ABSTRAK
Gigi pasca perawatan endodontik membutuhkan restorasi yang tepat berupa bangunan pasak karena banyaknya struktur gigi yang hilang. Retensi pasak gigi diperoleh secara adhesive dari semen luting. Bone cement berbasis polymethylmetacrylate (PMMA) memiliki kemampuan yang dapat mengikuti ruangan tetapi tidak memiliki bone bonding berupa struktur apatit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kekuatan ikatan semen luting dengan penambahan filler dari sintesis karbonat apatit.
Serbuk karbonat apatit berukuran nanopartikel didapat dari proses sintesis menggunakan teknik sol-gel. Hasil sintesis kemudian dikarakterisasi SEM dan XRD. Serbuk karbonat apatit kemudian dicampurkan dengan PMMA untuk menjadi semen luting. Sampel terdiri dari lima gigi insisivus atas permanen manusia yang telah dilakukan preparasi saluran akar dan lima pasak gigi non metal yaitu fiber reinforced composite (FRC) bermerek Postec Plus ukuran 3. Semen luting dengan penambahan filler karbonat apatit diaplikasikan pada gigi insisivus dan pasak FRC yang sebelumnya telah dilakukan fitting. Lima sampel dibagi menjadi dua: satu sampel untuk uji karakterisasi SEM dan empat sampel untuk uji kekuatan ikat tarik. Kekuatan ikat tarik pada semen dicatat menggunakan mesin uji tarik TENSILON 5000 dengan kecepatan tarik 50 mm/menit dan beban maksimal 100 kg.
Hasil karakterisasi SEM dan XRD dari serbuk karbonat apatit menyatakan karbonat apatit telah terbentuk dengan ukuran nanopartikel. Hasil keempat sampel yang dilakukan uji kekuatan ikat tarik menyatakan bahwa semen luting memiliki kekuatan tarik yang sangat rendah dengan nilai yang paling tinggi adalah sebesar 0,961 MPa dan yang paling rendah sebesar 0,345 MPa.
!
ABSTRACT
Post is a structure that built after endodontic treatment because these many hard tissue lost. Post retention mainly comes from adhesivity of luting cement. One of biocompatible cement, that’s bone cement based on PMMA have an ability to flow into space available but doesn’t have bone bonding such as apatite structure. The objective of this study is to test tensile bond strength of self synthesis luting cement based on carbonate apatite nano particle for post.
Nanoparticle carbonate apatite powder was gain by sol-gel method. Synthesis this powder was characterized using SEM and XRD. Carbonate apatite powder mixed with PMMA resin to a flowable luting cement. The sample consist of five permanent maxillary incisivus that have been prepared (root canal treatment) and five fiber reinforced composite (FRC) posts branded Postec Plus size 3. Luting cement based on carbonate apatite filler aplied to the root canal of the incisivus teeth and post. The five samples divided into two; one sample for characterization of morphology using SEM, four samples for tensile bond strength test using TENSILON 5000 with tensile speed 50mm/min and maximum load of 100 kg.
Results of SEM and XRD characterization shows that’s of powders carbonate apatite has formed with the size of the nanoparticles. Results of the four samples were tensile strength test showed luting cement has a tensile strength that is very low with the highest value is equal to 0.961 MPa and the lowest of 0.345 MPa.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR GRAFIK... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Identifikasi Masalah... 5
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 5
1.4Manfaat Penelitian... 6
1.5Kerangka Pemikiran... 6
1.6Metode Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Restorasi... 10
2.2 Pasak Gigi... 11
2.2.1 Pasak Metal... 12
2.2.1.1 Pasak Prefabricated dari Metal... 13
2.2.1.2 Pasak Costum dari Metal... 13
2.2.2 Pasak Prefabricated dari Non-Metal... 14
2.3 Semen Gigi... 15
2.3.1 Semen Sebagai Luting Agent... 16
2.3.2 Prosedur untuk Luting Protesa... 18
2.3.3 Mekanisme Retensi... 19
2.4 Resin Polymethylmethacrylate (PMMA)... 19
2.5 Karbonat Apatit... 20
2.6 Kitosan... 21
2.7 Scanning Electrone Microscope (SEM)... 22
2.8 X-ray Diffraction (XRD)... 24
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat... 27
3.1.1 Bahan dan Alat Prosedur Sintesis Bubuk Karbonat Apatit... 27
3.1.1.1 Bahan Prosedur Sintesis Bubuk Karbonat Apatit... 27
3.1.1.2 Alat Prosedur Sintesis Bubuk Karbonat Apatit... 28
3.1.2 Bahan dan Alat Pembuatan Preparat Gigi... 29
3.1.2.1 Bahan Pembuatan Preparat Gigi... 29
3.1.2.2 Alat Pembuatan Preparat Gigi... 29
3.1.3 Bahan dan Alat Prosedur Pembuatan Spesimen... 30
3.1.3.1 Bahan Prosedur Pembuatan Spesimen... 30
3.1.3.2 Alat Prosedur Pembuatan Spesimen... 30
3.1.4 Alat Karakterisasi dan Uji Spesimen... 31
3.2 Metode Penelitian... 31
3.2.1 Desain Penelitian... 31
3.2.2 Variabel Penelitian... 32
3.2.2.1 Variabel Bebas... 32
3.2.3 Definisi Operasional... 33
3.2.4 Sampel Penelitian... 34
3.3 Prosedur Penelitian... 35
3.3.1 Prosedur Pembuatan Sintesis Karbonat Apatit... 36
3.3.2 Prosedur Pembuatan Preparat Gigi... 36
3.3.3 Prosedur pembuatan Spesimen... 37
3.3.4 Prosedur Uji Spesimen... 38
3.3.4.1 Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)... 38
3.3.4.1.1 Prosedur Uji Scanning Electron Microscope (SEM) Bubuk Karbonat Apatit ... 39
3.3.4.1.2 Prosedur Uji Scanning Electron Microscope (SEM) Semen Luting dan Pasak... 39
3.3.4.2 Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD)... 40
3.3.4.3 Pengujian Kekuatan Ikat Tarik... 40
3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 41
4.1.1.1 Hasil Karakterisasi SEM Serbuk Karbonat Apatit... 42
4.1.1.2 Hasil Karakterisasi XRD Serbuk Karbonat Apatit... 43
4.1.2 Hasil Karakterisasi SEM Spesimen... 44
4.1.3 Hasil Uji Kekuatan Ikat Tarik... 45
4.2 Pembahasan... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 simpulan... 51
5.2 Saran... 51
DAFTAR PUSTAKA... 53
LAMPIRAN... 57
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Komponen Reaksi dan Tipe Reaksi Semen 17
Tabel 2.2 Sifat Semen Untuk Perekatan 18
Tabel 4.1 Hasil Uji Kekuatan Ikat Tarik 45
Tabel 4.2 Hasil Uji Kekuatan Ikat Tarik Dalam Satuan
Megapascal
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Pasak prefabricated dari metal 13
Gambar 2.2 Pasak prefabricated non-metal 14
Gambar 2.3 Struktur Kitosan 22
Gambar 2.4 Diagram SEM 23
Gambar 2.5 Mesin Pengujian Tarik 26
Gambar 3.1 Bahan Prosedur Sintesis Karbonat Apatit 27
Gambar 3.2 Alat Prosedur Sintesis Karbonat Apatit 28
Gambar 3.3 Bahan dan Alat Pembuatan Preparat Gigi 29
Gambar 3.4 Bahan Prosedur Pembuatan Spesimen 30
Gambar 3.5 Alat Prosedur Pembuatan Spesimen 30
Gambar 3.6 Alat Uji SEM dan Uji Kekuatan Ikat Tarik 31
Gambar 3.7 Bentuk Spesimen Uji 38
Gambar 4.1 Semen Luting Dengan Penambahan Filler Karbonat
apatit
41
Gambar 4.2 Hasil Uji Karakterisasi SEM 5000x dan 10.000x 42
Gambar 4.3 Hasil Uji Karakterisasi XRD 43
Gambar 4.4 Hasil Uji Karakterisasi SEM spesimen 44
DAFTAR GRAFIK
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian 57
Lampiran 2 Hasil Uji karakterisasi XRD 58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami
kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi
sebelumnya atau trauma. Pembuatan restorasi yang tepat diperlukan agar gigi
tersebut dapat dipertahankan dalam rongga mulut dan berfungsi dengan baik.1,2
Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca
perawatan saluran akar, keadaan ini disebabkan oleh banyaknya struktur gigi yang
pada keadaan normal digunakan sebagai retensi, akan tetapi telah rusak dengan
adanya karies, restorasi yang besar, dan trauma. Pada keadaan seperti ini
diperlukan bangunan retensi berupa pasak. Pasak merupakan jenis restorasi gigi
yang terbuat dari logam atau bahan restoratif kaku yang dimasukan dalam saluran
akar gigi. Fungsi pasak untuk menambah retensi restorasi dan meneruskan
tekanan yang diterima gigi merata ke sepanjang akar.1,2
Pasak dapat dikategorikan secara luas menjadi pasak custom-made dan
prefabricated. Pasak prefabricated merupakan tipe yang paling popular, preparasi
dan penempatan inti dapat dilakukan pada kunjungan pertama, pasak jenis ini
tersedia dalam berbagai bahan dan bentuk yaitu logam, keramik, dan fiber. Salah
satu contoh bahan pasak yang paling banyak digunakan adalah pasak fiber
2 !
Pasak fiber reinforced composite (FRC) memiliki beberapa kelebihan yaitu
memiliki nilai estetik yang baik, tidak adanya proses korosi, memiliki modulus
elastisitas yang hampir menyerupai dentin, dan dapat berikatan dengan struktur
gigi dengan menggunakan sistem adhesif. Selain itu, penggunaan pasak fiber tidak
memerlukan proses laboratorium, sehingga dapat mempersingkat waktu
kunjungan klinis.1,4
Retensi pasak prefabricated diperoleh secara adhesif dari semen luting. Dalam
fixed prosthodontics, fungsi semen yaitu sebagai luting dan agen perantara,
dimana gaya dapat di distribusikan secara merata pada permukaan akar gigi. Jenis
semen mempengaruhi retensi terhadap pasak. Terdapat berbagai macam semen
luting yaitu seperti zinc phosphate cement, glass ionomer cement, atau resin
cement.5
semen kedokteran gigi di Indonesia sudah banyak tersedia.
Semen-semen tersebut sudah memiliki kualitas yang baik. Tetapi dari sisi biaya, Semen-
semen-semen tersebut harganya cukup mahal. Sehingga perawatan gigi menjadi mahal.
Di Negara-negara berkembang seperti Indonesia, tidak semua orang bisa
mendapatkan perawatan gigi karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu, untuk
dapat meningkatkan kesehatan gigi di Indonesia, bahan-bahan kedokteran gigi
harus memiliki harga yang terjangkau tetapi memiliki kualitas dan sesuai standar
yang berlaku. Salah satunya adalah semen luting.6
Baru-baru ini, penggunaan resin-base luting agent telah diterima secara luas.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat peningkatan kekuatan ikat yang
3 !
Sen dkk, menyatakan bahwa pasak yang disementasi menggunakan zinc
phosphate memiliki kekuatan ikat yang kurang jika dibandingkan dengan pasak
yang disementasi dengan menggunakan semen resin. Salah satu contohnya seperti
bone cement dengan basis polymethylmetacrylate (PMMA).7
Bone cement dengan basis polymethylmetacrylate (PMMA) adalah semen
tulang yang banyak digunakan. Kelebihan bone cement dengan basis PMMA ini
adalah kemampuan daya alirnya yang dapat mengikuti ruangan. PMMA dipilih
sebagai material bone cement karena memiliki sifat biocompability yang paling
baik diantara jenis material polimer lainnya. Namun bone cement berbasis PMMA
memiliki kekurangan, yaitu tidak memiliki sifat bone-bonding karena PMMA
tidak memiliki lapisan apatite yang dapat menghasilkan bone-bonding. Salah satu
contoh struktur apatite adalah karbonat apatit.6,7
Kalsium fosfat dalam tulang mendekati senyawa hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2). Hidroksiapatit dianggap sebagai bahan bioaktif dan digunakan
dalam pembuatan implan medis dan dental. Salah satu ion yang banyak
menggantikan gugus penyusun hidroksiapatit adalah ion karbonat. Terdapat dua
mekanisme substitusi gugus karbonat dalam senyawa hidroksiapatit, yaitu
menggantikan gugus fosfat, menghasilkan apatit karbonat tipe B, dan
menggantikan gugus karboksil, menghasilkan apatit karbonat tipe A.8,9
Partikel filler yang dimasukan kedalam suatu matriks secara nyata dapat
meningkatkan sifat mekanis dari semen apabila filler yang dimasukkan
benar-benar berikatan dengan matriks. Filler yang dimasukan kedalam matriks dengan
4 !
Partikel filler yang berukuran lebih kecil dapat mengisi celah diantara matriks
dibandingkan dengan filler yang berukuran besar sehingga penyebaran partikel
dapat merata serta dapat meningkatkan sifat mekanis suatu bahan.10
Pada saat ini, nanoteknologi merupakan bidang riset yang paling diminati oleh
para ilmuan. Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material,
struktur fungsional maupun piranti dalam skala nanometer.8,9,11
Material dalam ukuran nanometer memiliki sifat-sifat yang lebih baik
daripada material berukuran besar. Salah satu contoh yang sangat terkenal (terjadi
dengan sendirinya di alam) adalah tulang. Tulang memiliki ‘bangunan’
nanokomposit yang bertingkat-tingkat yang terbuat dari tablet keramik dan
ikatan-ikatan organik.8,9,11
Pembentukan nanopartikel secara umum dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu top down dan bottom up. Metode sol gel adalah salah satu metode sintesis
untuk menghasilkan nanopartikel.9,10,12,13
Sebagai metode sintesis nanopartikel, metode sol gel merupakan pendekatan
cara bottom up yang merupakan metode pembentukan nanopartikel dengan cara
melakukan sintesis dari bentuk atom atau molekul dengan menggunakan reaksi
kimia sehingga terbentuk partikel berukuran nanometer. Teknik sol gel
merupakan metode sintesis nanopartikel yang sering digunakan karena prosesnya
yang mudah, sederhana, tidak memerlukan temperatur tinggi dan serbaguna.
Keberhasilan proses sintesis dapat dilihat melalui karakterisasi mikrostruktur
5 !
Scanning Electrone Microscope (SEM) merupakan suatu metode karakterisasi
untuk menganalisa bentuk, susunan, serta ukuran permukaan spesimen uji. X-ray
Diffraction (XRD) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menetukan
struktur kristal dari suatu material.14
Atas dasar latar belakang tersebut, maka peneliti ingin membuat semen luting
berbasis PMMA dengan bahan pengisi karbonat apatit untuk aplikasi semen luting
pada pasak FRC, mengkarakterisasi mikrostrukturnya, serta menguji kekuatan
ikatnya.
1.2Identifikasi Masalah
Dari uraian diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apakah sintesis karbonat apatit dengan metode sol-gel menghasilkan
serbuk semen karbonat apatit berukuran nano?
2. Apakah morfologi filler karbonat apatit dengan resin PMMA
memperlihatkan gambaran distribusi partikel yang merata?
3. Berapa besar kekuatan ikat tarik semen luting terhadap pasak FRC dan
dentin?
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui ikatan semen luting dari
sintesis karbonat apatit dengan pasak FRC dan dentin gigi
6 !
1. Mengetahui apakah sintesis karbonat apatit dengan metode sol-gel dapat
menghasilkan serbuk semen karbonat apatit berukuran nano
2. Mengetahui morfologi distribusi filler karbonat apatit dengan resin PMMA
3. Mengetahui seberapa besar kekuatan ikat tarik semen luting terhadap
pasak FRC dan dentin
1.4Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis
yang akan diuraikan sebagai berikut:
1.4.1 kegunaan ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan material kedokteran gigi dengan
menyumbangkan pengetahuan mengenai sintesis dan karakterisasi semen gigi
berbasis PMMA dengan bahan pengisi karbonat apatit nano partikel serta uji
kekuatan ikat tariknya untuk aplikasi semen luting.
1.4.2 kegunaan praktis
Semen luting dari sintesis karbonat apatit nano partikel diharapkan dapat
menjadi semen luting yang digunakan pada pasak FRC dalam bidang kedokteran
gigi yang dapat berikatan pada dentin akar gigi dan pasak FRC dengan baik.
1.5kerangka Pemikiran
Salah satu penyebab gigi menjadi nekrosis adalah faktor karies yang tidak
7 !
dilakukan perawatan saluran akar dan restorasi yang tepat. Perawatan saluran akar
bertujuan untuk membersihkan rongga pulpa dari jaringan pulpa yang terinfeksi
kemudian membentuk dan mempersiapkan saluran akar tersebut agar dapat
menerima bahan pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar.1,2
Preparasi pada perawatan saluran akar dapat menyebabkan dinding saluran
akar menjadi tipis dan rapuh. Semakin sedikit jaringan keras gigi yang tersisa
semakin kecil kekuatan gigi untuk menahan beban pengunyahan. Gigi pasca
perawatan saluran akar yang mengalami kehilangan banyak struktur gigi
membutuhkan restorasi mahkota dan pasak supaya gigi dapat berfungsi normal
kembali.1,2
Pasak merupakan jenis restorasi gigi yang terbuat dari logam atau bahan
restoratif kaku yang dimasukan dalam saluran akar gigi. Fungsi pasak untuk
menambah retensi restorasi dan meneruskan tekanan yang diterima gigi merata ke
sepanjang akar.1,2
Pasak dapat dikategorikan secara luas menjadi pasak custom-made dan
prefabricated. Pasak prefabricated tersedia dalam berbagai bahan dan bentuk
yaitu logam, keramik, dan fiber. Salah satu contoh pasak dari bahan fiber adalah
pasak fiber reinforced composite (FRC). Pasak ini merupakan tipe yang paling
sering digunakan karena memiliki modulus elastisitas yang hampir menyerupai
dentin. Keuntungan lain dari pasak fiber reinforced composite (FRC) adalah
preparasi dan penempatan inti dapat dilakukan pada kunjungan pertama.3
Retensi dari pasak prefabricated diperoleh secara adhesif dari semen luting.
8 !
paling poluler digunakan untuk saat ini adalah semen resin. Semen resin memiliki
kelebihan yaitu mempunyai kerapatan tepi, kekerasan, perlekatan serta estetik
yang lebih baik. Semen resin dapat berikatan secara mekanis ataupun kimiawi
dengan dentin. Salah satu contohnya seperti bone cement dengan basis
polymethylmetacrylate (PMMA). 3-5,10
Bone cement dengan basis polymethylmetacrylate (PMMA) adalah semen
tulang yang banyak digunakan. Kelebihan bone cement dengan basis PMMA ini
adalah kemampuannya yang dapat mengikuti ruangan. Namun bone cement
dengan basis PMMA ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak memiliki sifat
bone-bonding karena PMMA ini tidak terdapat lapisan apatite yang dapat menghasilkan
bone-bonding. Salah satu contoh struktur apatite adalah karbonat apatit.8
Karbonat apatit adalah komponen mineral utama jaringan keras manusia
(tulang dan gigi). Karbonat apatit semakin banyak digunakan sebagai bahan yang
biokompatibel untuk tujuan medis. Ion karbonat merupakan salah satu ion yang
banyak menggantikan gugus penyusun hidroksiapatit. Terdapat dua mekanisme
substitusi gugus karbonat dalam senyawa hidroksiapatit, yaitu menggantikan
gugus pospat, menghasilkan apatit karbonat tipe B, dan menggantikan gugus
karboksil, menghasilkan apatit karbonat tipe A.9-10,14
Material dalam ukuran nanometer memiliki sifat-sifat yang lebih kaya karena
menghasilkan beberapa sifat yang tidak dimiliki oleh material ukuran besar.
Metode sol gel adalah salah satu metode sintesis untuk menghasilkan
nanopartikel. Metode sol gel merupakan metode pembentukan nanopartikel
9 !
menggunakan reaksi kimia sehingga terbentuk partikel berukuran nanometer.
Teknik sol gel merupakan metode sintesis nanopartikel yang sering digunakan
karena prosesnya yang mudah, sederhana, tidak memerlukan temperatur tinggi
dan serbaguna.12,13
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis ingin melakukan penelitian
ini. Penambahan karbonat apatit dengan partikel nano sebagai filler pada resin
PMMA diharapkan dapat disitesis dan berikan baik dengan struktur dentin serta
dapat meningkatkan kekuatan ikat tariknya.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak lima sampel.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Advanced Materials Proccessing laboratorium Institut
Teknologi Bandung, Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan (PPGL), kelautan dan
laboratorium uji polimer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Laboratorium Metalurgi Fisika dan Keramik, Program Studi Teknik Metalurgi
Institut Teknologi Bandung dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Serbuk karbonat apatit dapat disintesis dengan teknik sol-gel sehingga
dihasilkan serbuk karbonat apatit berukuran nano
2. Morfologi distribusi filler karbonat apatit dengan resin PMMA sudah
merata
3. Hasil uji tarik semen luting dengan filler karbonat apatit pada penelitan ini
memiliki nilai paling tinggi sebesar 0,961 MPa dan nilai paling rendah
sebesar 0,345 MPa. Hasil nilai uji tarik dari semen luting masih rendah
sehingga belum dapat digunakan dalam praktisi kedokteran gigi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan beberapa
52
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan penelitan analitik
untuk mendapatkan komposisi powder dan liquid sehingga mendapatkan
kekuatan tarik yang lebih optimum.
2. Perlunya dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan mesin
DAFTAR PUSTAKA
1. Pasril Y, Hadriyanto RW. Penggunaan Pasak Fiber Peerless Sebagai
Faktor Retensi Dan Resistensi Pada Gigi Pasca Perawatan Saluran Akar. Maj Ked Gi; 2008: 15 (1): 41-44.
2. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 2nd ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2004: 42-47.
3. Ahmad I. Prostodontics At a Glance. 1st ed. UK: Wiley-blackwell; 2012:
57-63.
4. Zarazir R, Cynthia KK. Fiber Posts: Cementation Technique: Smile
Dental Journal ; 2012: 7: 44-49.
5. Cohen S, Hargreaves KM. Pathway of The Pulp. 9th ed. St. Louis
Missouri: Mosby Elsevier; 2006. 257-265.
6. Lestari GM. Sintesis Calcium Phosphate Cement Dengan Modifikasi
Tetracalcium Phosphate dan Dicalcium Phosphate Dengan Chitosan sebagai Gelling Agent. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2009: 2.
7. Aleisa KI. Bond Strength of Costum Cast And Prefabricated Posts Luted
With Two Cement. Quintessence International: 2011: 42: 31-38
8. Dahlan K, Sari YW, Yuniarti E, Soejoko DS. Karakterisasi Gugus Fosfat
Dan Karbonat Dalam Tulang Tikus Dengan Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy. Indonesian journal of Materials Science; 2006: 221-224.
9. Kuroda K, Moriyama M, Ichino R, Okido M, Seki A. Formation And In
Vivo Evaluation of Carbonate Apatite and Carbonate Apatite/CaCO3
54
10.Alamsyah GN. Sintesis Nanorod White Carbon Black dan Partikel Nano
Calsium Partially Stabilized Zirconia sebagai Filler Resin Polymethyl Metacrylate untuk Aplikasi Pasak Gigi. Bandung: Universitas Padjajaran; 2013: 17.
11.Hamonangan Y. Aplikasi White Carbon Black Sebagai Filler
Nanokomposit Untuk Pasak Gigi. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2013: 12.
12.Krivovichev S. Mineral as Advanced Materials I. St. Petersburg: Springer;
2008: 40-56.
13.Curtis R, Watson T. Dental Biomaterial: Imaging, Testing, And Modeling.
England: Woodhead Publishing Limited and CRC press LLC; 2008: 162.
14.Krivovichev S. Mineral as Advanced Materials I. St. Petersburg: Springer;
2008: 25.
15.Ahmiatri SS, Soejoko DJ. Pengaruh Ion Karbonat Dalam Presipitasi
Senyawa Kalsium Fosfat. Makara Sains; 2002: 6: 2.
16.Bustam, Gareso PL, Rauf N. Pengaruh Suhu Pemanasan Bahan Tulang
Tiruan Terhadap Kuat Tekan. Jurnal Sains Materi Indonesia; 2012: 15 (1): 47-55.
17.Tyas MJ, Burrow MF. Adhesive Restorative Materials:A Review.
Australian Dental Journal; 2004: 49 (3): 112-121.
18.Anusavice K.J. Philips’ Science of Dental Material. 11th ed. St. Louis,
Missouri: Elsevier; 2003:445.
19.Anthony JVF. Dental Materials At a Glance Second Edition. United
Kingdom: Wiley Blackwell; 2007. 55-57.
20.Mirsasaani SS, Manjili MH, Baheiraei N. Dental Nanomaterial. Advances
in Diverse Industrial Aplication of Nanocomposites: 2010: 72-75.
21.Adisti N. Pengaruh Alginate dan Kitosan Terhadap Pembentukan
55
22.Craig GC, Powers JM. Restorative Dental Materials. 11th ed. St Louis:
Mosby, Inc; 2002: 238.
23.Akbar TF. Pengaruh Konsentrasi Kitosan Pada Sintesis Nanopartikel
TiO2 Untuk Aplikasi Pada Dye Sensitized Solar Cell. Bandung: Istitut
Teknologi Bandung: 2013: 5.
24.Alamsyah GN. Sintesis Nanorod White Carbon Black dan Partikel Nano
Calsium Partially Stabilized Zirconia sebagai Filler Resin Polymethyl Metacrylate untuk Aplikasi Pasak Gigi. Bandung: Universitas Padjajaran: 2013.
25.McComb D. Restoration Of The Endodontically Treated Tooth. Royal
College of Dental Surgeons of Ontario; 2008: 1-19.
26.Paul SF. Nonmetal Posts : How Do Theyfare In Daily Dentistry?. QDT:
2008 : 60-69.
27.Suprastiwi E. Penggunaan Pasak Profilaktik Pada Gigi Anterior Pasca
Perawatan Endodontik. PPDGS Konservasi Gigi; 2008 :1-12.
28.Callister WD. Materials Science And Engineering An Introduction.
Canada: John Wiley & Sons, Inc; 1994. 56-57.
29.Gilmore CM. Materials Science And Engineering Properties. Canada:
Nelson Education Ltd; 2014: 62-63.
30.Mercier J.P. Introduction To Material Science. St. Louis, Missouri:
Elsevier; 2012: 79-80.
31.Khurana AK. Theory And Practice Optics And Refraction. India. Reed
India Private Limited; 2008: 216.
32.Nofrizal, Prihantini A, Nugroho DW, Prasetyo TR, Ikono R, Bambang
WW, dkk. Sintesis Dan Karakterisasi Semen Gigi Berbasis Nanopartikel Zinc Oxide. Jurnal Sains Materi Indonesia; 2012: 11-14.
33.Scheller C. Basic Guide For Dental Material. United Kingdom: Wiley
56
34.Anusavice KJ. Philips’ Science Of Dental Material. 11th ed. St. Louis,
Missouri: Elsevier; 2003: 450-451.
35.Kuroda K, Moriyama M, Ichino R, Okido M, Seki A. Formation And In
Vivo Evaluation of Carbonat Apatite And Carbonate Apatite/ CaCO3
Composite Films Using The Thermal Substrate Method In Aqueous Solution. Materials Transactions; 2008: 49(6): 1434-1440.
36.Alamsyah GN. Sintesis Nanorod White Carbon Black dan Partikel Nano
Calsium Partially Stabilized Zirconia sebagai Filler Resin Polymethyl Metacrylate untuk Aplikasi Pasak Gigi. Bandung: Universitas Padjajaran; 2013: 17.
37.Dewangan A, Singh MA, Shrivastava R, Ravi D. Post Material-An
Overview of Materials Used in Endodontically Treated Tooth. Indian Journal of Dental Research and Review; 2012: 15(1): 22-27.
38.Sastroasmoro, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2, jakarta;
cv sagung seto; 2002: 26-28.
39.Baba NZ, Golden G, Goodacre C. Nonmetallic Prefabricated Dowels.
Journal of prothodontics; 2009: 18(2): 527-536.
40.Voutou B, Stefanaki EC. Electron Microscopy: The Basics. Physics Of
Advanced Material Winter School: 2008: 1-11.
41.Cheril C, Seidel A, Younes A, Hausding J. Evaluation Of a Tensile Test
For The Determination Of The Material Behaviour Of Filament Yarns Under High Strain Rates. AUTEX Research Journal; 2010: 10 (1): 4.
42.Anonymous. Direct And Indirect Restorative Material. Journal American
Dental Association;2003: 463-472.
43.Braun D, Cherdron H, Ritter H. Polymer Synthesis: Theory And Practice:
Fundamental, Methods, Experiments. Third edition. Berlin: Springer
Verlag; 2001: 30-58.
44.Alif CA. Semen Dalam Bidang Kedokteran Gigi. Jember: Universitas