• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Maloklusi Angle Kelas II terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Remaja Usia 12-14 Tahun di SMP "X" Kalimantan Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Maloklusi Angle Kelas II terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Remaja Usia 12-14 Tahun di SMP "X" Kalimantan Tengah."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Gigi pasca perawatan endodontik membutuhkan restorasi yang tepat berupa bangunan pasak karena banyaknya struktur gigi yang hilang. Retensi pasak gigi diperoleh secara adhesive dari semen luting. Bone cement berbasis polymethylmetacrylate (PMMA) memiliki kemampuan yang dapat mengikuti ruangan tetapi tidak memiliki bone bonding berupa struktur apatit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kekuatan ikatan semen luting dengan penambahan filler dari sintesis karbonat apatit.

Serbuk karbonat apatit berukuran nanopartikel didapat dari proses sintesis menggunakan teknik sol-gel. Hasil sintesis kemudian dikarakterisasi SEM dan XRD. Serbuk karbonat apatit kemudian dicampurkan dengan PMMA untuk menjadi semen luting. Sampel terdiri dari lima gigi insisivus atas permanen manusia yang telah dilakukan preparasi saluran akar dan lima pasak gigi non metal yaitu fiber reinforced composite (FRC) bermerek Postec Plus ukuran 3. Semen luting dengan penambahan filler karbonat apatit diaplikasikan pada gigi insisivus dan pasak FRC yang sebelumnya telah dilakukan fitting. Lima sampel dibagi menjadi dua: satu sampel untuk uji karakterisasi SEM dan empat sampel untuk uji kekuatan ikat tarik. Kekuatan ikat tarik pada semen dicatat menggunakan mesin uji tarik TENSILON 5000 dengan kecepatan tarik 50 mm/menit dan beban maksimal 100 kg.

Hasil karakterisasi SEM dan XRD dari serbuk karbonat apatit menyatakan karbonat apatit telah terbentuk dengan ukuran nanopartikel. Hasil keempat sampel yang dilakukan uji kekuatan ikat tarik menyatakan bahwa semen luting memiliki kekuatan tarik yang sangat rendah dengan nilai yang paling tinggi adalah sebesar 0,961 MPa dan yang paling rendah sebesar 0,345 MPa.

!

(2)

ABSTRACT

Post is a structure that built after endodontic treatment because these many hard tissue lost. Post retention mainly comes from adhesivity of luting cement. One of biocompatible cement, that’s bone cement based on PMMA have an ability to flow into space available but doesn’t have bone bonding such as apatite structure. The objective of this study is to test tensile bond strength of self synthesis luting cement based on carbonate apatite nano particle for post.

Nanoparticle carbonate apatite powder was gain by sol-gel method. Synthesis this powder was characterized using SEM and XRD. Carbonate apatite powder mixed with PMMA resin to a flowable luting cement. The sample consist of five permanent maxillary incisivus that have been prepared (root canal treatment) and five fiber reinforced composite (FRC) posts branded Postec Plus size 3. Luting cement based on carbonate apatite filler aplied to the root canal of the incisivus teeth and post. The five samples divided into two; one sample for characterization of morphology using SEM, four samples for tensile bond strength test using TENSILON 5000 with tensile speed 50mm/min and maximum load of 100 kg.

Results of SEM and XRD characterization shows that’s of powders carbonate apatite has formed with the size of the nanoparticles. Results of the four samples were tensile strength test showed luting cement has a tensile strength that is very low with the highest value is equal to 0.961 MPa and the lowest of 0.345 MPa.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah... 5

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 5

1.4Manfaat Penelitian... 6

1.5Kerangka Pemikiran... 6

1.6Metode Penelitian... 9

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Restorasi... 10

2.2 Pasak Gigi... 11

2.2.1 Pasak Metal... 12

2.2.1.1 Pasak Prefabricated dari Metal... 13

2.2.1.2 Pasak Costum dari Metal... 13

2.2.2 Pasak Prefabricated dari Non-Metal... 14

2.3 Semen Gigi... 15

2.3.1 Semen Sebagai Luting Agent... 16

2.3.2 Prosedur untuk Luting Protesa... 18

2.3.3 Mekanisme Retensi... 19

2.4 Resin Polymethylmethacrylate (PMMA)... 19

2.5 Karbonat Apatit... 20

2.6 Kitosan... 21

2.7 Scanning Electrone Microscope (SEM)... 22

2.8 X-ray Diffraction (XRD)... 24

(5)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat... 27

3.1.1 Bahan dan Alat Prosedur Sintesis Bubuk Karbonat Apatit... 27

3.1.1.1 Bahan Prosedur Sintesis Bubuk Karbonat Apatit... 27

3.1.1.2 Alat Prosedur Sintesis Bubuk Karbonat Apatit... 28

3.1.2 Bahan dan Alat Pembuatan Preparat Gigi... 29

3.1.2.1 Bahan Pembuatan Preparat Gigi... 29

3.1.2.2 Alat Pembuatan Preparat Gigi... 29

3.1.3 Bahan dan Alat Prosedur Pembuatan Spesimen... 30

3.1.3.1 Bahan Prosedur Pembuatan Spesimen... 30

3.1.3.2 Alat Prosedur Pembuatan Spesimen... 30

3.1.4 Alat Karakterisasi dan Uji Spesimen... 31

3.2 Metode Penelitian... 31

3.2.1 Desain Penelitian... 31

3.2.2 Variabel Penelitian... 32

3.2.2.1 Variabel Bebas... 32

(6)

3.2.3 Definisi Operasional... 33

3.2.4 Sampel Penelitian... 34

3.3 Prosedur Penelitian... 35

3.3.1 Prosedur Pembuatan Sintesis Karbonat Apatit... 36

3.3.2 Prosedur Pembuatan Preparat Gigi... 36

3.3.3 Prosedur pembuatan Spesimen... 37

3.3.4 Prosedur Uji Spesimen... 38

3.3.4.1 Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)... 38

3.3.4.1.1 Prosedur Uji Scanning Electron Microscope (SEM) Bubuk Karbonat Apatit ... 39

3.3.4.1.2 Prosedur Uji Scanning Electron Microscope (SEM) Semen Luting dan Pasak... 39

3.3.4.2 Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD)... 40

3.3.4.3 Pengujian Kekuatan Ikat Tarik... 40

3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 41

(7)

4.1.1.1 Hasil Karakterisasi SEM Serbuk Karbonat Apatit... 42

4.1.1.2 Hasil Karakterisasi XRD Serbuk Karbonat Apatit... 43

4.1.2 Hasil Karakterisasi SEM Spesimen... 44

4.1.3 Hasil Uji Kekuatan Ikat Tarik... 45

4.2 Pembahasan... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 simpulan... 51

5.2 Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 53

LAMPIRAN... 57

(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Komponen Reaksi dan Tipe Reaksi Semen 17

Tabel 2.2 Sifat Semen Untuk Perekatan 18

Tabel 4.1 Hasil Uji Kekuatan Ikat Tarik 45

Tabel 4.2 Hasil Uji Kekuatan Ikat Tarik Dalam Satuan

Megapascal

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Pasak prefabricated dari metal 13

Gambar 2.2 Pasak prefabricated non-metal 14

Gambar 2.3 Struktur Kitosan 22

Gambar 2.4 Diagram SEM 23

Gambar 2.5 Mesin Pengujian Tarik 26

Gambar 3.1 Bahan Prosedur Sintesis Karbonat Apatit 27

Gambar 3.2 Alat Prosedur Sintesis Karbonat Apatit 28

Gambar 3.3 Bahan dan Alat Pembuatan Preparat Gigi 29

Gambar 3.4 Bahan Prosedur Pembuatan Spesimen 30

Gambar 3.5 Alat Prosedur Pembuatan Spesimen 30

Gambar 3.6 Alat Uji SEM dan Uji Kekuatan Ikat Tarik 31

Gambar 3.7 Bentuk Spesimen Uji 38

Gambar 4.1 Semen Luting Dengan Penambahan Filler Karbonat

apatit

41

Gambar 4.2 Hasil Uji Karakterisasi SEM 5000x dan 10.000x 42

Gambar 4.3 Hasil Uji Karakterisasi XRD 43

Gambar 4.4 Hasil Uji Karakterisasi SEM spesimen 44

(10)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian 57

Lampiran 2 Hasil Uji karakterisasi XRD 58

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami

kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi

sebelumnya atau trauma. Pembuatan restorasi yang tepat diperlukan agar gigi

tersebut dapat dipertahankan dalam rongga mulut dan berfungsi dengan baik.1,2

Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

perawatan saluran akar, keadaan ini disebabkan oleh banyaknya struktur gigi yang

pada keadaan normal digunakan sebagai retensi, akan tetapi telah rusak dengan

adanya karies, restorasi yang besar, dan trauma. Pada keadaan seperti ini

diperlukan bangunan retensi berupa pasak. Pasak merupakan jenis restorasi gigi

yang terbuat dari logam atau bahan restoratif kaku yang dimasukan dalam saluran

akar gigi. Fungsi pasak untuk menambah retensi restorasi dan meneruskan

tekanan yang diterima gigi merata ke sepanjang akar.1,2

Pasak dapat dikategorikan secara luas menjadi pasak custom-made dan

prefabricated. Pasak prefabricated merupakan tipe yang paling popular, preparasi

dan penempatan inti dapat dilakukan pada kunjungan pertama, pasak jenis ini

tersedia dalam berbagai bahan dan bentuk yaitu logam, keramik, dan fiber. Salah

satu contoh bahan pasak yang paling banyak digunakan adalah pasak fiber

(13)

2 !

Pasak fiber reinforced composite (FRC) memiliki beberapa kelebihan yaitu

memiliki nilai estetik yang baik, tidak adanya proses korosi, memiliki modulus

elastisitas yang hampir menyerupai dentin, dan dapat berikatan dengan struktur

gigi dengan menggunakan sistem adhesif. Selain itu, penggunaan pasak fiber tidak

memerlukan proses laboratorium, sehingga dapat mempersingkat waktu

kunjungan klinis.1,4

Retensi pasak prefabricated diperoleh secara adhesif dari semen luting. Dalam

fixed prosthodontics, fungsi semen yaitu sebagai luting dan agen perantara,

dimana gaya dapat di distribusikan secara merata pada permukaan akar gigi. Jenis

semen mempengaruhi retensi terhadap pasak. Terdapat berbagai macam semen

luting yaitu seperti zinc phosphate cement, glass ionomer cement, atau resin

cement.5

semen kedokteran gigi di Indonesia sudah banyak tersedia.

Semen-semen tersebut sudah memiliki kualitas yang baik. Tetapi dari sisi biaya, Semen-

semen-semen tersebut harganya cukup mahal. Sehingga perawatan gigi menjadi mahal.

Di Negara-negara berkembang seperti Indonesia, tidak semua orang bisa

mendapatkan perawatan gigi karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu, untuk

dapat meningkatkan kesehatan gigi di Indonesia, bahan-bahan kedokteran gigi

harus memiliki harga yang terjangkau tetapi memiliki kualitas dan sesuai standar

yang berlaku. Salah satunya adalah semen luting.6

Baru-baru ini, penggunaan resin-base luting agent telah diterima secara luas.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat peningkatan kekuatan ikat yang

(14)

3 !

Sen dkk, menyatakan bahwa pasak yang disementasi menggunakan zinc

phosphate memiliki kekuatan ikat yang kurang jika dibandingkan dengan pasak

yang disementasi dengan menggunakan semen resin. Salah satu contohnya seperti

bone cement dengan basis polymethylmetacrylate (PMMA).7

Bone cement dengan basis polymethylmetacrylate (PMMA) adalah semen

tulang yang banyak digunakan. Kelebihan bone cement dengan basis PMMA ini

adalah kemampuan daya alirnya yang dapat mengikuti ruangan. PMMA dipilih

sebagai material bone cement karena memiliki sifat biocompability yang paling

baik diantara jenis material polimer lainnya. Namun bone cement berbasis PMMA

memiliki kekurangan, yaitu tidak memiliki sifat bone-bonding karena PMMA

tidak memiliki lapisan apatite yang dapat menghasilkan bone-bonding. Salah satu

contoh struktur apatite adalah karbonat apatit.6,7

Kalsium fosfat dalam tulang mendekati senyawa hidroksiapatit

(Ca10(PO4)6(OH)2). Hidroksiapatit dianggap sebagai bahan bioaktif dan digunakan

dalam pembuatan implan medis dan dental. Salah satu ion yang banyak

menggantikan gugus penyusun hidroksiapatit adalah ion karbonat. Terdapat dua

mekanisme substitusi gugus karbonat dalam senyawa hidroksiapatit, yaitu

menggantikan gugus fosfat, menghasilkan apatit karbonat tipe B, dan

menggantikan gugus karboksil, menghasilkan apatit karbonat tipe A.8,9

Partikel filler yang dimasukan kedalam suatu matriks secara nyata dapat

meningkatkan sifat mekanis dari semen apabila filler yang dimasukkan

benar-benar berikatan dengan matriks. Filler yang dimasukan kedalam matriks dengan

(15)

4 !

Partikel filler yang berukuran lebih kecil dapat mengisi celah diantara matriks

dibandingkan dengan filler yang berukuran besar sehingga penyebaran partikel

dapat merata serta dapat meningkatkan sifat mekanis suatu bahan.10

Pada saat ini, nanoteknologi merupakan bidang riset yang paling diminati oleh

para ilmuan. Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material,

struktur fungsional maupun piranti dalam skala nanometer.8,9,11

Material dalam ukuran nanometer memiliki sifat-sifat yang lebih baik

daripada material berukuran besar. Salah satu contoh yang sangat terkenal (terjadi

dengan sendirinya di alam) adalah tulang. Tulang memiliki ‘bangunan’

nanokomposit yang bertingkat-tingkat yang terbuat dari tablet keramik dan

ikatan-ikatan organik.8,9,11

Pembentukan nanopartikel secara umum dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu top down dan bottom up. Metode sol gel adalah salah satu metode sintesis

untuk menghasilkan nanopartikel.9,10,12,13

Sebagai metode sintesis nanopartikel, metode sol gel merupakan pendekatan

cara bottom up yang merupakan metode pembentukan nanopartikel dengan cara

melakukan sintesis dari bentuk atom atau molekul dengan menggunakan reaksi

kimia sehingga terbentuk partikel berukuran nanometer. Teknik sol gel

merupakan metode sintesis nanopartikel yang sering digunakan karena prosesnya

yang mudah, sederhana, tidak memerlukan temperatur tinggi dan serbaguna.

Keberhasilan proses sintesis dapat dilihat melalui karakterisasi mikrostruktur

(16)

5 !

Scanning Electrone Microscope (SEM) merupakan suatu metode karakterisasi

untuk menganalisa bentuk, susunan, serta ukuran permukaan spesimen uji. X-ray

Diffraction (XRD) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menetukan

struktur kristal dari suatu material.14

Atas dasar latar belakang tersebut, maka peneliti ingin membuat semen luting

berbasis PMMA dengan bahan pengisi karbonat apatit untuk aplikasi semen luting

pada pasak FRC, mengkarakterisasi mikrostrukturnya, serta menguji kekuatan

ikatnya.

1.2Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah sintesis karbonat apatit dengan metode sol-gel menghasilkan

serbuk semen karbonat apatit berukuran nano?

2. Apakah morfologi filler karbonat apatit dengan resin PMMA

memperlihatkan gambaran distribusi partikel yang merata?

3. Berapa besar kekuatan ikat tarik semen luting terhadap pasak FRC dan

dentin?

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui ikatan semen luting dari

sintesis karbonat apatit dengan pasak FRC dan dentin gigi

(17)

6 !

1. Mengetahui apakah sintesis karbonat apatit dengan metode sol-gel dapat

menghasilkan serbuk semen karbonat apatit berukuran nano

2. Mengetahui morfologi distribusi filler karbonat apatit dengan resin PMMA

3. Mengetahui seberapa besar kekuatan ikat tarik semen luting terhadap

pasak FRC dan dentin

1.4Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis

yang akan diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 kegunaan ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan material kedokteran gigi dengan

menyumbangkan pengetahuan mengenai sintesis dan karakterisasi semen gigi

berbasis PMMA dengan bahan pengisi karbonat apatit nano partikel serta uji

kekuatan ikat tariknya untuk aplikasi semen luting.

1.4.2 kegunaan praktis

Semen luting dari sintesis karbonat apatit nano partikel diharapkan dapat

menjadi semen luting yang digunakan pada pasak FRC dalam bidang kedokteran

gigi yang dapat berikatan pada dentin akar gigi dan pasak FRC dengan baik.

1.5kerangka Pemikiran

Salah satu penyebab gigi menjadi nekrosis adalah faktor karies yang tidak

(18)

7 !

dilakukan perawatan saluran akar dan restorasi yang tepat. Perawatan saluran akar

bertujuan untuk membersihkan rongga pulpa dari jaringan pulpa yang terinfeksi

kemudian membentuk dan mempersiapkan saluran akar tersebut agar dapat

menerima bahan pengisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar.1,2

Preparasi pada perawatan saluran akar dapat menyebabkan dinding saluran

akar menjadi tipis dan rapuh. Semakin sedikit jaringan keras gigi yang tersisa

semakin kecil kekuatan gigi untuk menahan beban pengunyahan. Gigi pasca

perawatan saluran akar yang mengalami kehilangan banyak struktur gigi

membutuhkan restorasi mahkota dan pasak supaya gigi dapat berfungsi normal

kembali.1,2

Pasak merupakan jenis restorasi gigi yang terbuat dari logam atau bahan

restoratif kaku yang dimasukan dalam saluran akar gigi. Fungsi pasak untuk

menambah retensi restorasi dan meneruskan tekanan yang diterima gigi merata ke

sepanjang akar.1,2

Pasak dapat dikategorikan secara luas menjadi pasak custom-made dan

prefabricated. Pasak prefabricated tersedia dalam berbagai bahan dan bentuk

yaitu logam, keramik, dan fiber. Salah satu contoh pasak dari bahan fiber adalah

pasak fiber reinforced composite (FRC). Pasak ini merupakan tipe yang paling

sering digunakan karena memiliki modulus elastisitas yang hampir menyerupai

dentin. Keuntungan lain dari pasak fiber reinforced composite (FRC) adalah

preparasi dan penempatan inti dapat dilakukan pada kunjungan pertama.3

Retensi dari pasak prefabricated diperoleh secara adhesif dari semen luting.

(19)

8 !

paling poluler digunakan untuk saat ini adalah semen resin. Semen resin memiliki

kelebihan yaitu mempunyai kerapatan tepi, kekerasan, perlekatan serta estetik

yang lebih baik. Semen resin dapat berikatan secara mekanis ataupun kimiawi

dengan dentin. Salah satu contohnya seperti bone cement dengan basis

polymethylmetacrylate (PMMA). 3-5,10

Bone cement dengan basis polymethylmetacrylate (PMMA) adalah semen

tulang yang banyak digunakan. Kelebihan bone cement dengan basis PMMA ini

adalah kemampuannya yang dapat mengikuti ruangan. Namun bone cement

dengan basis PMMA ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak memiliki sifat

bone-bonding karena PMMA ini tidak terdapat lapisan apatite yang dapat menghasilkan

bone-bonding. Salah satu contoh struktur apatite adalah karbonat apatit.8

Karbonat apatit adalah komponen mineral utama jaringan keras manusia

(tulang dan gigi). Karbonat apatit semakin banyak digunakan sebagai bahan yang

biokompatibel untuk tujuan medis. Ion karbonat merupakan salah satu ion yang

banyak menggantikan gugus penyusun hidroksiapatit. Terdapat dua mekanisme

substitusi gugus karbonat dalam senyawa hidroksiapatit, yaitu menggantikan

gugus pospat, menghasilkan apatit karbonat tipe B, dan menggantikan gugus

karboksil, menghasilkan apatit karbonat tipe A.9-10,14

Material dalam ukuran nanometer memiliki sifat-sifat yang lebih kaya karena

menghasilkan beberapa sifat yang tidak dimiliki oleh material ukuran besar.

Metode sol gel adalah salah satu metode sintesis untuk menghasilkan

nanopartikel. Metode sol gel merupakan metode pembentukan nanopartikel

(20)

9 !

menggunakan reaksi kimia sehingga terbentuk partikel berukuran nanometer.

Teknik sol gel merupakan metode sintesis nanopartikel yang sering digunakan

karena prosesnya yang mudah, sederhana, tidak memerlukan temperatur tinggi

dan serbaguna.12,13

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis ingin melakukan penelitian

ini. Penambahan karbonat apatit dengan partikel nano sebagai filler pada resin

PMMA diharapkan dapat disitesis dan berikan baik dengan struktur dentin serta

dapat meningkatkan kekuatan ikat tariknya.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Jumlah sampel yang

digunakan sebanyak lima sampel.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Advanced Materials Proccessing laboratorium Institut

Teknologi Bandung, Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan (PPGL), kelautan dan

laboratorium uji polimer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Laboratorium Metalurgi Fisika dan Keramik, Program Studi Teknik Metalurgi

Institut Teknologi Bandung dan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT).

(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Serbuk karbonat apatit dapat disintesis dengan teknik sol-gel sehingga

dihasilkan serbuk karbonat apatit berukuran nano

2. Morfologi distribusi filler karbonat apatit dengan resin PMMA sudah

merata

3. Hasil uji tarik semen luting dengan filler karbonat apatit pada penelitan ini

memiliki nilai paling tinggi sebesar 0,961 MPa dan nilai paling rendah

sebesar 0,345 MPa. Hasil nilai uji tarik dari semen luting masih rendah

sehingga belum dapat digunakan dalam praktisi kedokteran gigi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan beberapa

(22)

52   

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan penelitan analitik

untuk mendapatkan komposisi powder dan liquid sehingga mendapatkan

kekuatan tarik yang lebih optimum.

2. Perlunya dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan mesin

(23)

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Pasril Y, Hadriyanto RW. Penggunaan Pasak Fiber Peerless Sebagai

Faktor Retensi Dan Resistensi Pada Gigi Pasca Perawatan Saluran Akar. Maj Ked Gi; 2008: 15 (1): 41-44.

2. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 2nd ed. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2004: 42-47.

3. Ahmad I. Prostodontics At a Glance. 1st ed. UK: Wiley-blackwell; 2012:

57-63.

4. Zarazir R, Cynthia KK. Fiber Posts: Cementation Technique: Smile

Dental Journal ; 2012: 7: 44-49.

5. Cohen S, Hargreaves KM. Pathway of The Pulp. 9th ed. St. Louis

Missouri: Mosby Elsevier; 2006. 257-265.

6. Lestari GM. Sintesis Calcium Phosphate Cement Dengan Modifikasi

Tetracalcium Phosphate dan Dicalcium Phosphate Dengan Chitosan sebagai Gelling Agent. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2009: 2.

7. Aleisa KI. Bond Strength of Costum Cast And Prefabricated Posts Luted

With Two Cement. Quintessence International: 2011: 42: 31-38

8. Dahlan K, Sari YW, Yuniarti E, Soejoko DS. Karakterisasi Gugus Fosfat

Dan Karbonat Dalam Tulang Tikus Dengan Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy. Indonesian journal of Materials Science; 2006: 221-224.

9. Kuroda K, Moriyama M, Ichino R, Okido M, Seki A. Formation And In

Vivo Evaluation of Carbonate Apatite and Carbonate Apatite/CaCO3

(24)

54   

10.Alamsyah GN. Sintesis Nanorod White Carbon Black dan Partikel Nano

Calsium Partially Stabilized Zirconia sebagai Filler Resin Polymethyl Metacrylate untuk Aplikasi Pasak Gigi. Bandung: Universitas Padjajaran; 2013: 17.

11.Hamonangan Y. Aplikasi White Carbon Black Sebagai Filler

Nanokomposit Untuk Pasak Gigi. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2013: 12.

12.Krivovichev S. Mineral as Advanced Materials I. St. Petersburg: Springer;

2008: 40-56.

13.Curtis R, Watson T. Dental Biomaterial: Imaging, Testing, And Modeling.

England: Woodhead Publishing Limited and CRC press LLC; 2008: 162.

14.Krivovichev S. Mineral as Advanced Materials I. St. Petersburg: Springer;

2008: 25.

15.Ahmiatri SS, Soejoko DJ. Pengaruh Ion Karbonat Dalam Presipitasi

Senyawa Kalsium Fosfat. Makara Sains; 2002: 6: 2.

16.Bustam, Gareso PL, Rauf N. Pengaruh Suhu Pemanasan Bahan Tulang

Tiruan Terhadap Kuat Tekan. Jurnal Sains Materi Indonesia; 2012: 15 (1): 47-55.

17.Tyas MJ, Burrow MF. Adhesive Restorative Materials:A Review.

Australian Dental Journal; 2004: 49 (3): 112-121.

18.Anusavice K.J. Philips’ Science of Dental Material. 11th ed. St. Louis,

Missouri: Elsevier; 2003:445.

19.Anthony JVF. Dental Materials At a Glance Second Edition. United

Kingdom: Wiley Blackwell; 2007. 55-57.

20.Mirsasaani SS, Manjili MH, Baheiraei N. Dental Nanomaterial. Advances

in Diverse Industrial Aplication of Nanocomposites: 2010: 72-75.

21.Adisti N. Pengaruh Alginate dan Kitosan Terhadap Pembentukan

(25)

55   

22.Craig GC, Powers JM. Restorative Dental Materials. 11th ed. St Louis:

Mosby, Inc; 2002: 238.

23.Akbar TF. Pengaruh Konsentrasi Kitosan Pada Sintesis Nanopartikel

TiO2 Untuk Aplikasi Pada Dye Sensitized Solar Cell. Bandung: Istitut

Teknologi Bandung: 2013: 5.

24.Alamsyah GN. Sintesis Nanorod White Carbon Black dan Partikel Nano

Calsium Partially Stabilized Zirconia sebagai Filler Resin Polymethyl Metacrylate untuk Aplikasi Pasak Gigi. Bandung: Universitas Padjajaran: 2013.

25.McComb D. Restoration Of The Endodontically Treated Tooth. Royal

College of Dental Surgeons of Ontario; 2008: 1-19.

26.Paul SF. Nonmetal Posts : How Do Theyfare In Daily Dentistry?. QDT:

2008 : 60-69.

27.Suprastiwi E. Penggunaan Pasak Profilaktik Pada Gigi Anterior Pasca

Perawatan Endodontik. PPDGS Konservasi Gigi; 2008 :1-12.

28.Callister WD. Materials Science And Engineering An Introduction.

Canada: John Wiley & Sons, Inc; 1994. 56-57.

29.Gilmore CM. Materials Science And Engineering Properties. Canada:

Nelson Education Ltd; 2014: 62-63.

30.Mercier J.P. Introduction To Material Science. St. Louis, Missouri:

Elsevier; 2012: 79-80.

31.Khurana AK. Theory And Practice Optics And Refraction. India. Reed

India Private Limited; 2008: 216.

32.Nofrizal, Prihantini A, Nugroho DW, Prasetyo TR, Ikono R, Bambang

WW, dkk. Sintesis Dan Karakterisasi Semen Gigi Berbasis Nanopartikel Zinc Oxide. Jurnal Sains Materi Indonesia; 2012: 11-14.

33.Scheller C. Basic Guide For Dental Material. United Kingdom: Wiley

(26)

56   

34.Anusavice KJ. Philips’ Science Of Dental Material. 11th ed. St. Louis,

Missouri: Elsevier; 2003: 450-451.

35.Kuroda K, Moriyama M, Ichino R, Okido M, Seki A. Formation And In

Vivo Evaluation of Carbonat Apatite And Carbonate Apatite/ CaCO3

Composite Films Using The Thermal Substrate Method In Aqueous Solution. Materials Transactions; 2008: 49(6): 1434-1440.

36.Alamsyah GN. Sintesis Nanorod White Carbon Black dan Partikel Nano

Calsium Partially Stabilized Zirconia sebagai Filler Resin Polymethyl Metacrylate untuk Aplikasi Pasak Gigi. Bandung: Universitas Padjajaran; 2013: 17.

37.Dewangan A, Singh MA, Shrivastava R, Ravi D. Post Material-An

Overview of Materials Used in Endodontically Treated Tooth. Indian Journal of Dental Research and Review; 2012: 15(1): 22-27.

38.Sastroasmoro, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2, jakarta;

cv sagung seto; 2002: 26-28.

39.Baba NZ, Golden G, Goodacre C. Nonmetallic Prefabricated Dowels.

Journal of prothodontics; 2009: 18(2): 527-536.

40.Voutou B, Stefanaki EC. Electron Microscopy: The Basics. Physics Of

Advanced Material Winter School: 2008: 1-11.

41.Cheril C, Seidel A, Younes A, Hausding J. Evaluation Of a Tensile Test

For The Determination Of The Material Behaviour Of Filament Yarns Under High Strain Rates. AUTEX Research Journal; 2010: 10 (1): 4.

42.Anonymous. Direct And Indirect Restorative Material. Journal American

Dental Association;2003: 463-472.

43.Braun D, Cherdron H, Ritter H. Polymer Synthesis: Theory And Practice:

Fundamental, Methods, Experiments. Third edition. Berlin: Springer

Verlag; 2001: 30-58.

44.Alif CA. Semen Dalam Bidang Kedokteran Gigi. Jember: Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Faktor Karakteristik, Konsumsi Makanan, Status Infeksi penyakit, Pola Asuh dan BBLR dengan Status Gizi Buruk pada Balita di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul..

multiperiod degree constrained minimum spanning tree (MPDCMST) is a problem of finding a minimum weight/cost of a certain graph (network), which has to maintain degree requirements

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan

Fasilitas terminal penumpang di Minangkabau International Airport di tahun 2015 sudah tidak memadai dengan jumlah penumpang 3.1 juta per tahun, lebih besar dari

(3) Jenis Diklat PPNS penegak peraturan daerah, tindak pidana ringan dan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk PPNS

[r]

E-commerce pada penjualan Furniture, dengan menggunakan PHP dan MySQL, merupakan salah satu upaya penyajian informasi mengenai pembuatan aplikasi ecommerce / shopping cart

maka Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2017 mengumumkan Pemenang Paket tersebut di atas dengan rincian sebagai berikut