• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Musyawarah Mufakat Rajo Penghulu Sebagai Lembaga Diversi pada Peradilan Pidana Anak di Kota Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kedudukan Musyawarah Mufakat Rajo Penghulu Sebagai Lembaga Diversi pada Peradilan Pidana Anak di Kota Bengkulu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kedudukan Musyawarah Mufakat Rajo Penghulu Sebagai Lembaga Diversi pada Peradilan Pidana Anak di Kota Bengkulu

Position of Consensus Deliberation Rajo Penghulu As Diversion Institution in Child Criminal Justice in Bengkulu City

Ramayuza Pradesa

Ramayuza42@ymail.com

Universitas Muhammadiyah Bengkulu Abstrak

Tujuan penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan dan menganalisis kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu, dan kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum empiris, dalam penelitian ini teknik pengumpulan meliputi data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukan; Kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu yaitu: Minimnya sosialisai dari Pemerintah Daerah setempat dan lembaga terkait tentang keberadaan musyawarah mufakat Rajo Penghulu, Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemberlakukan Adat Kota Bengkulu hanya memuat hukum materilnya saja sedangkan materi hukum formil tidak diatur, terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai dalam proses musyawarah mufakat rajo penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu, tidak semua masyarakat Kota Bengkulu mengerti, memahami serta mengetahui peranan lembaga Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

Kata Kunci: Musyawarah Mufakat, Rajo Penghulu, Pidana Anak. Abstrack

The aim of this research was to describe and analyze the obstacles in determining consensus deliberation of Rajo Penghulu as a diversity institution in child criminal justice in Bengkulu City. The research method used in this research was empirical law research, in this research collecting techniques included primary and secondary data. The results showed; Constraints in determining deliberation of Rajo Penghulu as a a diversity institution in child criminal justice in Bengkulu city namely: The lack of socialization from local government and related institutions about the existence of consensus deliberation of Rajo Penghulu, Regional Regulation of Bengkulu City Number 29 of 2003 on the Implementation of Bengkulu City Customs is loading The material law only while the

(2)

formal legal material is not regulated, the limited facilities and adequate infrastructure in the process of consensus deliberation of rajo penghulu as a a diversity institution in child criminal justice in Bengkulu city, not all people of Bengkulu City understand, comprehend and know the role of Rajo Penghulu institution as a diversity in child criminal justice in Bengkulu City.

Key Words: Consensus Deliberation, Rajo Penghulu, Diversity Institution, Child Criminal Justice.

Pendahuluan

Diversi merupakan salah satu cara (alternatif) penyelesaian perkara pidana anak di luar jalur konvensional (peradilan)

atau Restorative Justice. Dengan adanya

Restorative Justice, maka penyelesaian perkara pidana anak yang berkonflik dengan hukum tidak mesti melalui jalur peradilan. Proses diversi tersebut diatur pada Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu:

Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang tua/Walinya, korban dan/atau orang tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.

Dalam pendekatan Restorative Justice, bahwa nilai yang diusung oleh keadilan restoratif berakar dari nilai-nilai tradisional dalam masyarakat tradisional seperti nilai keseimbangan, harmonisasi serta kedamaian dalam masyarakat. Oleh

karena itu di Indonesia lembaga peradilan adat tetap dipertahankan sebagai sarana bagi masyarakat untuk menyelesaikan sengketa atau permasalahan yang salah satunya perkara pidana yang dilakukan oleh anak-anak melalui musyawarah.

Di Kota Bengkulu lembaga peradilan adat tersebut dilakukan melalui musyawarah mufakat Rajo Penghulu. Rajo Penghulu merupakan lembaga adat yang ada di Kota Bengkulu, sebagaimana di ataur dalam Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemberlakukan Adat Kota Bengkulu menjelaskan :

Raja Penghulu adalah lembaga adat yang ada di kelurahan dalam Kota Bengkulu, terdiri dari penghulu Adat, penghulu Syara’ dan Cerdik Cendikio.

Pranata Rajo Penghulu selain itu

juga mempunyai peranan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 29 Tahun 2003

(3)

tentang Pemberlakukan Adat Kota Bengkulu yaitu:

1). Pranata Rajo Penghulu

mempunyai tugas pokok:

a. Membina dan memelihara

pelaksanaan hukum adat di Kelurahan Kota Bengkulu.

b. Sebagai penghubung

masyarakat adat dengan BMA Kecamatan.

c. Sebagai mitra utama

Lurah.

2). Dalam melaksankan tugas

pokoknya Pranata Rajo

Penghulu mempunyai

Fungsi:

a. Mencegah terjadinya

pelanggaran hukum adat (Dapek Salah) yang menyebabkan timbulnya Dendo Adat.

b. Mendorong anggota

masyarakat untuk secara bersama-sama pegang pakai adat.

c. Menyelesaikan Dapek

Salah secara arif, patut dan bijaksana sesuai dengan ketentuan hukum adat.

d. Memelihara keseimbangan

antara kemajuan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat adat.

Pada musyawarah mufakat Pranata Rajo Penghulu memiliki beberapa ketentuan tahapan mediasi yang harus dilaksanakan oleh para pihak yang terlibat pada musyawarah mufakat Pranata Rajo Penghulu.

Menurut Badan Musyawarah Adat Kota Bengkulu, dalam buku “Manual

Prosesi Musyawarah Mufakat Rajo Penghulu Dalam Penyelesaian Dapek Salah di Kota Bengkulu”, memiliki 34 tahapan musyawarah mufakat Rajo Penghulu dalam penyelesaian dapek salah

di Kota Bengkulu.1

Penyelesaian perkara pidana anak

melalui mufakat Rajo Penghulu di Kota

Bengkulu sebagai lembaga diversi, merupakan suatu ide pedoman penyelesaian perkara pidana anak diluar pengadilan melalui musyawarah mufakat Rajo Penghulu di Kota Bengkulu. Oleh sebab itu perlu terus dikembangkan dan diterapkan sesuai dengan konsep keadilan, hal ini dimaksudkan agar perkara pidana anak yang terjadi di Kota Bengkulu dapat diselesaikan dengan rukun dan damai yakni melalui musyawarah mufakat.

Penyelesaian perkara pidana

melalui Rajo Penghulu seperti diatas

merupakan salah satu bentuk kebijakan hukum pidana dalam upaya penanggulangan tindak pidana melalui penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan (mediasi penal).

Penyelesaian kasus pidana di luar pengadilan dirasakan lebih efektif dari

1 Badan Musyawarah Mufakat Rajo Penghulu,

Manual Prosesi Penyelesaian Dapek Salah Di Kota Bengkulu, Kota Bengkulu, Hal. Iii-vi.

(4)

pada penjatuhan pidana penjara terhadap anak nakal, Karena lembaga pemasyarakatan bukanlah jalan untuk menyelesaikan permasalahan anak dan justru dalam Lembaga Pemasyarakatan rawan terjadi pelanggaran–pelanggaran terhadap hak anak.

Penjatuhan hukum pidana penjara terhadap anak sebagai pelaku pidanadi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Kota, sehingga dalam pelaksanaan pidana penjara anak yang akan dicampur dengan tahanan dewasa, berdampak pada anak pelaku tindak pidana pada saat menjalani

proses Pembinaan dipengaruhi/

terpengaruh oleh perilaku kejahatan

tahanan dewasadi Lembaga

Pemasyarakatan Klas II A Kota Bengkulu. Penyelesaian perkara pidana anak di luar pengadilan dengan tujuan yang akan diharapkan, yaitu agar akar nilai yang diusung oleh keadilan restoratif berakar dari nilai-nilai tradisional dalam masyarakat tradisional seperti melalui musyawrah mufakat.

Oleh karena itu penyelesaian perkara pidana anak melalui lembaga peradilan adat tetap dipertahankan oleh masyarakat Kota Bengkulu, sebab sebagai sarana untuk menyelesaiakan perkara

pidana anakdengan cara musyawarah mufakat Rajo Penghulu.

Sehingga penyelesaian perkara pidana anak diluar pengadilan melalui musyawarah mufakat Rajo penghulu ini dirasakan lebih efektif.

Penyelesaian perkara pidana anak melalui mufakat Rajo Penghulu di Kota Bengkulu sebagai lembaga diversi, merupakan suatu ide pedoman penyelesaian perkara pidana anak diluar pengadilan melalui mufakat Rajo Penghulu di Kota Bengkulu. Oleh sebab itu perlu terus dikembangkan dan diterapkan sesuai dengan keadilan, hal ini dimaksudkan agar perkara pidana anak yang terjadi di Kota Bengkulu dapat diselesaikan dengan rukun dan damai yakni melalui musyawarah mufakat.

Selain itu juga diversi dalam sistem peradilan anak tersebut, masih memerlukan pengaturan lebih lanjut untuk penerapannya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka fokus penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kedudukan musyawarah

mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu?

(5)

b. Apa yang menjadi kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat Rajo

Penghulu sebagai lembaga diversipadaperadilan pidana anak di Kota Bengkulu?

Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum empiris, yaitu penelitian dengan berupaya untuk melihat bagaimana pihak-pihak yang terkait responsif dan konsisten dalam menggunakan aturan-aturan yang terkait.2

Menurut Ade Saptomo penelitian empiris ini tergolong pada penelitian efektifitas hukum yang merupakan penelitian hukum yang hendak menelaah efektifitas suatu peraturan

perndang-undangan.3

Maka Penelitian hukum empiris merupakan jenis penelitian dengan pendekatan non doktrinal, yaitu penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses

2 Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan

Metodologi Penelitian Hukum empiris,Ind-Hil-Co, Jakarta, Hlm. 9.

3 Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok

Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Penerbit universitas Trisakti, Jakarta. Hlm. 42.

bekerjanya hukum di dalam masyarakat

atau sering di sebut sosio legal research.4

Pembahasan

Kedudukan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu

Manusia dalam masyarakat menjalankan kehidupannya berhubungan dengan manusia lain, sebetulnya telah mengetahui bahwa pada hakikatnya hubungan antar manusia tersebut diatur oleh bermacam-macam aturan atau pedoman. Kaidah-kaidah dan nilai nilai yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, bermacam-macam ragamnya, dan diantara sekian macam kaidah, maka yang merupakan salah satu kaidah penting adalah kaidah-kaidah hukum disamping kaidah-kaidah agama, kesusilaan, dan kesopanan.

Perbuatan yang bertentangan dengan kaidah itulah yang kemudian memunculkan konflik dalam masyarakat. Secara umum dalam kehidupan bermasyarakat, terkadang antar individu muncul konflik atau sengketa yang menimbulkan kerugian baik salah satu

4 Soetandyo Wignyosoebroto, 2002,

Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, ELSAM & HUMA, Cet 1, jakarta hlm 164.

(6)

individu maupun pada kedua individu yang berkonflik/bersengketa.

Proses penyelesaian sengketa tersebut yang sudah sejak dulu melalui proses litigasi di dalam pengadilan, selanjutnya seiring perkembangan kehidupan masyarakat tersebut berkembang proses penyelesaian sengketa melalui mediasi di luar pengadilan. Berbagai fakta telah menunjukkan bahwa pada dasarnya mediasi bukan merupakan suatu metode yang asing dalam upaya menyelesaikan

sengketa ditengah masyarakat.5

Sumber utama dari hukum pidana Indonesia adalah hukum pidana yang tertulis, disamping itu di daerah-daerah tertentu dan untuk orang tertentu hukum tidak tertulisjuga dapat menjadi sumber

hukum pidana.6

Menurut Barda Nawawi Arief salah satu guru besar hukum pidana di Indonesia menjelasakan bahwa;

Walaupun pada umumnya penyelesaian sengketa di luar pengadilan hanya ada dalam

5 MB Panjaitan, Mediasi Penal Dalam

Penyelesaian Perkara Pencurian Ringan

Berdasarkan Surat Kapolri No.pol/b/3022/xxi/2009/sdeops Tentang Penanganan Kasus Melalui Adr, diakses pada 30

Maret 2015 dari http://e-journal.uajy.ac.id/207/2/1HK10118.pdf,

6 Nyoman Serikat Putra Jaya, 2005, Relevansi

Hukum Pidana Adat Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Nasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm. 35.

sengketa perdata, namun dalam praktek sering juga kasus pidana diselesaikan di luar pengadilan melalui berbagai diskresi aparat penegak hukum atau melalui mekanisme musyawarah/perdamaian atau lembaga permaafan yang ada di dalam masyarakat (musyawarah keluarga; musyawarah desa;

musyawarah adat dsb).7

Diversi dilakukan guna untuk menghindari dan menjauhkan Anak dari proses peradilan umum sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan Anak dapat kembali kedalam lingkungan sosial secara wajar.

Oleh karena itu sangat diperlukan peran serta semua pihak dalam rangka mewujudkan hal tersebut. Pada akhirnya proses ini harus bertujuan pada terciptanya keadilan restoratif baik bagi Anak maupun bagi Anak sebagai Korban. Diversi khususnya melalui musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu menjadi suatu pertimbangan yang sangat penting dalam menyelesaikan perkara pidana yang dilakukan oleh anak di Kota Bengkulu.

Terhadap kasus yang sudah terlanjur dilaporkan kepihak kepolisian, masih

7 Barda Nawawi, 2012, Mediasi Penal

Penyelesaian Perkara Pidana Di Luar Pengadilan, Pustaka Magister, Semarang, Hal. 2-3.

(7)

dimungkinkan dapat diselesaikan dengan cara diversi melalui musyawarah mufakat Rajo Penghulu, caranya pihak pelaku (orang tua) menemui pihak korban untuk meminta agar permasalahan mereka bisa diselesaikan dengan musyawarah saja, apabila korban bersedia maka laporan korban dapat dicabut atas persetujuan dari pihak kepolisan.

Pihak kepolisian dapat menghentikan penyidikan terhadap anak pelaku tindak pidana dan melakukan diskresi sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya untuk selanjutnya dilakukan diversi (pengalihan) proses penyelesaian perkara dari peradilan ke jalur musyawarah. Ada beberapa syarat untuk menyelesaikan perkara melalui restorative justice seperti adanya pengakuan atau adanya pernyataan bersalah dari pihak pelaku, dan adanya persetujuan dari pihak korban untuk melaksanakan penyelesaian perkara melalui musyawarah.

Implementasi penyelesaian sengketa masyarakat hukum adat didasarkan pada nilai filosofis kebersamaan pengorbanan, nilai supernatural, dan keadilan. Dalam masyarakat hukum adat, kepentingan bersama merupakan filosofi hidup yang meresap pada tiap orang.

Kepentingan bersama dijunjung

tinggi yang melebihi kepentingan individu, sehingga dalam masyarakat adat dikenal kepentingan bersama. Hukum adat sebagai suatu sistem hukum memiliki pola tersendiri dalam menyelesaikan sengketa. Hukum adat memiliki karakter yang khas dan unik bila dibandingkan dengan sistem hukum lain. Hukum adat lahir dan tumbuh dari masyarakat, sehingga keberadaannya bersenyawa dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.

Kedudukan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu merupakan suatu wujud adat istiadat dan adat kebiasaan yang hidup, tumbuh dan berkembang serta dipatuhi oleh masyarakat Kota Bengkulu dan menimbulkan sanksi (Dendo Adat) bagi yang melanggarnya atau pelanggaran (Dapek Salah), serta dalam penyelesaianya melibatkan para pihak dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan atau keadilan restoratif, sama hal dengan

proses diversi dilakukan melalui

musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang tua/Walinya, korban dan/atau orang tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.

(8)

Penerapan Diversi sebenarnya juga untuk memberikan jaminan perlindungan dengan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam sistem peradilan pidana anak. Keadilan restoratif merupakan suatu proses diversi dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan masalah, menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan Anak Korban, Anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menentramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan.

Adat mempunyai keunggulan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat secara menyeluruh, cepat, mudah dan sederhana. Pada masyarakat Kota Bengkulu dikenal suatu lembaga adat ”Rajo Penghulu.” Rajo Penghulu adalah suatu lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Bengkulu. Rajo Penghulu terdapat mulai dari tingkat Kelurahan.

Musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu dapat digunakan secara berkesinambungan

dalam penyelesaian beberapa perkara pidana anak di Kota Bengkulu, karena dirasakan lebih efektif, efisien dan berkeadilan serta menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak.

Untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan pelindungan khusus, terutama pelindungan hukum dalam sistem peradilan terhadap anak yang berhadapan dengan hukumkedudukan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu merupakan suatu wujud adat istiadat dan adat kebiasaan yang hidup, tumbuh dan berkembang serta dipatuhi oleh masyarakat Kota Bengkulu dan menimbulkan sanksi (Dendo Adat) bagi yang melanggarnya atau pelanggaran (Dapek Salah), serta dalam penyelesaianya melibatkan para pihak dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan atau keadilan restoratif, sama hal dengan

proses diversi dilakukan melalui

musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang tua/Walinya, korban dan/atau orang

tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial

Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.

(9)

Penerapan Diversi sebenarnya juga untuk memberikan jaminan perlindungan dengan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam sistem peradilan pidana anak.

Keadilan restoratif merupakan suatu proses diversi dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan masalah, menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan Anak Korban, Anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menentramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan.

Adat mempunyai keunggulan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat secara menyeluruh, cepat, mudah dan sederhana. Pada masyarakat Kota Bengkulu dikenal suatu lembaga adat ”Rajo Penghulu.” Rajo Penghulu adalah suatu lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Bengkulu. Rajo Penghulu terdapat mulai dari tingkat Kelurahan.

Kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada

peradilan pidana anak di Kota Bengkulu

Ide diversi sebagai bentuk pengalihan penanganan kenakalan anak dari proses peradilan umum, kearah penanganan anak yang lebih bersifat msyawarah kekeluargaan, dan ide diversi dilakukan untuk menghindarkan anak dari dampak negatif praktek penyelenggaraan peradilan anak.

Hukum adat mempunyai keunggulan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat secara menyeluruh, cepat, mudah dan sederhana. Rajo Penghulu adalah suatu lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Bengkulu. Rajo Penghulu terdapat mulai dari tingkat Kelurahan.

Pada musyawarah mufakat Rajo Penghulu memiliki beberapa ketentuan tahapan mediasi yang harus dilaksanakan oleh para pihak yang terlibat pada musyawarah mufakat Pranata Rajo Penghulu. Ketentuan tersebut dapat dilihat dalam buku “Manual Prosesi Musyawarah Mufakat Rajo Penghulu Dalam Penyelesaian Dapek Salah di Kota Bengkulu”, yang memiliki 34 tahapan musyawarah mufakat Rajo Penghulu

(10)

dalam penyelesaian dapek salah di Kota Bengkulu.

Penyelesaian peradilan pidana anak yang dilakukan dengan menggunakan musyawarah mufakat Rajo Penghulu

merupakan salah satu alternatif

penyelesaian perkara di luar pengadilan di Kota Bengkulu, Rajo Penghulu adalah suatu lembaga yang bertugas untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Bengkulu.

Adapun hasil penelitian penulis dengan beberapa sampel berkaitan dengan kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat rajo penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu sebagai berikut:

1. Minimnya sosialisai dari Pemerintah

Daerah setempat dan lembaga terkait tentang keberadaan sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

2. Peraturan Daerah Kota Bengkulu

Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemberlakukan Adat Kota Bengkulu hanya memuat hukum materilnya saja sedangkan materi hukum formil tidak diatur.

3. terbatasnya sarana dan prasarana

yang memadai dalam proses

musyawarah mufakat rajo penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

4. Tidak semua masyarakat Kota

Bengkulu menigerti, memahami serta mengetahui peranan lembaga Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

Dengan adanya beberapa kendala dalam menetapkan musyawarah mufakat rajo penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di kota Bengkulu, tidak mengharuskan anak yang terlibat dengan perkara pidana untuk ditahan di penjara pada saat mengikuti proses peradilan bahkan untuk tindak pidana ringan sekalipun.

Oleh sebab itu konsep musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu merupakan suatu konsep yang ideal sebagai sarana penyelesaian perkara pidana anak di Kota Bengkulu, guna terjamin nya perlindungan terhadap anak yang terlibat perkara pidana di Kota Bengkulu. sebagaimana diketahui bahwa perlindungan terhadap anak terlibat perkara pidana merupakan pekerjaan penting yang harus terus

(11)

dilakukan oleh seluruh unsur masyarakat Kota Bengkulu.

Kedudukan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak menawarkan suatu bentuk baru dalam penyelesaian suatu perkara pidana yang dilakukan anak di Kota Bengkulu, dengan mengalihkan (diversi) perkara tersebut keluar sistem peradilan pidana formal dan melibatkan korban, pelaku, keluarga korban dan pelaku, masyarakat serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu tindak pidana yang terjadi untuk bersama-sama bermusyawarah dalam mencapai kesepakatan dan penyelesaian perkara pidana yang dilakukan anak di Kota Bengkulu.

Konsep restorative justice seperti

musyawarah mufakat Rajo Penghulu muncul sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana dengan pelaku anak. Penyelesaian melalui musyawarah sebetulnya bukan merupakan hal baru bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan adat istiadat, Indonesia memiliki mekanisme penyelesaian hukum yang berdasarkan kearifan lokal begitu juga pada kehidupan masyarakat adat Kota Bengkulu.

Penutup Kesimpulan

a. Kedudukan musyawarah mufakat Rajo

Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu, merupakan salah satu alternatif penyelesaian perkara pidana anak yang paling ideal disarankan dalam melakukan diversi terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum. Musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak dilaksanakan di luar proses peradilan demi kepentingan masa depan anak dan menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak dan anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Konsep musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu dapat digunakan secara

berkesinambungan dalam penyelesaian sengketa di dalam

masyarakat Kota Bengkulu, secara lebih efektif, efisien dan berkeadilan. Sudah seharusnya dilakukan pengalihan (diversi) penyelesaian perkara anak melalui Musyawarah mufakat Rajo Penghulu, mengingat

(12)

Rajo Penghulu merupakan suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu No.29 Tahun 2003 tentang Pemberlakuan Hukum Adat dan memiliki beberapa ketentuan tahapan penyelesaian yang harus dilaksanakan oleh para pihak yang terlibat pada musyawarah mufakat Rajo Penghulu.

b. Kendala dalam menetapkan

musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu yaitu:

1. Minimnya sosialisai dari Pemerintah

Daerah setempat dan lembaga terkait tentang keberadaan musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

2. Peraturan Daerah Kota Bengkulu

Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemberlakukan Adat Kota Bengkulu hanya memuat hukum materilnya saja sedangkan materi hukum formil tidak diatur.

3. Terbatasnya sarana dan prasarana

yang memadai dalam proses musyawarah mufakat rajo penghulu sebagai lembaga diversi pada

peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

4. Tidak semua masyarakat Kota

Bengkulu mengerti, memahami serta mengetahui peranan lembaga Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu.

Saran

Bagi orang tua hendaknya memberikan pengertian tentang suatu perbuatan baik maupun buruk, dan apabila anak sudah melakukan perbuatan melawan hukum hendaknya orang tua anak lebih memilih penyelesaian melalui diversi. Terhadap Pemerintah Daerah Kota Bengkulu, Aparat Penegak Hukum Kota Bengkulu, dan Badan Musyarah Adat serta Rajo Penghulu dapat mendukung dengan saling berkoordinasi satu sama lain, karena musyawarah mufakat Rajo Penghulu sebagai lembaga diversi pada peradilan pidana anak di Kota Bengkulu,

merupakan salah satu alternatif

penyelesaian perkara pidana anak yang paling disarankan dalam melakukan diversi terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum di Kota Bengkulu.

(13)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Adami Chazawi, 2005, Bagian I Stelsel Pidana Tindak Pidana Teori-Teori Pemidanaan Dan Batasan Berlakunya Hukum Pidana Pelajaran Hukum Pidana Dasar, Rajawali Pers, Jakarta. Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok

Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Penerbit universitas Trisakti, Jakarta.

Agung Wahyono, Siti Rahayu, 1993, Tinjauan Tentang Peradilan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Andry Harijanto Hartiman, 2002, Alternative Dispute Resolution, Penerbit: Lemlit Unib Press, Bengkulu.

Angger Sigit Pramukti, Fuady Primaharsya,

2015, Sistem Peradilan Pidana Anak,

Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Bambang Waluyo, 2004, Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. Bambang Sunggono, 2012, Metode

Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Badan Musyawarah Mufakat Rajo

Penghulu, Manual Prosesi

Penyelesaian Dapek Salah Di Kota Bengkulu, Kota Bengkulu.

Barda Nawawi, 2012, Mediasi Penal Penyelesaian Perkara Pidana Di Luar

Pengadilan, Pustaka Magister,

Semarang.

____________, 2011, Perkembangan Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Pustaka Magister, Semarang.

____________, 2011, Tujuan dan pedoman Pemidanaan, CV. Elangtuo Kinasih, Semarang.

Candra Irawan, 2010, Aspek Hukum Dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Alternative Dispute Resolution) Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung.

C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet Ke-8, Balai Pustaka, Jakarta.

Dewi, Fatahillah Syukur, 2011, Mediasi Penal : Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak

Indonesia, Indie-Publishing.com,

Depok.

Herlambang, 2009, Manual (petunjuk Teknis) Prosesi Musyawarah Mufakat Rajo penghulu Dalam Menyelesaikan Dapek Salah Di Kota Bengkulu, Hukum SETDA Kota Bengkulu.

(14)

__________, 2013 , Tindak Pidana Penerimaan Hasil Korupsi, PT. Penerbit IPB Press, Bogor.

H. Salim, 2012, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Ilham Bisri, 2012, Sistem Hukum Indonesia Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum Di Indoenesia, Rajawali, Jakarta.

Marlina, 2010, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice Dalam Hukum Pidana, USU Press, Medan. Nyoman Serikat Putra Jaya, 2005,

Relevansi Hukum Pidana Adat Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Nasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

P.A.F. Lamintang, 1996, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti, Bandung.

Peter Mahmud Marzuki,2005, "Penelitian Hukum Edisi Revisi", Kencana, Jakarta.

Purnianti dkk, 2008, Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice System) Di Indonesia, Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Rony Hanitijo Soemitro,1990, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rosady Ruslan,2010, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soerjono Soekanto,1986, Metode

Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. _______________, 1990, Ringkasan

Metodologi Penelitian Hukum empiris,Ind-Hil-Co, Jakarta.

Suharto RM, 2002, Hukum Pidana Materiil (Unsur-Unsur Obyektif Sebagai Dasar Dakwaan) Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta.

Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta.

____________, 2012, Hukum Pidana Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo, Jakarta. Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana

Anak, Refika Aditama, Bandung. Wirjono Prodjodikoro, 2012,

Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia,, PT. Refika Aditama, Bandung.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

(15)

Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemberlakukan Adat Kota Bengkulu. Media Internet http://bengkuluekspress.com/pelaku-anak-harus-diversi/ http://e-journal.uajy.ac.id/207/2/1HK10118.p df, http://eprints.undip.ac.id/42155/2/BAB_II. pdf http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Penerapan -Perma-No.-1-Tahun-2008.pdf. http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/30978/4/Chapter%20I.pdf

Referensi

Dokumen terkait

masalah umum di destinasi wisata adalah toilet yang dibiarkan sangat kotor padahal dalam pemakaianya wisatawan selalu dipungut biaya perawatan, Hermawan

Dalam lingkungan sekolah, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga

Berdasarkan pada tujuan penelitian ini, aktivitas peneliti diarahkan pada pengamatan dengan pancaindra terhadap segala aspek wujud penggunaan tanda (wujud benda) yang

Jika zakat disatukan dengan pajak, maka syariat dari zakat akan hilang, dan men- jadi tidak penting lagi, zakat bukan lagi suatu kewajiban melainkan akan terkesan sebagai

Manusia dicipta adalah untuk menjaga dan bukan merusak alam, itulah inti dari teologi penciptaan. Konsep tersebut penting untuk dimengerti sebagai mandat Ilahi. Karena

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter peduli lingkungan di SMA Negeri 1 Bringin melalui implementasi Hi-Pori memiliki rata-rata sebesar 75%

Garis perbatasan darat antara Indonesia dan Timor Leste dengan tiga distrik yaitu Maliana, Kovalima dan Oecusse membentang sepanjang kurang lebih 268,8 km