• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Eksis ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Eksis ISSN :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 1

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY,

DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM

PERUSAHAAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN

DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2018

Sudarlan1, Muhammad Suyudi2, Muhammad Sainudin Noor3

[email protected], [email protected], [email protected] 123

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Samarinda

123 Jl. Cipto Mangunkusumo, Sungai Keledang, Kec. Samarinda Seberang Kota Samarinda, 75242

ABSTRACT

This research aim to help investors in deciding to invest in the stock market by analyzing the impact of company’s financial ratio on its share price. Finacial ratio used in this research are Earning per Share, Return on Equity, and Debt to Equity Ratio as independent variables, and Stock Price as the dependent variable. The method used in this reseach is purposive sampling with population is 18 plantation companies and sample is 10 companies. Data were tested using the classical asumptiont and multiple linear regression used SPSS 25. The result of this research shown that ROE does not effect significantly to company’s stock price. And EPS effect positif and significantly, and DER effect negatif and significantly to company’s stock price. From F test’s result shown that EPS, ROE, and DER together effect significantly to company’s stock price.

Keywords: Earning per Share, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Stock Price.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membantu investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi di pasar modal dengan menganalisis pengaruh rasio keuangan tehadap harga saham di suatu perusahaan. Rasio keuangan yang digunakan yaitu Earning per Share, Return on Equity, dan Debt to

Equity Ratio sebagai variabel independen dan Harga Saham sebagai variabel dependen. Teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan populasi sebesar 18 emiten perusahaan subsektor perkebunan dan sampel sebesar 10 emiten. Data diuji menggunakan uji asumsi klasik, uji hipotesis dan analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan EPS berpengaruh positif dan signifikan, dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Dari hasil uji F diperoleh bahwa EPS, ROE, dan DER secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci: Earning per Share, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Harga Saham.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Setiap investor atau calon investor memiliki tujuan dalam berinvestasi yakni untuk memperoleh keuntungan dari dana yang diinvestasikan. Keuntungan dari investasi saham adalah capital gain dan dividen. Dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, penting bagi investor mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan pengaruhnya terhadap harga saham. Hal ini dilakukan agar investor memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Harga saham selalu mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan makro ekonomi, kebijakan perusahaan, adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat dalam tindak pidana, ataupun karena kinerja perusahaan yang selalu mengalami penurunan dalam setiap waktunya. Oleh karena itu diperlukan suatu alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Chen dan Shimerda dalam Fahmi (2015:57) menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan bagian penting dalam mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan dari suatu entitas,

(2)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 2

sehingga sesuai dengan pernyataan di atas bahwa rasio keuangan yang dianalisis adalah yang dianggap secara teoritis dan disesuaikan dengan bukti empiris yang diperoleh serta dihubungkan dengan untuk apa rasio keuangan tersebut digunakan dan ditujukan.

Fahmi (2015:50) menyatakan rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak jumlahnya dan setiap rasio itu mempunyai kegunaan masing-masing. Bagi investor ia akan melihat rasio dengan penggunaan yang paling sesuai dengan analisis yang akan ia lakukan. Jika rasio tersebut tidak merepresentasikan tujuan dari analisis yang akan ia lakukan maka rasio tersebut tidak akan dipergunakan, karena dalam konsep keuangan dikenal namanya fleksibilitas, artinya rumus atau berbagai bentuk formula yang dipergunakan haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti. Alat ukur yang digunakan para investor untuk menilai apakah saham perusahaan yang akan dibeli bisa memberikan keuntungan adalah rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio profitabilitas. Ada banyak hal yang mempengaruhi naik turunnya harga saham salah satu rasio untuk menilai kinerja perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham adalah Earning Per Share, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio.

Seorang investor haruslah memperhatikan suatu laporan keuangan perusahaan sebelum melakukan keputusan untuk investasi, karena seorang investor dihadapkan pada keinginan untuk memperoleh tingkat pengembalian yang maksimal dari nilai investasi, dan berbagai macam risiko ketidakpastian yang sulit diprediksi. Dengan demikian, untuk mengurangi ketidakpastian dalam mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko yang terjadi maka para investor memerlukan berbagai informasi sebagai pedoman untuk berinvestasi di pasar modal.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang rasio-rasio keuangan untuk mengukur pengaruhnya terhadap harga saham dengan judul “Pengaruh Earning Per Share, Return On Equity, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan Subsektor Perkebunan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018.”

KAJIAN TEORITIS Manajemen Keuangan

Menurut Fahmi (2015:2) manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seorang manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumberdaya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi dana dengan tujuan mampu memberikan profit atau kemakmuran bagi para pemegang saham dan sustainability (keberlangsungan) usaha bagi perusahaan. Adapun menurut Kasmir (2010:5) manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.

Sutrisno (2012:3) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Usaha pembelanjaan dana disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi pasiva.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai seni yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan keuangan perusahaan yang digunakan untuk mengelola biaya secara efisien.

(3)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 3

Manajemen Keuangan Perusahaan

Menurut Sudana (2011:1) manajemen keuangan perusahaan adalah salah satu bidang manajemen fungsional perusahaan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan investasi jangka panjang, keputusan pendanaan jangka panjang, dan pengolahan modal kerja perusahaan yang meliputi investasi dan pendanaan jangka pendek. Dengan kata lain manajemen keuangan perusahaan merupakan bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam suatu organisasi perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya yang tepat.

Investasi

Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Bahkan, sebagai contoh sederhana, waktu yang Anda korbankan untuk mempelajari buku ini juga merupakan suatu investasi. Anda mungkin harus me-relakan waktu bersantai anda bersama keluarga untuk membaca buku ini dengan harapan memperoleh karier yang sukses di masa datang. Harapan akan masa depan yang lebih baik tersebut merupakan imbalan atas komitmen waktu dan usaha yang Anda lakukan saat ini.

Abdul Halim (2005:4) dalam Fahmi (2006:2) memberikan pengertian investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Adapun menurut Haming dan Basalamah (2010:5) investasi secara umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuntungan (saham, obligasi, reksadana, wesel, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang.

Dengan demikian, dari beberapa pendapat para ahli di atas maka investasi juga dapat di-definisikan sebagai sesuatu yang kita korbankan di masa sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

Pasar Modal

Tandelilin (2010:26) mengatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Menurut Untung (2011:7) pasar modal (capital market), didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors). Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik yang bersifat negotiable maupun yang nonnegotiable.

Menurut Haming dan Basalamah (2010:353) pasar modal (capital market) adalah Lembaga keuangan yang menyediakan dana permodalan berjangka panjang, yaitu lebih dari satu tahun. hal yang sama juga diungkapkan Keown, dkk (2005:16) pasar modal mengacu pada seluruh institusi dan prosedur yang menyediakan transaksi atas instrumen keuangan jangka panjang. Jangka panjang disini berarti mempunyai periode jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dalam pengertian luas, ini menunjukkan pinjaman jangka panjang dan leasing keuangan, ekuitas korporat serta obligasi. Dana yang termasuk ke

(4)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 4

dalam struktur modal perusahaan diperoleh melalui pasar modal. Komponen terpenting dari pasar modal adalah bursa efek dan pasar over the counter.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka pasar modal juga bisa diartikan sebagai perdagangan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi yang dilakukan oleh antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memerlukan dana.

Saham

Menurut Salim (2010:5) Saham adalah bentuk penyertaan modal dalam sebuah perusahaan. Ketika kita memiliki saham sebuah perusahaan, misalnya perusahaan bernama kitakaya, bisa dikatakan kita memiliki perusahaan tersebut sebesar persentase tertentu sesuai dengan jumlah lembar saham yang kita miliki. Adapun menurut Heykal (2012:37) saham merupakan instrumen pasar modal yang berupa surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu.

Subagyo (1997) dalam Heykal (2012:37) mengatakan bahwa saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT). hal yang sama juga diungkapkan Alma (1997) dalam Heykal (2012:37), yang mendefinisikan saham sebagai surat keterangan tanda turut serta dalam perseroan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka saham juga dapat diartikan sebagai tanda ke-terangan kepemilikan dalam sebuah perusahaan sebesar persentase tertentu seusai dengan jumlah saham yang dimiliki.

Jenis Saham

pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh public yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing (Fahmi, 2012:54)

Common Stock (saham biasa) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Preferred Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).

Harga Dalam Transaksi Saham

Ada dua buah macam harga dalam transaksi saham, yaitu (Salim, 2010:31):

a. Harga bid merupakan harga permintaan pasar, artinya pasar siap membeli saham yang kita miliki pada harga tersebut. Jika kita memiliki saham dan ingin menjualnya saat itu juga, transaksi yang diberlakukan kepada kita menggunakan harga bid.

b. Harga offer merupakan harga penawaran pasar, artinya pasar siap menjual saham yang kita inginkan pada harga tersebut. Jika kita memiliki dana tunai dan ingin membeli saham tersebut saat itu juga, transaksi yang diberlakukan kepada kita akan menggunakan harga offer.

(5)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Fahmi (2012:57) harga saham dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham tersebut akan berfluktuasi, yaitu:

a. Kondisi mikro dan makro ekonomi

b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri.

c. Pergantian direksi secara tiba-tiba

d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya

f. Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertanian subsektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.

Sampel adalah pengamatan pada sebagian kecil dari populasi. Sampel dipilih berdasarkan purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut adalah:

a. Perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.

b. Perusahaan perkebunan yang telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan menyajikan data rasio keuangan yang dibutuhkan dan harga saham tahun 2014-2018.

c. Perusahaan perkebunan yang tidak memiliki harga saham lebih tinggi dari Rp 4.000 sejak tahun 2014-2018.

d. Perusahaan perkebunan yang tidak Earning per Share lebih rendah dari Rp -200 sejak tahun 2014-2018.

Berdasarkan penjelasan tentang kriteria penentuan sampel di atas, maka sampel yang digunakan sebanyak 10 perusahaan subsektor perkebunan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 sebagai berikut:

1. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk 2. PT Eagle High BW Plantations Tbk 3. PT Dharma Satya Nusantara Tbk 4. PT Jaya Agra Wattie Tbk

5. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk 6. PT Provident Agro Tbk

7. PT Sampoerna Agro Tbk 8. PT Salim Ivomas Pratama Tbk 9. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 10. PT Tunas Baru Lampung Tbk Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel yang diteliti terhadap harga saham, penelitian ini

(6)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 6

menggunakan analisis regresi linear berganda. Menurut Atmaja (2009:177) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y= a+b1.X1+b2X2+b3X3+e Dimana:

Y = Harga Saham a = Konstan

b1, bn = Koefisien Regresi Variabel X1 = Earning Per Share (EPS) X2 = Return On Equity (ROE) X3 = Debt to Equity Ratio (DER) e = Error/Pengganggu

Kerangka pikir penelitian ini adalah bahwa variabel independen yaitu Earning Per Share, Return On Equity, dan Debt to Equity Ratio yang merupakan ratio keuangan akan diteliti pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham. Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan estimasi terhadap nilai koefisien regresi, perlu dilakukan beberapa uji asumsi klasik, yaitu:

1. Uji normalitas: bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2018:161).

2. Uji multikolinieritas: bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. (Ghozali, 2018:107).

3. Uji heteroskedastisitas: bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:137).

(7)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 7

4. Uji autokorelasi: bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2018:111). Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis diterima atau ditolak dilakukan pengujian hipotesis, yaitu terdiri dari uji determinasi (R2), uji T, dan uji F.

1. Uji determinasi (R2): mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:97).

2. Uji T: digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018: 98). Apabila t hitung lebih tinggi dari nilai t tabel, hipotesis alternatif yang menyatakan variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen diterima (Ghozali, 2018: 101)

3. Uji F: merupakan pengujian signifikan seluruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama.

HASIL PENELITIAN Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Data yang telah terdistribusi secara normal adalah data yang baik yang dapat digunakan dalam suatu penelitian dan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data, maka dapat dilihat nilai sig. di

bagian Kolmogrov-Smirnov dalam tabel Tests

of Normality. Angka signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov Sig. > 0,05 maka menunjukkan data berdistribusi normal. Hasil output pengujian SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 525,42753777

Most Extreme Differences Absolute ,106

Positive ,106

Negative -,066

Test Statistic ,106

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

Berdasarkan tabel 2 dengan uji statistik non-parametric Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai Asymp. Sig = 0,20 > 0,05, artinya data berdistribusi normal. Sehingga data pada penelitian ini layak untuk digunakan.

(8)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 8

2. Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi korelasi antar variabel bebas, untuk mengetahui ada atau tidaknya hal tersebut maka dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas antar variabel bebas pada model regresi. Hasil output pengujian SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1109,910 165,531 6,705 ,000

EPS 3,533 1,220 ,376 2,895 ,006 ,805 1,242

ROE 389,651 716,929 ,075 ,543 ,589 ,713 1,403

DER -283,882 95,824 -,372 -2,963 ,005 ,863 1,159

a. Dependent Variable: Harga Saham

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa pada setiap variabel bebas mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas pada model regresi ini. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak terdapat kemiripan antar variabel bebas/ independen pada penelitian ini, yaitu Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER).

Nilai VIF masing-masing variabel bebas/independen adalah Earning per Share (EPS) 1.242, Return on Equity (ROE) 1.403, dan Debt to Equity Ratio (DER) 1.159. Sedangkan nilai tolerance masing-masing variabel bebas/ independen adalah Earning per Share (EPS) 0.805, Return on Equity (ROE) 0.713, dan Debt to Equity Ratio (DER) 0.863.

3. Uji Heteroskedsatisitas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas yakni bisa menggunakan grafik Scatterplot dan melihat nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas. Hasil output pengujian SPSS menggunakan uji park dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4

Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11,072 ,727 15,235 ,000 EPS ,004 ,005 ,108 ,667 ,508 ROE -3,253 3,148 -,177 -1,034 ,307 DER ,142 ,421 ,053 ,337 ,737

a. Dependent Variable: lnRes2

(9)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 9

Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi variabel Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) secara keseluruhan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan pengujian terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Hasil output pengujian SPSS menggunakan scatterplot dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 2

Hasil Uji Heterokedastisitas

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui bahwa titik-titik data penyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka nol dan penyebaran juga tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan pengujian terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson yang dapat dilihat dari uji regresi dan secara konvensional yang dapat dikatakan telah memenuhi asumsi autokorelasi bila nilai uji Durbin-Watson mendekati angka 2. Menurut Sunyoto (2009:91), secara umum dapat diambil patokan bahwa:

a. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

Adapun nilai Durbin-Watson pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,612a ,375 ,334 542,290 ,981

a. Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE b. Dependent Variable: Harga Saham

(10)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 10

Hasil Uji Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi sebesar 0,334 yang menunjukkan bahwa variabel independen yang diambil dalam penelitian ini memiliki pengaruh dengan variabel dependen sebesar 33,4% sehingga selebihnya sebesar 66,6% adalah variabel-variabel lain yang tidak dikemukakan dalam penelitian ini.

Tabel 6

Hasil Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,612a ,375 ,334 542,290

a. Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE b. Dependent Variable: Harga Saham

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

2. Uji T

Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018: 98). Uji T dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 Hasil Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1109,910 165,531 6,705 ,000 EPS 3,533 1,220 ,376 2,895 ,006 ROE 389,651 716,929 ,075 ,543 ,589 DER -283,882 95,824 -,372 -2,963 ,005

a. Dependent Variable: Harga Saham

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian hipotesis parsial (uji t) sebagai berikut:

a. Nilai signifikansi Variabel Earning per Share (X1) sebesar 0,006 < 0,050 atau thitung = 2,895 > ttabel = 2,00 sehingga hipotesis penelitian yang pertama (H1) diterima. Hal ini berarti variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

b. Nilai signifikansi Variabel Return on Equity (X2) sebesar 0,589 > 0,050 atau thitung = 0,543 < ttabel = 2,00 sehingga hipotesis penelitian yang kedua (H2) ditolak. Hal ini berarti variabel ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

c. Nilai signifikansi Variabel Debt to Equity Ratio (X3) sebesar 0,005 < 0,050 atau thitung = 2,963 > ttabel = 2,00 sehingga hipotesis penelitian yang ketiga (H3) diterima. Hal ini berarti variabel DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

(11)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 11

3. Uji F

Uji F merupakan pengujian signifikan seluruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama (Ghozali, 2018: 98). Uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8

Hasil Uji F ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8120290,105 3 2706763,368 9,204 ,000b

Residual 13527630,775 46 294078,930

Total 21647920,880 49

a. Dependent Variable: Harga Saham b. Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Nilai signifikansi 0,000 < 0,050 atau Nilai Fhitung sebesar 9,204. Selanjutnya mencari nilai Ftabel dan membandingkannya dengan nilai Fhitung. Rumus Ftabel adalah (k-1 ; n-k).

Keterangan: k = jumlah variabel

n = jumlah responden atau sample penelitian

Dari data diatas, menunjukkan bahwa k = 4 dan n = 50. Maka menghasilkan angka (4-1 ; 50 - 4) = (3; 46) dan diketahui nilai F tabel adalah 2.76. dari hasil perbandingan dipeoleh nilai Fhitung sebesar 9,204 > Ftabel sebesar 2,76, sehingga dapat disimpulkan Earning Per Share (X1), Return On Equity (X2), dan Debt to Equity Ratio (X3) berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y).

4. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Perhitungan statistik dengan uji regresi berganda untuk memperoleh persamaan regresi berganda antara variabel Earning Per Share (X1), Return On Equity (X2), dan Debt to Equity Ratio (X3)

dengan harga saham (Y) dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 9

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1109,910 165,531 6,705 ,000 EPS 3,533 1,220 ,376 2,895 ,006 ROE 389,651 716,929 ,075 ,543 ,589 DER -283,882 95,824 -,372 -2,963 ,005

a. Dependent Variable: Harga Saham

(Sumber: Output SPSS 25.00, diolah penulis, 2019)

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2X2+ b3X3 + e

Y = 1.109,91 + 3,53 X1 + 389,65 X2 -283,88 X3

Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing variabel dapat diinterpretasikan hubungannya dengan harga saham sebagai berikut:

(12)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 12

a. Konstanta (Y) sebesar 1.109,91 berarti bahwa jika Earning per Share (X1), Return on Equity (X2), dan Debt to Equity Ratio (X3) sama dengan nol maka nilai harga saham perusahaan perkebunan adalah Rp 1.109,91.

b. Koefisien Earning per Share (X1) sebesar 3,53. Apabila variabel Earning per Share (X1) mengalami kenaikan sebesar satu satuan sementara Return on Equity (X2) dan Debt to Equity Ratio (X3) dianggap tetap, maka akan mengalami kenaikan harga saham sebesar 3,53 per lembar.

c. Koefisien Return on Equity (X2) sebesar 389,65. Apabila variabel Return on Equity (X2) mengalami kenaikan satu satuan sementara Earning per Share (X1) dan Debt to Equity Ratio (X3) dianggap tetap. Maka akan mengalami kenaikan harga saham sebesar 389,65 per lembar.

d. Koefisien Debt to Equity Ratio (X3) sebesar -283,88. Apabila Debt to Equity Ratio (X3) mengalami kenaikan satu satuan sementara Earning per Share (X1) dan Return on Equity (X2) dianggap tetap. Maka akan mengalami penurunan harga saham sebesar 283,88 per lembar.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pengaruh Earning per Share Terhadap Harga Saham

Earning per Share merupakan keuntungan dari perlembar saham yang didapat oleh pemegang saham. Hasil yang diperoleh dari penelitian di atas menunjukkan bahwa Earning per Share (X1) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 dari nilai koefisien sebesar 3,53 yang berarti bahwa setiap Earning per Share (X1) mengalami kenaikan satu persen maka Harga Saham akan mengalami kenaikan sebesar 3,53 persen per lembar. Nilai standardized coefficients EPS sebesar 0,376, merupakan nilai terbesar dibandingkan variabel bebas yang lain yang menujukkan bahwa EPS memiliki pengaruh paling kuat terhadap harga saham. EPS merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan peusahaan sehingga investor tertarik pada EPS yang besar.

Sebuah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik tentunya juga memiliki kemampuan untuk mendapatkan laba dari kinerjanya. Biasanya, laba ini dinyatakan dalam bentuk angka. Laba tersebut merupakan laba perusahaan secara keseluruhan, sementara kita sebagai investor hanya mengikutsertakan sebagian modal kita yang dinyatakan dalam bentuk lembaran saham (Salim, 2010:83). EPS yang tinggi memberikan sinyal positif pada pasar sehingga membuat calon investor tertarik membeli saham dengan nilai EPS yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ramdhani dan Styanusa (2013), dan Widyanti dan Colline (2017) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham

Return on Equity merupakan keuntungan yang mampu dihasilkan oleh modal yang dimiliki suatu perusahaan. Apabila modal yang minimal mampu memberikan keuntungan yang maksimal maka dapat diartikan bahwa perusahaan mampu mengelola modal dengan sangat baik.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Return on Equity (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 dengan nilai signifikansi sebesar 0,589 ≥ 0,050 yang berarti bahwa perubahan Return on Equity (X2) tidak mempengaruhi harga saham. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Widyanti dan Colline (2017), Tyas dan Saputra (2016), dan Raharjo (2013) yang menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

(13)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 13

Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang dan modal suatu perusahaan. Semakin besar DER menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai hutang yang lebih besar dari modal yang dimiliki perusahaan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Debt to Equity Ratio (X3) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan subsektor perkebunan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 ≤ 0,050 yang berarti bahwa perubahan Debt to Equity Ratio (X3) mempengaruhi harga saham.

DER bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada (Salim, 2010:86). Rasio ini sering digunakan analis dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan equitas yang dimiliki oleh perusahaan atau pemegang saham. Semakin rendah DER maka menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka panjang, dan sebaliknya. Semakin tinggi DER maka menunjukkan bahwa perusahaan tdak mampu melunasi kewajiban jangka panjang dan hal tersebut memberikan sinyal positif kepada pasar untuk membeli saham perusahaan yang memiliki nilai DER yang kecil

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyanti dan Colline (2017) dan Sondakh, dkk (2015) yang menegaskan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh Earning per Share, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham pada perusahaan subsektor perkebunan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Variabel EPS berpengaruh dalam meningkatkan harga saham pada perusahaan subsektor perkebunan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

2. Variabel ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan subsektor perkebunan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

3. Variabel DER berpengaruh dalam meningkatkan harga saham pada perusahaan subsektor perkebunan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

DAFTAR RUJUKAN

Atmaja, Lukas Setia. 2009. Statistika untuk bisnis dan ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Brealey, Richard A. Stewart C. Myers dan Alan J. Marcus 2008. Dasar-Dasar Manajemen keuangan, Edisi

Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Fahmi, Irham. 2006. Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik. Bandung: Refika Aditama. __________ 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

___________2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25 Edisi 9. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

(14)

Volume 16 No 2 Oktober 2020

Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 14

Haming, Murdifin dan Salim Basalamah. 2010. Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis. Jakarta: Aksara. Heykal, Mohammad. 2012. Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi kedua. Jakarta: Kencana.

Keown, Arthur J. John D. Martin. William Petty. dan David F. Scott JR. 2005. Manajemen Keuangan:

Prinsip-Prinsip Dasar dan Aplikasi, Edisi kesembilan, Jilid 2. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Raharjo, Daniarto. 2013. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal of Accounting. Vol.2, No.2, Tahun 2013. Hal. 1-11

Ramdhani, Gilang. dan Styanusa, Inta Budi. 2013. Pengaruh Laba Per Lembar Saham dan Rasio Pengembalian Modal Terhadap Harga Saham Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Riset Akuntansi. Vol.5, No.1, April. 2013.

Salim, Joko. 2010. Cara Gampang Bermain Saham. Jakarta: Visimedia. Silalahi, Ulber. 2013. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama.

Sondakh, Frendi. Tommy, Parengkuan. dan Mangantar, Marjam. 2015. Current Ratio, Debt To Equity Ratio,

Return On Assets, Return On Equity Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Indeks LQ45 Di BEI.

Vol.3, No.2, Juni. 2015, 749-756.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Jakarta: Erlangga.

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Jakarta: PT Buku Kita.

Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan: Teori Konsep & Aplikasi, Edisi kedelapan. Yogyakarta: Ekonisia. Tandelilin, Eduardus.2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Tryfino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta: TransMedia.

Tyas, Risqi Aning. dan Saputra, Rishi Septa. 2016. Analisis Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012–2014) .

Jurnal Online Insan Akuntan. Vol.1, no.1, Juni 2016, Hal:77-91.

Untung, Budi. 2011. Hukum Bisnis Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Widayanti, Rita. & Fredella Colline. 2017. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 Periode 2011 -2015. Jurnal Manajemen. Vol. 21, No. 1, 2017: 35-49.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 2  Hasil Uji Normalitas
Tabel 7  Hasil Uji T  Coefficients a Model  Unstandardized Coefficients  Standardized Coefficients  T  Sig
Tabel 8  Hasil Uji F

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa return on assets , debt to equity ratio dan harga saham pada Perusahaan Farmasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia secara

Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratiodan Beta saham sccara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan subsektor transportasi periode

Apakah BOPO, Debt to Equity Ratio (DER), dan pertumbuhan kantor cabang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perbankan yang terdaftar di Bursa

Lampiran 02: Data Harga Saham, Debt to Equity Ratio, dan Return On Equity Perusahaan Sub Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 – 2019... Lampiran 03: Data Harga

Debt Equity Ratio (DER), Debt Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, melalui Economy Value Added

Debt to total equity ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham karena proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya yang berasal dari

Pengaruh Current Ratio,Debt To Equity Ratio,Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek

Pengaruh Current Ratio, Return On Aset, Earning Per Share, dan Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Bursa