• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Pengusaan Bahasa Inggeris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Pengusaan Bahasa Inggeris"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

35

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari

Model Pembelajaran Kooperatif dan Pengusaan

Bahasa Inggeris

Awalludin

1

& Sukma Fotilano

2

(1&2Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA-FKIP Universitas

Haluoleo)

Abstrak: Penelitian ini menggunakan desain 3x2 faktorial bertujuan: (i) untuk mempelajari perbedaan hasil belajar matematika ditinjau dari faktor (Bj|Ai), (ii) perbedaan fakstor(Ai|Bj), (iii) ada perbedaan dalam perbedaan tipe-1 dan tipe-2. Berdasarkan analisis statistik uji-t dengan nilai – p<α=0,05, menunjukkan bahwa: (a) perbedaan rerata hasil belajar matematika ditinjau dari Bj dengan syarat Ai terdapat 1 hipotesis menolak H0 dan dua hipotesis menerima H0 (b) perbedaan rerata hasil belajar matematika ditinjau dari Ai dengan syarat Bj terdapat dua hipotesis menolak H0 dan dua hipotesis menerima H0, dan (c) perbedaan dalam perbedaan tipe-1 menolak H0 dan tipe-2 menerima H0.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Perbedaan, TSTS, Jigsaw, STAD dan Bahasa Inggris. PENDAHULUAN

Pendidikan telah menjadi kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin penting artinya. Namun, dalam proses pemenuhan kebutuhan akan pendidikan ternyata menghadapi cukup banyak permasalahan. Satu diantaranya beberapa permasalahan pokok pendidikan yang terjadi di Indonesia adalah masalah kualitas pendidikan. Karena substansi penting dalam memperbaiki kualitas pendidikan bukan prioritas, seperti perbaikan kualitas guru, kualitas proses termasuk kualitas hasil belajar, kualitas input/output, kualitas sarana dan prasarana, kesejahteraan guru dan lain-lain, sehingga dari tahun ke tahun, kualitas pendidikan relatif tidak mengalami peningkatan berarti.

Pendidikan merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Tim Dosen FIP-IKIP Malang,:1988). Kualitas pendidikan dari suatu lembaga pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari

kualitas output atau lulusan yang dihasilkannya. Salah satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pembelajaran, karena dengan adanya hasil belajar yang baik dapat menujukkan apakah materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Dalam pembelajaran yang sebelumnya diterapkan oleh guru hasil belajar siswa sudah cukup baik. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung yang bersifat edukatif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam setiap kurikulum yang berlaku (Maonde,2011:2-3). Begitu pula dalam proses pembelajaran matematika.

Dalam suatu percobaan yang kontroversial di tahun 1921, Watson dan asisten risetnya Rosalie Rayner melakukan eksperimen terhadap seorang balita bernama Albert. Pada awal eksperimen, balita tersebut

(2)

36 tidak takut terhadap tikus. Ketika balita memegang tikus, Watson mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita menjadi takut dengan suara yang tiba-tiba dan keras sekaligus takut terhadap tikus. Akhirnya, tanpa ada suara keras sekalipun, balita menjadi takut terhadap tikus. Sehingga Watson berkesimpulan bahwa manusia dapat „belajar‟ takut terhadap stimuli yang sesungguhnya tidak menakutkan. Namun ketika stimuli tersebut berasosiasi dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, ternyata menjadi menakutkan. beberapa respons emosional seperti kebahagiaan, kesukaan, kemarahan, dan kecemasan yaitu karena orang tersebut mengalami stimuli khusus (Fajar, 2010).

Sardiman mengemukakan bahwa belajar dalam arti luas adalah suatu kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sadirman, 1986:20-21). Dari paparan di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku atau kecakapan pada diri seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau kematangan. Perubahan yang terjadi dalam belajar dapat berupa dalam kebiasaan, kecakapan atau ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) khususnya dalam pembelajaran matematika.

Johnson dan Myklebust menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Pernyataan ini dikembangkan oleh

Lerner dengan menyatakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal, yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkonsumsikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Demikian juga seperti yang diungkapkan oleh Kline yang menyatakan bahwa, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif (Fitriyani, 2006:44).

Matematika juga merupakan bagian dari perumusan semua teori yang melandasi semua bidang ilmu. Kenyataan tersebut merupakan tantangan bagi siswa untuk bersaing meningkatkan hasil belajar matematika. Bagi setiap siswa, matematika itu adalah mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Ini dikarenakan kurangnya motivasi dan metode pengajaran guru yang masih belum tepat dan efektif diterapkan kepada siswa, sehingga siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasi pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.

Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa duduk akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif semacam ini adalah apabila para siswa igin timnya berhasil,

(3)

37 mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya

(

Slavin,2005:43)

.

Adapun prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : (1) setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; (2) setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama; (3) setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas (tanggung jawab) yang sama di antara anggota kelompoknya; (3) setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi; (4) setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Ismail, 2002:12).

Saat ini sudah banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang telah diterapkan di kelas-kelas dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisins (STAD), dan Two Stay Two Stray

(TSTS) dan Jigsaw.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah TSTS yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya (Lie,2007:62).

Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu: (1). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya. (2). Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (3). Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. (4). Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu (Santoso, 2011:4).

Begitu pula dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam penerapan

Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu (Ibrahim,2000:21)

Student Team Achievement Divisions

(STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut kemampuan akademik, tingkat kinerja dan jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu (Andayani,2003).

Selain itu, untuk membantu siswa memahami materi pelajaran secara tuntas guru dapat menggunakan RPP berkarakter yang merupakan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, Lembar Penilaian Kognitif (LP1), Lembar Penilaian Produk, Lembar penilaian Afektif dan PSikomotor, Penilaian diri dan keterampilan social. RPP berkarakter ini sangat membantu guru dalam menilai hasil belajar siswa (Maonde, 2011:21).

Bahasa merupakan suatu sistem yang terdiri dari lambang-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusunmenurut aturan

(4)

38 tertentu dan digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi. Berbicara mengenai matematika sebagai bahasa, maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah dalam sudut pandang mana matematika itu disebut sebagai bahasa, dan apa perbedaan antara bahasa matematika dengan bahasa-bahasa lainnya. Sementara itu, untuk beberapa istilah/ungkapan matematika (mathematical terms), memang perlu penjelasan karena untuk hal ini lebih kepada bagaimana mengkomunikasikan makna ungkapan itu tidak secara simbolik saja tetapi juga secara deskriptif-naratif, sehingga komunikasi melalui bahasa Inggris menjadi suatu kebutuhan (kurniawan,2010).

Masalah umum yang diteliti dalam penelitian eksperimen ini adalah: (i). Bagaimana gambaran perilaku berkarakter siswa di dalam proses pembelajaran? (ii) Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan Penguasaan bahasa inggris ? (iii). Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika menurut factor penguasaan bahasa inggris (Bj) dengan syarat (Ai) (iv) Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika menurut factor model pembelajaran kooperatif (Ai) dengan syarat (Bj) (v). Apakah ada perbedaan dalam perbedaan tipe-1 dan tipe-2 terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari Ai dan Bj. METODE

Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kendari. Sedangkan waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Kendari yang terdiri dari 8 kelas paralel dengan jumlah 252 orang siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster random sampling yang

dilakukan untuk random berdasarkan kelas dan acak sederhana yang digunakan untuk random individu. Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 66 orang siswa yang diambil dari 8 kelas yang homogen yaitu 2 kelas eksperimen (kelas VIIIF dan VIIII) dan 1 kelas control (VIIID). Jumlah siswa pada masing-masing sel sebanyak 11 orang berdasarkan kemampuan bahasa Inggris.

Tabel 1

Gambaran Pengambilan Jumlah Sampel Siswa Kelas VIII Pada Setiap Sel dalam Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 2 Kendari

A B Jumlah orang B=1 B=2 A=1 11 11 22 A=2 11 11 22 A=3 11 11 22 Jumlah 33 33 66

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: (1) variabel bebas yang terdiri dari model pembelajaran kooperatif (A), dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai A=1, model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw sebagai A=2, model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai A=3. Penguasaan bahasa inggris (B), dengan

Penguasaan bahasa inggris di atas rata-rata sebagai B=1 dan Penguasaan bahasa inggris di bawah rata-rata sebagai B=2; (2) variabel terikat yaitu hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan cara Randomized Control Group Design dengan gambaran sebagai berikut :

(5)

35

R E T O1

R K - O2

Keterangan :

R =random; E = eksperimen; T = true eksperimen; K = kontrol; Ok= Observasi, k= 1, 2 (O1= tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan O2= tes yang diberikan pada kelas kontrol)…. (Djaali,1986:3). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen hasil belajar matematika terdiri dari: (1) definisi konseptual, (2) definisi operasional, (3) kisi-kisi dan (4) pernyataan (soal obyektif dan uraian) yang terdiri dari instrumen hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Instrumen hasil belajar matematika ini diambil setelah selesai proses belajar mengajar.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat program siap pakai, yaitu SPSS versi 17.0 EViews-7. Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian eksperimen ini terdiri dari (1) analisis validitas dan reliabilitas, (2) Analisis perilaku berkarakter, (3) Analisis deskriptif dan (4)

analisis inferensial. Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian panelis dilakukan peneliti dengan memberikan konsep instrumen yang telah disusun kepada 20 orang panelis dan dipilih 10 butir soal yang valid. Selanjutnya dilakukan analisis reliabilitas tes instrumen hasil belajar terhadap matematika dipakai sebagai alat ukur untuk dapat mengukur hasil belajar siswa terhadap matematika.Kemudian dilakukan analisis penilaian perilaku berkarakter dimaksudkan untuk menilai karakter siswa yang meliputi aspek-aspek berikut, yaitu dapat dipercaya, menghargai, bertanggung jawab secara individu, bertanggung jawab secara sosial, adil dan peduli. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran karakteristik variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat dilihat melalui skor rerata dari masing-masing sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan bahasa Inggeris (BI).

HASIL

Sebelum melakukan analisis inferensial untuk menguji hipotesis yang telah diajukan terlebih dahulu dilakukan analisis kesamaan varian melalui pengujian hipotesis sebagai berikut :

vs H1 : Bukan H0.

Hasil analissis sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 berikut menggambarkan bahwa

H0 diterima karena nilai-p = 0,4810 >

Dengan diterimanya hipotesis nol berdasarkan metode Barlett, Levene, dan Brown-Forsythe

dapat diambil kesimpulan bahwa data yang dipakai mendukung kebenaran asumsi suku kesalahan random mempunyai varian yang sama.

Tabel 1

Hasil Analisis Variance Kovarians Hasil Belajar Matematika

Test for Equality of Variances of Y Sample: 1 66 Categorized by values of B and A

Method df Value Probability

Bartlett 5 4.491378 0.4810

Levene (5, 60) 0.792209 0.5595 Brown-Forsythe (5, 60) 0.531279 0.7517

(6)

35 Menguji 10 (sepuluh) hipotesis berikut didahului pengujian variansi kovariansi dari Lavenne, Bartlett, Lavene dan Brow-Forsythe untuk menentukan homogen tidaknya data yang diperoleh dalam penelitian ini. Hasil analisis sebagaimanan ditunjukkan pada Tabel 1 di atas bahwa hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa data homogen. Analisis inferensial atas 10 (sepuluh) hipotesis perbedaan pengaruh dengan factor khusus atau dengan syarat tertentu pada paket program EViews-7 adalah menggunakan perintah View/Coefficient Diagnosics/Wald Test-Coefficient Rectrictions tulis pada ruangan kosong misalnya C(1)=C(2)=C(3)=C(4)=C(5)=C(6) atau C(i)=C(j); dimana i≠j hasilnya analisis sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel-Tabel berikut:

Hipotesis-1 dengan pernyataan “Rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan Kemampuan Bahasa Inggeris secara bersama-sama mempunyai perbedaan yang signifikan”. Hipotesis statistik dua pihak yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut adalah : H0 : C(1) = C(2) = C(3) = C(4) =

C(5) = C(6) vsH1: Bukan H0 Hasil

analisis Wald Test yang ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut diperoleh F-Statistic = 125.2442, df = (6, 60) dengan nilai-p = 0,0000 <α = 0,05, yang menunjukkan bahwa H0 di tolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan Penguasaan Bahasa Inggeris secara bersama-sama mempunyai perbedaan yang signifikan. Tabel 2

Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan [C(1)=C(2)=C(3)=C(4)=C(5)=C(6)]

Hipotesis-2 dengan pernyataan rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) lebih tinggi dibandingkan siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) khusus untuk siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(1) – C(2)≤ 0 vs H1 : C(1) –

C(2)> 0

Wald Test: Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

F-statistic 125.2442 (6, 60) 0.0000

Chi-square 751.4652 6 0.0000

Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(1) 49.36364 4.518709 C(2) 28.27273 4.518709 C(3) 69.27273 4.518709 C(4) 62.27273 4.518709 C(5) 42.36364 4.518709 C(6) 40.45455 4.518709

Restrictions are linear in coefficients.

40 39

(7)

35 Tabel 3

Hasil Pengujian Hipotesis [C(1) – C(2)] dengan syarat A=1

Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel 3 di atas dengan memperhatikan t-statistik = 3.300395 , df = 60 dengan nilai-p/2 = 0.0016/2 = 0,0008 < α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di tolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) lebih tinggi dibandingkan siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) khusus untuk siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1).

Hipotesis-3, dengan pernyataan rerata hasil belajar matematika(Y) untuk siswa dengan penguasaan Bahasa Inggris di atas rerata (B=1) lebih tinggi dibandingkan siswa dengan penguasaan Bahasa Inggris di bawah rerata (B=2) khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw (A=2) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(3) – C(4)≤ 0 vs H1 : C(3)-

C(4)> 0 Tabel 4

Hasil Pengujian Hipotesis [(C(3)-C(4)] dengan syarat A=2

Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut dengan memperhatikan t-statistik = 1.095390

, df = 60 dengan nilai-p/2 = 0.2777/2 = 0,1385 > α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di terima. Dengan diterimanya H0 maka Wald Test:

Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 3.300395 60 0.0016

F-statistic 10.89261 (1, 60) 0.0016

Chi-square 10.89261 1 0.0010

Null Hypothesis: C(1)=C(2) Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(1) - C(2) 21.09091 6.390420

Restrictions are linear in coefficients.

Wald Test: Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 1.095390 60 0.2777

F-statistic 1.199879 (1, 60) 0.2777

Chi-square 1.199879 1 0.2733

Null Hypothesis: C(3)=C(4)

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(3) - C(4) 7.000000 6.390420

Restrictions are linear in coefficients.

41 39

(8)

36 dapat disimpulkan bahwa secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) tidak lebih tinggi dibandingkan siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (A=2).

Hipotesis-4.dengan pernyataan rerata hasil belajar matematika(Y) untuk siswa

dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) lebih tinggi dibandingkan siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0 : C(5) – C(6)≤ 0 vs H1 : C(5)-

C(6)> 0 Tabel 5

Hasil Pengujian Hipotesis [(C(5)-C(6)] dengan syarat A=3

Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel 5 berikut dengan memperhatikan t-statistik 0.298743, df = 60 dengan nilai-p/2 = 0.7662/2 = 0,3831 > α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di terima. Dengan diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan, rerata hasil belajar matematika untuk siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) tidak lebih tinggi dibandingkan siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) khusus untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3).

Hipotesis-5 dengan pernyataan, rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3)

dengan syarat siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0

: C(1) = C(5) vs H1 : C(1) ≠ C(5).

Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel 6 berikut dengan memperhatikan t-statistik 1.095390, df = 60 dengan nilai-p = 0.2777 > α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di terima. Dengan diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat siswa dengan penguasaan Bahasa Inggris di atas rerata (B=1) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Wald Test:

Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 0.298743 60 0.7662

F-statistic 0.089247 (1, 60) 0.7662

Chi-square 0.089247 1 0.7651

Null Hypothesis: C(5)=C(6) Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(5) - C(6) 1.909091 6.390420

Restrictions are linear in coefficients.

42 39

(9)

36 Tabel 6

Hasil Pengujian Hipotesis [(C(1)-C(5)] dengan Faktor Khusus B=1

Hipotesis-6 dengan pernyataan, rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw (A=2) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3)

dengan syarat siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0

: C(3) = C(5) vs H1 : C(3) ≠ C(5)

Tabel 7

Hasil Pengujian Hipotesis [(C(3)-C(5)] dengan Faktor Khusus B=1

Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel di atas dengan memperhatikan nilai t-statistik= 4.210849, df = 60 dengan nilai-p = 0.0001 < α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di tolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa, rerata hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

(A=2) dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata (B=1) mempunyai perbedaan yang signifikan.

Hipotesis-7 dengan pernyataan, rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat siswa dengan penguasaan Wald Test:

Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 1.095390 60 0.2777

F-statistic 1.199879 (1, 60) 0.2777

Chi-square 1.199879 1 0.2733

Null Hypothesis: C(1)=C(5) Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(1) - C(5) 7.000000 6.390420

Restrictions are linear in coefficients.

Wald Test: Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 4.210849 60 0.0001

F-statistic 17.73125 (1, 60) 0.0001

Chi-square 17.73125 1 0.0000

Null Hypothesis: C(3)=C(5) Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(3) - C(5) 26.90909 6.390420

Restrictions are linear in coefficients.

43 39

(10)

36 Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik pihak kanan yang diperlukan adalah: H0 : C(2) = C(6) vs H1 :

C(2) ≠ C(6)

Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel 8 berikut dengan memperhatikan nilai tstatistik= -1.906263, df = 60 dengan nilai-p= 0.0614 > α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di

terima. Dengan diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa, rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Tabel 8

Hasil Pengujian Hipotesis [(C(2)-C(6)] dengan Faktor Khusus B=2

Hipotesis-8 dengan pernyataan, rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw (A=2) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat siswa dengan penguasaan

Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik pihak kanan yang diperlukan adalah: H0 : C(4) = C(6) vs H1 :

C(4) ≠ C(6) Tabel 9

Hasil Pengujian Hipotesis [(C(4)-C(6)] dengan Faktor Khusus B=2 Wald Test:

Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic -1.906263 60 0.0614

F-statistic 3.633837 (1, 60) 0.0614

Chi-square 3.633837 1 0.0566

Null Hypothesis: C(2)=C(6) Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(2) - C(6) -12.18182 6.390420

Restrictions are linear in coefficients.

Wald Test: Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 3.414202 60 0.0012

F-statistic 11.65677 (1, 60) 0.0012

Chi-square 11.65677 1 0.0006

Null Hypothesis: C(4)=C(6) Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(4) - C(6) 21.81818 6.390420

Restrictions are linear in coefficients. 44 33 9

(11)

35 Berdasarkan hasil analisis Wald Test

yang ditunjukkan dalam Tabel 9 di atas dengan memperhatikan t-statistic = 3.414202, df = 60 dengan nilai -p= 0.0012< α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 di tolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika (Y) untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw (A=2) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat siswa dengan penguasaan Bahasa Inggeris di bawah rerata (B=2) mempunyai perbedaan yang signifikan.

Hipotesis-9 dengan pernyataan secara signifikan, perbedaan dalam perbedaan tipe-1 rerata hasil belajar matematika (Y) ditinjau dari penguasaan Bahasa Inggeris siswa di atas

rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dibandingkan dengan penguassaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengann syarat model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) mempunyai perbedaan; Atau Secara signifikan perbedaan dalam perbedaan tipe-1 rerata hasil belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat penguasaan bahasa Inggeris siswa di bawah rerata (B=2). Hipotesis statistik pihak kanan yang diperlukan adalah: H0 : C(1) – C(2) =C(5) - C(6) vs H1 : C(1) – C(2) ≠C(5) - C(6).

Tabel 10

Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan dalam Perbedaan Tipe-1: [C(1) – C(2) – C(5) + C(6)]

Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 10 di atas dengan menggunakan statistic Uji-t diperoleh tstatistic = 2.122489, df= 60 nilai -p= 0.0379 <α = 0,05 dengan demikian H0 di tolak. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan perbedaan dalam perbedaan tipe-1 rerata hasil belajar matematika (Y) ditinjau dari penguasaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2)

dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dibandingkan dengan penguassaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengann syarat model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) mempunyai perbedaan.

Hipotesis-10 dengan pernyataan secara signifikan, perbedaan dalam perbedaan tipe-2 rerata hasil belajar matematika (Y) ditinjau Wald Test:

Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 2.122489 60 0.0379

F-statistic 4.504958 (1, 60) 0.0379

Chi-square 4.504958 1 0.0338

Null Hypothesis: C(1)-C(2)-C(5)+C(6)=0 Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(1) - C(2) - C(5) + C(6) 19.18182 9.037418

Restrictions are linear in coefficients.

45 39

(12)

36 dari penguasaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (A=2) dibandingkan dengan penguassaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) mempunyai perbedaan; Atau Secara signifikan perbedaan dalam perbedaan tipe-2 rerata hasil belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (A=2) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat penguasaan bahasa Inggris siswa di bawah rerata (B=2) mempunyai perbedaan. Hipotesis statistik pihak kanan yang diperlukan adalah: H0 : C(3) – C(4) = C(5) - C(6) vs H1 : C(3) – C(4) ≠ C(5) -

C(6)

Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 11 berikut dengan menggunakan statistic Uji-t

diperoleh tstatistic = 0.563315, df= 60 nilai -p = 0.5753 > α = 0,05 dengan demikian H0 di terima. Dengan diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa secara signifikan perbedaan dalam perbedaan tipe-2 rerata hasil belajar matematika (Y) ditinjau dari penguasaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (A=2) dibandingkan dengan penguassaan Bahasa Inggeris siswa di atas rerata (B=1) dan di bawah rerata (B=2) dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) mempunyai perebdaan; Atau Secara signifikan perbedaan dalam perbedaan tipe-2 rerata hasil belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (A=2) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=3) dengan syarat penguasaan bahasa Inggeris siswa di bawah rerata (B=2).

Tabel 11

Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan dalam Perbedaan Tipe-1: [C(3) – C(4) – C(5) + C(6)]

PEMBAHASAN

Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Faktor Bj Dengan Syarat Ai. Perbedaan Rerata hasil belajar

matematika Menurut Faktor Bj Dengan Syarat Ai terdiri dari 3 hipotesis. Di mana dari 3 hipotesis itu terdapat 1 hipotesis mempunyai perbedaan yang signifikan yaitu hipotesis kedua dan 2 hipotesis tidak signifikan yaitu

hipotesis 3 dan hipotesis 4. Signifikannya Hipotesis-2 (B=1 dibandingkan B=2 dengan syarat A=1) artinya bahwa model pembelajaran kooperatif TSTS belum dapat mengangkat siswa dengan penguasaan bahasa Inggris di bawah rerata setara dengan siswa Wald Test:

Equation: Untitled

Test Statistic Value df Probability

t-statistic 0.563315 60 0.5753

F-statistic 0.317323 (1, 60) 0.5753

Chi-square 0.317323 1 0.5732

Null Hypothesis: C(3)-C(4)-C(5)+C(6)=0 Null Hypothesis Summary:

Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err.

C(3) - C(4) - C(5) + C(6) 5.090909 9.037418

Restrictions are linear in coefficients.

46 43 9

(13)

36 yang mempunyai penguasaan Bahasa Inggris di atas rerata. Ini diduga disebabkan karena RPP berkarakter melalui LKS dan lembar penilaian kognitif produk (LP1) belum berfungsi dengan baik. Masih ada siswa yang belum tuntas mengerjakan LKS sehingga dalam megerjakan LP1 juga mengalami kesulitan. Akhirnya hasil belajar kelompok siswa yang penguasaan bahasa inggris diatas rata-rata dan di bawah rata-rata mempunyai perbedaan yang signifikan.

Tidak signifikannya hipotesis 3 (B=1 dibanding B=2 dengan syarat A=2) dan hipotesis 4 (B=1 dibanding dengan B=2 dengan syarat A=3) artinya bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD dapat menyetarakan antara siswa yang mempunyai penguasaan bahasa Inggeris di atas rata - rata dan di bawah rata - rata. Ini diduga disebakan oleh sedikitnya RPP berkarakter yang berfungsi dengan baik,

dimana dalam penerapan RPP berkarakter, pada setiap pembelajaran dilakukan penyajian materi secara berulang-ulang, yaitu melalui penjelasan guru, pengerjaan LKS secara kelompok dan pengerjaan LP1 secara individu. Sehingga siswa mampu mengerjakan dengan baik LKS dan LP1 yang diberikan oleh guru. Pada akhirnya kelompok siswa dengan penguasaan bahasa inggris di atas rata-rata relatif tidak memiliki perbedaan siswa penguasaan bahasa inggris di bawah rata-rata.

Di samping itu pula, apabila dilihat dari perbedaan rerata interaksi dalam sel A=2,B=1 dan A=2, B=2 yang hampir sama begitu pula terhadap perbedaan rerata interaksi dalam sel A=3,B=1 dan A=3, B=2 yang hampir sama. Ini makin memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa dengan penguasaan bahasa Inggris di atas rerata dibandingkan siswa yang di bawah rata dengan model pembelajaran STAD dan Jigsaw.

Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut Faktor Ai Dengan Syarat Bj Perbedaan Rerata hasil belajar

matematika Menurut Faktor Ai Dengan Syarat Bj adalah perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut model pembelajaran kooperatif (i=1, 2 dan 3) dengan syarat penguasaan bahasa Inggeris (j=1 dan 2) yang terdiri dari 4 hipotesis. Dimana dari 4 hipotesis itu terdapat 3 hipotesis mempunyai perbedaan yang signifikan dan 1 hipotesis tidak ada perbedaan yang signifikan.

Tidak signifikannya hipotesis 5 (A=1 dibandingkan A=3 dengan syarat B=1) ini artinya hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan STAD relatif tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Kaitannya di dalam RPP berkarakter melalui LKS dan lembar kognitif produk (LP1) relatif berfungsi dengan baik. Penyajian pertama yaitu ketika guru menjelaskan secara singkat, kedua melalui pengerjaan LKS secara berkelompok dimana LKS dilengkapi contoh

soal serta kunci, dan terakhir pengerjaan LP-1 atau lembar kognitif produk oleh semua siswa secara individu. LP1 diberikan untuk menguji pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. Pemberian materi secara berulang-ulang membuat siswa lebih mudah mengingat dan memahami materi yang diajarkan. Secara empiris juga dapat dilihat model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A=1) dengan Penguasaan bahasa inggris di atas rata-rata (B=1) memiliki rerata yang tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A=1) dengan Penguasaan bahasa inggris di atas rata-rata (B=1).

Signifikannya hipotesis 6 (A=2 dibandingkan A=3 dengan syarat B=1), hipotesis 7 (A=1 dibandingkan A=3 dengan syarat B=2) dan hipotesis 8 (A=2 dibandingkan A=3 dengan syarat B=2). Ini artinya bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dibandingkan STAD dan 47

52 39

(14)

36 model pembelajaran kooperatif TSTS dibandingkan STADmemiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini juga terjadi karena di dalam RPP berkarakter sedikitnya belum berfungsi dengan baik. Tidak berfungsinya RPP berkarakter karena masih ada kelompok siswa di dalam mengerjakan LKS masih belum tuntas ini terlihat dari penilaian proses (LP2) yang diamati. Kelompok siswa yang tidak bisa menyelesaikan LKS maka dalam mengerjakan

LP1 otomatis mengalami kesulitan. LKS yang dikerjakan secara kelompok saja sudah tidak mampu dikerjakan dengan baik apalagi LP1 yang dikerjakan secara individu. Kurangnya mengemukakan pendapat dan bertanya pada teman atau guru dalam diskusi kelompok menjadi salah satu penyebab ketidaktuntasan menjawab soal-soal di LKS. Hal ini didukung oleh hasil analisis perilaku berkarakter yang bervariasi antar masing-masing individu. Perbedaan Dalam Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Menurut faktor Bj dan Dengan Syarat Ai.

Perbedaan dalam perbedaan rerata hasil belajar matematika menurut penguasaan bahasa Inggeris sebagai factor Bj di mana penguasaan bahasa Inggris di atas rerata sebagai B=1 dan di bawah rerata sebagai B=2 dengan syarat model pembelajaran kooperatif Ai (Model pembelajaran TSTS sebagai A=1,

Jigsaw sebagai A=2 dan STAD sebagai A=3) merupakan selisih dari selisih atau perbedaan dalam perbedaan hasil belajar matematika. Dimana terdapat 2 Hipotesis yaitu perbedaan dalam perbedaan tipe-1 dan perbedaan dalam perbedaan tipe-2. Hipotesis 9 (B=1 dan B=2 dengan syarat A=1 dibandingkan dengan B=1 dan B=2 dengan syarat A=3) ada perbedaan yang signifikan dan Hipotesis 10 (B=1 dan B=2 dengan syarat A=2 dibandingkan dengan B=1 dan B=2 dengan syarat A=3).

Signifikannya hipotesis 9 sesuai dengan temuan Maonde (2012b: xx & 2012c: xx) artinya bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif TSTS dan STAD sudah tidak membedakan lagi antara siswa yang mempunyai penguasaan bahasa Inggris di atas rerata dan dibawah rerata. ini juga diduga disebabkan oleh penerapan RPP berkarakter yang belum berfungsi dengan baik dalam proses pembelajaran. Dari bentuk perlakuan yang diberikan pada kelas yang diajar dengan TSTS dan kelas yang diajar dengan STAD dalam memahami konsep matematika, siswa

dari kedua kelas tersebut cenderung tidak berhasil dalam mengedepankan kerja kelompok dan dalam mengedepankan kerja individu. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penerapan RPP berkarakter, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, pada setiap pembelajaran dilakukan penyajian materi secara berulang-ulang, yaitu melalui penjelasan guru, pengerjaan LKS secara kelompok dan pengerjaan LP1 secara individu. Tetapi masih adanya kelompok siswa yang tidak memperhatikan guru menjelaskan serta di dalam diskusi kelompok masih kurangnya bekerjasama dan bertanya sehingga menyulitkan siswa dalam mengerjakan LKS dan pada akhirnya siswa juga tidak mampu mengerjakan secara tuntas Lembar kognitif produk (LP1).

Tidak signifikannya hipotesis 10 ini artinya bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan RPP berkarakter mempunyai kualitas yang relatif sama baik antara siswa yang dengan penguasaan bahasa Inggeris di atas rerata maupun yang di bawah rerata. Padahal, dalam teori menyebutkan bahwa hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan

Jigsaw mempunyai kecenderungan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran STAD. Ini 48

63 9

(15)

36 disebabkan karena Jigsaw melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Maksudnya dalam penerapan Jigsaw setiap siswa mempunyai tanggung jawab pada masing-masing soal yang diberikan dalam

pembentukan kelompok dalam hal ini LKS. Sehingga seluruh siswa bisa memahami materi yang diberikan pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Secara umum penilaian diri dan keterampilan social pada penilaian afektif dalam RPP berkarakter siswa cenderung menjawab Ya/Setuju atau pernyataan-pernyataan yang dikemukakan sekitar 80% yang menjawab ya. Hal ini dapat diprediksi bahwa pendidikan berkarakter masih perlu dikembangkan dan diperhatikan pada semua satuan pendidikan agar siswa lebih memahami makna yang terkandung dalam penilaian diri dan keterampilan sosial.

Secara empiris, ternyata hasil belajar matematika untuk siswa yang di ajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dengan penguasaan bahasa inggris di atas rata-rata memiliki coefficient sebesar 69,27273 yang merupakan rerata tertinggi dari keseluruhan nilai rerata hasil belajar matematika siswa(Y).

Rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan penguasaan bahasa inggris di atas rerata dibandingkan dengan penguasaan bahasa inggris di bawah rerata dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memiliki perbedaan yang signifikan. Dan yang tidak signifikan adalah rerata hasil belajar matematika siswa dengan penguasaan bahasa inggris diatas rata-rata dan di bawah rata-rata dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD.

Rerata hasil belajar matematika yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibandingkan STAD dengan syarat Penguasaan Bahasa inggris di atas rata-rata dan di bawah rata-rata ada perbedaan yang signifikan. Dan yang tidak signifikan adalah rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran koopeatif tipe TSTS dibandingkan STAD dengan syarat Penguasaan Bahasa Inggris di atas rata-rata dan bawah rata-rata.

Perbedaan dalam perbedaan tipe-1 rerata hasil belajar matematika siswa ditinjau dari penguasaan bahasa Inggris siswa di atas rerata dan dibawah rerata dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan penguasaan Bahasa Inggeris di atas rerata dan di bawah rerata dengan syarat model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada perbedaan yang signifikan.

Perbedaan dalam perbedaan tipe-1 terhadap hasil belajar matematika (Y) menurut factor penguasaan bahasa inggris dengan syarat model pembelajaran kooperatif ada perbedaan yang signifikan. Sedangkan perbedaan dalam perbedaan tipe-2 terhadap hasil belajar matematika (Y) menurut factor model pembelajaran kooperatif dengan syarat penguasaan bahasa inggris tidak ada perbedaan yang signifikan.

Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut ; (i) Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

dan Jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika. (ii) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran 46

39 49 73 9

(16)

36 kooperatif tipe TSTS dan Jigsaw hendaknya guru membuat perencanaan yang matang agar dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran yang diterapkan.(iii) Dalam proses pembelajaran tentunya memerlukan adanya perbaikan. Oleh karena itu, guru dituntut agar

dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan memilih model pembelajaran yang tepat sehingga akan lebih memotivasi siswa dalam pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran matematika dan bahasa Inggris.

DAFTAR RUJUKAN Andayani, Sutrisni, 2007. STAD dalam

Matematika. Diakses tanggal 3 Oktober 2011 dari postingan http://trisnimath.blogspot.com/ Fajar S,2010.Teori Belajar. Diakses pada

tanggal 10 juli 2012.dari postingan. http://fajarss.blog.uns.ac.id/files/201 0/04/teori-belajar.pdf.

Fitriyani, Ika, 2005. Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan CPS dan RME. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Ibrahim, Muslimin , 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University Press Kampus-UNESA.

Ismail, 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Kurniawan. 2010. Pengaruh Bahasa Matematika terhadap Pembelajaran Matematika Siswa.

Diakses tanggal 3 Oktober 2011 dari postingan

http://awanblues.wordpress.com /2010/12/04/pengaruh-bahasa- matematika-terhadap-pembelajaran-matematika-siswa.

Lie, Anita, 2007. Cooperative Learning (Mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang kelas). Jakarta: PT Gramedia.

Maonde, Faad, 2011. Aplikasi Penelititan Eksperimen Dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Kendari: Unhalu Press

---. 2012a. Laporan Pengabdian dan

Pencerahan Kepada Masyarakat (Workshop Pengembangan RPP Berkarakter Tingkat SMP pada Mahasiswa Pendidikan Matematika). Kendari: FKIP Unhalu.

---. 2012b. Kesenjangan Hasil Belajar

Matematika Ditinjau Dari

Penerapan Metode Mengajar dan Umpan Balik Penilaian. (Kendari:

Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 3 Nomor 1, Januari 2012 ISSN: 2086-8235).

---. 2012c. Kesenjangan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Status Pekerjaan Orang Tua Siswa.

(Kendari: Jurnal Pendidikan

Matematika Volume 3 Nomor 2, Juli 2012 , ISSN: 2086-8235).

Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988. Pengantar Dasa-Dasar kependidikan.

Surabaya:Usaha Nasional.

50 83 9

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa kedua akun twitter tersebut mempunyai kecenderungan pemberitaan yang sama yaitu mengenai bencana, perbedaan hanya terdapat

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pelaksanaan promosi jabatan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Kantor Pusat PTPN V Pekanbaru, maka pada bab ini

HERMAN HIDAYAT,

Dalam Perjanjian Kinerja (PK) PUSTEKDATA tahun 2015 yang merupakan bagian pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) PUSTEKDATA tahun 2015-2019 terdapat 5 sasaran

Perlakuan semi-cutting dapat menyebabkan rusaknya sistem jaringan kulit yang berfungsi sebagai pelindung luar seperti sel-sel epidermal, hal ini menyebabkan tingginya laju

yang sah bagi seluruh rakyat Korea Selatan yang kemudian dipimpin oleh Rhee Syng-Man 4 , presiden Korea Selatan yang pertama, pada masa pemerintahannya disusun juga

2.6.. 1) Fungsi garam dapur kasar yang dicampurkan dengan potongan- potongan es adalah untuk mempercepat pembekuan larutan apabila yang digunakan hanya es saja, maka

Hasil observasi DH berada pada skor 18 termasuk dalam kategori rendah yaitu dengan sikap yang kaku dan belum mau terbuka untuk menceritakan permasalahannya, namun