1.1. Latar Belakang
Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan.Selain itu infrastruktur juga merupakan modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global.
Daerah yang maju, mandiri dan berdaya saing menjadi kekuatan utama dalam membangun kemajuan dan kemandirian bangsa; serta memperkuat daya saing antar bangsa. Oleh sebab itu, pengembangan wilayah menjadi sangat penting dan fundamental dalam mengoptimalkan sumber daya daerah baik sumber daya alam, sumber daya mansia dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengutamakan nilai-nilai keutamaan dan budaya bangsa, dan kaidah pembangunan yang berkelanjutan.
Semangat dan tekad kuat membangun daerah untuk meraih kemajuan, meningkatkan kemandirian, dan memperkuat daya saing menjadi bagian dari visi dan misi Presiden RI 2014-2019 khususnya misi keempat: Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; misi kelima: Mewujudkan bangsa yang berdaya saing dan misi keenam: Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. Selain itu, komitmen untuk mengembangkan wilayah dan memajukan daerah dipertegas dalam agenda prioritas (NAWACITA) kedua, yaitu: Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; prioritas ketiga: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; prioritas kelima: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; prioritas keenam: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; prioritas ketujuh: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; serta prioritas kesembilan: Memperteguh KeBhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Untuk dapat mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkpribadian berlandaskan gotong royong sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-2019, diperlukan penyelenggaraan pembangunan nasional yang terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan pengarusutamaan gender dalam pembangunan yang berkelanjutan, serta berlandaskan tata kelola pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan merupakan upaya
penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan secara seimbang dan sinergis dalam memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diperlukan keterpaduan antara 3 (tiga) pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan yang kemudian diperkuat dengan dimensi kelembagaan. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan secara umum tercermin dalam indikator–indikator antara lain: (1) indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan dampak ekonomi; (2)
tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi
masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati).
Selanjutnya pengarusutamaan Gender (PUG) diartikan sebagai strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang memperhatikan kualitas hidup, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan laki-laki dan perempuan (orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang orang dengan kebisaan berbeda/ difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi), yang diperoleh dari indikator kesetaraan akses, kontrol, partisipasi dalam pembangunan dalam memperoleh manfaat hasil-hasil pembangunan. Dalam kaitan tersebut, maka diperlukan peningkatan efektifitas pelembagaan PUG ke dalam budaya internal organisasi, mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang terintegrasi dengan aspek gender; serta mewujudkan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di seluruh Unit Organisasi.
Makna dari tata kelola pemerintahan yang baik adalah merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan dan partisipasi. Penerapan tatakelola pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional. Penerapan tata kelola pemerintah yang baik harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan dan dilakukan pada seluruh aspek manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengendaliannya.
Peran pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia antara lain dengan (i) mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, (ii) mewujudkan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat (iii) pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi guna terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah, penyediaan infrastruktur dihadapkan pada tantangan untuk mewujudkan suatu keterpaduan antara kebijakan nasional (top down policy) dengan potensi, permasalahan, dan kebutuhan di daerah yang dituangkan dalam suatu perencanaan berbasis masyarakat (bottom up planning).
Pada kenyataannya, pelaksanaan penyediaan infrastruktur daerah sering dilaksanakan secara parsial dan belum sepenuhnya mampu menjabarkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam pembangunan nasional, hal ini disebabkan :1) Anggaran pembangunan terhadap penyediaan infrastruktur masih terbatas; 2) belum adanya kesinambungan program penanganan infrastruktur daerah terutama infrastruktur bidang ke-Cipta Karya-an; 3) Belum terciptanya keterpaduan alokasi dan pemanfaatan sumber pembiayaan antara pusat, propinsi, kabupaten/kota, serta investasi masyarakat.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Dengan dengan kerjasama berbagai stakeholders pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga) strategic goals Kementerian Pekerjaan Umum dapat tercapai, yaitu (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, (ii) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta (iii) meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk itu, perlu disiapkan perencanaan program pembangunan infrastruktur yang terpadu baik dari sisi program maupun pembiayaannya secara efektif, efisien, dan tepat sasaran guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi berupa Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun
sektoral. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.
Dengan tersusunnya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya, diharapkan pelaksanaan
pembangunan infrasruktur daerah dapat terpadu dan mampu
menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan lingkungan yang layak huni.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan Penyusunan Rencanan Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya di Provinsi Kepulauan Riau adalah untuk mewujudkan kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Adapun tujuan dari disusunnya RPIJM Bidang Cipta Karya adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan dalam perencanaan, pemrograman dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan drainase).
1.3. Pengertian dan Kedudukan RPIJM
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan
pemrograman pembangunan infrastruktrur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha dengan mengacu pada rencana tata ruang dan kebijakan skala nasional,
provinsi, dan kabupaten kota, untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
RPIJM Bidang Cipta Karya disusun dengan mengintegrasikan berbagai dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun sebagai dokumen teknis operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan dokumen rencana yang ada, dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai dengan kebutuhan kapasitas Daerah.
Berdasarkan pengertian diatas terlihat bahwa RPIJM merupakan integrasi berbagai kebijakan baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, khususnya kebijakan yang terkait dalam penyediaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Gambar 1.1.
1.4. Muatan Dokumen RPIJM
Secara substansi muataan dokumen rencana program investasi jangka menengah (RPIJM) bidang cipta karya memuat hal-hal sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPIJM, serta muatan dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya.
Bab 2 Profil Kabupaten/Kota
Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten/Kota seperti batas administrasi wilayah, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi, serta isu strategis sosial ekonomi dan lingkungan berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten/Kota.
Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya dan arahan penataan ruang, serta rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Bab 4 Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai analisis sosial, analisis ekonomi dan lingkungan seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) dan analisis kemiskinan. Mulai pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan.
Bab 5 Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai potensi pendanaan APBD, potensi pendanaan APBN, alternatif sumber pendanaan dan strategi peningkatan investasi bidang cipta karya.
Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan regulasi Kabupaten/Kota
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai kerangka kelembagaan cipta karya dan kerangka regulasi di daerah.
Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana pembangunan infrastruktur cipta karya di masing-masing sektor yaikni: sektor pengembangan kawasan permukiman, sektor penataan bangunan
dan lingkungan, sektor pengembangan SPAM dan sektor
pengembangan PLP. Pada setiap sektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan masing-masing sektor
Bab 8 Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai matriks program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program pada kawasan prioritas Kabupaten/Kota