• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG (Kajian Etnosemantik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG (Kajian Etnosemantik)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Leksikon berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu lexicon yang berarti „kata‟, „ucapan‟, atau „cara bicara‟. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep “kumpulan leksem” dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Leksikon merupakan bagian dari sistem kebudayaan. Setiap kebudayaan terdiri atas sistem-sistem kategorisasi. Sistem kategorisasi tersebut berfungsi untuk mengategorikan lingkungan yang dihadapi dalam kehidupan suatu masyarakat agar menghasilkan leksikon-leksikon yang ada dalam kebudayaan. Leksikon-leksikon tersebut bukan hanya pengetahuan, melainkan juga teori-teori dan metode-metode untuk mengategorikan dan untuk merangkai leksikonleksikon yang terseleksi. Leksikon-leksikon yang terseleksi dalam bidang tertentu akan menjadi sebuah leksikon baru atau teori serta metode baru yang relevan kegunaannya dengan permasalahan yang ada dalam lingkungan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah leksikon bidang makanan dan peralatan. Leksikon bidang makanan dan peralatan dalam praktik penggunaannya merupakan bagian dari operasionalisasi kebudayaan. Operasionalisasi dari suatu kebudayaan di dalam lingkungan masyarakat terwujud melalui norma-norma yang ada dalam masyarakat. Norma terwujud karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat. Salah satu norma tersebut ditandai dengan adanya suatu sistem religi atau kepercayaan dari suatu masyarakat tertentu. 1. Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(2) 2. Timbulnya religi adalah karena adanya kekurangan atau ketidakmampuan manusia untuk melihat hal-hal atau fenomena-fenomena yang tidak kasat mata. Gejala-gejala tersebut dirasakan sangat memengaruhi serta mengendalikan kehidupan manusia. Mereka sadar akan adanya kekuatan di luar fisik atau materi yang tidak dapat diindra dengan mata, penciuman, dan diraba. Akhirnya, secara sederhana mereka menemukan jawabannya bahwa adanya roh-roh nenek moyang dan tempat-tempat tertentu yang dipercayai oleh mereka sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan yang dahsyat yang dapat mengendalikan mereka. Anggapan tersebut melahirkan tata cara untuk menjaga keharmonisan dengan karuhun (nenek moyang) dan alam atau tempat-tempat yang dipercaya memiliki kekuatan. Upaya tersebut ditujukan untuk mencegah atau menghindari malapetaka akibat kemurkaan kekuatan gaib, di antaranya dengan mengadakan upacara-upacara, tabu-tabu atau pantangan-pantangan, dan pemujaan-pemujaan terhadap tempat-tempat tertentu. Upaya-upaya tersebut dilakukan secara rutin sehingga membentuk pola kebiasaan (tradisi) yang menjadi bagian dari budaya. Budaya itu sendiri merupakan sistem yang beragam. Salah satunya keberagaman kebudayaan di tatar Sunda terdapat di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kampung Adat Cikondang merupakan salah satu komunitas masyarakat adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh dalam kurun waktu satu tahun. Tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur, rasa hormat, serta ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri atas suka dan duka yang mereka alami, terutama di bidang pertanian, karena telah Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(3) 3. memberikan hasil bumi yang dapat menghidupi mereka sepanjang tahun. Melalui upacara tersebut, masyarakat adat Cikondang berharap agar pada masa yang akan datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi. Selain bentuk syukur, Wuku Taun juga dimaksudkan sebagai ritual menyambut tahun baru. Dalam hal ini, mereka berharap agar selama setahun ke depan, mereka mendapatkan keselamatan dan perlindungan. Tradisi Wuku Taun selalu jatuh pada 15 Muharam. Namun, sejak tanggal 1 Muharam, kesibukan warga telah tampak di sana-sini. Mereka bergotong-royong menumbuk padi dengan menggunakan halu (alat penumbuk padi) yang kelak akan dijadikan bahan tumpeng lulugu (tumpeng utama). Padi yang sebelumnya disimpan di lumbung tersebut merupakan hasil panen tahun sebelumnya dari sawah keramat yang menjadi kekayaan adat. Di samping itu, dalam setiap proses persiapan dan pelaksanaan upacara adat Wuku Taun ini, masyarakat Kampung Adat Cikondang masih tetap menjunjung tinggi dan melestarikan tradisi leluhurnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Contohnya, dalam proses pembuatan makanan, mereka masih menggunakan alat-alat tradisional yang pada saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat di luar Kampung Adat Cikondang. Selain sebagai bukti historis, penggunaan makanan berbahan dasar beras ini menegaskan keterikatan masyarakat Kampung Adat Cikondang dengan alam sekitar karena mayoritas penduduk kampung Cikondang bermata pencaharian petani. Selain bahan untuk pembuatan tumpeng lulugu, bahan lain yang digunakan untuk makanan ringan juga berasal dari beras. Di samping tumpeng, terdapat 12 jenis makanan ringan pengiring, seperti peuyeum (tape), dodol (makanan yang terbuat dari ketan), wajit, angleng, upuntir, ampeyang, borondong, kolontong, opak beureum, dan opak bodas (makanan yang terbuat dari ketan putih). Pengiring yang nonberas hanya tebu dan buah pisang. Setiap makanan yang disajikan dalam upacara adat Wuku Taun ini mempunyai makna tersendiri. Tumpeng lulugu merupakan simbol dari rasa syukur masyarakat atas hasil panennya. Dari pembuatan hingga pembagian tumpeng pengiring lainnya Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(4) 4. tergambar rasa gotong-royong dan kebersamaan masyarakat. Masyarakat yang membuat tumpeng di rumah-rumah akan menyerahkan tumpengnya ke rumah adat. Kemudian, pekerja di rumah adat akan membalasnya dengan tumpeng lain yang lebih lengkap. Upacara ditutup pada sore hari dengan doa bersama sebagai tanda syukur atas rezeki tahun lalu. Peserta upacara pun bukan hanya masyarakat adat Cikondang, melainkan juga warga dari luar kampung. Dalam upacara Wuku Taun terdapat nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai kemanusiaan seperti nilai-nilai pendidikan, sosial, bahkan nilai estetika yang mewarnai keharmonisan masyarakat multiagama di Kampung Adat Cikondang. Ini dilakukan sebagai upaya menjaga warisan leluhurnya, yaitu mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diterimanya dan sebagai simbol pengagungan Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Dilihat dari sisi budaya, upacara adat. Wuku Taun. yang sudah berjalan bertahun-tahun ini tentunya. merupakan hal yang dapat dibanggakan oleh masyarakat. Di setiap helatan Wuku Taun ini, ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Cikondang untuk menyaksikan prosesi upacara adat Wuku Taun secara langsung. Leksikon sebagai bagian dari identitas sosial pengguna merupakan bahan kajian yang menarik untuk diteliti. Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang menjadikan masyarakat adat Cikondang sebagai subjek. Salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2007) tentang analisis implementasi upacara adat Wuku Taun sebagai ungkapan evaluasi diri masyarakat adat Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Sejauh ini penelitian tentang upacara adat Wuku Taun memang telah dilakukan. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengkaji leksikon makanan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dengan pendekatan etnosemantik.. Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(5) 5. Studi etnosemantik difokuskan kepada deskripsi sistem klasifikasi folk taksonomi dan analisis fitur-fitur atomistis makna leksikon; studi etnosemantik menghasilkan analisis komponen makna sejumlah leksikon dan penyusunan sistem folk taksonomi mengenai ranah pengetahuan tertentu (Palmer, 1999; dalam Patimah 2008: 28). Dengan demikian, peneliti merasa penelitian tentang leksikon makanan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung penting untuk dilakukan agar masyarakat tidak bersikap apatis; tidak hanya terus menjaga, melestarikan dan melaksanakan adat istiadat Kampung Cikondang sebagai warisan peninggalan karuhun (leluhur) yang tak ternilai harganya, tetapi juga agar mereka dapat mengetahui dan memahami makna dari setiap leksikon, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kebudayaan dan memiliki kearifan lokal yang sangat tinggi.. B. Masalah Dalam bagian ini akan dijelaskan berbagai masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan masalah, dan (3) rumusan masalah.. 1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah diperlukan untuk mengetahui masalah yang timbul dari topik penelitian. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Kurangnya pengetahuan masyarakat Kampung Adat Cikondang tentang makna yang terkandung dalam setiap leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung; (2) Ancaman terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam upacara adat Wuku Taun dapat mengancam eksistensi identitas nasional. Jika Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(6) 6. tidak dilestarikan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di masyarakat Kampung Adat Cikondang terancam mengalami pergeseran.. 2. Pembatasan Masalah Bahasan mengenai unsur budaya yang ada dalam upacara adat Wuku Taun sangat luas. Oleh karena itu, agar bahasan tidak menyimpang serta terlalu luas, penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini. (1) Penelitian ini akan difokuskankan pada leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,Kabupaten Bandung pada tahun 2012. (2) Sumber data akan digali dari narasumber yang bisa memberikan keterangan tentang leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun, khususnya Ilin Dahsyah seorang tokoh adat di Kampung Adat Cikondang. (3) Penelitian ini menganalisis klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun, deskripsi leksikon makanan dan pealatan dalam upacara adat Wuku Taun, dan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon tersebut. (4) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnosemantik.. 3. Perumusan Masalah Agar dapat mengungkap masalah tersebut secara sistematis, diperlukan suatu rumusan masalah yang jelas. Berikut ini adalah rumusan masalahnya. (1) Bagaimanakah klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun? (2) Bagaimanakah deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang? Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(7) 7. (3) Bagaimana cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap makna dan nilai-nilai kebudayaan dari suatu daerah. Untuk mencapai tujuan itu, hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini mencakup pokok-pokok sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun; (2) mendeskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang; (3) mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun.. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu linguistik, khususnya cabang etnosemantik. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: (1) Terdokumentasikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun; (2) terdokumentasikan deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang; (3) terdokumentasikan deskripsi cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun.. Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(8) 8. (4) menjadi wujud usaha pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Jawa Barat; (5) merupakan wujud pemertahanan identitas lokal berbasis bahasa dan kebudayaan.. E. Asumsi Adapun yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Upacara adat Wuku Taun merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Sunda yang sampai saat ini masih berkembang di Kampung Adat Cikondang dan merupakan salah satu tradisi di dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur dalam kehidupan. (2) Fungsi penting dalam upacara adat adalah untuk menguatkan keyakinan terhadap adanya dunia gaib serta mengekspresikan emosi keagamaan secara simbolik. (3) Pada upacara adat Wuku Taun terdapat leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat tersebut.. F. Struktur Organisasi Skripsi Sebagai gambaran umum dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyusun ringkasan struktur organisasi skripsi dari bab I hinga bab V. Dalam bab I, penulis menguraikan latar belakang, masalah (identifkasi masalah, pembatasan, dan perumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis dan manfaat praktis), asumsi dasar, dan struktur organisasi skripsi. Dalam bab II, penulis menguraikan landasan teoretis yang memaparkan aspek-aspek sebagai berikut: (1) ihwal penelitian terdahulu, (2) etnosemantik, (3) pengertian leksikon, (4) bentuk lingual (kata, frasa), (5) pandangan hidup orang sunda, (6) cerminan kebudayaan Kampung Adat Cikondang dalam upacara adat Wuku Taun, dan (7) selayang pandang Kampung Adat Cikondang.. Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(9) 9. Dalam bab III, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Adapun metode tersebut meliputi (1) lokasi penelitian, (2) desain penelitian (3) data dan sumber data, (4) metode penelitian, (5) definisi operasional, (6) instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data dan instumen analisis data), (7) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, telaah pustaka), (8) teknik analisis data (analisis berdasarkan tabel klasifikasi medan makna, analisis fungsi lingual dan fungsi bahasa, menganalisis cerminan budaya yang terdapat pada leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung). Dalam bab IV, penulis memperlihatkan pengolahan dan analisis data hasil penelitian berdasarkan observasi di lapangan tentang leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Akhirnya, dalam bab V disajikan kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan sebelumnya serta rekomendasi yang dianggap perlu dalam usaha menuju perbaikan dan kesempurnaan.. Nurul Shapira, 2013 Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Benar saya menyadari sepenuhnya akan tindakan saya untuk mengganti tanda tangan saya tersebut dan bersedia untuk bertanggung jawab penuh atas penggantian tanda tangan saya ini,

Hasil peneliti an menunjukkan bahwa variabel perilaku pemimpin berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja karyawan tetapi variabel komitmen karyawan

Pembelajaran Berbasis Praktikum Virtual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X pada Materi Invertebrata , Tesis pada S.Ps.. Bandung :

pada saat suatu barang impor telah masuk kepasaran dalam negeri suatu anggota,. dan setelah melalui daerah pabean serta membayar biaya masuk,

Apakah bapak ada menghubungi atau melaporkan ke tingkat II atau puskesmas mengenai kasus DBD tersebut?.?. Kesepakatan, komitmen

fungisida yang diberikan mampu memberikan pengaruh yang nyata, namun pada pengamatan hambatan relatif konsentrasi fungisida yang diberikan kurang berpengaruh dalam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Fitri Nur

[r]