• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN PENYEMBUHAN LUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN PENYEMBUHAN LUKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN PENYEMBUHAN LUKA David S Perdanakusuma

Plastic Surgery Departement

Airlangga University School of Medicine – Dr. Soetomo General Hospital Surabaya - Indonesia

ANATOMI KULIT

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam): 1. Stratum Korneum

Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2. Stratum Lusidum

Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

(2)

2 3. Stratum Granulosum

Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

4. Stratum Spinosum

Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)

Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

DERMIS

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :

 Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.  Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

(3)

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi

SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

(4)

4 VASKULARISASI KULIT

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis

FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

KLASIFIKASI LUKA

Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan

Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :

1. Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh : Luka

(5)

sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin grafting.

2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.

PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :

a. Fase inflamasi

Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor(IGF), Plateled-derived Growth Factor(PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan

oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.

(6)

6 b. Fase proliferasi atau fibroplasi

Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya. Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi

c. Fase remodelingatau maturasi

Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodellingkolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal

Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik faktor luar maupun dalam.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka : A. Faktor lokal

1. Suplai pembuluh darah yang kurang 2. Denervasi 3. Hematoma 4. Infeksi 5. Iradiasi 6. Mechanical stress 7. Dressing material 8. Tehnik bedah 9. Irigasi 10. Elektrokoagulasi 11. Suture materials 12. Antibiotik 13. Tipe jaringan 14. Facilitious wounds

(7)

B. Faktor umum 1. Usia 2. Anemia

3. Anti inflammatory drugs 4. Cytotoxic and metabolic drugs 5. Diabetes mellitus 6. Hormon 7. Infeksi sistemik 8. Jaundice 9. Penyakit menular 10. Malnutrisi 11. Obesitas 12. Temperatur

13. Trauma, hipovolemia dan hipoksia 14. Uremia

15. Vitamin C dan A 16. Trace metals

Sitokin pada penyembuhan luka

Sitokin Asal Fungsi

Platelet Derived Growth Factor

(PDGF) Platelet, macrophages, endothelial cells, kerainocytes, smooth muscle cells

Chemotactic for PMNs, Activate PMNs, Mitogenic for fibroblasts, stimulate production of MMPs, stimulate angiogenesis and wound cotraction, Regulates integrin expression.

Transforming Growth Factor Beta (TGFβ)

Platelets, T-lymphocytes, macrophages, endothelial cells, keratinocytes, smooth muscle cells, fibroblasts

Chemotactic, stimulates, inhibits, regulates

(8)

8 Transforming Growth Factor

Alpha ( TGFα) Macrophages, T-lymphocytes, keratinocytes, and many tissues Similar to EGF Fibroblast Growth Factor 1- and

2- Family (FGF)

Macrophages, mast cells, T-lymphocytes, endothelial cells, fibroblasts, amd many tissues

Chemotactic,

mitogenic, stimulates Keratinocyte Growth Factor

(KGF)

Fibroblasts Stimulate

Insuline-like Growth Factor-1

(IFG-1) Liver, macrophages, firoblasts, and other tissues Stimulates, endocrine Connective Tissue Growth Factor

(CTGF)

Endothelial cells, fibroblasts Chemotactic and mitogenic Vascular Endothelial Cell Growth

Factor (VEGF)

Keratinocytes Mitogenic

Tumor Necrosis Factor (TNF) Macrophages, mast cells,

T-lymphocytes Activates, mitogenic, stimulates, regulates Interleukins (IL -1) Macrophages, mast cells,

keratinocytes, lymphocytes, and many tissues

Chemotactic, stimulates, regulates Interferons (IFNα) Lymphocytes and fibroblasts Activates, inhibits,

regulates

KEPUSTAKAAN

1. Asmussen PD, Sollner B, 1995. Wound Care. Wound Management Principles and Practice. Hamburg: Beiersdorf medical Bibliothek, pp. 9-14.

2. Baranoski A, Ayello EA, 2004. Skin : An essential organ. In (Baranoski S, Ayello EA, eds). Wound Care Essentials Practise Principles. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, pp.47-60.

3. Dealey C, 2005. The Care of Wounds. A Guide for Nurses. Oxford: Blackwell Science Ltd, pp.1-12.

4. Diegelmann RF, 2001. Introduction to Wound Healing. One Day Educational Course. Wound Healing in the New Millenium : The basics of care. Albuquerque, New Mexico.

5. Fowler E, 1990. Chronic Wounds : an Overview . In :. Krasner D (ed). Chronic Wound Care : A clinical Sourcebook for Healthcare Professional. Pennsylvania, Health Management Publications Inc.

6. Lazarus GS, Cooper DM, Knighton DR,1994. Definition and guidelines for assessment of wounds and evaluation of healing. Arch Dermatol 130(4), pp.489-93.

7. Moreau D, ed, 2003. Wound care made incredible easy. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin, pp.71,126.

8. Perdanakusuma DS, 1998. Skin Grafting. Surabaya: Airlangga University Press, hlm. 3-11.

Referensi

Dokumen terkait

!elaporan insiden keselamatan pasien merupakan kegiatan yang penting dalam mengupayakan keselamatan pasien, hal ini berman$aat sebagai proses pembelajaran bersama

Cara penilaian sikap dengan memberikan skor pada kolom-kolom yang sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan.. Skor 1, Jika tidak pernah

Pertama , kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar ( peer tutoring ) dan saling mendukung. Kedua , kelompok ini meningkatkan relasi dan

Ketika dia membungkuk hendak mengambil Jimat Hati Dewa yang masih berada dalam genggaman tangan kiri Lasedayu tiba-tiba tidak disangka-sangka kaki kanan orang yang diduga

(*) tabel diatas hanya catatan hajatan dengan hiburan, hajatan tanpa hiburan tidak perlu meminta ijin ke desa, cukup sampai di Rw/Dusun saja.. Namun demikian, menurut informasi

Pada anamnesa, perlu ditanyakan apakah ada keluhan perdarahan mulai yang paling ringan seperti epistaksis atau perdarahan gusi, petekiae, apakah ada riwayat gangguan

Kegiatan PKL pada Manajemen Asuhan Gizi Klinik bertujuan untuk dapat tercapainya kompetensi yang terdiri dari : kemanpuan melakukan self assessment dalam rangka

Di Indonesia, aset tetap sering diistilahkan dengan kata aktiva yang memiliki arti, aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan