 1 - -
18 Koperasi Sekunder - - -
JUMLAH 240 168 70
Sumber : Dinas Perindagkoptam Kab. Gunungkidul, Tahun 2009 (diolah)
2.3.5.4. Sektor Pertambangan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang penggolongan bahan-bahan galian membagi bahan galian menjadi tiga golongan yaitu: golongan (a) yaitu bahan galian strategis; golongan (b) yaitu bahan galian vital; golongan (c) yaitu yang tidak masuk dalam golongan a dan b.
Potensi pertambangan yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul berupa bahan galian golongan C meliputi batu gamping terumbu keras, batu gamping terumbu lunak, batu gamping berlapis (kalkarenit), breksi batu apung, batu pasir tufan, andesit, tras, kaolin, pasir kuarsa, zeolit, kalsit, dan batu setengah mulia (kalsedon). Pengusahaan sektor pertambangan di Kabupaten Gunungkidul selain diusahakan oleh sektor swasta, sebagian masih merupakan usaha pertambangan rakyat yang diusahakan secara berkelompok dan belum terorganisasi dengan baik.
Tabel 2.15
Jumlah Produksi Bahan Galian/Tambang dengan Satuan M3
No JENIS TAHUN
2007 2008 2009
1. Batu Gamping Terumbu
Lunak/Keprus
83.632.284 83.569.159.34 83.548.421.34
2. Batu Gamping Terumbu Keras/
Bedhes
17.058.307.850 17.058.307.850 17.058.258.268,24
3. Kalsilutit 42.045.107 42.045.107 42.045.107
4. Kalkarenit 308.877.923 308.867.760,30 308.864.926,99
5. Breksi Batu apung 2.050.018.951 2.050.018.491 2.050.018.491
6. Batu Pasir Tufan 3.777.268.804 3.777.267.706 3.777.267.476
7. Andesit 7.914.710 7.881.223,55 7.881.223,55
8. Breksi andesit 1.017.193.500 1.017.193.560 1.017.193.560
9. Pasir Urug 2.972.000 2.972.000 2.972.000
10. Batu Pasir 1.686.290.000 1.686.290.000 1.686.290.000
11. Kelompok Tras 9.007.231 9.007.231 9.007.231
12. Lempung Hasil Pelapukan Batu
Gamping
1.571.069 1.571.069 1.571.069
13. Batu Setengah mulia 38.000 38.000 38.000
14. Pasir Kwarsa 3.229.167 3.229.167 3.229.167
15. Lempung Hasil Pelapukan Trass 411.250 411.250 411.250
Sumber : Dinas Perindagkoptam Kabupaten Gunungkidul, 2009 (diolah).